Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi global ditandai dengan munculnya industri-


industri baru yang berbasis pengetahuan. Basis pertumbuhan perusahaan
berubah dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja menjadi bisnis berdasarkan
pengetahuan. Dengan kata lain, terdapat fenomena pergeseran tipe masyarakat
industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan. Dalam masyarakat berbasis
pengetahuan, pengetahuan menurut Sullivan dan Sullivan (2000), merupakan
bagian besar dari nilai produk serta kekayaan perusahaan. Adanya masyarakat
pengetahuan telah mengubah penciptaan nilai organisasi. Masa depan dan
prospek organisasi kemedian akan bergantung pada bagaimana kemampuan
manajemen untuk mendayagunakan the hidden value (nilai-nilai yang tidak
tampak) dari aset tidak berwujud (Ikhsan, 2004 dalam Astuti, 2005). Aset
tidak berwujud tidak dilaporkan dalam sistem akuntansi konvensional.
Perusahaan lebih fokus pada aset berwujud yang dimilikinya.
Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang
cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi
bersaing. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing
tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada
inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia
yang dimilikinya. Oleh karena itu, organisasi bisnis semakin menitik beratkan
akan pentingnya aset pengetahuan sebagai salah satu bentuk aset tak
berwujud.
Dalam era pengetahuan saat ini, kemampuan suatu produk dan perusahaan
untuk bisa atau tidak dalam persaingan sangat bergantung pada kapasitas
untuk mengelola asset intangible, dan pengetahuan secara efektif dan menjadi
nilai penting bagi pengendalian aktivitas perusahaan. Perkembangan
pengetahuan mengindikasikan adanya suatu variabel baru yang diperkenalkan
ketika mengembangkan dan menganalisa rantai nilai dan strategi perusahaan.
Selain itu, pengetahuan juga mengindikasikan bahwa pasar dan peran
kompetensi telah dimodifikasi dengan menggunakan pemikiran seluruh rantai
nilai. Dalam kondisi ini, kapasitas perusahaan untuk mengelola aset
pengetahuan menjadi faktor kunci dalam menyuseskan bisnis dan menjaga
kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan
penilain terhadap aktiva tidak berwujud tersebut, salah satunya dengan modal
intelektual.
Bidang modal intelektual awalnya mulai muncul dalam pers populer pada
awal 1990-an (Stewart, 1991;1994). Modal intelektual telah mendapat
perhatian lebih, bagi para akademis, perusahaan maupun investor. Modal
intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan,
kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk
menciptakan kekayaan (Stewart,1997). Masalah sebenarnya dengan modal
intelektual yaitu terletak pada pengukuranya. Para peneliti berusaha
menemukan cara yang dapat diandalkan untuk mengukyr aktiva tak berwujud
dan modal intelektual.
Modal intelektual adalah suatu istilah yang memiliki berbagai definisi
dalam teori-teori ekonomi yang berbeda. Karenanya, satu-satunya definisinya
yang paling netral adalah suatu debat mengenai aktiva tak berwujud
(intangibles) dalam ekonomi dan asumsi modal yang menciptakan kekayaan
intelektual. Jenis modal ini jarang atau tak pernah muncul dalam praktik
akuntansi.
Di Indonesia, pengungkapan modal intelektual masih bersifat voluntary.
Sampai saat ini belum ada pengelompokkan komponen modal intelektual yang
dapat diterima bersama dan belum ada pola khusus pengungkapan modal
intelektual (Yunanto, 2010 dalam fitirani,2012).
Beberapa ahli telah mengumukakan elemen-elemen apa saja yang terdapat
dalam modal intelektual. Namun, dari semuanya, tidak ada ketepatan pasti
mengenai elemen-elemen dalam modal intelektual. Sehingga secara umum,
elemen-elemen dalam modal intelektual terdiri dari human capital, structural
capital, dan capital costumer (Bontis et al.,2000).
Penelitian ini mencoba untuk meneliti pengaruh human capital, structural
capital, dan capital employed terhadap kinerja keuangan dengan mengambil
sampel penelitian pada industri perbankan di Indonesia yaitu bank asing dan
bank umum atau bank komersial yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI).
Di negara berkembang, seperti di indonesia. Keberadaan sebuah bank menjadi
sangan penting dalam pembangunan ekonomi. Disamping sektor perbankan
merupakan sektor bisnis yang bersifat “intellectually intesive” (kamath, 2007).
Dan juga sektor jasa , dimana layanan pelanggan sangan bergantung pada
intelek /akal/kecerdasan modal manusia. Maka penting dilakukan penelitian
yang mengambil sampel penelitian pada perusahaan jasa perbankan.
Perbankan merupakan salah satu industri yang masuk dalam kategori industri
berbasis pengetahuan yaitu industri yang memanfaatkan inovasi-inovasi yang
diciptakanya sehingga memberikan nilai tersendiri atas produk dan jasa yang
dihasilkan bagi konsumen (Ambar, 2004).
Perkembangan perusahaan perbankan saat ini sangat pesat. Terlihat jelas
bahwa di Bursa Efek Indonesia telah banyak terdaftar perusahaan dalam
bidang perbankan. Bank – bank saling bersaing dalam hal pelayanan dan
pemenuhan kewajibanya kepada nasabah. Untuk meningkatkan kemampuan
dalam hal tersebut maka diperlukan modal. Bagi perusahaan yang Go Public ,
modal dapat diperoleh dengan cara menjual saham sebagai tanda kepemilikan
perusahaan kepada masyarakat umum melalu BEI. Faktor kepercayaan dari
masyarakat juga merupakan faktor utama dalam menjalankan bisnis
perbankan, sehingga bank dituntut untuk mempunyai kemampuan mengelola
kinerja keuangan dengan baik agar dapat menjaga kepercayaan masyarakat
terhadap bank tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “ Pengaruh Human Capital, Structural Capital, dan Capital
Employed terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang yang dikemukakan diatas. Maka
masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Human Capital berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan?
2. Apakah Structural Capital berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan?
3. Apakah Capital employed berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan?
4. Apakah Human Capital, Structural Capital, dan Capital Employed
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang di uraikan diatas , maka penelitian
ini mempunyai tujuan untuk membuktikan secara empiris bahwa:
1. Human Capital berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan
2. Structural Capital berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan
3. Capital employed berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan
4. Human Capital, Structural Capital, dan Capital Employed
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan

1.3.2 Kegunaan Penelitian


Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
akuntansu khususnya mengenai Human capital, structural capital, dan
capital employed serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan
perusahaan jasa perbankan yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
2. Sebagai bahan literatur tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam
bidang kajian yang sama.
3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan yang
berguna bagi perusahaan dibidang perbankan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini


diantaranya adalah :

Penelitian yang dilakukan oleh Kuryanto dan Syafruddin (2008) mengenai


pengaruh modal intelektual perusahaan terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini
menggunakan Framework Public dan data dari 73 perusahaan publik antara tahun
2003 dan 2005 di Bursa Efek Indonesia kecuali industri keuangan. Penelitian
menggunakan persegi terkecil persial (PLS) untuk analisis data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa modal intelektual dan kinerja perusahaan


tidak berhubungan positif, modal intelektual gtidak berkolerasi dengan kinerja
perusahaan di masa depan, laju pertumbuhan dari modal intelektual perusahaan
tidak berhubungan positif dengan kinerja perusahaan dan kontribusi modal
intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda dengan industru. Hasil penelitian
ini membantu memberanikan manajer untuk memanfaatkan lebih baik dan
mengelola modal intelektual. Pnelitian selanjutnya diharapkan untuk
menggunakan alat ukur yang sesuai dengan perusahaan.

Penelitian lain dilakukan oleh Sandra (2008) mengenai pengaruh investasi


pada human capital terhadap profitabilitas perusahaan pada PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam
mengukur nilai aktiva sumber daya manusia adalah pendekatan dari segi metode
biaya historis, yaitu dengan mengukur semua pengeluaran untuk sumber daya

Manusia dilihat dari biaya-biaya dikeluarkan. Berdasarkan metode biaya


historis, biaya-biaya sehubungan dengan sumber daya yang dikapitulasi menjadi
investasi pada aktiva sumber daya manusia adalah biaya rekrutmen, seleksi dan
biaya pendidikan dan pelatihan serta pembinaan dan pengembangan. Dalam
penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROA yaitu rasio antara
laba bersih dengan total aset.

Hasil dari penelitian ini bahwa korelasi investasi pada human capital terhadap
profitabilitas perusahaan sangat rendah. Investasi pada human capital terhadap
profitabilitas perusahaan terhadap pengaruh tetapi tidak signifikan. Penelitian
selanjutnya diharapkan memiliki sampel penelitianj yang lebih besar dan
menggunakan alat ukur yang lain.

Penelitian ini dilakukan oleh Senja (2009) mengenai pengaruh intellectual


capital terhadap kinerja keuangan perusahaaan LQ45. Pengukuran kinerja
intellectual capital menggunakan pengukuran public(Value Added Intellectual
Coefficient- VAIC), sedangkan kinerja keuangan perusahaan, diukur dengan
ROE. Data yang digunalkan dalam penelitian ini adalah data perusahaan-
perusaahn yang bergabung dala LQ45 selama dua tahun berturut-turut yaitu 2005
dan 2006.

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif antara


kinerja capital employed effeciency (CEE) dan structural capital effeciency (SCE)
terhadap kinerja keuangan perusahaan, namun tidak terjadi hubungan yang
signifikan antara human capital effeciency (HCE) dengan kinerja keuangan
perusahaan. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menyatakan bahwa nilai
tambah modal fisik (CEE)

Merupakan indikator yang paling signifikan untuk VAIC dan kinerja


keuangan perusahaan.
Penelitian lain dilakukan oleh Solikhah (2010) mengenai pengaruh
Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan, pertumbuhan dan nilai pasar pada
perusahaan yang tecatat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
dari 116 perusahaan publik dari tahun 2006 sampi dengan tahun 2008 di Buras
Efek Indonesia. Dalam penelitian ini pengukuran kinerja Intellectual Capital
menggunakan metode public (VAICTM). Penelitian ini menggunakan persegi
terkecil parsial (PLS) untuk analisis data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Metode Intelektual berpengaruh positif


terhadap kinerja keuangan dan pertumbuhan, tetapi modal intelektual tidak
mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti
sampel lebih luas dengaan mengambil lebih dari tiga tahun.

Persamaan dan perbedaan yang terdapat pada keempat penelitian terdahulu


dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1
Tabel persamaan dan Perbedaan Penelitian
Judul penelitian Persamaan Perbedaan Hasil penelitiann
Pengaruh modalKinerja Modal Hasil penelitian
intelektual terhadapkeuangan Intelektual menunjukkan bahwa
kinerja keuangan(variabel (variabel X) modal intelektual dan
(kuryanti danY) kinerja perusahaan tidak
syariffudin,2008)) berhubungan positif,
modal intelektual tidak
berkorelasi dengan
kinerja perusahaan.
Pengaruh investasi Investasi Profitabilitas Hasil dari penelitian ini
Pada Human capital pada huma perusahaan bahwa korelasi antar
terhadap profitabilitas capital (variabel Y) investasi pada human
perusahaan (variabel X) capital dan profitabilitas
(sandra,2008) perusahaan sangat rendah.
Terdapat pengaruh tetapi
tidak signifikan antara
investasi pada human
capital dan profitabilitas
perusahaan.
Pengaruh intelectual Kinerja Intelectual Hasil penelitian
capital terhadap keuangan capital menunjukan bahwa
kinerja keuangan, dan (variabel Y) (variabel X), Modal Intelektual
nilai perusahaan pertumbuhan berpengaruh posotif
(Solikhah,2010) perusahaan terhadap kinerja keuangan
(variabel dan pertumbuhan, tetapi
Y2), nilai modal intelektual tidak
perusahaan mempengaruhi nilai pasar
(variabel perusahaan.
Y3)

2.2 Resource Based Theory/Resources Based View (RBV)


Resource-Based Theory kali pertama disampaikan oleh Wernerfelt (1984)
dalam artikel pionernya berjudul “A Resource-based view of the firm” yang
menggabungkan ide ‘distinctive competencies’ nya Selznick (1957) dan karya
Penrose (1959) tentang ‘definition of the firm as a system of productive resources’
(Nothnagel 2008). Namun teori yang paling berpengaruh dalam hal ini
dialamatkan kepada artikel Barney (1991) yang berjudul ‘Firm Resource and
Sustained Competitive Advantage’. Kontribusi lainnya yang cukup signifikan
dalam membangun teori ini diberikan oleh Rumelt (1984, 1991), Grant (1991),
Peteraf (1993, 2003), Dierickx and Cool (1989), Mahoney and Pandian (1992),
Wernerfelt (1989, 1991, 1995) dan Barney (2001, 2003, 2005) (Nothnagel 2008).

Selama akhir tahun 1960-an, para manajer, ilmuwan keperilakuan, analisis


keuangan, dan akuntan menjadi semakin menarik terhadap gagasan akuntansi bagi
manusia sebagai sumber daya organisasional. Pada awalnya, gagasan tersebut
adalah untuk “memasukkan manusia kedalam neraca” karena diakui bahwa
manusia adalah sumber daya yang berharga dan laporan keuangan perusahaan
tidaklah lengkap jika laporan tersebut tidak mencerminkan status dari aktiva
manusia.

Sumber daya dapat dianggap sebagai input yang memungkinkan


perusahaan untuk melakukan kegiatan mereka. Sumber daya dan kemampuan
internal menetukan pilihan-pilihan strategis yang dibuat oleh perusahaan saat
berkompetisi dalam lingkungan bisnis eksternal mereka. Kemampuan perusahaan
juga memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam customer
value chain, mengembangkan produk baru atau mengembangkan ke dalam pasar
yang baru.

Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan


kemampuan yang dimiliki perusahaan. Perbedaan sumber daya dan kemampuan
perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif
bagi perusahaan. Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing
dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam
mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan


keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan. Kriteria VRIN adalah
sebagai berikut : (a) Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan
nilai strategis pada perusahaan, (b) Sumber daya yang sulit untuk ditemukan
diantara para pesaing dan menjadi potensi perusahaan. (c)Sumber daya dapat
menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan
yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak
dapat meniru sumber daya tersebut.(d) Non-substitusi berarti bahwa sumber daya
tidak dapat disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya. Menurut RBV,
sumber daya dapat secara umum didefinisikan memasukkan aset, proses
organisasi, atribut perusahaan, informasi, atau pengetahuan yang dikendalikan
oleh perusahaan yang dapat digunakan menyusun dan menerapkan strategi
mereka. RBV mengkategorikan tiga jenis sumber daya : (a) Modal sumber daya
fisik (teknologi, pabrik, dan peralatan),(b) Modal sumber daya manusia
(pelatihan, pengalaman,wawasan), (c) Modal sumber daya organisasi (struktur
formal) dan (d) sumber daya tidak dapat digantikan dengan sumber lainya oleh
perusahaan pesaing (Barney, 1991 dalam Wahdikorin, 2010) menyatakan bahwa
dalam RBV, perusahaan tidak dapat berharap untuk membeli atau mengambil
keunggulan kompetitif berkelanjutan yang dimiliki oleh suatu organisasi lain,
karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya yang langka, sukar ditiru,
dan tidak tergantikan.

2.3 Knowledge Based View (KBV)

Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/ knowledge based


view(KBV) adalah ekstensi baru dari pandangan berbasis sumber daya
perusahaan/resources based theory (RBT) dari perusahaan dan memberikan
teoritisyang kuat dalam mendukung intellectual capital. KBV berasal dari RBT
danmenunjukkan bahwa pengetahuan dalam berbagai bentuknya adalah
kepentingan sumber daya (Grant, 1997). Asumsi dasar teori berbasis pengetahuan
perusahaan berasal dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan.

Pendekatan KBV membentuk dasar untuk membangun keterlibatan modal


manusia dalam kegiatan rutin perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan
keterlibatan karyawan dalam perumusan tujuan operasional dan jangka panjang
perusahaan. Dalam pandangan berbasis pengetahuan, perusahaan
mengembangkan pengetahuan baru yang penting untuk keuntungan kompetitif
dari kombinasi unik yang ada pada pengetahuan (Nelson dan Winter,1982).
Dalam era persaingan yang ada saat ini, perusahaan sering bersaing dengan
mengembangkan pengetahuan baru yang lebih cepat daripada pesaing
mereka.Dari penjelasan tersebut, menurut RBT dan KBV, intellectual capital
memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya yang unik untuk menciptakan
value added. Value addedini berupa adanya kinerja yang semakin baik di
perusahaan.

2.4 Intellectual Capital

Intellectual capital adalah selisih antara nilai pasar perusahaan dan nilai
buku yang merupakan bentuk dari asset tidak berwujud akibat dari materi
intelektual (pengetahuan,informasi,properti intelektual, pengalaman) yang dapat
menjadikan perusahaan berfungsi,berkompetisi dan unggul.

Intellectual Capital didapat dari tiga sumber, yaitu:

1. Kompetensi karyawan, yaitu segala kemampuan, keahlian, ketrampilan,


pengetahuan, dan performa bisnis yang dimiliki oleh karyawan (human
capital).
2. Struktur “internal” organisasi, yaitu kemampuan, keahlian, ketrampilan,
pengetahuan, dan performa bisnis yang dimiliki oleh perusahaan
(Strctural capital)
3. Hubungan “eksternal”/pasar, antara lain, dengan konsumen, supplier, dan
pemerintah (customer capital).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa modal intelektual berhubungan


erat dengan tiga pelaku bisnis utama, yaitu: karyawan, perusahaan (manajer), dan
pelanggan. Untuk mendapatkan modal intelektual yang maksimal, maka perlu
adanya interaksi yang positif di antara ketiga pihak tersebut.
Melalui pengelolaan modal intelektual secara tepat perusahaan dapat
mengembangkan sumber daya yang dimiliki untuk menunjang pencapaian tujuan
dan sasaran perusahaan. Untuk mencapai kesuksesan dalam mengelola modal
intelektual perlu pengintegrasian aset intelektual dengan strategi bisnis perusahaan
dan adaptasi dengan perubahan internal maupun eksternal yang sangat dinamis.
2.4 Human Capital

Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi.


Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan
menghasilkan kinerja yang luar biasa. Human capital mencerminkan kemampuan
kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut.
Pengembangan human capital ini antara lain dapat dilakukan melalui : (a)
Internalisasi Corporate Culture, (b) Memastikan pelaksanaan Good Corporate
Governance, (c) Mengembangkan SDM profesional sebagai human capital yang
produktif dan prudent , (d) Menciptakan pemimpin/leader sebagai role model &
people manager, dan (e) Menegakkan dan meningkatkan kepatuhan hukum.

Social capital, merupakan syarat penting untuk menggerakkan sebuah


organisasi, bahkan untuk pembangunan. Untuk itu, social capital harus dikenali
dan dikembangkan pula. Konsep social capital dapat diterapkan untuk upaya
pemberdayaan masyarakat. Social capital menjadi semacam perekat yang
mengikat semua orang dalam masyarakat. Di dalamnya berjalan “nilai saling
berbagi” (shared values) serta pengorganisasian peran-peran (rules) yang
diekspresikan dalam hubungan-hubungan personal (personal relationships),
kepercayaan (trust), dan common sense tentang tanggung jawab bersama.

Human capital mewakili modal pengetahuan individual dalam organisasi


yang dintunjukan oleh pekerjaanya. Human capital ini merupakan akumulasi
nilai-nilai investasi dalam pelatihan pekerja/karyawan dan kompetensi sumber
daya manusia. Sumber daya manusia merupakan aset organisasi yang memiliki
tacit Knowledge, yaitu keterampilan/skill yang tidak dapat ditransfer pada orang
lain. Human capital menunjukan kombinasi genetic inheritance , pendidikan,
pengalaman dan sikap tentang kehidupan dan bisnis. Esensi human capital terletak
pada integensi anggota organisasi , dimana bidang (scope) Human Capital ini
dibatasi oleh knowledge node yang ada dalam diri karyawan (Sirait dan Purwanto,
2009 : 426)

2.4.1 Teori Human Capital

Human Capita Theroy dikembangkan oleh Hecker, 1964 (dalam astuti dan
Partiwi Dwi, 2005) yang mengumukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan
untuk meningkatkan Human Capital adalah penting sebagai suatu investasi dari
bentuk-bentuk modal lainya.
Terdapat dua pendekatan penting dalam teori human capital yaitu:
pendekatan Nelson-Phelps (1966) dan pendekatan Lucas (1988). Pendekatan oleh
Nelshon-Phelps, Aghion dan Howitt (1966) menyimpulkan bahwa human capital
merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Munculnya perbedaan dalam tingkat pertumbuhan diberbagai negara lebih
disebabkan oleh perbedaan dalam stock human capital. Aghion dan Howitt
mendukung pendekatan Nelson-Phelps tentang stock human capital yang
menyimpulkan bahwa angkatan kerja yang lebih ahli dan terdidik akan lebih
mampu mengisi kualifikasi lapangan pekerjaan yang ditentukan. Dengan kata lain
pekerja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mampu merespon inovasi
yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu Negara (Meir
dan Rauch,2000:216). Sedangkan pendekatan Lucas (1988) lebih menekankan
adanya suatu signifikansi akumulasi human capital terhadap pertumbuhan
ekonomi. Menurutnya terdapat dua faktor yang menjadi penyebab adanya
pembentukan human capital di suatu negara. Kedua faktor tersebut adalah
pendidikan dan learning by doing.

2.5 Structural Capital

Salah satu asset intangible yang sangat penting di era informasi


dan pengetahuan adalah modal intelektual. Modal intelektual (intellectual
capital), oleh Nahapiet dan Goshal (1998; dalam Sugeng,2002), mengacu kepada
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu kolektivitas sosial, seperti
sebuah organisasi, komunitas intelektual, atau praktek profesional. Modal
intelektual mewakili sumber daya yang bernilai dan kemampuan untuk bertindak
yang didasarkan pada pengetahuan.

Sedangkan menurut Klein dan Prusak (Stewart, 1997), modal intelektual


adalah materi intelektual yang telah diformalisasikan, ditangkap, dan
dimanfaatkan untuk memproduksi aset yang nilainya lebih tinggi. Setiap
organisasi menempatkan materi intelektual dalam bentuk aset dan sumber daya,
perspektif, dan kemampuan eksplisit dan tersembunyi, data, informasi,
pengetahuan, dan mungkin kebijakan.
Jadi, modal intelektual adalah pengetahuan (knowledge), tetapi tidak
semua pengetahuan termasuk modal intelektual. Dengan demikian, cakupan
modal intelektual adalah lebih sempit dari pengetahuan. Selain itu, pengetahuan
tidak sama dengan ilmu pengetahuan (science). Untuk menguasai ilmu
pengetahuan pada umumnya diperlukan gelar sarjana sedangkan untuk menguasai
pengetahuan tidak perlu gelar sarjana. Modal intelektual adalah bagian dari
pengetahuan yang dapat memberi manfaat bagi perusahaan. Manfaat di sini berarti
bahwa pengetahuan tersebut mampu menyumbangkan sesuatu atau memberikan
kontribusi yang dapat memberi nilai tambah dan kegunaaan yang berbeda bagi
perusahaan. Berbeda berarti pengetahuan tersebut merupakan salah satu faktor
identifikasi yang membedakan suatu perusahaaan dengan perusahaaan yang lain.
Intellectual Capital didapat dari tiga sumber, yaitu:
1. Kompetensi karyawan, yaitu segala kemampuan, keahlian, ketrampilan,
pengetahuan, dan performa bisnis yang dimiliki oleh karyawan (human
capital).
2. Struktur “internal” organisasi, yaitu kemampuan, keahlian, ketrampilan,
pengetahuan, dan performa bisnis yang dimiliki oleh perusahaan (Strctural
capital)
3. Hubungan “eksternal”/pasar, antara lain, dengan konsumen, supplier, dan
pemerintah (customer capital).
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa modal intelektual berhubungan
erat dengan tiga pelaku bisnis utama, yaitu: karyawan, perusahaan (manajer), dan
pelanggan. Untuk mendapatkan modal intelektual yang maksimal, maka perlu
adanya interaksi yang positif di antara ketiga pihak tersebut.

2.6 Capital Employed

Capital employed atau biasa disebut Costumer capital adalah orang-orang


yang berhubungan dengan perusahaan, yang menerima pelayanan yang diberikan
oleh perusahaan tersebut. Capital costumer membahas mengenai hubungan
perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan pelanggan, bagaimana
loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Capital costumer seringkali diukur atau
dihitung karena merupakan sumber pendanaan dibandingkan dengan Human
Capital maupun structural capital. Capita costumer muncul dalam bentuk proses
belajar, akses, dan kepercayaan. Menurut Sawarjuwono dan agustine (2003)
elemen capital costumer merupakan modal intelektual yang memberikan nilai
secara nyata.

Pergeseran paradigma yang muncul dalam teori pemasaran seperti fokus


pada hubungan jangka panjang daripada transaksi pertukaran jangka pendek,
membawa perbaikan yang signifikan bagi perusahaan. Melalui interaksi jangka
panjang dengan konsumen perusahaan dapat memperoleh akses secara detail dan
pengetahuan yang berguna tentang konsumen. Oleh karena konsumen yang loyal
merupakan salah satu modal hubungan yang paling penting sehingga perusahaan
harus menaruh perhatian lebih dalam masalah tersebut. Perusahaan membangun
hubungan dan aliansi strategi yang berbeda-beda diantara partner-partnernya
seperti jaringan kerja, cross boundary teams, supplychain partnering dan aliansi
strategis untuk menyebarkan pengetahuan dan inovasi.
2.7 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Hal terpenting dalam manajemen di abad ke-20 adalah peningkatan hingga


50 kali lipat produktivitas pekerja manual dalam memproduksi. Kontribusi
penting manajemen yang harus dibuat di abad ke-21 adalah dengan cara yang
sama meningkatkan produktivitas pekerjaan pengetahuan (knowledge work) dan
pekerja berpengetahuan (knowledge workers). Aset yang paling berharga bagi
perusahaan di abad ke-20 adalah peralatan produksinya. Aset yang paling
berharga institusi di abad ke-21 adalah pekerja berpengetahuan (knowledge
workers) dan produkvitasnya.

Metode value added intellectual coefficient (VAIC™) dikembangkan oleh


Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value
creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud
(intangible assets) yang dimiliki perusahaan. (VAIC™) merupakan instrumen
untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif
mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun
dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi).Model ini dimulai dengan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added
adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation).
VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.

Output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk


dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang
digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah
bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran
aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang
direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan
tidak masuk dalam komponen IN. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic
adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value
creating entity).VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan
Structural Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah capital employed
(CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk
VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998)
mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar
daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam
memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik
merupakan bagian dari IC perusahaan.

Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. ‘Value Added Human Capital’


(VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan
kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten
dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary
and wage costs adalah indikator dari HC perusahaan.Hubungan ketiga adalah
“structural capital coefficient” (STVA), yang menunjukkan kontribusi structural
capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang
independen sebagaimana HC, ia dependen terhadap value creation (Pulic, 1999).
Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin
kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC
adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris
pada sektor industri tradisional (Pulic, 2000).Rasio terakhir adalah menghitung
kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien
yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan
dalam indikator baru yang unik, yaitu VAIC™ (Tan et al., 2007).Berikut ini
adalah tiga tolo ukur, antara lain:

1. Human Capital Efficiency(HCE)


HCE merupakan rasio value added(VA) terhadap human capital (HC).
Rasio ini menunjukkan kontribusi investasi uang pada HC terhadap VA
perusahaan (Kamath, 2007 : 106). HC menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam mengelola sumber daya manusianya. Berdasarkan metode VAICTM,
sumber daya manusia merupakan aset strategis perusahaan karena pengetahuan,
skill, dan pengalaman yang dimilikinya. Suatu perusahaan dapat lebih berdaya
saing daripada perusahaan lainnya jika memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas, oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia menjadi hal yang
penting. Perusahaan perlu mengelola sumber daya manusia dengan baik agar
sumber daya manusia yang dimilikinya dapat memaksimalkan segenap
kemampuannya, baik pengetahuan, skill, dan pengalamannya, sehingga
perusahaan diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik.

2. Structural Capital Efficiency (SCE)


SCE adalah rasio structural Capital (SC) terhadap VA. SCE menunjukkan
kontribusi SC dalam penciptaan nilai. SC adalahpengetahuan yang tinggal di
dalam perusahaan saat hari kerja selesai. Pengelolaan SC dilakukan dengan
membangun database yang menghubungkan pegawai perusahaan sehingga
mereka dapat belajar dan bekerja sama satu dengan yang lain. Pengetahuan dari
para pegawai terangkum dalam database sehingga pengetahuan tersebut tetap
tinggal dalam perusahaan meskipun pegawai meninggalkan perusahaan.
Berdasarkan metode VAICTM, SC merupakan hasil pengurangan HC dari VA.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi HC dalam penciptaan nilai,
maka proporsi SC akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya.

3. Capital Employed Efficiency (CEE)


CEE adalah rasio VA terhadap capital employed (CE). Rasio ini
menunjukkan kontribusi dari setiap unit CE terhadap VA perusahaan. CE
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola physical capital yang
dimilikinya. Pulic (1998) berasumsi bahwa jika sebuah unit CE menghasilkan
return yang lebih besar di sebuah perusahaan daripada perusahaan yang lain, maka
perusahaan pertama lebih baik pemanfaatan CE-nya. Berdasarkan pendapat
tersebut, terlihat bahwa perusahaan memiliki keunggulan kompetitif jika
mengelola CE dengan baik dan diharapkan dapat diikuti dengan peningkatan
kinerja

2.8 Value Chain

Value Chain Porter (ditemukan oleh Michael Porter) adalah model yang
digunakan untuk membantu menganalisis aktivitas-aktivitas spesifik yang dapat
menciptakan nilai dan keuntungan kompetitif bagi organisasi. Aktivitas-aktivitas
tersebut dibagi dalam 2 jenis, yaitu :

1. Primary activities
(a) Inbound logistics: aktivitas yang berhubungan dengan penanganan
material sebelum digunakan. (b)Operations : akivitas yang berhubungan
dengan pengolahan input menjadi output. (c)Outbound logistics :aktivitas
yang dilakukan untuk menyampaikan produk ke tangan konsumen.
(d)Marketing and sales : aktivitas yang berhubungan dengan pengarahan
konsumen agar tertarik untuk membeli produk. (e)Service: aktivitas yang
mempertahankan atau meningkatkan nilai dari produk.

2. Supported activities
(a) Procurement: berkaitan dengan proses perolehan input/sumber daya. (b)
Technological Development : pengembangan peralatan, software,
hardware, prosedur, didalam transformasi produk dari input menjadi
output. (c) Human Resources Management : Pengaturan SDM mulai
dari perekrutan, kompensasi,sampai pemberhentian. (d) Firm Infrastructure
: terdiri dari departemen-departemen/fungsi-fungsi (akuntansi, keuangan,
perencanaan, ) yang melayani kebutuhan organisasi dan mengikat bagian-
bagiannya menjadi sebuah kesatuan.

Keterangan

1. Primary activities :

 Manfaat Sistem Informasi di bidang inbound logistic


Memberikan informasi pemasukan bahan bagi perusahaan untuk diolah menjadi
produk yang berkualitas dan ekonomis. Tidak hanya pasokan barang bagi
perusahaan namun Sistem informasi juga dapat memantau aliran modal ,sehingga
dapat membandingkan bahan yang berkualitas bagi perusahaan.

 Manfaat Sistem informasi di bidang operations

Dapat memberikan informasi bagi perusahaan secara benar dan tepat pada
perusahaan ,diperlukan ketelitian. Sistem informasi dapat memberikan laporan
perusahaan secara terperinci ,relevan dan tepat waktu bagi perusahaan ssehingga
memudahkan untuk pengambilan keputusan. Selain itu menimalkan tingkan
kesalahan yang berhubungan pengolahan input menjadi ouput.

 Manfaat Sistem informasi di bidang outbound logistic

Sistem Informasi dapat meningkatkan Value produk . Perusahaan dapat


mengetahui apa yang diinginkan pelanggan dan seharusnya dibangun berdasarkan
perspektif kebutuhan pelanggan, sehingga output perusahaan dapat diminati
pelanggan . Dan Profit perusahaan dapat meningkat.

 Manfaat Sistem informasi di bidang marketing and sales

Pengaruh sales menjadi sangat dominan dan berperan seorang calon konsumen
menentukan produk. Jika memang tidak cocok, para calon customer tersebut tidak
akan mau membelinya. Sales hanya berusaha menjelaskan feature produk dan
keunggulannya tanpa berusaha membujuk atau merayu untuk memilih brand
tertentu. Dengan system informasi para sales dapat mengetahui produk mana yan
cocok bagi pelanggannya dan kawasan pemasaran yang strategis, selain itu
perusahaan dapat mengetahui laporan penjualan sales individu maupun kelompok.
Dan didaerah mana yang paling laku produknya, sehinga perusahaan dapat
mengontrol produk di daerah pemasaran yang laku ataupun kurang laku.

 Manfaat Sistem informasi di bidang service

Dengan Sistem informasi perusahaan dapat mengetahui bagaimana perilaku


pelanggan yang dihadapi. Hal-hal apa yang paling disukai konsumen. Apa yang
membuat konsumen tidak puas dan lari? Bagaimana menciptakan konsumen
puas? Bagaimana membuat konsumen loyal? .
Selain itu perusahaan dapat mengetahui keluhan pelanggan. Dibutuhkan
kesabaran dan tindakan cepat agar dapat melayani permintaan dan ketidakpuasan
konsumen dengan baik. memberikan yang terbaik bagi konsumen dan
menjadikannya puas akan sejumlah rupiah yang dikeluarkan. Value yang
didapatkan konsumen harus lebih besar dari harga (price) yang mereka bayarkan.
Tindakan tersebut dapat mempertahankan atau meningkatkan nilai dari produk.

2. Supported activities

 Manfaat Sistem Informasi di bidang Procurement


Memberikan informasi pemasukan bahan bagi perusahaan untuk diolah menjadi
produk yang berkualitas dan ekonomis. Dapat membandingkan bahan yang
berkualitas bagi perusahaan.
 Manfaat Sistem Informasi di bidang Technological Development
Sistem Informasi dapat mengetahui arah dan perkembangan TI secara global agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan teknologi yang diterapkan dan
dikembangkan di organisasi /perusahaan . Maka harus dilakukan pemilahan
terhadap teknologi mana saja yang masih dalam tahap percobaan atau perkenalan
(infancy/emerging), perkembangan (growth), stabil (mature), dan mulai
ditinggalkan (facing out). Tentunya dalam pembuatan sistem jangka panjang dan
perencanaan harus diperhatikan agar jangan sampai menggunakan metode atau
teknologi yang sudah mengarah ke teknologi basi (facing out).
 Manfaat Sistem Informasi di bidang Human Resources Management
Sistem infomasi dapat mengatur tugas – tugas bagi karyawan sehingga perusahaan
dapat berorientasi secara, memastikan seluruh karyawan untuk selalu berpikir
mengenai efektifitas biaya. Apakah ada biaya yang dapat dikurangi. Di mana
terjadi pemborosan biaya.
 Manfaat Sistem Informasi di bidang firm Infrastructure
Sistem informasi dapat menjamin bahwa TI yang direncanakan dan
dikembangkan benar-benar menjawab kebutuhan bisnis organisasi/perusahaan.
Pada tahap persiapan dan perencanaan, akan dianalisa dan diusulkan beberapa
skenario atau pilihan (options), dimana setiap skenario memiliki variabelnya
masing-masing seperti biaya (costs), manfaat (benefits), resiko (risks), dampak
(impacts), tingkat kesulitan (complexity), hambatan (constraints),
Tujuan dari value chain adalah untuk mengidentifikasi tahap-tahap value
chai dimana perusahaan dapat meningkatkan value untuk pelanggan atau untuk
menurunkan biaya. Analisis value chain dapat dipergunakan untuk menentukan
oada titik mana dalam rantai nilai yang dapat mengurangi biaya atau memberikan
nilai tambah (value added). Penurunan biaya atau peningkatan nilai tambah (value
added) dapat membuat perusahaan lebih kompetitif.

2.9 Kinerja keuangan Perusahaan

kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh


perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan
baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan
dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah
ditetapkan.
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan
tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para
anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan
prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur
karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal
maupun eksternal. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan


diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap
review data, menghitung, mengukur menginterprestasi, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaanpada suatu periode tertentu.

Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan


tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam,yaitu menurut
Jumingan (2006:242): (a)Analisis perbandingan Laporan Keuangan, (b)Analisis
Tren (tendensi posisi), (c) Analisis Persentase per Komponen (common size), (d)
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, (e) Analisis Sumber dan
Penggunaan Kas, (f) Analisis Rasio Keuangan, (g) Analisis Perubahan Laba
Kotor, dan (h) Analisis Break Even.

Menurut Roos, Westerfield &Jordan (2004:78) Rasio Keuangan adalah


“Hubungan yang dihitung dan informasi keuangan suatu perusahaan dan
digunakan untuk tujuan perbandingan”. Sedangkan menurut Jumingan (2006:242)
“Analisis Rasio Keuangan merupakan analisis dengan membandingkan satu
poslaporan dengan dengan pos laporan keuangan lainnya, baik secara individu
maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos tertentu, baik
dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi”. Rasio mengambarkan suatu
hubungan dan perbandingan antara jumlah tertentu dalam satu pos laporan
keuangan dengan jumlah yang lain pada pos laporan keuangan yang lain. Dengan
menggunakan metode analisis seperti berupa rasio ini akan dapat menjelaskan
atau memberikan gambaran tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan. Dengan rasio keuangan pula dapat membantu
perusahaan dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan
perusahaan.
2.10 Efisiensi
Efisensi berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan
lebih kecil dari pada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut
(Sulistyoningsih, 2006). Peter Drucker (1974) dalam Johnson (2003) menyatakan
bahwa “Efficiency is about doing the things right” yang berarti bahwa semua
pekerjaan harus dilakukan dengan cara yang tepat agar memperoleh hasil output
yang maksimal. Efisiensi dapat di difinisikan sebagai perbandingan antara
keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan
dari satu input yang di pergunakan. Suatu perusahaan dapat diakatakan efisian
apabila :
1. Mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan
jumlah input yang dipergunakan oleh perusahaan lain dengan
menghasilkan jumlah output yang sama.
2. Menggunakan jumlah menurut unit inpu yang sama, tetapi dapat
menghasilkan jumlah output yang besar.
Efisiensi dalam dunia perbankan salah satu yaitu efisiensi biaya. Efiensi
biaya mencerminkan seberapa besar diperlukan pengeluaran biaya untuk
melaksanakan kegiatan yang ditentukan. Menurut Berger ( 1993) dalam kuncoro
(2002), jika terjadi perubahan struktur keuangan yang cepat maka penting
mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan bank yang efisien diharapkan
akan mendapat keuntungan yang optimal , dana pinjaman yang lebih baik dan
kualitas service yang lebih baik pada nasabah.
Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus
meningkat ( Kasmir,2002). Ini juga berkaitan dengan efisien dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasi, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Hasil yang diperoleh akan
menggambarkan kondisi bank tersebut juga kemampuan dalam pengelolaannya.

2.11 Kerangka Pemikiran


Pengetahuan merupakan modal bagi manusia dimana manusia merupakan
sumber daya perusahaan yang menjadi nilai untuk mengendalikan aktivitas
perusahaan dan menciptakan kekayaan. Dalam persaingan bisnis, kapasitas
perusahaan merupakan faktor kunci mengelola pengetahuan untuk menyuseskan
bisnis dan kelangsungan hidup perusahaan.
Mengacu pada teori Resources Based View yang menyatakan bahwa
perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan pesaing akan
memberikan keunggulan kompetitif. Dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki
perusahaan , maka akan meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri. Sehingga
Human Capital, Structural capital dan Capital Employed yang merupakan
komponen Intellectual capital dapat dikatakan sebagai aset tak berwujud yang
mempunyai dampak signifikan pada kinerja dan semua keberhasilan dalam bisnis.
Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya dan untuk pengembangan
hipotesis, maka untuk menggambarkan hubungan dari variabel independan dan
variabel independen dalam penelitian ini dikemukakan suatu kerangka pemikiran
teoritis yaitu mengenai pengaruh Human Capital, Structural capital dan Capital
Employed terhadap kinerja keuangan perushaan pada industri perbankan di
indonesia.

2.12 pengembangan Hipotesis


2.1.2.1 Pengaruh Human Capital (HC) terhadap Return On Asset (ROA)
Human Capital merupakan aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan
dalam bentuk intelektual, kreatifitas dan inovasi-inovasi yang dimiliki oleh
karyawanya. Berdasarkan konsep Knowledge-based view, pengetahuan yang
dimiliki oleh karyawan dipandang sebagai aset perusahaan. Hal ini karena
manusia atau karyawan dengan pengetahuan yang dimilikinya mampu untuk
menciptakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif akan diperoleh
organisasi yang dimiliki aset atau kapabilitas yang khas (Kuncoro, 2006).
Human capital diukur dengan sebuah indikator yaitu human capital
Efficiency (HCE), HCE menunjukan berapa banyak Value added yang dapat
dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga
kerja (Ulun, 2008). Value added (VA) adalah hasil penjualan (total pendapatan)
dikurangi dengan total beban. Tenaga kerja diukur dengan gaji dan tunjangan
karyawan.
HCE diperoleh jika gaji dan tunjangan yang lebih rendah dapat
menghasilkan penjualan yang meningkat atau dengan gaji dan tunjangan yang
lebih besar diringipula dengan penjualan yang semakinmeningkat lagi. Gaji dan
tunjangan yang lebih besar kepada karyawan tersebut untuk meningkatkan
produktivitasnya dalam proses produksi . produktivitas karyawan yang semakin
meningkat menunjukan bahwa karyawan semakin baik dalam mengelola aset
perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki
perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Semakin tinggi rasio ini
maka semakin baik produktifitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih.
Semakin tinggi HCE maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, Human Capital berpangruh positif terhadap Return on
Asset (ROA).
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H1 : Human Capita (HC) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset
(ROA)
2.1.2.2 Pengaruh Structural Capital (HC) terhadap Return On Asset (ROA)
Structural capital mencakup semua pengetahuan dalam perusahaan selain
pengetahuan yang ada pada modal manusia, yang mencakup database, bagan
organisasi, proses manual, strategi, rutinitas dan sesuatu yang nilainya lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai materi (Bontis et al, 2000). Structural capital
merupakan sarana pendukung human capital dalam meningkatkan kinerja
perusahaan.
Structural capital diukur dengan sebuah indikator yaitu structural capital
Efficiency (SCE). SCE mengukur jumlah structural capital yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 rupiah dari Value added (VA) dikurangi dengan human capital
(HC). Value added adalah hasil penjulalan (total pendapatan) dikurangi dengan
total beban.
SCE menunjukan banyak berapa banyak jumlah structural capital yang
dibutuhkan untuk menghasilkan VA secara efisien. Artinya perusahaan telah
mampu memenuhi proses rutinitas perusahaan dengan strukturnya secara efisien.
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual secara keseluruhan (
Suwarjuwono dan Agustine, 2003). Hal ini menunjukan bahwa perusahaan
semakin baik dalam mengelola aset perusahaan. Pengelola aset yang baim
diharapakan dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimilkiperusahaan
yang diukur dengan ROA.
Semakin tinggi SCE maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan
tersebut. Oleh kerana itu, structural capital secara positif berkaitan dengan ROA.
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
Berdasarkan uraian diatas , maka diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H2 : Structural capital (SCE) berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

2.1.2.3 Pengaruh Capital Employed (CE) terhadap Return On Asset (ROA)

Modal yang digunakan (Capital Employed) didefinisikan sebagai


total modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu
perusahaan ( Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003). CE diukur dengan
sebuah indikator yaitu capital employed efficiency (CEE). CEE
menunjukan VA yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan
modal yang digunakan CE. VA adalah hasil penjualan (total pendapatan)
dikurangi dengan total beban. Capital Employed diukur dengan nilai buku
aktiva bersih yaitu selisih antara total aktiva denagn total kewajiban suatu
perusahaan.

CEE diperoleh jika modal yang digunakan lebih sedikit maka dapat
menghasilkan penjualan yang meningkat atau modal yang digunakan
lebih besar di iringi pula dengan penjualan yang semakin meningkat lagi.
Modal yang digunakan merupakan nilai aset yang berkontribusi pada
kemampuan perusahaan untuk menghasilkanpendapatan. Sehingga apa
bila modal yang digunakan suatu perusahaan dalam jumlah yang relatif
besar maka mengakibatkan total aset perusahaan tersebut juga relatif
besar.sehingga pendapatan perusahaan pun akan meningkat pula. Hal ini
dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset dimiliki perusahaan yang
diukur dengan ROA. Ini berarti perusahaan tersebut mempunyai kinerja
keuangan yang lebih baik.

Semaki tinggi CEE maka akan semakin tinggi pula ROA


perusahaan tersebut. Olleh karena itu, Capital employed secara positif
berkaitan dengan ROA.

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis penelitian


sebagai berikut:

H3 : Capital employed berpengaruh positif signifikan terhadap ROA..

2.1.2.4 Pengaruh Human Capital (HC)),Structural Capital (HC), Capital


Employed (CE) terhadap Return On Asset (ROA)
Leif Edvinsson dan pat Sulivan mendefinisikan intellectual capital sebagai
knowledge yang dapat dikonversikan menjadi nilai. VAIC sebagai ukuran
efisiensi modal intelektual terdiri dari tiga komponen yaitu Human Capital(HC)
yang indikatornya Human Capital Efficiency (SCE), Structural Capital (SC) yang
indikatornya Structual Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employed yang
indikatornya Capital Employed Efficiency (CEE). Kombinasi dari ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam
mengelola pengetahuan, keterampilan dan keahlian modal manusia dengan
didukung oleh modal structural yang memudahkan dalam kegiatan operasinal
perusahaan,ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset
perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen
intellectual capital, menunjukan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset.
Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang
dimiliki perusahaan yang diukur dengan ROA. Modal intelektual diakui sebagai
aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja
keuangan yang superior (Barney, 1991). Modal intelektual akan meberikan
kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan
Sulivan,2000;chen et al.,2005; abdomohammadi, 2005)
Semakin tingfi VAIC maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan
Capital Employed (CE) berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H4 : Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Capital Employed (CE)
berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

ini adalah Human Capital, structural capital dan capital employed


sebagai variabel independen dan kinerja keuangan perusahaan
sebagai variabel independen. Peneliti memilih objek ini, karena peneliti
ingin melihat kinerja kaungan suatu perusahaan dapat dipengaruhi
oleh Human Capital, Structural Capita, dan Capital Employed.dampak
Human capital , Structural Capita, dan Capital Employed meruoakan
hal yang penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena hal
ini menyangkut produktivitas perusahaan.

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei yaitu yang
menggunakan urutan sampel dari penelitian suatu populasi.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang bersifat verifikayif yaitu penelitian yang menggunakan
penyajian jawaban dari hasil pemikiran yang kebenaranya bersifat
sementara (hipotesis). Demikian pula data mengenai hubungan antara
variabel-variabel dalam penelitian ini, juga akan dianalisi dengan
menggunakan metode verifikatif dengan bantuan ukuran-ukuran
statistik yang relevan dengan data tersebut.
3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populas adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual, objek atau
peristiwa yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan merupaka sesuatu
yang menjadi target generalisasi dari hasil penelitian (Khasan Effendy, 2010).
Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti meruoakan perusahaan jasa
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 Jumlah
populasi adalah 32 perusahaan.

3.3.2 Sampel

Sampel dalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dmilikioleh populasi
tersebut. Metode penetuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode porposive sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak
bersifat acak dan sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan, adalah
sebagai berikut :

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar pada tahun 2009-2011 di Bursa Efek


Indonesia .
2. Menerbitkan laporan keuangan berturut-turut pada tahun 2009-2011.
3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.

Sampel dalam penelitian ini diambil dari Perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. pada tahun 2009 sampai 2011, dan telah menerbitkan
laporan keuangan selama tiga tahun berturut-turut. Hal ini menjadi kriteria
penilaian sampel dikarenakan beberpa perusahaan kadang tidak menerbitkan
laporan
Keuangannya pada tahun penelitian, maka penelitian mengambil sampel pada
perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya serta untuk melihat data
terkait variable-variable data yang dibutuhkan maka salah satu metode
pengambilan sampel adalahperusahaan yang memiliki data lengkap dengan
variable-variable yang digunakan dalam penelitian, Prosedur menentukan jumlah
sampel dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1
Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah Perusahaan

Perusahaan perbankan di BEI 32


Kriteria pemilihan sampel :
Tidak terdaftar selama tahun 2009-2011 (5)
Berturut-turut
Tidak mempublikasikan laporan keuangan (1)
Secara berturut-turut dalam tahun pengamatan
Total perusahaan 26
Sumber : Data diolah

Terdapat 26 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai


sampel dan tahun pengamatan selama 2009-2011, maka total sampel dalam
penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 3.2 jadi jumlah amatan adalah 78
perusahaan .
Tabel 3.2
Perusahaan Perbankan Sebagai sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 AGRO Bank Agro Niaga Tbk
2 BABP Bank ICB Bumi Putra Tbk
3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk
4 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk
5 BBCA Bank Central Asia Tbk
6 BBKP Bank Bukopin Tbk
7 BBNI Bank Negara Indonesia (persero) Tbk
8 BBNP Bank Nusantara Parhyangan Tbk
No Kode Nama Perusahaan
9 BBRI Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk
10 BBTN Bank Tabungan Negara (persero) Tbk
11 BCIC Bank Mutiara Tbk
12 BKSW Bank Kesawan Tbk
13 BMRI Bank Mandiri (persero) Tbk
14 BNBA Bank Bumi Arta Tbk
15 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
16 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk
17 BNLI Bank Permata Tbk
18 BSWD Bank Swadesi Tbk
19 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk
20 BVIC Bank Victotia International Tbk
21 MAYA Bank Myapada International Tbk
22 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk
23 MEGA Bank Mega Tbk
24 NISP Bank NISP OCBC Tbk
25 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
26 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
Sumber : Data diolah

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yabg berkaitan dengan penelitian ini, peneliti


menggunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan teknik
mengumpulkan dokumen-dokumen atau laporan-laporan keuangan tahunan
perusahaan perbankan yang terdaftar di Burasa Efek Indonesia dan data lainnya
yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan masalah yang diteliti.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi operasional variabel


3.5.1 Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah elemen-elemen dari modal


intelektual yaitu Human Capital, Structural Capital dan Capital Employed. Pulic
(1998) mengusulkan koefisien nilai tambah intelektual (Value Added Intellectual
Coeffisient/VAICTM) untuk menyediakan informasi tentang efesiensi penciptaan
nilai dari aset berwujud dan tidak berwujud dalam perusahaan. VAIC TM adalah
sebuah prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen,
pemegang saham dan pengaku kepentingan lain yang terkait untuk secara efektif
memonitor dan mengevaluasi efesiensi nilai tambah dengan total sumberdaya
perusahaan dan masing-masing komponen sumber daya utama.

Nilai tambah atau Value Added (VA) adalah perbedaan antara penjualan
(OUT) dan input (IN). Rumus untuk menghitung VA yaitu :

VA = OUT – IN

OUT = Total Pendapatan

IN = Beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan

Metode VAIC mengukur efesiensi tiga jenis input perusahaan : modal, manusia,
modal struktural serta modal fisik dan finansial, yaitu:

1. Modal manusia (Human Capital/HC) mengacu pada nilai kolektif dari


modal intelektual perusahaan yaitu kompetensi, pengetahuan dan
keterampilan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur denga
Human Capital Efesiensi (HCE) yang merupakan indikator efesiensi nilai
tambah (Value Added /VA) modal manusia. Rumus untuk menghitung
HCE yaitu :
HCE = VA/HC
HC = Gaji dan Tunjangan Karyawan
Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan
secara teratur kepada seorang pegawai atas jasa dari hasil kerjanya.
Tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa yang diberikan dalam nilai rupiah
secara langsung kepada karyawan individual dan dapat di ketahuai secara
pasti. Tunjangan diberikan kepada karyawan dimaksud agara dapat
menimbulka/meningkatkan semangat kerja bagi karyawan.
2. Modal struktural (Structural Capital/SC) dapat didefinisikan sebagai
compititive intelligence, fotmula, sistem informasi, hak paten, kebijakan,
proses dan sebagainya hasil dari produk atau sistem perusahaan yang telah
diciptakan dari waktu ke waktu (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003),
diukur dengan Structural Capital Efesiensi (SCE) yang merupakan
indikator efesiensi nilai tambah (Value Added /VA) modal struktural.
Rumus untuk menghitung SCE yaitu :
SCE = SC/VA
SC = VA-HC
3. Modal yang digunakan (Capital Employed/CE) didefinisikan sebagai total
modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan
(Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Capital Employed
Efesiensi (CEE) yang merupakan indikator efesiensi nilai tambah (Value
Added /VA) modal yang digunakan. Rumus untuk menghitung CEE,
yaitu:
CEE = VA/CE
CE = nilai buku aktiva bersih
Net Asset Value (NAV) adalah nilai buku set perusahaan dikurangi dengan
kewajiban-kewajiban (utang) perusahaan. Nilai buku (Book Value) adalah
nilai kekayaan bersih, selisih antara total aktiva dengan total kewajiban
(liabilites) suatu perusahaan (Hendy, 2008).
Sehingga nilai VAIC dapat diperoleh dengan menjumlahkan ketiga
komponennyayaitu HCE, SCE dan CEE. Ruimus untuk menghitung VAIC yaitu:
VAIC = HCE+SCE+CEE
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalahkinerja keuangan
perusahaan. Variabel kinerja keuanga, yang mencerminkan efesiensi
efesiensi perusahaan terhadap total aktiva didefinisikan sebagai yaitu:
Return On Total Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas
yang mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
denganmemanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merefleksikan
keuntungan bisnis dan efesiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset
(Chen et at., 2005). Rumus untuk menghitung ROA yaitu:

ROA = Laba bersih


Total Aset

Berdasarkan uraian diatas mengenai uraian dari variabel penelitian ini maka dapat
dilihat dalam matriks operasional variabel penelitian pada tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3

Matriks Operasional Variabel

NO Variabel Indikator Skala

1 Human Capital Human Capital Efesiensi Rasio


(HCE)
(X1)

2 Struktural Capital Structural Capital Rasio


Efesiensi (SCE)
(X2)

3 Capital Employed Capital Employed Rasio


Efesiensi (CEE)
(X3)

4 Kinerja Keuangan Return On Total Asset Rasio


(ROA)
(y)
Sumber: Data diolah

3.6 Uji Asumsi Klasik


Mengingat data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, maka
untuk memahami syarat yang ditentukan sebelum dilakukan uji hipotesis melalui
uji-t dan uji-f serta untuk menetukan ketepatan model maka perlu dilakukan
pengujian atas uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan yaitu : uji
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi yang secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
`

Anda mungkin juga menyukai