Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital
bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk
bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang
menyebabkan penyakit dikemudian hari. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada
sistem yang berperan di dalamnya yaitu sistem pencernaan
Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi
maka gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk
oleh karena itu kitaharus memperbanyak nutrisi.
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan
makanan/pencernaan penyakit. Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan
penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), hati (liver), saluran empedu
(traktus biliaris) dan pankreas. (sujono: 2002)
Perdarahan merupakan gejala awal dari penyakit Gastrointestinal dalam 30%
pasien. Hematemesis adalah muntah darah. Perdarahan biasanya proksimal dari
ligamentum Treitz, kemungkinan dengan melena konkuren. Muntah yang berwarna
seperti ampas kopi menandakan perdarahan yang lebih pelan. Melena adalah tinja
yang gelap. Dapat diproduksi sebanyak 50 Ml dan dapat berlangsung 5 hari setelah
akhir perdarahan. Biasanya timbul dari perdarahan Gastrointestinal atas(Linda
Chandranata, 2000). Salah satu jenis penyakitnya yaitu gastritis.
Gastritis merupakan gangguan kesehatan paling sering di jumpai diklinik
karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
hispatologi (Priyanto, 2008). Gastritis atau radang lambung yang juga dikenal dengan
sakit radang maag. Meski dirasa sepele, kenyataannya penyakit ini tetap saja menjadi
momok bagi penderitanya. Tanpa pemeriksaan dan pengobatan yang tepat, sakit
radang maag justru dapat berkembang menjadi kanker lambung. Sakit radang maag
merupakan penyakit yang terjadi saat lambung mengalami perubahan fungsi maupun
peradangan (Dewanto, 2012).
Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesahatan RI
angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai
91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan
Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat
(Nurlina, 2012).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar penyakit gastritis pada lansia.
2. Bagaimana konsep asukan keperawatan pada lansia.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar penyakit gastritis pada lansia.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit gastritis pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

BAB III
PEMBAHASAN

BAB IV
PENUTUP
A. ,,,,,
B. ,,,,,
C. ,,,,,
D. ,,,,,,
E. ,,,,,,
F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang gastritis:

1. Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.pylori dalam darah. Hasil
test yang

2. Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat


perdarahan.

a. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang
berat.
b. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
c. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa
lambung.
d. Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam
lambung
e. Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat
perdarahan lambung karena gastritis.
f. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan
adanya pendarahan dalam lambung.
g. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk
dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji
ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor
pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).

Anda mungkin juga menyukai