DHF Grade 2
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Intership Dokter Indonesia
di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang
Pembimbing:
dr. Sri Wahyuli
Disusun Oleh:
Yusuf
0
RSUD DR.R. SOETRASNO
REMBANG
I. IDENTITAS
Nama : An. M
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Remban, 03 januari 2008
Umur : 10 Tahun 3 bulan
Suku bangsa/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl tasik remban
Tanggal masuk RS : 15-05-2018
Tanggal keluar RS : 18-05-2018
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 19 Mei 2018
a. Keluhan Utama :
Demam tinggi sejak 3 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan
Mual, muntah, batuk, pilek
3 hari SMRS, Os mengeluh demam tinggi, demam naik secara mendadak , terus
menerus sepanjang hari, disertai dengan keringat, menggigil, tidak mengigau dan
tidak ada penurunan kesadaran. Os merasa lemas sejak demam, lemas akan
berkurang bila beristirahat. Os mengatakan ada pilek, batuk, tidak ada nyeri
1
menelan, tidak ada nyeri telinga. Os merasa mual, muntah setiap makan dan nyeri
perut. Os mengeluh sakit kepala berdenyut, tidak berputar, sakit kepala diperberat
saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat. Os merasakan nyeri pada seluruh
badan dan sendi. BAK + 5x/hari, berwarna kuning jernih, tidak ada busa, tidak ada
darah, tidak ada pasir, volume + 300 cc/sekali BAK, nyeri saat berkemih tidak ada.
BAB (-) dua hari. Os hanya minum obat penurun panas namun demam hanya turun
selama + 4 jam lalu kemudian demam naik lagi.
2 hari SMRS Os mengeluh nyeri pada ulu hatinya terasa sangat hebat dan demam
terasa semakin tinggi, akhirnya orang tua Os memutuskan untuk membawa Os ke
klinik terdekat, Os dibawa ke dokter umum, dan diberikan obat penurun panas, dan
antibiotik untuk mengurangi nyeri pada ulu hatinya dan menurunkan demamnya,
mual dan muntah tidak berkurang setelah minum obat, demam dirasa tetap tinggi,
Os timbul bercak-bercak kemerahan pada lengan bawah dan kaki, tidak ada gusi
berdarah, tidak ada mimisan.
Beberapa jam SMRS, Os merasa demam tinggi tidak ada perbaikan dan karena
takut makin parah keadaannya atau terkena demam berdarah, Ibu Os memutuskan
untuk datang ke UGD RSUD dr Soetrasno
Os tidak memiliki riwayat penyakit seperti ini sebelumnya Menurut Orang tua Os
di keluarga dan lingkungan sekitar seperti tetangga tidak ada yang menderita
demam berdarah, Os juga tidak memiliki riwayat berpergian ke luar kota atau luar
pulau sebelum terjadinya demam. Os mengatakan tidak suka jajan sembarangan.
2
Di lingkungan dan di sekolah OS, Orang tua Os mengatakan tidak ada tetangga dan
teman OS yang menderita DBD
g. Riwayat Kelahiran :
Pasien dilahirkan secara cesar di rumah sakit bersalin dan ditolong oleh dokter
spesial kandungan, langsung menangis saat lahir, tidak ada cacat maupun trauma.
Berat saat lahir 3 kg dan panjang badan 50 cm.
h. Riwayat Perkembangan :
Pertumbuhan gigi I : ± 8 bulan
Tengkurap : ± 3 bulan
Duduk : ± 6 bulan
Berjalan : ± 10 bulan
Bicara : ± 18 bulan
Membaca dan menulis : ± 6 tahun
Kesan : Perkembangan anak sesuai usia
3
Riwayat Imunisasi :
I II III
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
Kesan : imunisasi dasar sudah lengkap sesuai dengan usia, imunisasi ulangan belum lengkap.
Saran : imunisasi ulangan harus dilakukan sesuai dengan waktu imunisasi
i. Riwayat Makanan :
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 37 Kg
Tinggi badan : 148 cm
Berat badan ideal :
Status Gizi : (BB/TB)x 100% = (40/41)x 100% = 97 %
Tanda-tanda vital : Tekanan darah = 100/80 mmHg
Nadi = 88 x/menit teraba kuat, isi cukup, reguler, equal
kiri dan kanan
Pernapasan = 20 x/menit
Suhu = 38 °C
Status Generalis :
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah :
Kulit : Sawo matang, pucat pada ujung-ujung ekstremitas
Mata : Palpebra kanan dan kiri tidak cekung dan tidak edema,
konjungtiva kanan dan kiri pucat, sklera kanan dan kiri tidak
ikterik, kornea kanan dan kiri jernih, iris kanan dan kiri berwarna
coklat, pupil isokor diameter 3 mm.
Telinga : Bentuk daun telinga kanan dan kiri normal, liang telinga kanan
dan kiri tidak terdapat serumen dan tidak terdapat cairan,
membrane timpani intak.
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada,
epistaksis tidak ada.
Mulut : Merah, kering, mukosa bibir basah, sianosis tidak ada
Tenggorokan : T1 – T1 tenang, faring tidak hiperemis.
Leher : Bentuk simetris, trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak teraba,
Thoraks : Bentuk normal, gerak simetris saat statis dan dinamis, retraksi
tidak ada.
Paru
Inspeksi : Gerak simetris saat statis dan dinamis, retraksi suprasternal dan
subcosta tidak ada.
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada, rhonki tidak ada.
5
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V midklavikula kiri, tidak kuat
angkat, tidak ada thrill
Perkusi : Batas atas jantung di sela iga 3 garis sternal kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I – II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada massa, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus positif normal
Palpasi : Cembung, hepar tidak teraba, Lien tidak teraba. Nyeri tekan di
epigastrium.
Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen
Ektremitas : Tidak ada edema, akral dingin, tidak ada deformitas, bintik
kemerahan
Genitalia : tidak dilakukan
Anus : tidak dilakukan
Pemeriksaan Neurologis
Refleks fisiologis
I. Refleks Bisep : +/+ normal
II. Refleks Trisep : +/+ normal
III. Refleks patella : +/+ normal
IV. Refleks Achilles : +/+ normal
Refleks patologis
I. Refleks babinski : -/- normal
II. Refleks Oppenheim : -/- normal
III. Refleks Chaddock : -/- normal
Brudzinki I : Negatif
6
Brudzinki II : Negatif
Kernig : Negatif
Darah Rutin
Hematokrit 44,7 41 %
Darah Rutin
Hematokrit 43 41 %
7
Tanggal 17-05-2018 Jam 18:28
Darah Rutin
Hematokrit 42,3 41 %
Darah Rutin
Hematokrit 35,3 41 %
8
Tanggal 19-05-2018 Jam 18:28
Darah Rutin
Hematokrit 33,3 41 %
Darah Rutin
Hematokrit 36,7 41 %
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
VI. RESUME
Pada anamnesis ditemukan :
Pasien perempuan, 10 tahun 3 bulan , BB 37 kg, datang ke UGD RSUD dr soetrasno dengan
keluhan utama panas tinggi mendadak 3 hari SMRS
Pada RPS :
- 3 hari SMRS :
9
Lemas
- 2 hari SMRS :
- 1 hari SMRS : Pasien tidak ada perbaikan sehingga keesokan harinya pasien
dibawa ke RS dr soetrasno.
10
VII. DIAGNOSIS KERJA :
IX. TATALAKSANA
Medikamentosa
1. Infus RL 5cc/kg/jam = 185cc/jam infus pump
2. Sanmol 370/6 jam iv kp
3. Amoxan 3 x 375 mg pulv
Suportif
Menggunakan kelambu saat tidur dan memasang obat nyamuk
Menggunakan mosquitoe repellant
Melaksanakan 3M
Meletakkan abate ke dalam tempat penampungan air
Melaporkan ke RT untuk dilakukan tindakan fogging di kawasan tempat tinggal
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
X. FOLLOW UP
11
Tanggal 16-05-2018
A = DHF
Tanggal 17-05-2018
A = DHF
Tanggal 18-05-2018
A = DHF
Tanggal 19-05-2018
12
O = TD : 100-90, HR = 80 , RR; 22, t= 36, asites +
A = DHF
Tanggal 20-05-2018
A = DHF
P = blpl
13
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Etiologi
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali,
yaitu 35-45 nm. Virus dengue serotipe 1,2,3,4 ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti.
Patofisiologi
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel manusia
terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung pada daya tahan tubuh
manusia.
Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi
perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular; (2) agregasi trombosit
menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan mengakibatkan kelainan fungsi trombosit sebagai
akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang; (3) kerusakan sel endotel pembuluh
darah akan merangsang/ mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor diatas menyebabkan (1)
peningkatan permeabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis yang disebabkan oleh vaskulopati,
trombositopenia, dan koagulopati.
14
Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinik yang bervariasi mulai dari
asimptomatik, penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), dengue fever, dengue
haemoragic fever, sampai dengue shock syndrom. Walaupun secara epidemiologis infeksi ringan
lebih banyak, tetapi pada awal penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau
berat.
Pemeriksaan Penunjang
Trombosit
- Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai umur, jenis kelamin
15
- Pada sebagian besar kasus, disertai penurunan faktor koagulasi dan fibrinolitik, yaitu
fibrinogen, protrombin, factor VII, factor XII dan antitrombin III
- Pada kasus berat ada disfungsi hati, penurunan kelompok vitamin K-dependent,
protrombin seperti factor V, VII, IX dan X, fibrinogen mungkin subnormal
2. Radiologis
Pada foto thoraks didapatkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan, tetapi bila
terjadi pembesaran plasma hebat, foto roentgen dada sebaiknya dilakukan lateral
dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat dideteksi dengan USG
3. Diagnosis serologi
1. Hemaglutination Inhibition Test (HI test)
Uji ini sensitif tapi tidak spesifik (tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibody HI bertahan >48 tahun, maka cocok untuk uji seroepidemiologi.
Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x dari titer serum akut atau titer
tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap diduga keras positif
infeksi dengue yang baru terjadi (presumtif +)
Antibodinya hanya bertahan sekitar 2-3 tahun saja. Cara pemeriksaannya ruwet dan
membutuhkan tenaga pemeriksa berpengalaman.
3. Neutralization Test
Paling spesifik dan paling sensitif untuk virus dengue, berdasarkan reduksi dari
plaque yang terjadi, dideteksi bersamaaan dengan antibodi HI tapi lebih cepat dari
antibodi komplemen, bertahan >48 tahun tapi lama dan ruwet
Akhir-akhir ini sering dipakai. IgM muncul pada perjalanan penyakit hari 4-5 yang
kemudian diikuti dengan IgG. Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, dapat
16
ditentukan diagnosis yang tepat (diambil >hari ke5 dan <6 minggu) bila masih negatif,
harus diulang, apabila pada hari sakit ke-6 masih tetap (-), msks dilaporkan sebagai (-).
IgM hanya dapat bertahan dalam darah 2-3 bulan setelah infeksi sehingga tidak boleh
dijadikan satu-satunya uji diagnostik pengelolaan kasus. Sensitivitasnya sedikit di
bawah uji HI, spesifitas sama dengan uji HI dan hanya memerlukan 1 serum akut saja.
Saat ini sudah beredar uji Elisa yang sebanding dengan uji HI hanya lebih spesifik
(IgM/IgG dengue blot, dengue rapid, dll). Pada infeksi sekunder, IgG lebih banyak
didapatkan.
4. Isolasi virus
a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari
5. Identifikasi virus
Dengan Fluorescence antibody technique test secata langsung atau tidak langsung. Untuk
identifikasi dipakai yang indirek dengan antibodi monoclonal
6. NS1 antigen test ( Platelia Dengue NS1 Ag assay ) pemeriksaan untuk DHF yang
pertama kalai diperkenalkan tahun 2006 oleh Bio-Rad Laboratories, dapat mendeteksi dihari
pertama panas sebelum antibody dapat terdeteksi 5 hari kemudian.
Diagnosis
Klinis
17
4. Syok yang ditandai oleh nadi yang lemah, Hipotensi (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki, pasien jadi gelisah.
Laboratorium
Trombositopenia (< 100.000/ul) dan hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih 20% dari normal).
Dua gejala klinis pertama ditambah satu gejala laboratorium cukup untuk menegakkan diagnosis
kerja DHF.
III. Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan pasien jadi gelisah.
IV. Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
Diagnosis Banding
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau protozoa
seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam cikungunya , leptospirosis, dan
malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi membedakan DHF dari
penyakit lain. Diagnosis banding lain adalah sepsis, meningitis meningokok, Idiophatic
Trombositopenic Purpura (ITP), leukemia, dan anemia aplastik.
Pada hari-hari pertama, ITP dibedakan dengan DHF dengan demam yang cepat
menghilang dan tidak dijumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase penyembuhan jumlah
trombosit pada DHF lebih cepat kembali.
18
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia dan anemia aplastik. Pada leukemia, demam
tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pada anemia aplastik anak
sangat anemis dan demam timbul karena infeksi sekunder.
Penatalaksanaan
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DF dapat berobat jalan
sedangkan pasien DHF dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DHF dengan
komplikasi diperlukan perawatn intensif. Fase kritis umumnya terjadi pada hari sakit ketiga.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia dan
muntah. Pasien perlu diberi banyak minum, 50 ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama berupa air teh
dengan gula, sirup, susu, sari buah atau oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, beri cairan
rumatan 80-100ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya. Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan
bila perlu surface cooling dengan kompres es. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi
demam dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan dilakukan bila pasien terus-
menerus muntah sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai
hematokrit yang bertendensi terus meningkat (> 40 vol%). Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam
1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis, 1/4 dari jumlah larutan total dikeluarkan dan
diganti dengan larutan yang berisi 0,167 mol/liter natrium bikarbonat (3/4 bagian berisi larutan
NaCl 0.9% + glukosa ditambah 1/4 natrium bikarbonat).
19
Prognosis
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF/DSS
mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta
memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan daripada anak-
anak.
Dari penelitian tahun 1993, dijumpai keadaan penyakit yang terbukti bersama-sama
muncul dengan DHF yaitu demam tifoid, bronkopneumonia, dan anemia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1999). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I, Edisi 3, FKUI, Jakarta, hal 425-426.
20