NIM : 04011181320047
Kelas : PDU A 2013
ANALISIS MASALAH
4. Apa penyebab mekanisme jawaban pasien sangat panjang bahkan banyak tidak
berhubungan dengan pertanyaan?
Terdapat bukti adanya penyimpangan neurokimia dan mikrostruktur dari
otak pada pasien gangguan afektif, berdasarkan kajian PET, MRI, SPECT, dan
magnetic resonance spectroscopy. Pada kortek frontal terjadi penurunan
densitas sel neuron dan glia, berkurangnya aktifitas glia, gangguan integritas sel
neuron, dan penyimpangan struktur serta aktifitas neurokimia. Selain
penurunan aktifitas, terjadi pula penurunan volume kortek prefrontal pada
pasien depresi dan bipolar. Defisit kortek frontal bersamaan dengan
hiperaktifitas hipokampus berperan pada munculnya defisit kognitif yang dapat
diamati pada pasien meskipun dalam kondisi mood yang normal/eutimik.
Defisit inilah yang bermanifestasi pada gangguan bicara berupa logorea.
Gangguan bipolar terdiri dari afek yang meningkat, dan juga aktivitas yang
berlebih (mania atau hipomania), dan dalam jangka waktu yang berbeda terjadi
penurunan afek yang disertai dengan penurunan aktivitas (depresi). Gangguan bipolar
terdiri dari afek yang meningkat, dan juga aktivitas yang berlebih (mania atau
hipomania), dan dalam waktu yang berbeda terjadi penurunan mood yang diikuti dengan
penurunan energi maupun penurunan aktivitas (depresi).
Jumlah kejadian setiap tahun dari gangguan bipolar dalam populasi diperkirakan
antara 10-15 per 100000 di antara manusia. Angka ini lebih tinggi di kalangan wanita dan
bahkan dapat mencapai 30 per 100000 . Kondisi ini dapat mempengaruhi orang dari
hampir semua usia, dari anak-anak sampai usia lanjut. Prevalensi serupa terjadi pada
pria maupun wanita.
Etiologi gangguan bipolar, belum diketahui secara pasti. Bisa terjadi karena
berbagai faktor seperti faktor genetika dan psikososial. Para peneliti juga berpendapat
bahwa disregulasi heterogen terjadi dari neurotransmitter di otak. Gangguan jiwa bipolar
adalah penyakit gangguan jiwa yang bukan disebabkan tekanan psikologis, melainkan
karena terjadinya gangguan keseimbangan pada otak.
Pasien pada gangguan bipolar episode manik mendapatkan hasil yang lebih
buruk. Dua tahun pertama setelah peristiwa pertama, hampir 50%, pasien mengalami
gangguan manik lain. Sekitar 60% pasien dengan serangan bipolar episode manik bisa
disembuhkan gejalanya dengan menggunakan lithium. 7% pasien tidak lagi mengalami
serangan bipolar. 45% pasien mengalami kekambuhan lebih dari sekali dan lebih dari
40% gejalanya menetap. (Soreff S, 2008). Faktor-faktor yang semakin memperburuk
prognosis yaitu kemiskinan, pekerjaan yang buruk, jenis kelamin laki-laki,
menyalahgunakan konsumsi minuman keras dan alkohol, gejala psikotik, dan pada
keadaan depresi yang lama. Prognosis akan menjadi lebih baik pada pasien bila gejala
masih berada dalam episode manik, tidak ada keinginan untuk mengakhiri hidup,
tanpa atau minimal adanya gejala psikotik, usia lanjut, dan jika tidak ada masalah yang
serius dengan kesehatan medis.
SEPUTAR BIPOLAR
Depresi adalah suatu kondisi suasana perasaan yang menetap sedih dalam jangka
waktu panjang. Sedangkan pada kondisi manik atau hipomanik terdapat suatu kondisi
suasana perasaan yang berkebalikan dengan depresi di mana terdapat suatu suasana
perasaan yang gembira secara berlebih-lebihan, meluas, atau iritable (mudah menjadi
marah). Kondisi mood yang meningkat ini akan menyebabkan perubahan pada diri pasien
meliputi peningkatan energi, gangguan tidur, gangguan makan, rasa percaya diri yang
berlebihan, waham kebesaran, kontrol impuls yang buruk, hingga perilaku agresi dan tanpa
perhitungan. Hipomanik adalah kondisi mood yang menyerupai manik namun dalam
derajat lebih ringan. Episode manik harus berlangsung sekurangnya 1 minggu, sedangkan
episode hipomanik berlangsung sekurangnya 4 hari.
Episode depresif dari gangguan bipolar memiliki kriteria diagnostik yang sama
dengan gangguan depresi mayor episode tunggal. Sedangkan pada gangguan bipolar
episode campuran terdapat gejala-gejala manik atau hipomanik dan depresi yang berganti-
ganti secara cepat pada suatu periode waktu yang berlangsung sekurangnya satu minggu.
Pada tampilan klinis, seorang yang menderita gangguan bipolar episode campuran
biasanya mengalami kondisi mood yang sangat tidak stabil. Secara umum, terdapat dua
jenis gangguan bipolar, pada gangguan bipolar tipe satu, ditemukan sekurangnya satu
episode manik. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe dua ditemukan sekurangnya satu
episode hipomanik.
Epidemiologi
Banyaknya orang yang mengalami gangguan ini adalah berkisar 1-3% dari
keseluruhan total populasi di Amerika Serikat. Sedangkan jumlah yang menderita
gangguan ini di Indonesia, tidak diketahui dengan pasti. Sekitar 10%, individu dengan
gangguan depresi mayor biasanya akan mengalami episode manik atau hipomanik pada
perkembangan penyakitnya. Onset usia yang muda, ditemukannya gejala-gejala psikotik
(menyerupai skizofrenia), dan ditemukannya episode depresi berulang merupakan faktor
risiko munculnya gangguan bipolar.
Menurut perkiraan, rata-rata angka morbiditas dari pasien yang tidak diterapi adalah 14
tahun di mana akan muncul kondisi hilangnya produktifitas dan gangguan dalam fungsi
hidup sehari-hari. Dijumpai perilaku bunuh diri pada 10 hingga 20 persen pasien.
Gangguan ini umumnya muncul pada awal usia 20 tahunan walaupun variasinya luas. Pria
dan wanita memiliki kemungkinan yang sama untuk menderita gangguan ini. Tidak ada
data mengenai variasi gangguan pada kelompok ras atau etnik yang berbeda.
Etiologi dan patofisiologi gangguan bipolar belum dapat ditentukan hingga saat ini
dan belum ditemukan marker biologis yang berhubungan secara mutlak dengan gangguan
bipolar. Obat-obat psikiatri golongan mood stabilizer diketahui memiliki efektifitas yang
cukup tinggi dalam mengendalikan mood yang tidak stabil tersebut. Pemberian obat
Secara genetik, diketahui bahwa pasien dengan gangguan bipolar tipe I, 80-90% di
antaranya memiliki keluarga dengan gangguan depresi atau gangguan bipolar juga (yang
mana 10-20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan pada populasi umum).
Anak kembar yang berasal dari satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk
menderita gangguan yang serupa dibandingkan anak kembar yang berasal dari dua telur,
jika anak kembar tersebut dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Rata-rata tingkat
kemungkinan pasangan kembar menderita gangguan yang sama berkisar 60-70%.
Untuk gangguan bipolar tipe I, keluarga terdekat dari individu yang menderita gangguan
ini memiliki risiko tujuh hingga sepuluh persen untuk menderita gangguan yang sama.
Faktor psikososial yang diketahui sering memicu timbulnya gangguan mood ini, di
antaranya tekanan lingkungan sosial, gangguan tidur, atau kejadian traumatis lainnya.
Gambaran Klinis
Saat datang pertama kalinya untuk berobat, umumnya pasien datang dengan gejala-
gejala depresi. Gangguan bipolar merupakan kondisi yang kronik dan individu yang
menderita gangguan ini umumnya memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi. Seiring
dengan berjalannya waktu, gejala utama yang terlihat adalah depresi dalam derajat ringan
atau subklinis. Perbandingan hari lamanya gejala klinis depresi dan manik pada gangguan
bipolar I adalah sekitar tiga berbanding satu, sedangkan pada gangguan bipolar II, lamanya
hari depresi dibandingkan hipomanik adalah sekitar lima belas berbanding satu.
Terdapat suatu kondisi yang dikenal sebagai “rapid cycling” yang merujuk pada
kekambuhan gejala yang terjadi sebanyak empat kali atau lebih dengan kondisi manik atau
hipomanik dan depresi yang berganti-ganti secara cepat pada satu episode dalam
sekurangnya 12 bulan terakhir. Gejala klinis yang muncul pada episode ‘rapid cycling’
tidak berbeda dari gejala klinis yang berlangsung dalam episode non-rapid cycling hanya
saja pada episode ‘rapid cycling’, gejala-gejala manik atau hipomanik dan depresi
berganti-ganti dengan sangat cepat. Menurut penelitian, kondisi ‘rapid cycling’ jauh lebih
sulit untuk diterapi. Pada kondisi yang berat, dapat muncul gejala-gejala psikotik pada
gangguan bipolar.
Pada kondisi depresi sendiri, juga terkadang pasien tidak datang untuk mencari
pertolongan karena gejala-gejala yang muncul umumnya berupa keluhan fisik yang serupa
dengan sakit fisik yang sesungguhnya seperti pusing, sesak nafas, rasa sakit di badan, dan
sebagainya. Gejala-gejala seperti rasa kehilangan tenaga, hilangnya gairah, rasa kosong
dan hampa, dan perasaan tak berdaya pada umumnya tidak dipertimbangkan oleh pasien
untuk mencari pertolongan.
Pemeriksaan Penunjang
Dari penelitian pada penderita gangguan bipolar berusia dewasa, diketahui bahwa
pada pemeriksaan MRI didapatkan pembesaran ventrikel ke-3. Pemeriksaan PET (Positron
Emission Tomographic) menunjukan penurunan aktivitas metabolisme pada bagian otak
depan (lobus frontalis). Hingga saat ini dikatakan bahwa abnormalitas yang terjadi pada
bagian-bagian otak tersebut akan menyebabkan gangguan dalam pengaturan mood dan
fungsi kognitif.
Tatalaksana
Hingga saat ini, tatalaksana untuk gangguan bipolar masih difokuskan dalam
pemberian terapi farmakologi. Obat-obat golongan mood stabilizer diberikan baik untuk
kondisi akut maupun untuk terapi maintenance yang bertujuan mencegah kekambuhan.
Obat-obat anti depresan sangat dihindarkan karena dapat memicu munculnya gejala manik
pada pasien. Terapi farmakologis biasanya dikombinasi dengan terapi non farmakologis
berupa psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Sadock, Benjamin J. 2015. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujuka Ringkas dari
PPDGJ –III dan DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Martin, Andres; Volkmar, Fred R. 2007. Lewis's Child and Adolescent Psychiatry:
A Comprehensive Textbook, 4th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.