Anda di halaman 1dari 21

Laporan Boks

Kepada Yth.
Selasa, 24 Oktober 2017 pukul 13.00

ALERGI IMUNOLOGI

Oleh :
Dr. Firman Syahbana
Dr. Annisa Permatasari
Dr. Teti Hendrayani
Dr. Irma Yenni
Dr. Ria Mareza
Dr. Yenni Rizka
Dr. Dedianto
Dr. Gita Efriani
Dr. Medina Athiah

Pembimbing :
Dr. Hj. Yusmala Helmy, Sp.A(K)
Dr. RA Myrna Alia, Sp.A, M.Kes

DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASSRIWIJAYA
RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2017
PENDAHULUAN

Laporan ini merupakan hasil kegiatan di boks Alergi Imunologi periode April - Juni 2017. Pada
periode ini yang bertugas 10 orang residen, yaitu :
April 2017 Mei 2017 Juni 2017
Residen Junior Dr. Firman Syahbana - Dr. Annisa Permatasari
- Dr. Irma Yenni
Residen Madya Dr. Teti Hendrayani
Dr. Ria Mareza
Dr. Yenni Rizka Dr. Dedianto
Dr. Yenni Rizka
Dr. Dedianto Dr. Gita Efriani
Residen Senior Dr. Yesi Sefriani
Dr. Gita Efriani Dr. Medina Athiah
Dr. Medina Athiah
Dr. Medina Athiah

Kegiatan yang dilakukan di boks Alergi Imunologi adalah :


1. Kegiatan bangsal : dalam menangani pasien, residen selalu berkonsultasi dengan
supervisor boks dan setiap kasus dibicarakan bersama.
2. Membimbing mahasiswa.
3. Kegiatan poliklinik khusus Alergi Imunologi : memberikan pelayanan terhadap pasien
yang memerlukan pelayanan khusus atau lanjutan. Dalam menjalankan tugas,residen
dibimbing dan berkonsultasi dengan supervisor.
Poliklinik khusus Alergi Imunologi dibuka setiap hari kerja.

Pada waktu mulai bertugas, kami menerima 3 penderita di boks alergi imunologi dari dokter
sebelumnya.
No. Identitas Diagnosis
1. JR/ Lk/ 16 thn 3 bln SLE + Ulkus regio skapularis dekstra + regio plantar
pedis dekstra
2. ROM/ Pr/ 11 thn Susp. Hepatoma + Anemia + HIV + Demam lama +
Fungal infection dd/ TB, TISK
3. AA/ Pr/ 7 thn Nefritis lupus + Hipertensi terkontrol + Pro
methylpulse dan CPA

Selesai bertugas di divisi Alergi Imunologi, kami tidak meninggalkan pasien yang belum selesai
perawatan.

2
HASIL KEGIATAN
Penderita yang telah selesai kami rawat pada boks Alergi Imunologi sebanyak 18 penderita
dengan spektrum penyakit sebagai berikut :
1 Nefritis Lupus + Pneumonia + Demam lama ec TISK + Diare akut tanpa dehidrasi + :
1 penderita
Gizi Kurang
2 SLE + Ulcus regio skapularis dekstra + regio plantar pedis dekstra : 1 penderita
3 SLE + Pansitopenia + Hipoalbuminemia + Hipocalsemia + Faringitis kronis : 1 penderita
4 Nefritis Lupus + Distres Nafas Berat ec Bronkopneumonia ec Infeksi Bakteri dd/ Infeksi :
Jamur, Infeksi Tuberkulosis + Sindroma Dispepsia + Flebitis a/r Dorsum Manus Dextra 1 penderita
+ Alkalosis Metabolik+ Hipertensi Terkontrol
5 SLE + Sindroma Steven Johnson + Gizi kurang : 1 penderita
6 Purpura Henoch Schoenlein + Faringitis akut + Hipertensi grade II : 1 penderita
7 Purpura Henoch Schonlein + gizi kurang : 1 penderita
8 HIV stadium 3 + Gizi kurang + Scabies : 1 penderita
9 Leiner’s disease + CHD asianotik ec suspek PDA. : 1 penderita
10 Sindrom Steven Johnson : 1 penderita
11 PHS + Hipertensi st II + Obesitas : 1 penderita
12 Serebral lupus + Hipertensi st II + AIHA : 1 penderita
13 HIV + Marasmus k V + ISK + Susp TB Paru : 2 penderita
14 HIV + Anemia ec Penyakit Kronis + Abses Hepar + Demam lama ec Fungal Infection : 1 penderita
15 Ensefalopati Lupus + Hipertensi stage I terkontrol + Anemia + Trombositopenia : 1 penderita
16 SLE + AIHA : 1 penderita
17 Eritroderma : 1 penderita
Jumlah 18 penderita

Hasil rawat dari penderita tersebut sebagai berikut :


1. Pulang kontrol : 14 penderita
2. Pindah rawat : 0 penderita
3. Pulang paksa : 1 penderita
4. Meninggal : 3 penderita

3
Tabel 1. Distribusi penyakit menurut umur, jenis kelamin, dan hasil rawat pada penderita
yang telah selesai dirawat bagian Alergi Imunologi (n =18)
HASIL RAWAT
DIAGNOSIS < 1 th 1-5 th >5 th P JML
PK PR M
L P L P L P P
Nefritis Lupus + Pneumonia + Demam
lama ec TISK + Diare akut tanpa - - - - 1 - - - - 1 1
dehidrasi + Gizi Kurang
SLE + Ulcus regio skapularis dekstra +
- - - - 1 - 1 - - - 1
regio plantar pedis dekstra
SLE + Pansitopenia +
Hipoalbuminemia + Hipocalsemia + - - - - - 1 - - 1 1
Faringitis kronis
Nefritis Lupus + Distres Nafas Berat ec
Bronkopneumonia ec Infeksi Bakteri
dd/ Infeksi Jamur, Infeksi Tuberkulosis
- - - - - 1 - - - 1 1
+ Sindroma Dispepsia + Flebitis a/r
Dorsum Manus Dextra + Alkalosis
Metabolik+ Hipertensi Terkontrol
SLE + Sindroma Steven Johnson + Gizi - - - - -
- - - 1 1 1
kurang
Purpura Henoch Schoenlein + Faringitis
- - - - 1 1 1 - - - 1
akut + Hipertensi grade II
Purpura Henoch Schonlein + gizi
- - - - 1 - 1 - - - 1
kurang
HIV stadium 3 + Gizi kurang + Scabies - - - 1 - - 1 - - - 1
Leiner’s disease + CHD asianotik ec - -
- 1 - - - - 1 1
suspek PDA.
Sindrom Steven Johnson - - - - 1 1 - - - 1
PHS + Hipertensi st II + Obesitas - - - - 1 - 1 - - - 1
Serebral lupus + Hipertensi st II +
- - - - - 1 1 - - - 1
AIHA
HIV + Marasmus k V + ISK + Susp TB
- - 1 - - 1 2 - - - 2
Paru
HIV + Anemia ec Penyakit Kronis +
Abses Hepar + Demam lama ec Fungal - - - - - 1 1 - - 1
Infection
Ensefalopati Lupus + Hipertensi stage I
- - - - - 1 1 - - - 1
terkontrol + Anemia + Trombositopenia
SLE + AIHA - - - - - 1 1 - - - 1
Eritroderma - - - 1 - - - 1 - - 1
TOTAL - 1 1 2 5 10 14 1 - 3 18

4
URAIAN HASIL PERAWATAN

I. Systemik Lupus Erytematosus


1. IK/ Laki-laki/ 7 tahun/ BB 20 kg/TB: 121 cm /gizi kurang/ 970174/ RI17010610

Keluhan utama : Demam


Keluhan tambahan : BAB cair
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 3 minggu SMRS penderita demam, demam naik turun, batuk (+)berdahak, pilek(-), sesak
(-), penderita belum dibawa berobat, hanya diberkan obat batuk ambroxol dan paracetamol,
namun belum ada perubahan.
Sejak 2 hari SMRS penderita BAB cair, frekuensi 3x/ hari, air > ampas, lendir (-), darah (-), anak
masih demam, dan nafsu makan menurun arena adanya sariawan di lamgit-;angit mulut .
Penderita dibawa berobat ke poli anak dan disarankan MRS.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Penderita telah terdiagnosa SLE + nefritis lupus sejak Agustus 2016, dan rutin meminum obat
metilprednisolon 1- 1 tablet
Riwayat keluarga dengan keluhan penyakit yang sama disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sens E4M6V5, TD 100/70, N:98x/m, T : 37,8C, RR 24 x/m
Keadaan Spesifik : kepala : NCH (-) sclera ikterik (-) konjungtiva anemis (-), mata cekung,
faring hiperemis (-) tonsil T1-T1 tenang, oral thrush (+) Thorax simetris retraksi (-), pulmo
vesikuler normal, ronkhi dan wheezing tidak ada, Cor : bunyi jantung I-II normal, murmur dan
gallop tidak ada, Abdomen : datar lemas, nyeri tekan epigastrium (-) hepar dan lien tidak teraba,
shifting dullness (-) bising usus (+) normal, cubitan kulit perut kembali cepat. Ekstremitas akral
hangat, CRT < 3,
Diagnosis awal:
demam lama ec TISK + diare akut tanpa dehidrasi + Nefritis lupus + gizi kurang + stomatitis
Terapi:
Penderita istirahat baring dan mendapatkan terapi IVFD D5 ½ NS kec 40 cc/jam, Inj.
Ceftriaxone 1x 1,6 gram, Metiprednisolon 1x1 tablet tap off, zinc 1x 20 mg, oralit 200 tiap BAB
cair, paracetamol 200 mg bila T> 38,5 C, ambroxol 3x 10 mg PO
Pemeriksaan Penunjang
Darah

5
Hb: 10,0 gr%, Ht :30%, Leukosit : 3.400 mm3 , Trombosit 150.000 mm3 LED 49 mm/jam, DC
0/0/51/44/5 CRP<5
Urin rutin
jernih agak keruh BJ 1,02 pH 6 prot (++) glu (-) nitrit (-) leu 2-4 eri 1-3 bakteri (+) jamur (-)
Feses rutin
warna cokelat, konsistensi encer, amoeba (-), eritrosit 90-1), leukosit (0-1), bakteri (+), telur
cacing (-), protein (-), lemak (-), karbohidrat (-), darah (-)
Folow Up
Selama perawatan dilakukan kultur darah dan kultur urin. Penderita mengeluh kesulitan makan
karena adanya ulkus palatum, kemudian dikonsulkan ke bagian gizi untuk tatalaksana gizi
kurang dan feeding problem, disaranakan pemberian susu F100 3x200 kkal, NB 3x 200 kkal,
IVFD D12,5 % 300 cc/24 jam, aminufusin 630 cc / 24 jam. Hari perawatan ke-3, penderita mulai
terlihat sesak, dilakukan Ro thorax AP Lateral dan didapatkan kesan pneumonia. Hari perawatan
ke 5 penderita penderita mengaalami distress napas dan pindah rawat ke PICU. Penderita
meninggal dunia ec gagal kardiorespirasi ec pneumonia + demam lama ec TISK + diare akut
tanpa dehidrasi + SLE + Nefritis lupus + ulkus palatum.
Diagnosis akhir : Gagal kardiorespirasi ec pneumonia + demam lama ec TISK + diare akut
tanpa dehidrasi + Nefritis lupus + gizi kurang + ulkus palatum

2. JR/LK/16 tahun/50Kg/170 cm Status Gizi Baik


Keluhan utama: koreng di kaki
Keluhan tambahan: Demam, benjolan dipunggung, pucat
Riwayat perjalanan penyakit:
Sejak 1 minggu SMRS penderita mengalam luka dikaki, luka semakin membesar, luka terasa
nyeri, bernanah dan berdarah , demam ada namun tidak terlalu tinggi, penderita juga mengeluh
ada benjolan dipunggung penderita awalnya hanya sebesar kelereng semakin lama semakin
membesar sebesar telor puyuh, terasa nyeri dan bernanah, keluhan dipunggung dialami oleh
penderita sejak 3 minggu SMRS, penderita belum mau dibawa berobat, hanya diberikan obat
amoksisilin dan luka diberikan obat betadine, namun tidak ada perbaikan. Penderita telah
terdiagnosa SLE sejak januari 2017 rutin berobat ke poli alergi imunologi dan saat ini masih
minum obat metil prednisolon dan tappering off (saat ini penderita mengkonsumsi metil
prednisolon 2x 1 ½ tablet)
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.
Riwayat demam lama disangkal
Pemeriksaan fisik:
6
Keadaan umum: sensorium: composmentis, TD: 130/70 mmHg, HR: 112 x/m,suhu: 39C,
frekuensi napas: 22x/m. Keadaan spesifik: Kepala :conjungtiva anemis (+), sclera ikterik (-),
NCH (-), malar rash (+). Thoraks: simetris, retraksi (-), Jantung : bunyi jantung I dan II normal,
murmur (-), gallop (-), Paru : vesikuler(+) normal ronkhi (-), wheezing (-). Abdomen :datar,
lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal,Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”.
Status lokalis : regio facialis : tampak malar rash pada daerah pipi, bercak menimbul (-), gatal (-
). Regio scapula : : tampak ulkus mengaung (+), pus (+), nyeri tekan (+), ukuran 2x 2 cm . Regio
plantar pedis dextra : tampak lesi mengaung (+), ukuran 4x 5 cm, hiperemis, pus(+), nyeri tekan
(+).
Diagnosis awal:
SLE + ulkus plantar pedis dextra + ulkus regio scapula
Pemeriksaan penunjang:
Darah
Hb : 14.4 g/dl, Eritrosit : 2.380.000, Ht : 19 vol%, LED : 35 mm/jam, Leukosit : 27.700/mm 3,
Trombosit : 211.000/mm3, DC : 0/0/1/79/16/4, CRP 45
Urin rutin
kuning, jernih, BJ : 1.020 pH : 5, Protein (-), darah (-), urobilinogen (-), nitrit (-), Lek. Esterase (-
), epitel (+), Leukosit 2-3, Eritrosit 0-1, Silinder (-), bakteri (-).
Terapi:
Inj. Ampicillin 3x1.6 gr (iv), Inj. Gentamycin 2x100 mg(iv), metil prednisolon tablet tappering
off (2x 1.5 tablet ), captopril 2 x 12.5 mg (po), Paracetamol 3x500 mg bila T>38.5 0 C, vitamin
D 2x 1 tablet (po). Penderita dikonsulkan ke bagian nefrologi diassesment dengan prehipertensi
dapat disebabkan oleh metil prednisolon atau pain inducer saran capropril 2x25 mg (po) ,
penderita dikonsulkan kebagian dermato venerologi dangan kesan erupsi acneiforme + suspect
scrofuloderma + bula hemorrhagik disertai darah, saran : aspirasi luka pada pedis dextra,
kompres Nacl 0.9 % 3x 10 menit tiap 8 jam, asam fusidat cream tiap 12 jam, rawat bersama.
Penderita dikonsulkan ke bagian respirologi , didapatkan kesan : kemungkinan scrolufuderma
belum dapat disingkirkan disarankan : penelusuran ke arah TB , mantoux tes, gene expert
sputum, BTA 1,2,3, BTA pada ulkus negativ. Penderita dikonsulkan kebagian infeksi didapatkan
kesan : ulkus masih mungkin disebabkan oleh infeksi jamur, disarankan untuk kultur swab luka
pada kedua ulkus( kultur swab luka, pewarnaan gram, kultur jamur dan pewarnaan ziehl nielsen)
Selama perawatan penderita mengalami perbaikan dan dilakukan pemeriksaan penunjang
swab ulkus thorak, hasil kuman tidak tumbuh, hasil swab di plantar pedis hasil negativ, hasil
kultur kuman staphilococcus epidermidis dengan leukosit 2-4/lp, epitel 0-1/lp, sensitiv

7
terhadap norfloxaxin dan vancomisin , dilakukan kultur jamur dengan hasil negativ, penderita
dikonsulkan ulang ke bagian divisi infeksi saran : terapi ampisilin distop diganti dengan
ceftazidim. Hasil penelusuran Tb : BTA 1,2,3 negative, mantoux indurasi nol, penderita dirawat
selama 22 hari perbaikan dan pulang kontrol, namun tiga hari dirumah penderita mengalami
batuk dan sesak napas di bawa ke IGD RSMH, dirawat di PICU dengan diagnosa distress napas
berat mengancam gagal napas ec suspect effusi pleura sinistra + syok sepsis penderita dirawat
dipicu selama 3 hari selama perawatan di Picu penderita dikonsulkan ke bedah thorak dilakukan
pemasangan WSD dilakukan pemeriksaan penunjang Hb 10.3 g/dl , Erit 3.66, leukosit 24.800,
Ht 33 vol %, trombosit 174.000/mm3, , LED 68 mm/jam , DC 0/0/85/9/6, PT + INR 12.1, INR
0.87, APTT 30.9, SGOT 19, SGPT 20, Albumin 2.3 g/dl , GDS 145 g/dl , Ureum 29, Kreatinin
0.26, Asam urat 2.30, Ca 9.4, Ph 4.1, Mg 2.00, Na 145, K 4.0, Cl 111, CRP 85 dan dilakukan
pemeriksaan cairan pleuranamun tidak dapat diperiksa karna teralalu kental. Penderita mendapat
terapi inj ampisilin 4x 1gr (iv), inj cefotaxim 4x 1 gr(iv), parasetamol 3x 500 mg (iv), captopril
2x25 mg (po), drip albumin 25 %  200 cc, metil prednisolon 4 mg  4 ½ tab – 4 ½ tab, 4 ½
tablet mengalami perbaikan pindah ke bangsal dirawat dibangsal selama 5 hari dan pulang
kontrol.
Diagnosa Akhir:
SLE dengan syok sepsis ec effusi pleura sinistra + ulkus regio scapula + ulkus regio plantar
pedis

3. CI/Pr/6 th/BB/TB 13 kg/ 102 cm /Status gizi baik


Keluhan utama : Demam
Keluhan tambahan : Timbul ruam kemerahan di pipi, dan seluruh tubuh, nyeri sendi kaki dan
tangan
Sejak 3 bulan SMRS penderita demam, tidak terlalu tinggi, naik turun, demam turun bila diberi
obat penurun panas, batuk dan pilek tidak ada, BAB dan BAK biasa. Penderita dibawa berobat
ke Puskesmas, diberi obat penurun panas, perubahan (-).
1 bulan SMRS penderita masih sering demam, tidak terlalu tinggi, naik turun, demam turun bila
diberi obat penurun panas. Batuk dan pilek tidak ada. Pada wajah penderita mulai timbul ruam
warna kemerahan, tidak gatal, tidak nyeri. Ruam lebih tampak kemerahan bila terkena sinar
matahari. Penderita juga mengeluh nyeri sendi terutama pada sendi tangan dan kaki yaitu di
pergelangan kaki dan tangan, nyeri sendi dirasakan berpindah-pindah, bengkak pada sendi tidak
ada. BAK merah tidak ada, BAB biasa.. Pasien dibawa berobat ke Puskesmas, diberi obat-obatan
( orang tua tidak tahu namanya ).

8
1 minggu SMRS, penderita demam, tinggi, terus menerus, puncak demam tidak diketahui ( tidak
diukur orang tua ), demam turun bila diberi obat penurun panas. Tidak ada sakit kepala, terdapat
batuk, berdahak, tidak ada pilek, tidak ada muntah.tidak ada nyeri perut , Ruam kemerahan pada
wajah semakin banyak, menyebar ke telapak tangan dan kaki, tidak gatal, tidak nyeri. Nyeri
sendi dirasakan semakin bertambah, pasien tampak pucat, tidak ada mimisan dan gusi berdarah,
tampak bintik-bintik merah kebiruan timbul di badan, tidak ada lebam-lebam pada tubuh, BAK
merah tidak ada, BAB hitam tidak ada. Pasien dibawa ke RS. AR Bunda Lubuk Linggau, pasien
lalu dirawat selama dua hari,selama perawatan, dilakukan pemeriksaan darah pada pasien,
didapatkan hasil Hb 8,1 g/dl, leukosit 3700/ µL, trombosit 3.000/µL, MCV 82 fl, MCH 26 pg,
MCHC 32 g/L. Diff Count 4/0/0/30/51/15, bilirubin total 1,2 mg/dl, bilirubin direk 0,4 mg/dl,
bilirubin indirek 0,8 mg/dl, SGOT 23 U/I, SGPT 28 U/I, SI 102ug/dl, TIBC 306 ug/dl, dilakukan
juga pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil warna kuning jernih, BJ 1.015 pH 7,0 protein (+),
keton (-), nitrit (-), epitel 2-3/lpb, leukosit 6-8/lpb, eritrosit 0-1/lpb, silinder granuler (+),
dilakukan juga pemeriksaan rontgen thoraks, didapatkan hasil pulmo tidak tampak kelainan,
suspect cardiomegali ( LVH dan LAH ). Saat perawatan pasien diberi terapi sanbe 4x1 cth po
dan votaprex 1x1 cth po, karena tidak ada perubahan, pasien lalu dirujuk ke RSMH.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: sensorium: compos mentis, TD: 100/60 mmHg, HR: 110 x/mnt, suhu: 38.8C,
frekuensi napas: 28x/mnt. Keadaan spesifik: Kepala : conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-),
napas cuping hidung (-), faring hiperemis (+), tonsil T1-T1 tenang. Malar rash (+), ulserasi
dimukosa oral (+), lesi discoid pada mukosa mulut (+), stomatitis (+). Thoraks: simetris, retraksi
(-), Jantung : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (+), Paru : vesikuler (+) normal
ronkhi (-), wheezing (-). Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+)
normal, Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”, eritema pada tangan (+), edema periungual (+).
Status lokalis : regio facialis : tampak malar rash pada daerah pipi, ruam menimbul (-), skuama
(+), eritema (+), gatal (-).
Diagnosis Awal:
Demam lama + pansitopenia ec suspect sistemik lupus eritematous + faringitis akut
Pemeriksaan penunjang:
Darah
Hb : 8,5 g/dL, Er : 3.240.000/mm3, Ht : 27 vol%, LED : 13 mm/ jam, Leukosit : 3800/ mm3,
Trombosit : 85.000/UL, DC : 0/0/40/55/5, SGOT 1014 U/L, SGPT 206 U/L, albumin 2,4 g/dL,
ureum 19 mg/dL, asam urat 3,90 mg/dL, kreatinin 0,29 mg/dL, calcium 7,4 mg/dL, phosphor 4,1
mg/dL, magnesium 2,22 mEq/L, natrium 144 mEq/L, kalium 4,1 mEq/L, klorida 110 mmol/L.

9
komplemen C3 29 mg/dL ( 90-180), komplemen C4 4,0 mg/dL( 10-40), ANA test >1/3200, (
negative : <1/100, moderate: 1/100, , positif kuat : >1/100 ), anti ds-DNA 608,74 ( negative : 0-
200, positif sedang :201-300, positif kuat : >= 801 ), CRP <5. Gambaran darah tepi : eritrosit
normositik normokrom, leukosit jumlah menurun, morfologi dalam batas normal, trombosit
jumlah menurun, morfologi dalam batas normal, kesan pansitopenia. Saran : observasi
pansitopenia.
Comb test : direct positif, indirect negatif.
Urin rutin
warna kuning muda, jernih, berat jenis 1.020, pH 6,0, protein positif +, ascorbic acid negatif,
glukosa negatif, keton negatif, darah negative, bilirubin negatif, urobilinogen 1 EU/dL, leukosit
esterase negatif, sedimen urine positif +, leukosit 2-4 /LPB, eritrosit 0-2/LPB, silinder (-), Kristal
(-), bakteri (-), mucus (-).
Terapi :
Pada pasien disarankan istirahat baring, diberikan cairan IVFD D5 1/4NS gtt 12x/m makro, Inj.
Ampisillin 3x450 mg iv, Inj. Ceftazidim 3x650 mg iv, koreksi hipocalcemia dengan Ca glukonas
6 cc dalam D5% 30 cc tiap 8 jam, habis dalam 1 jam. Koreksi albumin 25% 50 cc/ hari, selama
tiga hari. Direncanakan transfusi washed PRC 1x100 cc. parasetamol 150 mg bila temperatur >
38,5C, calcium+vit D tablet 2x1 tab. Pada penderita dilakukan kultur urin, didapatkan hasil
Escherichia coli, dilakukan juga kultur darah, didapatkan hasil steril. Pasien juga dikonsulkan ke
divisi respirologi untuk penelusuran TB, dilakukan pemeriksaan BTA I/II/III, didapatkan hasil (-
/-/-), x-pert MTB : MTB not detected. Pada hari ke 7 perawatan, dilakukan pemeriksaan darah
ulang pada pasien, didapatkan hasil Hb 7,8 g/dl, leukosit 2.300/mm3, hematokrit 25%, trombosit
78.000 /µL, LED 120 mm/jam, diff count 0/0/39/57/4, SGOT 752 U/L, SGPT 127 U/L, albumin
2,7 g/dL, ureum 23 mg/dL, kreatinin 0,24 mg/dL, calcium 7,4 mg/dL, natrium 142 mEq/L,
kalium 4,0 mEq/L, klorida 112 mmol/L CRP </. Pada hari ke 9 perawatan, pasien mengalami
perburukan, pasien meninggal dunia.
Diagnosa akhir :
gagal kardiorespirasi ec SLE + Pansitopenia + Hipoalbuminemia + Hipocalcemia + Faringitis
kronis

4. AA/Pr/8 thn/32 kg/125 cm/Status Gizi Baik


Keluhan utama: Sesak nafas
Keluhan tambahan: Demam, nyeri perut
Riwayat perjalanan penyakit:

10
Sejak ± 2 hari SMRS, penderita mengeluh batuk, pilek tidak ada, nyeri menelan tidak ada, sesak
nafas tidak ada, nafas cepat tidak ada, demam ada tidak terlalu tinggi, sakit kepala tidak ada,
mual tidak ada, muntah tidak ada, BAB dan BAK biasa. Penderita belum dibawa berobat.
Sejak ± 12 jam SMRS, penderita tampak sesak nafas, sesak tidak dipengaruhi posisi, cuaca, dan
aktivitas, batuk ada, demam ada tidak terlalu tinggi, demam naik-turun, nyeri perut, nyeri
terutama di daerah ulu hati, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nafsu makan menurun, sakit kepala tidak
ada, nyeri menelan tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada, BAB dan BAK biasa. Penderita
langsung dibawa ke IRD RSMH.
Riwayat penyakit dahulu:
 Penderita telah terdiagnosis Nefritis Lupus + Ensefalopati Lupus + Hipertensi di RSMH
sejak tiga bulan SMRS.
 Penderita terakhir dirawat di RSMH ± 1 bulan SMRS selama 5 hari pro pemberian obat
metilprednisolon pulse dose dan kemoterapi siklofosfamid. Selama dirawat, terdapat
bengkak bekas pemasangan IVFD line di tangan kanan penderita.
 Saat ini penderita mengkonsumsi obat Amlodipin tablet 1 x 10 mg, Captopril tablet 2 x
25 mg, metilprednisolon tablet 3 x 8 mg (dosis sedang di-tappering off), dan pirasetam
syrup 2 x 400 mg.
Riwayat penyakit dalam keluarga:
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Sensorium: compos mentis, TD: 100/70 mmHg, suhu: 38,4C, nadi: 120
kali/menit (isi dan tegangan cukup), frekuensi napas: 30 kali/menit, Sp)2 93%.
Keadaan spesifik: Kepala: moon face (+), nafas cuping hidung (+), konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-), edema palpebra (-), plak putih (+) a/r lingula. Thoraks: simetris, retraksi (+)
interkostal dan subkostal. Jantung: bunyi jantung I dan II normal, bising (-). Paru: vesikuler (+/+)
meningkat, ronkhi basah halus nyaring ada (+/+), wheezing (-/-). Abdomen: cembung, lemas,
nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal. Ekstremitas:
akral hangat (+), CRT <2”, edema eritema (+) di regio dorsum manus dextra, pitting edema (-).
Diagnosis Awal:
Nefritis Lupus + Bronkopneumonia + Sindroma Dispepsia + Flebitis a/r Dorsum Manus Dextra
+ Hipertensi Terkontrol
Pemeriksaan penunjang:
Darah

11
Hb: 11,1 g/dl, Ht: 33 %, Eritrosit 3.660.000 /mm3, Leukosit: 15.700 /mm3, Trombosit: 296.000
/mm3, Hitun Jenis: 0/0/81/9/10, Albumin 3,2 g/dL, Ureum 18 mg/dL, Asam Urat 5,20 mg/dL,
Kreatinin 0,36 mg/dL, Kalsium 8,9 mg/dL, Natrium 137 mEq/L, Kalium 3,5 mEq/L.
Rontgen thorax: tampak perselubungan parakardia kiri. Kesan: bronkopneumonia.
Terapi:
Pasien istirahat baring, diberikan oksigen nasal 2 liter per menit, IVFD D5% ½ NS gtt 15 makro,
Injeksi Ampicillin 1 gr tiap 8 jam iv, Injeksi Gentamisin 80 mg tiap 12 jam iv, Metilprednisolon
tablet 8 mg tiap 8 jam (dosis sedang di-tappering off), Amlodipin tablet 10 mg tiap 24 jam,
Captopril tablet 25 mg tiap 12 jam, Furosemid tablet 20 mg tiap 12 jam, Injeksi Omeprazol 10
mg tiap 12 jam iv, Antasida syrup 2 cth tiap 6 jam, Nistatin drop 2 cc tiap 6 jam, Parasetamol
tablet ¾ bila demam ≥38,50C dan Pirasetam syrup 400 mg tiap 12 jam.
Pada perawatan hari keempat, penderita tampak semakin sesak nafas dan terjadi desaturasi
oksigen menjadi 90%. Selain itu penderita mengeluhkan nyeri perut dan nyeri/pegal di seluruh
tubuh. Penderita dipindahrawat ke ruang High Care Unit dan dilakukan observasi ketat. Oksigen
nasal lalu diganti menjadi oksigen sungkup NRM 8 liter per menit, antibiotik Injeksi Ampicillin
dan Injeksi Gentamisin diganti menjadi drip Ceftriaxon 2 gr dalam D5% 50 cc tiap 24 jam.
Penderita dilakukan pemeriksaan Analisis Gas Darah dan konsultasi ke Divisi Respirologi Anak.
Hasil Analisis Gas Darah yaitu pH 7,55, pCO2 32,1, pO2 43,5, HCO3 28,6, Beb 7,0 dengan
kesan Alkalosis Metabolik. Hasil konsultasi ke Divisi Respirologi Anak yaitu kesan pneumonia
yang bisa disebabkan bakteri, jamur, ataupun infeksi Tuberkulosis. Penderita disarankan
melanjutkan antibiotik, konsul ke Divisi Infeksi untuk kemungkinan infeksi jamur sistemik, serta
penelusuran Tuberkulosis. Penderita lalu mendapat terapi antijamur Flukonazol 40 mg tiap 24
jam dan pemberian Nistatin drop dihentikan. Hasil penelusuran Tuberkulosis yaitu Tes Mantoux
belum dilakukan, Tes Cepat Molekuler TB not detected, Bilas Lambung BTA negatif.
Pada perawatan hari ketujuh, penderita mengalami distres nafas berat sehingga penderita
dikonsulkan ke PICU untuk perawatan lebih lanjut. Penderita meninggal dunia setelah perawatan
di PICU selama 3 hari.
Diagnosa Akhir:
Nefritis Lupus + Distres Nafas Berat ec Bronkopneumonia ec Infeksi Bakteri dd/ Infeksi Jamur,
Infeksi Tuberkulosis + Sindroma Dispepsia + Flebitis a/r Dorsum Manus Dextra + Alkalosis
Metabolik+ Hipertensi Terkontrol

12
5. AM/Perempuan/9 tahun /BB 16 kg/ PB 116 cm/Gizi kurang
Keluhan utama : kemerahan pada wajah dan seluruh tubuh
Keluhan tambahan : sariawan, mata merah
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh timbul ruam merah yang mulai
muncul dari wajah dan menyebar keseluruh tubuh, tidak gatal, tidak demam. Penderita juga
mengeluh ada sariawan di mulut, dan mata penderita mulai tampak merah. Demam tidak ada,
batuk dan pilek tidak ada, nyeri kepala tidak ada dan ada nyeri dipergelangan kaki dan tangan.
Buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Penderita belum dibawa berobat.
Sejak sekitar 1 hari sebelum masuk rumah sakit wajah penderita semakin merah, mata penderita
semakin merah, demam tidak ada. Sariawan masih ada. Penderita dibawa berobat ke RS
Muhammadiyah, dan di rujuk ke RSMH Palembang.
Penderita telah terdiagnosis SLE sejak tahun 2015, rutin berobat ke RS swasta dengan dokter
spesialis penyakit dalam, mendapatkan terapi metil prednisolon dosis 80 mg, pernah diturunkan
bertahap, kemudian dinaikkan lagi menjadi dosis penuh.
Riwayat minum obat kina bersamaan pemberiannya dengan obat metil prednisolon sekitar 2
minggu sebelum masuk rumah sakit
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sens E4M6V5, TD : 100/70 mmHg, N : 98 x/menit (i/t cukup, reguler), RR :
24 x/menit (regular), T : 37,5C.
Keadaan Spesifik : kepala : Alopecia (+), NCH (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
sklera merah (+), ruam butterfly di kedua pipi (-), mukosa bibir kering, ulcerasi oral (+), faring
hiperemis (-), tonsil T2-T2 tenang. Leher : pembesaran KGB (-).Thorax simetris, retraksi (-),
pulmo : vesikuler normal, ronkhi dan wheezing tidak ada, Cor : bunyi jantung I-II normal,
murmur dan gallop tidak ada, Abdomen : datar lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+)
normal. Ekstremitas akral hangat, CRT < 3 detik. Status dermatologis: eritema multiform pada
wajah, lengan, tungkai dan punggung, lesi rata dengan sekitar.
Sendi : calor (-), rubor (-), dolor (-), fungsiolesa (+),
Kriteria ACR : vaskulitis (+), ulcerasi oral (+), alopesia (+), atralgia (+).

Diagnosis awal :
Sistemik lupus eritematous + Sindroma Steven Johnson ec. Susp kina + Gizi kurang
Pemeriksaan Penunjang
Darah

13
Hb 12.9 gr/dl, leukosit 7.100/mm3, Ht 39%, Trombosit 280.000/mm3, Ret 3,5 LED 2mm/jam,
DC 0/7/57/28/8, SGOT 54, SGPT 31, Ureum 27, kreatinin 0,46, Na 140 meq/l, K 4,3 meq/l ca
8,2 mg/dl, CRP <5
Terapi:
Penderita mendapatkan terapi IVFD D51/2 NS kecepatan 15x/menit makro, injeksi gentamisin
2x40 mg, metil prednisolon @ 4 mg 2-1-1 tab diturunkan bertahap, cetrizine 1x5 mg, kompres
NaCl 0,9% setiap 8 jam, dan pemberian oleum coccos. Penderita diberikan diet nasi biasa 3x1
porsi, snack 3x sehari dan susu full cream 2x 150 cc. Penderita juga dikonsulkan ke bagian mata
dan didapatkan kesan blefaritis ec. SSJ, disarankan pemberian kloramfenikol salep mata. Hari ke
3 perawatan penderita mendapat tambahan Azatioprin 1x40 mg per oral dan calsium 2 x 500 mg
per oral. Setelah dirawat selama 14 hari, penderita pulang kontrol. Diberikan edukasi kepada
keluarga dan penderita untuk minum obat dan kontrol teratur.
Diagnosis akhir:
Sistemik Lupus Eritematous + Sindroma Steven Johnson + Gizi kurang

III. Purpura Henoch Schonlein


1.NIN/Laki-laki/11 tahun/BB 36 kg/TB 126 cm/Gizi baik
Keluhan utama: ruam-ruam merah pada kedua tungkai dan perut
Keluhan tambahan: batuk dan sakit menelan
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 3 hari SMRS penderita mengeluh timbul ruam-ruam merah pada kedua kaki, teraba kasar,
penderita juga mengeluh batuk dan nyeri menelan, nyeri perut tidak ada, mual tidak ada, muntah
tidak ada, nyeri sendi (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan. Penderita belum dibawa berobat.
Sejak 1 hari SMRS ruam kemerahan bertambah banyak di kedua di pergelangan kaki, tungkai,
meluas ke perut, nyeri sendi lutut tidak, nyeri perut tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak ada,
demam tidak ada, batuk ada, sakit kepala tidak ada. BAB hitam tidak ada, BAK biasa. Penderita
dibawa berobat ke IGD RSMH dan di rawat inap.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat faringitis akut 2 minggu SMRS, berobat ke dokter umum, keluhan berkurang.
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sens compos mentis, TD : 100/70, Nadi :88 kali/menit (i/t cukup, reguler), T :
36.7 C, RR : 20 kali/menit.

14
Keadaan Spesifik : kepala : NCH (-) konjungtiva anemis (-), faring hiperemis (+), tonsil T2-T2
tenang, Thorax simetris retraksi (-), tampak purpura eritem palpable. pulmo vesikuler normal,
ronkhi dan wheezing tidak ada, Cor : bunyi jantung I-II normal, murmur dan gallop tidak ada,
Abdomen : datar lemas, tampak purpura eritem palpable, nyeri tekan epigastrium (-) hepar dan
lien tidak teraba, bising usus (+) normal. Ekstremitas akral hangat, CRT 2”. Tampak purpura
eritem palpable pada kedua pergelangan kaki.
Diagnosis awal :
Purpura Henoch Schoenlein + Faringitis akut
Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hb 11,9 g%, leukosit 9.600/mm3, Ht 36%, trombosit 351.000/mm3, LED 8 mm/jam, DC
0/1/55/36/8 CRP <5 mg/dl, C3 150, C4 10
Urin rutin
kuning, jernih, BJ 1.015, pH 6,0, protein (-), glukosa (-), keton (-), darah (-), bilirubin (-),
urobilinogen 1, nitrit (-), lekosit esterase (-), epitel (+), Leukosit 0-2, Eritrosit 0-1, silinder (-),
kristal (-), bakteri (-), mukus (-), jamur (-).
Feses rutin
kuning kecoklatan, lembek amoeba (–), eritrosit (–), leukosit 0–1, bakteri (++), Jamur (-), telur
cacing (–), sisa makanan protein (–), lemak(–), karbohidrat (–), darah samar (–).
Terapi:
Penderita mendapatkan prednison 3 x 15 mg peroral, amoksilin 3x500 mg peroral, dan
ambroksol 3x1 tab, pemantauan tanda vital dan diobservasi urinalisis setiap minggu. Pada hari
perawatan ke-3 penderita mengalami hipertensi stage 2 TD 130/90 dengan keluhan tambahan
sakit kepala ada, mual tidak ada, muntah tidak ada, penderita dikonsulkan ke divisi nefrologi
anak mendapatkan terapi captopril 2x6,25 mg po, diobservasi selama 2 jam bila tetap tinggi
dapat diberikan 3x12,5 mg, dosis prednison diturunkan menjadi 0,8 mg/kgBB/hari (3-2,5-2 tab).
Diet rendah garam 3x1 porsi + susu FC 2x 200 cc. Penderita mengalami perbaikan klinis dan
pulang kontrol setelah 8 hari perawatan serta direncanakan tappering off prednison setelah 10
hari penggunaan prednison fulldose. Penderita disarankan kontrol setelah 1 minggu.
Diagnosis akhir :
Purpura Henoch Schoenlein + Faringitis akut + Hipertensi grade II

15
2. SU/Pr/11 thn/30 kg/ 142cm/Status Gizi kurang
Keluhan utama: Ruam kemerahan di kedua tungkai dan bokong
Keluhan tambahan: nyeri perut, nyeri sendi
Riwayat perjalanan penyakit :
Sejak 2 minggu SMRS muncul ruam kemerahan di punggung kaki, ruam tidak disertai rasa
gatal, demam (+),tidak tinggi, nyeri sendi (+), batuk (-), pilek (-), BAB dan BAK biasa.
Penderita dibawa berobat ke dokter umum dan diberi obat parasetamol, namun keluhan belum
berkurang. Satu minggu SMRS penderita di bawa berobat ke dokter umum, disarankan untuk
berobat ke SpA namun pasien belum dibawa berobat. Empat hari SMRS pasien mengeluh nyeri
perut, kembali dibawa ke dokter umum, diberi obat, keluhan ruam kemerahan hilang namun
nyeri perut masih ada. 12jam SMRS ruam kemerahan kembali muncul, nyeri sendi(+), anak
dibawa ke SpA(K), dirujuk ke RSMH.
Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: sensorium: compos mentis, TD : 100/60 mmHg, suhu:
36,8C, Nadi: 88x/m (isi dan tegangan cukup), frekuensi napas: 22 x/m. Keadaan spesifik:
Kepala : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), NCH (-). Thoraks: simetris, retraksi (-),
jantung : bunyi jantung I dan II normal, bising (-), paru : vesikuler normal ronkhi (-), wheezing (-
). Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal, nyeri tekan
epigastrik (-). Ekstremitas: akral hangat, purpura, palpable, di kedua tungkai, dan bokong.
Diagnosis Awal:
Purpura Henoch Schonlein + gizi kurang
Pemeriksaan penunjang:
Darah
Hb: 132,5 g/dl, Ht: 39 vol%, Leukosit: 17.100/mm3, Trombosit: 606.000/mm3, DC : 0/3/73/16/8.
Urin rutin
kuning, jernih, Bj: 1,010 pH 8 protein (-), darah(-), sel epitel (+), leukosit: 0-1/LPB, eritrosit: 0-
1/LPB, silinder (-), protein (-), glukosa (-),bakteri (-).
Feses rutin
coklat, eritrosit 0-1 leuko 0-1 darah samar (+).
Terapi: metilprednisolon 1 mg/KgBB/hari yaitu 3x2,5 tablet selama 1 minggu. Diberikan
omeprazol 2x20 mg, calnic plus 2x1 tablet dan vitamin B kompleks 1x1 tablet. Selama
perawatan dilakukan observasi tekanan darah.
Penderita pulang kontrol setelah mengalami perbaikan klinis dan 1 minggu pemberian metil
prednisolon, direncanakan tappering off metil prednisolon perlahan-lahan selama 2 minggu.
Penderita disarankan kontrol setelah 1 minggu pulang perawatan.

16
Diagnosa Akhir :
Purpura Henoch Schonlein + gizi kurang

IV. HIV + Scabies


1. SN/Pr/ 4 tahun/ BB 12 kg PB 75 cm/ Status gizi kurang
Keluhan Utama : mulai pengobatan ARV
Keluhan tambahan : gatal diseluruh tubuh
Riwayat perjalanan penyakit:
Pasien telah terdiagnosis HIV sejak sekitar 1 bulan yang lalu. Sejak sekitar 3 minggu SMRS
penderita mengalami gatal diseluruh tubuh, gatal dirasakan terutama pada malam hari, ada bintil
berisi air di derah punggung, tangan dan kaki. Pasien ada demam yang tidak terlalu tinggi dan
demam hilang timbul ,ada pilek, batuk tidak ada, sesak tidak ada, penderita juga ada keluhan
BAB dengan konsistensai lembek sampai dengan cair, masih ada ampas, frekuensi 2x/hari.
Penderita dibawa berobat ke RS swasta di lakukan pemeriksaan rapid test HIV dan didapatkan
hasil reaktif. Penderita kemudian dirujuk ke poli anak RSMH dan dirawat.
Pemeriksaan fisis:
Keadaan umum : Sensorium : komposmentis, TD 90/60 mmHg, laju napas 26 kali/mnt, suhu
36,7º C( aksilla), BB/PB -1 sd -2 SD Kesan : gizi kurang. Keadaan spesifik : Kepala: napas
cuping hidung(-), konjungtiva anemis (-), 17ontro ikterik (-), wajah seperti orang tua (-). Thorax
simetris, retraksi (-). Cor Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-) Pulmo: vesikuler
normal Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen datar, lemas hepar dan lien tidak teraba, bising
usus (+) normal. Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time 2 detik. Status dermatologis
terdapat papul kemerahan, ekskoriasi di sela-sela jari, telapak tangan, siku dan ketiak; ekskoriasi
di punggung dan bagian dada.
Diagnosis awal :
HIV stadium 3 + Scabies + Gizi Kurang
Pemeriksaan penunjang :
Darah
Hb : 10 g/dl, Ht : 34 vol%, Leukosit : 8.900/mm3, Trombosit : 387.000/UL, Diff. Count :
0/2/60/33/5, MCV 71,4 MCH 21, MCHC 30 LED 33 mm/jam SGOT 67 SGPT 36 albumin 3,8
Ureum 25 Cr 0,28 Ca 8,9 Na 145 K 3,9 CRP 8
Urin rutin

17
kuning, jernih, BJ 1.005, pH 6,0, protein (-), glukosa (-), keton (-), darah (-), bilirubin (-),
urobilinogen 1, nitrit (-), lekosit esterase (-), epitel (+), Leukosit 0-2, Eritrosit 0-1, silinder(-),
kristal (-), bakteri (-), mukus (-), jamur (-).
Terapi
Penderita diberikan AZT FDC 60:30:60 1 x 1 tablet, kotrimoksazol 1x240 mg, parasetamol
sirup 120mg jik T>38,5’C, cetrizine sirup 1x1 cth, dan krim permetrin 5% 1x1 minggu.
Penderita dipantau mengenai efek samping dan reaksi alergi dari ARV. Setelah perawatan hari
ke 7 tidak didapatkan efek samping dan efek samping dari ARV. Penderita pulang 18ontrol
setelah perawatan hari ke 12 dengan perbaikan klinis.
Diagnosis akhir :
HIV stadium 3 + Gizi kurang + Scabies

V. Leiner’s disease + CHD asianotik ec suspek PDA


1. NM/Pr/1 bulan 20 hari/4,5 kg/59 cm/Status Gizi baik
Keluhan utama: kulit kering dan mengelupas di seluruh tubuh
Keluhan tambahan: kulit kemerahan
Riwayat perjalanan penyakit : ±1,5 bulan SMRS, penderita demam tidak terlalu tinggi ( suhu
tidak diukur), BAB cair(+), air > ampas, frekuensi 5-6x/hari. BAK biasa, anak masih kuat
menyusu, anak belum dibawa berobat. Lima hari kemudian muncul bintik-bintik berisi cairan di
kepala, sekitar 4-5 buah, kemudian pecah, mengering dan mengelupas, penderita dibawa ke
bidan, diberi obat penurun panas dan racikan, namun keluhan tidak berkurang dan kulit di
seluruh tubuh semakin luas mengelupas. Delapan jam SMRS kulit di seluruh tubuh pasien
semakin mengering dan mengelupas, anak juga terlihat agak sesak, pasien dibawa berobat ke
mantri, disarankan untuk dibawa ke RSMH. Riwayat ibu alergi makanan laut (+). Anak masih
minum ASI.
Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: sensorium: kompos mentis, suhu: 36,7C, Nadi: 120x/m,
frekuensi napas: 42 x/m. Keadaan spesifik: Kepala : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-),
NCH (-). Thoraks: simetris, retraksi (-), jantung : bunyi jantung I dan II normal, bising (+)
sistolik grade III/6 ICS II-III LPS sinistra, gallop (-), paru : vesikuler normal ronkhi (-),
wheezing (-). Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal, nyeri
tekan epigastrik (-). Ekstremitas: akral hangat. Status dermatologis: regio generalisata: eritema
difuse nonhomogen diserta skuama kering kecoklatan, tebal, berlapis, kering. Regio Scalp:
skuama kering kecoklatan, tebal, berminyak, berlapis. Region colli: erosi, ekskoriasi multipel
irreguler.

18
Diagnosis Awal:
Leiner’s disease + CHD asianotik ec suspek PDA
Pemeriksaan penunjang:
Darah
Hb: 8,8 g/dl, Ht: 27 vol%, LED: 37 mm/jam, Leukosit: 15.600/mm3, Trombosit: 764.000/mm3,
MCV 90 MCH 29 MCHC 33 DC: 0/5/27/59/9 Fe 47 TIBC 160 albumin 2,5 feritin 424,4
Gambaran darah tepi: anemia normokrom normositer dengan trombositosis ec suspek inflamasi.
Terapi:
Inj. Gentamisin 2x12 mg iv, oleum coccos, mandi dengan oilatum bar. Penderita pulang kontrol
setelah mengalami perbaikan klinis 10 hari pengobatan dengan edukasi ibu untuk menghindari
pencetus alergi, mandi dengan air matang dan edukasi bahwa bila ada gejala yang sama anak
kembali dibawa berobat. Penderita disarankan kontrol setelah 1 minggu pulang perawatan dan
untuk penjadwalan echocardiografi.
Diagnosa Akhir:
Leiner’s disease + CHD asianotik ec suspek PDA.

VI. Sindrom Steven Johnson


DS/Lk/6 tahun/20 kg/114 cm/Status Gizi baik

Keluhan utama: timbul ruam kemerahan di badan, tungkai dan mulut.


Keluhan Tambahan: mata merah dan banyak secret.
Riwayat perjalanan penyakit : Sejak 4 hari SMRS muncul ruam merah di badan gatal (-),
demam(-), batuk (-), pilek (+), sesak napas (-), kejang (-), kulit mengelupas(-), BAB dan BAK
biasa. Anak dibawa berobat ke dokter umum, diberi predison. 2 hari SMRS ruam merah semakin
banyak, menyebar ke seluruh tubuh, gatal (+), mata merah, keluar air mata terus menerus dan
secret(+), mulut mengelupas. 1 hari SMRS mata terlihat semakin merah, anak di bawa ke SpAK
dan disarankan untuk di rawat. Riwayat ibu dan saudara alergi sulfa dan penisilin. Riwayat
minum obat Rhinos sebelumnya.
Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: sensorium: compos mentis, suhu: 36,8°C, Nadi: 100x/m,
frekuensi napas: 24 x/m. Keadaan spesifik: Kepala : injeksi silier(+), secret (+), edema palpebra
(+), NCH (-), bibir kering, erosi. Thoraks: simetris, retraksi (-), jantung : bunyi jantung I dan II
normal, bising (-), paru : vesikuler (+) normal, ronhki (-), wheezing (-). Abdomen :datar, lemas,
hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal. Ekstremitas: akral hangat, eritema dan papula
di badan, lengan dan tungkai.

19
Diagnosis Awal:
Sindrom Steven Johnson
Pemeriksaan penunjang:
Darah
Hb : 12,6 g/dL, Ht : 39 vol%, Leukosit : 13.600/mm3, Trombosit : 381.000/UL, DC : 0/4/45/44/7
Ureum 19 mg/dL creatinin 0,41 mg/dL. Natrium 143 mEq/L K 4,3mEq Albumin 4,6 g/dL.
Terapi:
Inj. Gentamisin 2x50 mg iv, cetirizin sirup 1x1 cth. Kompres Nacl 0,9% pada kulit. Penderita
dikonsulkan ke subdivisi mata kesan Conjungtivitis ODS ec Sindrom Steven Jhonsosn ringan.
Diberikan protogenta tetesmata 4x1 ODS, Penderita juga dikonsulkan ke Bagian Kulit Kelamin,
kesan Sindroma Steven Johnson dengan tambahan lotio calamine topical. Penderita pulang
kontrol setelah mengalami perbaikan klinis Penderita disarankan kontrol setelah 5 hari pulang
perawatan.
Diagnosa Akhir :
Sindrom Steven Johnson

20
POLIKLINIK KHUSUS ALERGI IMUNOLOGI
Selama periode April – Juni 2017 jumlah kunjungan pasien ke Poli Alergi Imunologi sebanyak
89 kunjungan, dengan spektrum penyakit sebagai berikut :

1. PMTCT : - kunjungan
2. ODHA : 73 kunjungan
3. SLE : 9 kunjungan
4. ARJ : 1 kunjungan
5 PHS : 6 kunjungan
Jumlah 89 kunjungan

Tabel 2. Distribusi jumlah kunjungan ke poliklinik khusus Alergi Imunologi (n=89)

Jenis Penyakit <1 1-<5 ≥5 Askes


Lama Baru Swasta Jml %
L P L P L P Askin
ODHA 6 3 18 15 13 18 69 4 73 - 73 82.02
SLE - - - - 3 6 9 - 9 - 9 10.11
PHS - - - - 3 3 6 - 6 - 6 6.74
PMTCT - - - - - - - - - - - -
ARJ - - - - 1 - - 1 1 - 1 1.12
Jumlah 6 3 18 15 20 27 84 5 89 - 89 100

Terima kasih kepada Ketua Bagian IKA FK UNSRI/RSMH, Ketua Program Studi IKA, dan
Supervisor Boks Alergi dan Imunologi Anak yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada kami selama bertugas dan belajar di Boks Alergi dan Imunologi Anak.

21

Anda mungkin juga menyukai