Anda di halaman 1dari 9

Kepada :

Yth.

LAPORAN KASUS
Kamis, 15 Februari 2018
Pukul : 13.00 WIB

MILLER FISHER SYNDROME

Disusun oleh :

Dr.Fandi Argiansya

Pembimbing :

dr. RM.Indra, Sp.A(K)


dr. Msy Rita, Sp.A(K)

Moderator : dr. Yusmala Sp.A (K)


Penilai :

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI - RS. MOH HUSEIN
PALEMBANG
2018
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS

IDENTIFIKASI

Seorang anak, usia 13 tahun, berat badan 43 kg, panjang badan 153 cm, tempat tinggal
di luar kota (Banyuasin). Dirawat pada tanggal 21 November 2017

ANAMNESIS (Dilakukan anamnesis terhadap kedua orang tua penderita pada 22 November
2017)

Keluhan utama : Lemah anggota gerak bawah

Keluhan tambahan : -

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Sejak 10 hari SMRS penderita mengeluh demam, demam tinggi, terus menerus
sepanjang hari. Keluhan batuk (+), pilek (-), muntah (-), BAB cair (-).Keluhan demam
disertai kesemutan pada kedua kaki, pasien juga mengeluhkan kedua betis terasa seperti
ditarik-tarik. Pasien kemudian dibawa berobat ke klinik dan mendapat terapi berupa
prednison, cefixime dan neurobion.

± 4 hari SMRS keluhan demam dirasa berkurang namun keluhan lemah pada kedua
tungkai masih dirasakan oleh pasien yang ditandai dengan kesulitan untuk shalat karena saat
rukuk kedua kaki terasa lemah dan terjatuh.

± 1 hari SMRS pasien kesulitan untuk berjalan yang ditandai dengan jalan diseret
hingga harus dibantu oleh temannya. Keluhan mual (-), muntah (-), mengompol tidak ada,
kesulitan BAB juga tidak dirasakan oleh pasien. Pasien juga mengeluh berkeringat lebih
banyak dari biasanya. Pasien kemudian dibawa ke RSMH.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat batuk sejak ± 3minggu SMRS (-)

Riwayat lemah anggota gerak bawah sebelumnya (-)

Tidak terdapat riwayat trauma sebelumnya.


Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama

Riwayat kehamilan dan persalinan

Penderita merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Kehamilan penderita


merupakan kehamilan yang diharapkan. Selama hamil, ibu sehat, tidak pernah mengalami
demam tinggi, hipertensi, kencing manis, ataupun sakit lainnya. Ibu penderita kontrol rutin ke
bidan dan 4 kali kontrol ke dokter kandungan selama kehamilan. Riwayat ibu merokok,
minum jamu, mengkomsumsi alcohol atau obat-obatan tertentu selama kehamilan disangkal.
Saat hamil ibu berusia 30 tahun. Ibu minum rutin vitamin yang diberikan oleh bidan. Asupan
nutrisi selama kehamilan cukup.

Penderita lahir usia 9 bulan, secara spontan, ditolong dokter umum di RSU daerah.
Riwayat demam saat persalinan disangkal. Riwayat ketuban kental hijau bau disangkal.
Riwayat ketuban pecah sebelum waktunya disangkal. Penderita lahir langsung menangis,
dengan berat lahir 2900 gram, PBL 42 cm, lingkar kepala lahir tidak ditahui.

Riwayat imunisasi

Penderita mendapatkan imunisasi dasar berupa Hepatitis Bo, BCG, DPT 1,2, dan 3, Polio 1,2
dan 3, dan Campak sesuai jadwal. Penderita mendapatkan imunisasi DPT ulangan usia 2
tahun. Imunisasi HiB : ibu tidak tahu

Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap sesuai umur


Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan

Berat badan anak saat ini 43 kg, panjang badan 153 cm

Perkembangan

Perkembangan penderita dari lahir hingga sekarang dalam batas normal. Saat ini penderita
bersekolah di kelas 1 SMP. Penderita tidak pernah tinggal kelas, dapat mengikuti pelajaran
sekolah dengan baik. Penderita juga terlibat dalam berbagai kegiatan di lingkungan rumah,
sekolah dan sekitar. Penderita tidak pernah mengalami masalah dalam pergaulan dengan
teman sebaya.
Kesan: Perkembangan sesuai dengan usia kronologis.
Riwayat nutrisi
Anak mendapatkan ASI sampai dengan usia 1 tahun. Mulai mendapatkan makanan
pendamping usia 6 bulan. Anak mulai makan nasi saat usia 1 tahun. Saat ini sehari-hari anak
makan nasi 3 kali sehari sebanyak 1 piring. Anak mendapatkan lauk telur, ikan, daging,
maupun tahu tempe. Anak mau makan buah-buahan seperti jeruk, pepaya, dan melon.
Riwayat sosial ekomomi
Penderita merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Ayah penderita merupakan lulusan
SMP dan sehari hari bekerja sebagai petani. Ibu penderita juga bekerja sebagai petani.
Penghasilan keluarga sekitar 2-3 juta sebulan.
Kesan : Sosial ekonomi kurang

PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum : baik, compos mentis, tidak ada demam
Tanda vital :
Tekanan darah : 90/50 mmHg
Frekuensi nadi : 84x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 24x/menit
Suhu aksilla : 36,8ºC
Status gizi dan antopometri
BB 43 kg TB 153 cm
BB berdasarkan umur (CDC ) : P 25-50
TB berdasarkan umur ( CDC ) : P 25-50
BB berdasarkan TB (CDC ) : 43/43 x 100% = 100%
Kesan : Gizi baik
Kondisi spesifik :
Kepala : Pupil bulat isokor, Ø3 mm, refleks cahaya (+) normal, tidak terdapat
konjungtiva anemis, tidak terdapat sklera ikterik, tidak terdapat
napas cuping hidung, terdapat lagoftalmus pada kelopak mata
sebelah kiri.
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening colli
Thorax : Simetris, tidak terdapat retraksi
Cor : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus tidak teraba, thrill tidak teraba
Perkusi : batas kanan atas sela iga II garis parasternalis kanan, batas
kanan bawah sela iga IV garis parasternalis kiri, batas kiri atas sela
iga II garis parasternalis kiri, batas kiri bawah sela iga IV garis
midklavikularis kiri.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat bising dan
irama derap.
Kesan : pemeriksaan fisis jantung dalam batas normal
Pulmo : Inspeksi : simetris, tidak ada gerak tertinggal, tidak ada retraksi.
Palpasi : stem fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler normal, tidak didapatkan ronkhi dan wheezing
Kesan : pemeriksaan fisis paru dalam batas normal
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tak teraba, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time < 3 detik
Status neurologis :

Tungkai kanan Tungkai kiri Lengan kanan Lengan kiri


Gerakan Terbatas Terbatas Luas Luas
Kekuatan 4 4 5 5
Tonus Eutonia Eutonia Eutonia Eutonia
Klonus - Tidak ada Tidak ada
Refleks fisiologis Normal Normal Menurun Menurun
Refleks patologis Tidak ada
GRM Tidak ada
Fungsi Sensorik : Terdapat Hipestesia pada kedua tungkai bawah
RINGKASAN DATA DASAR

Anak datang dengan keluhan kelemahan pada kedua tungkai bawah yang didahului
dengan demam yang disertai batuk. Keluhan tidak disertai mengompol juga BAB seperti
biasa. Pasien merasakan keluhan berkeringat yang lebih banyak dibandingkan biasanya.

Pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, lahir normal ditolong bidan.
Riwayat imunisasi lengkap dilakukan di Puskesmas dekat tempat tinggalnya. Pasien belum
pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, juga tidak ada riwayat jatuh. Keluhan
yang sama di keluarga juga disangkal. Pasien sebelumnya telah berobat ke klinik swasta di
dekat tempat tinggalnya dan mendapatkan terapi berupa prednison, cefixime dan neurobion
namun belum ada perbaikan.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan kesadaran komposmentis, tekanan darah 90/60


mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, regular, isi dan tegangan cukup, frekuensi pernapasan
24x/menit. Berat badan 43 kg. Panjang badan 154 cm. BB/U P25-50, PB/U P 25-50, BB/PB
100%. Kepala konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-) terdapat lagoftalmus pada kelopak
mata sebelah kiri. Thorax simetris, retraksi (-). Cor bunyi jantung I dan II normal murmur (-)
gallop (-). Pulmo vesikuler normal ronkhi (-) wheezing (-). Abdomen datar lemas hepar lien
tak teraba bising usus (+) normal Ekstremitas akral hangat CRT < 3detik. Pada pemeriksaan
neurologis didapatkan kelemahan pada kedua tungkai bawah dengan jalan menyeret, refleks
fisiologis juga menurun pada ekstremitas bawah, didapatkan hipestesia pada kedua tungkai
bawah.

ANALISIS AWAL

Penderita datang dengan keluhan utama kelemahan pada kedua tungkai bawah yang
didahului dengan adanya riwayat demam yang disertai batuk dan tidak adanya riwayat
trauma. Dari pemeriksaan motorik didapatkan kelemahan pada kedua tungkai bawah dan
adanya penurunan sensorik pada kedua tungkai bawah. Tidak ditemukan adanya gangguan
otonom pada penderita. Untuk memastikan penyebab paraparese pada pasien tersebut
diperlukan pemeriksaan penunjanbg berupa darah rutin, elektrolit, ENMG serta lumbal
pungsi.
Dalam kasus ini Sindrom Guillain Barre dapat ditegakkan berdasarkan hasil LCS dan
untuk menyingkirkan penyebab lain dari penyebab lain berupa periodic paralysis dapat
disingkirkan dengan pemeriksaan elektrolit. Pemeriksaan ENMG bertujuan untuk
menegakkan SGB berdasarkan tipenya.

DIAGNOSIS BANDING

Miller Fisher Syndrome


Myelitis Transversa
Periodic Paralysis
Poliomyelitis
DIAGNOSIS KERJA

Miller Fisher Syndrome

RENCANA PENGELOLAAN

1. Miller Fisher Syndrome


 Rencana diagnostik : ENMG, Lumbal Pungsi
 Edukasi :
Menjelaskan kepada orang tua mengenai penyebab dan faktor risiko terjadinya
Miller Fisher Syndrome
Menjelaskan kepada orangtua mengenai prosedur pemeriksaan penunjang yang
dilakukan berupa ENMG dan lumbal pungsi.
Menjelaskan kepada orangtua tatalaksana Miller Fisher Syndrome dan perlunya
pemantauan jangka panjang pada penderita
 Rencana terapi : sesuai hasil pemeriksaan/ tindakan diagnostik.
Menjelaskan kepada orang tua rencana terapi imunoglobulin yang akan
diberikan, manfaat, efek samping dan kemungkinan penyebab jika ditemukan
bersamaan dengan lain
PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

Anda mungkin juga menyukai