Halaman
Kejadian cedera dada merupakan salah satu trauma yang sering terjadi,
jika tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan kematian, kejadian trauma
dada terjadi sekitar seperempat dari jumlah kematian akinat trauma yang terjadi,
serta sekitar sepertiga dari kematian yang terjadi berbagai rumah sakit. Beberapa
cedera dada yang dapat terjadi antara lain, tension pneumotoraks, pneumotoraks
terbuka, flail chest, hematotoraks, tamponade jantung. Kecelakaan kendaraan
bermotor paling sering menyebabkan terjadinya trauma pada toraks. Tingkat
morbiditas mortalitas akan meningkat dan menjadi penyebab kematian kedua
didunia pada tahun 2020 menurut WHO (World Health Organization).1
2
pria dengan usia antara dekade 3 dan 4. Salah satu penelitian menyebutkan sekitar
81% kasus pneumthorax spontan primer berusia kurang dari 45 tahun.4
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pneumotoraks adalah adanya keberadaan gas di dalam rongga pleura
pleura, antara paru-paru dan dinding dada.2
2.2. Anatomi
b. Pleura parietalis, yaitu bagian pleura yang beratasan dengan dinding thorax.
4
terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cavum pleura ini terdapat sedikit
cairan pleura yang berfungsi agar tidak terjadi gesekan antar pleura ketika proses
pernafasan.5
2.3. Klasifikasi
Klasifikasi pneumotoraks berdasarkan dengan penyebabnya adalah
sebagai berikut:
1. Pneumotoraks Spontan
pneumotoraks spontan adalaha setiap pneumthorax yang terjadi tiba-tiba
tanpa adanya suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenik), ada 2 jenis
yaitu:
a) Pneumotoraks Spontan Primer
Keadaan ini disebabkan oleh ruptur kista kecil udara subpleura di
apeks (“bleb”) tetapi jarang menyebabkan gangguan fisiologis yang
signifikan. Biasanya menyerang laki-laki (L:P 5:1) muda (20-40 tahun)
5
bertubuh tinggi tanpa penyakit paru penyebab. pneumotoraks spontan
primer merupakan jenis paling sering pada pneumotoraks (prevalensi
8/105/tahun, meningkat sampai 200/105/tahun pada orang dengan
tinggi badan >1,9 m). Setelah pneumotoraks spontan primer kedua,
mungkin terjadi rekurensi (>60%). Pleurodesis untuk menyebabkan
fusi pleura viseralis dan parietalis yang menggunakan tindakan medis
(misalnya insersi bleomisin atau talcum ke dalam pleura) atau
pembedahan (misalnya abrasi lapisan pleura ) dianjurkan.6
b) Pneumotoraks Spontan Sekunder
Pneumotoraks spontan sekunder dihubungkan dengan penyakit
respirasi yang merusak arsitektur paru, paling sering bersifat obstruktif
(misalnya penyakit paru obstruktif kronik/PPOK, asma) fibrotik atau
infektif (misalnya pneumonia) dan kadang-kadang gangguan langka
atau herediter (misalnya sindrom Marfan, Fibrosis kistik). Insidensi
SPP meningkat seiring bertambahnya usia dan memberatnya penyakit
paru penyebab. Pasien tersebut biasanya perlu dirawat di rumah sakit
karena meskipun pneumotoraks sekunder kecil, pada pasien dengan
cadangan respirasi yang berkurang, dapat terjadi komplikasi yang lebih
serius daripada pneumotoraks spontan primer besar. Pasien ICU
dengan penyakit paru sangat berisiko mengalami pneumotoraks primer
karena tekanan tinggi (“barotraumas”) dan distensi pada alveolar
(“volutrauma”) akibat ventilasi mekanis. Strategis ventilasi “protektif”
yang menggunakan ventilasi bertekanan renah, dengan volume terbatas
mengurangi risiko tersebut.6
2. pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks tersebut terjadi setelah trauma toraks tumpul (misalnya
kecelakaan lalu lintas) atau tajam (misalnya fraktur iga, luka tusuk).6
6
Berdasarkan kejadiannya pneumotoraks traumatik dibagi 2 jenis yaitu:
a) Pneumotoraks traumatik bukan iatrogenik adalah pneumthorax yang
terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada baik
terbuka maupun tertutup.4
b) Pneumotoraks traumatik iatrogenik adalah pneumthorax yang terjadi
akibat komplikasi dari tindakan medis, pneumthorax jenis inipun masih
dibedakan menjadi 2 yaitu:
i. Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental, adalah pneumotoraks
yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi
tindakan tersebut, misalnya pada tindakan parasintesis dada, biopsi
pleura, biopsi transbronkial, biopsi/aspirasi paru perkutaneus, kanulasi
vena sentral, barotrauma (ventilasi mekanik).4
ii. Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate), adalah
pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara ke
dalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box.
Biasanya untuk terapi tuberkulosis.4
3. Berdasarkan jenis fistulnya pneumotoraks dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Pneumotoraks Tension
Pneumotoraks tension dapat menyulitkan (menjadi komplikasi)
pneumotoraks spontan primer atau pneumotoraks sekunder tetapi paling
sering terjadi selama ventilasi mekanis dan setelah pneumotoraks
traumatik. Pneumtohorax tersebut terjadi bila udara menumpuk dalam
rongga pleura lebih cepat daripada yang dapat dikeluarkan. Peningkatan
tekanan intratoraks menyebabkan aliran balik vena, dan syok yang
disebabkan oleh penurunan curah jantung. Keadaan tersebut merupakan
kegawatan medis dan fatal jika tidak dihilangkan secara cepat dengan
drainase. Deteksi merupakan suatu diagnosis klinis, menunggu konfirmasi
foto torkas dapat mengancam jiwa. Drainase segera dengan jarum 14G
pada ruang interkosta II di garis mediklavikularis penting dilakukan.
“Desis” khas akibat keluarnya gas mengkonfirmasi diagnosis. Drain toraks
kemudian dimasukkan.6
7
b) Pneumotoraks Tertutup (Simple pneumotoraks)
Pneumothoraks tertutup yaitu suatu pneumthorax dengan tekanan udara di
rongga pleura yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan pleura pada
sisi hemitoraks kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah dan
tekanan atmosfir. Pada jenis ini tidak didapatkan defek atau luka terbuka
dari dinding dada.4
c) Pneumotoraks Terbuka (Open pneumotoraks)
Pneumotoraks terbuka terjadi karena luka terbuka pada dinding dada
sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar melalui luka tersebut. Pada
saat inspirasi, mediastinum dalam keadaan normal tetapi pada saat
ekspirasi mediastinum bergeser kearah sisi dinding dada yang terluka
(sucking wound).4
2.4. Epidiomiologi
Insidensinya sama antara pneumotoraks primer dan sekunder, namun pria
lebih banyak terkena dibanding wanita dengan perbandingan 5:1. Pada pria, resiko
perokok. Pneumotoraks spontan sering terjadi pada usia muda, dengan insidensi
langsung maupun tidak langsung pada dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi
1. Umur : Biasanya terjadi pada orang yang ber usia 20-40 tahun
8
4. Biasanya terjadi pada anak laki-laki yang tinggi, kurus dan usia 10-30
tahun
5. Incidens pada usia tertentu: 7,4-18 kasus per 100.000 orang per tahun pada
laki-laki 1,2-6 kasus per 100.000 orang per tahun pada perempuan
7. Umur : Puncak kejadian di usia 60-65 tahun insidensi 6,3 kasus per
100.000 orang per tahun pada laki-laki 2,0 kasus per 100.000 orang per
9. Hal ini terjadi paling sering di usia 20-an, dan pneumotoraks spontan
10. Pneumotoraks spontan sekunder biasanya terjadi antara usia 60 dan 65.
11. Antara Tahun 1991 dan 1995 tingkat MRS di UK Hospitalbaik untuk
orang per tahun dan 5,8 per 100.000 perempuan per tahun.
12. Rekurensiakan terjadi pada sekitar 30% dari 45% primer dan sekunder
pneumotoraks. Hal ini sering terjadi dalam 6 bulan, dan biasanya dalam
waktu 3 tahun.9
9
2.5. Patofisiologi
Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah negatif.
Tekanan negatif disebabkan karena kecenderungan paru untuk kolaps (elastic
recoil) dan dinding dada yang cenderung mengembang. Jika terjadi hubungan
antara alveolus atau ruang udara intrapulmoner lainnya (kavitas, bulla) dengan
rongga pleura oleh sebab apapun, maka udara akan mengalir dari alveol ke rongga
pleura sampai terjadi keseimbangan tekanan atau hubungan tersebut tertutup.
Serupa dengan mekanisme di atas, maka bila ada hubungan antara udara luar
dengan rongga pleura melalui dinding dada, udara akan masuk ke rongga pleura
sampai perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup. Apabila terdapat
udara pada rongga pleura maka paru akan kolaps. Pada pneumotoraks simpel,
tekanan intrapleura menyamai tekanan atmosfir sehingga jaringan paru yang
kolaps dapat mencapai 30%. Pada kondisi yang lebih berat (tension
pneumotoraks), kebocoran yang terus terjadi akan menyebabkan peningkatan
tekanan positif pada rongga pleura yang lebih jauh dapat menyebabkan kompresi
paru, pendorongan struktur mediastinum ke kontra lateral, penurunan venous
return, dan penurunan cardiac output.5
2.7. Diagnosis
Pneumotoraks dapat bersifat asimtomatik dan didiagnosis
berdasarkan klinis yang khas gejalanya. Gejala yang paling umum adalah nyeri
10
dada dan sesak napas, secara khas dengan onset akut, disertai dengan penurunan
suara napas atau bahkan tidak ada sama sekali. Pasien dengan sekunder
pneumotoraks cenderung memiliki lebih banyak gejala dibandingkan dengan
pneumotoraks primer sebagai akibat penyakit paru-paru yang ada. Tanda-tanda
klinis pneumotoraks termasuk penurunan paru-paru ekspansi, nada perkusi
hipersonor, deviasi trakea, peningkatan TVJ, dan berkurang suara nafas yang
berbunyi di sisi yang sakit. Kehadiran hipotensi dan takikardia dapat
mengindikasikan tension pneumotoraks.2
Pada pemeriksaan radiologis dengan x-ray chest, bayangan udara dalam
rongga pleura memberikan gambaran radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru
(avaskuler pattern) dengan batas paru berupa garis radiopak tipis yang berasal dari
pleura viseralis. Jika pneumotoraks meluas maka akan menekan jaringan paru
kearah hilus atau paru menjadi kolpas di daerah hilus dan mendorong
mediastinum kearah kontralateral. Selain itu sela iga menjadi lebar.11
11
DAFTAR PUSTAKA
from :http://nefrologyners.wordpress.com/2010/11/03/pneumotoraks-2/.
http://www.harrisonspractice.com/practice/ub/view/Harrisons
%20Practice/141278/all/pneumotoraks.
12
9. Korom S, Conyurt H, Missbach A, et al. Patient.co.uk.[Online].;2011.
http://www.patient.co.uk/doctor/pneumotoraks.htm.
13