BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui kualitas perairan dan keanekaragaman plankton.
2. Mengetahui hubungan antara keragaman plankton dengan kualitas
perairan.
3. Mengetahui keragaman dan dominasi plankton yang ditemukan dalam
praktikum mikrobiologi lingkungan.
4. Mengetahui jenis-jenis plankton yang ditemukan dalam praktikum
mikrobiologi lingkungan.
1.4 MANFAAT
Dilihat dari rumusan masalah, maka ada beberapa manfaat, yaitu di
antaranya sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kualitas perairan dan keanekaragaman plankton.
2. Untuk mengetahui hubungan antara keragaman plankton dengan
kualitas perairan.
3. Untuk mengetahui keragaman dan dominasi plankton yang ditemukan
dalam praktikum mikrobiologi lingkungan.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis plankton yang ditemukan dalam
praktikum mikrobiologi lingkungan.
BAB II
LANDASAN TEORI
unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), air raksa atau
Merkuri (Hg), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg).
Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat
sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak
peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi). Juga
dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan.
Apabila ion – ion logam berasal dari logam berat maupun yang
bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang mengandung ion –
ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia, air tersebut tidak
layak minum.
d. Bahan Buangan Cairan Berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak
mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas
permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan
minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme
tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme
dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi difusi oksigen
dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga
lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air,
sehingga fotosintesa pun terganggu.
e. Bahan Buangan Berupa panas (Polusi Thermal)
Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat
menghalau ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses
biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat
oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan
terjadi kerusakan ekosistem.
tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai
60.000 mg/L (UNESCO, WHO/UNEP, 1992).
1994, h. 89). Selain itu, kelimpahan relatif adalah proporsi yang direpresentasikan
oleh masing-masing spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas
(Campbell, dkk., 2010, h. 385). Sementara Nybakken (1992) mendefinisikan 14
kelimpahan sebagai pengukuran sederhana jumlah spesies yang terdapat dalam
suatu komunitas atau tingkatan trofik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kelimpahan adalah jumlah atau banyaknya individu pada suatu
area tertentu dalam suatu komunitas.
Kelimpahan suatu spesies Zooplankton dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, nutrien, oksigen, kecerahan air dan
arus air dapat mempengaruhi kelimpahan dari spesies tersebut. Seperti contoh,
kandungan oksigen yang rendah pada suatu wilayah perairan akan mempengaruhi
kelimpahan dan keanekaragaman spesies atau dengan kandungan pH yang terlalu
rendah atau tinggi juga akan mempengaruhi jumlah spesies pada suatu wilayah.
Selain faktor tersebut, suatu spesies tidak dapat sintas dan
bereproduksi di suatu lingkungan yang baru. Hal tersebut diakibatkan oleh interkasi
negatif dengan organisme lain dalam bentuk pemangsaan, parasistisme atau
kompetisi. (Campbell, dkk., 2010, h. 331). Itu merupakan salah satu faktor
pembatas kelimpahan dan keanekaragaman spesies dalam suatu wilayah perairan.
Namun selain pemangsa dan herbivor, ketersediaan sumber makanan, parasit,
patogen dan organisme pesaing juga dapat bertindak sebagai faktor pembatas
terhadap kelimpahan dan keanekaragaman spesies tersebut. (Campbell, dkk., 2010,
h. 332).
Pada suatu perairan yang memiliki kelimpahan dan keanekeragaman
Zooplankton yang tinggi dapat dijadikan bio-indikator karena Zooplankton dapat
menggambarkan jumlah ketersediaan makanan bagi biota hewan di perairan
khususnya di lautan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Suhu
DO meter
Gelas ukur
b. Turbidity
Tabung sampel
Turbidimeter
c. pH
pH meter
d. CO2
Buret
Corong
Gelas ukur
Statif dan Klem
e. DO
Botol winkler (Kratingdaeng)
Buret
Corong
DO meter
Erlenmeyer
2. Pembuatan preparat
Dikalibrasi dengan menggunakan aquadest dan di lap dengan
tissu secara searah
Titetesi object glass dengan sampel plankton dari botol film
sebanyak 1 tetes
Ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 45o agar tidak
ada gelembung.
3. Pengamatan Plankton
Plankton diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x,
100x, 400x, 1000x.
Ambil gambar plankton yang telah di amati dan dihitung jumlah
kelimpahan plankton.
Dilakukan beberapa kali untuk menghindari bias mata.
Catat data yang telah di dapatkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
= 0 mg/L
1,4 𝑁𝑇𝑈
- Kedalaman 5 m = 2,35 𝑁𝑇𝑈× mg/L
= 0,59 mg/L
1,5 𝑁𝑇𝑈
- Kedalaman 10 m = 2,35 𝑁𝑇𝑈× mg/L
= 0,64 mg/L
= 29,7 mg/L
= 29,7 mg/L
Jadi, nilai konversi dari TDS pada kedalaman 0 m adalah 29,3 mg/L, pada
kedalaman 5 m adalah 29,7 mg/L da pada kedalaman 10 m adalah 29,7
mg/L.
6. Analisis DO (Titik 5)
DO0 Pada Kedalaman 0 m
- Hasil titrasi awal dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada sampel menjadi kuning muda.
- Hasil titrasi akhir dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada sampel menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui :
Na2S2O3 awal = 5,1 mL
Na2S2O3 akhir = 4,0 mL
N = 0,01
V = 125 mL
Ditanya = DO0 ?
Penyelesaian :
- Dicari nilai A
A = Na2S2O3 awal + Na2S2O3 akhir
= 5,1 mL + 4 mL
= 9,1 mL
= 6,01 mg/L
N = 0,01
V = 125 mL
Ditanya = DO0 ?
Penyelesaian :
- Dicari nilai A
A = Na2S2O3 awal + Na2S2O3 akhir
= 5 mL + 3 mL
= 8 mL
- Dicari nilai DO0
𝐴×𝑁×8000
DO0 = 𝑣−4
8,0 mL×0,01×8000
DO0 = 125 mL−4
640
= 121 x mg/L
= 5,28 mg/L
Jadi, konsentrasi DO0 pada titik 5 kedalaman 5 m adalah 5,28 mg/L.
DO0 Pada Kedalaman 10 m
- Hasil titrasi awal dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada sampel menjadi kuning muda.
- Hasil titrasi akhir dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada sampel menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui :
Na2S2O3 awal = 4 mL
Na2S2O3 awal = 3,5 mL
N = 0,01
V = 125 mL
Ditanya = DO0 ?
Penyelesaian :
- Dicari nilai A
A = Na2S2O3 awal + Na2S2O3 akhir
= 4 mL + 3,5 mL
= 7,5 mL
= 4,95 mg/L
Jadi, konsentrasi DO0 pada titik 5 kedalaman 10 m adalah 4,95 mg/L.
DO5 Pada Kedalaman 0 m
- Hasil titrasi awal dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada sampel menjadi kuning muda.
- Hasil titrasi akhir dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada sampel menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui :
Na2S2O3 awal = 2,5 mL
Na2S2O3 awal = 2 mL
N = 0,01
V = 125 mL
Ditanya = DO5 ?
Penyelesaian :
- Dicari nilai A
A = Na2S2O3 awal + Na2S2O3 akhir
= 2,5 mL + 2 mL
= 4,5 mL
= 2,97 mg/L
Jadi, konsentrasi DO5 pada titik 5 kedalaman 0 m adalah 2,97 mg/L.
DO5 Pada Kedalaman 5 m
- Hasil titrasi awal dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada sampel menjadi kuning muda.
- Hasil titrasi akhir dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada sampel menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui :
Na2S2O3 awal = 2,1 mL
Na2S2O3 akhir = 1 mL
N = 0,01
V = 125 mL
Ditanya = DO5 ?
Penyelesaian:
- Dicari nilai A
A = Na2S2O3 awal + Na2S2O3 akhir
= 2,1 mL + 1 mL
= 3,1 mL
- Dicari nilai DO5
𝐴×𝑁×8000
DO5 = 𝑣−4
3,1 mL×0,01×8000
DO5 = 125 mL−4
248
= 121 x mg/L
= 2,04 mg/L
Jadi, konsentrasi DO5 pada titik 5 kedalaman 5 m adalah 2,04 mg/L.
DO5 Pada Kedalaman 10 m
- Hasil titrasi awal dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan
terjadinya perubahan warna pada sampel menjadi kuning muda.
- Hasil titrasi akhir dengan larutan Na2S2O3 menyebabkan
terjadinya perubahan warna pada sampel menjadi jernih.
- Perhitungan
Diketahui :
Na2S2O3 awal = 1 mL
Na2S2O3 akhir = 1 mL
N = 0,01
V = 125 mL
Ditanya = DO5 ?
Penyelesaian :
- Dicari nilai A
A = Na2S2O3 awal + Na2S2O3 akhir
= 1 mL + 1 mL
= 2 mL
- Dicari nilai DO5
𝐴×𝑁×8000
DO5 = 𝑣−4
2,0 mL×0,01×8000
DO5 = 125 mL−4
160
= 121 x mg/L
= 1,32 mg/L
Jadi, konsentrasi DO5 pada titik 5 kedalaman 10 m adalah 1,32 mg/L.
Penyelesaian:
Ditanya = CO2 ?
Penyelesaian :
1000
V0 = ×p×0,5
𝑉
1000
= 100 𝑚𝐿×0 mL×0,5
= 0 × mg/L
= 0 mg/L
Kedalaman 5 m
- Sampel ditambahkan 3 tetes phenolptalein menyebabkan terjadinya
perubahan warna sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel di
Bendungan Lahor pada titik kelima kedalaman 5 m mengandung
CO2 terikat.
- Hasil titrasi dengan larutan NaOH menyebabkan terjadi perubahan
warna pada sampel menjadi warna merah muda.
- Perhitungan
Diketahui:
p = 0,3 mL
N = 0,01
V = 100 mL
Ditanya: CO2 ?
Penyelesaian :
1000
V5 = ×p×0,5
𝑉
1000
= 100 𝑚𝐿×0,3 mL × 0,5
= 1,5 × mg/L
= 1,5 mg/L
Jadi, konsentrasi CO2 pada titik 5 kedalaman 5 m adalah 1,5 mg/L.
Kedalaman 10 m
- Hasil penambahan 3 tetes phenolptalein menyebabkan terjadinya
perubahan warna pada sampel sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel di Bendungan Lahor pada titik kelima kedalaman 10 m
mengandung CO2 terikat.
- Hasil titrasi dengan larutan NaOH menyebabkan terjadi perubahan
warna pada sampel menjadi warna merah muda.
- Perhitungan
Diketahui:
p = 0,7 mL
N = 0,01
V = 100 mL
Ditanya: CO2 ?
Penyelesaian :
1000
V10 = ×p×0,5
𝑉
1000
= 100 𝑚𝐿×0,7 mL × 0,5
= 3,5 × mg/L
= 3,5 mg/L
D2 = 19,5 mm
n = 9 sel
T = 324 𝑚𝑚2
V = 25 mL
v = 0,045 mL
W = 25000 mL
Ditanya: N ?
Penyelesaian:
- Dicari nilai D
D = D1 - D2
= 20 mm - 19,5 mm
= 0,5 mm
- Dicari LBP
1
LBP = 4πD2
1
= 4×3,14×(0,5 mm)2
= 0,196 mm2
- Dicari N
𝑇×𝑉
N=
𝐿×𝑣×𝑃×𝑊
×n
324𝑚𝑚2 ×25 𝑚𝐿
= × 9 sel
0,196 𝑚𝑚2 ×0,045 𝑚𝐿×5×25000 𝑚𝐿
8100
= × 9 sel
1.102,5
= 66,12 sel/mL
= 66 sel/mL
Jadi, kelimpahan jenis phytoplankton spesies Microcystis flos aquae
adalah 66 sel/mL.
D2 = 14,5 mm
n = 2 sel
T = 400 mm2
V = 20 mL
v = 0,045 mL
W = 25000 mL
Ditanya: N ?
Penyelesaian:
- Dicari D
D = D1-D2
= 15 mm - 14,5 mm
= 0,5 mm
- Dicari LBP
1
LBP = πD2
4
1
= 4×3,14×(0,5 mm)2
= 0,196 mm2
- Dicari N
𝑇×𝑉
N=
𝐿×𝑣×𝑃×𝑊
×n
8000
= × 2 sel
1.102,5
= 14,51 sel/mL
= 14 sel/mL
Jadi, kelimpahan jenis phytoplankton spesies Navicula sp. adalah 14
sel/mL.
D2 = 14,5 mm
n = 2 sel
T = 324 mm2
V = 20 mL
v = 0,045 mL
W = 25000 mL
Ditanya: N ?
Penyelesaian:
- Dicari D
D = D1-D2
= 15 mm - 14,5 mm
= 0,5 mm
- Dicari LBP
1
LBP = 4πD2
1
= 4×3,14×(0,52)
= 0,196
- Dicari N
𝑇×𝑉
N= ×n
𝐿×𝑣×𝑃×𝑊
6480
=
1.102,5
× 2 sel
= 11,75 sel/mL
= 12 sel/mL
Jadi, kelimpahan jenis phytoplankton spesies Nitzechia philippinarum
adalah 12 sel/mL.
D2 = 9,5 mm
n = 12 sel
T = 324 mm2
V = 25 mL
v = 0,045 mL
W = 25000 mL
Ditanya: N ?
Penyelesaian:
- Dicari nilai D
D = D1-D2
= 10 mm - 9,5 mm
= 0,5 mm
- Dicari LBP
1
LBP = 4πD2
1
= 4×3,14×(0,52)
= 0,196 mm2
- Dicari N
𝑇×𝑉
N= ×n
𝐿×𝑣×𝑃×𝑊
8100
= × 12 sel
1.102,5
= 88,16 sel/mL
= 88 sel/mL
Jadi, kelimpahan jenis phytoplankton spesies Microcystis aeruginosa
adalah 88 sel/mL.
Bidang Pandang Gambar Hasil Pengamatan Gambar Literatur Jenis Plankton Klasifikasi
Fitoplankton
Phylum : Cyanophyta
Class : Cyanophyceae
Ordo : Chroococcales
5 Family : Chroococcaceae
Genus : Microcystis
Spesies : Microcystis flos aquae
Fitoplankton
Phylum : Heterokonta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Naviculales
Family : Naviculaceae
Genus : Navicula
5 Spesies : Navicula sp.
Bidang Pandang Gambar Hasil Pengamatan Gambar Literatur Jenis Plankton Klasifikasi
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Kedalaman Terhadap Parameter Kualitas Air
Praktikum mikrobiologi yang dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2018 pukul
13.00 WIB, di Bendungan Lahor terdapat beberapa parameter kualitas air yang
dianalisis yaitu suhu, pH, Turbidity, TDS, DO0, DO5, BOD dan CO2. Pengambilan
sampel dilakukan 3 kali yaitu pada kedalaman 0 m, 5 m dan 10 m. Pengaruh masing-
masing parameter terhadap kedalaman antara lain :
a. Suhu
Pada praktikum mikrobiologi pengukuran kualitas perairan parameter fisika
yaitu suhu yang dilakukan di Bendungan Lahor pada tanggal 13 Mei 2018
diperoleh hasil pada kedalaman 0 m memiliki suhu 26,9oC, kedalaman 5 m
memiliki suhu 26,8oC, dan kedalaman 10 m memiliki suhu 26,7oC. Suhu pada
setiap kedalaman berbeda, dikarenakan cahaya matahari yang masuk ke perairan
akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Pada lapisan
atas perairan akan memiliki suhu yang lebih tinggi dan densitas yang lebih kecil
dari pada lapisan bawah.
(Sumber: Rosyadi Intan Awaliyah, 2017).
b. pH
Pada praktikum mikrobiologi pengukuran kualitas perairan parameter kimia
yaitu pH yang dilakukan di Bendungan Lahor pada tanggal 13 Mei 2018
diperoleh hasil pada kedalaman 0 m memiliki pH 8,3. pada kedalaman 5 m
memiliki pH 8, dan pada kedalaman 10 m pHnya 7,9. Secara teori, semakin
e. DO (Dissolved Oxygen)
Pada praktikum mikrobiologi pengukuran kualitas perairan parameter kimia
yaitu DO yang dilakukan di Bendungan Lahor pada tanggal 13 Mei 2018
diperoleh nilai DO0 pada kedalaman 0 m adalah 6,01 mg/L, pada kedalaman 5
m adalah 5,28 mg/L dan pada kedalaman 10 m adalah 4,95 mg/L. Nilai DO5
pada kedalaman 0 m adalah 2,97 mg/L, pada kedalaman 5 m adalah 2,04 mg/L
dan pada kedalaman 10 m adalah 1,32 mg/L. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
konsentrasi oksigen semakin menurun dikarenakan banyaknya mikroorganisme
yang terkandung di dalamnya, oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
menjadi semakin banyak.
Dari teori yang didapat bahwa kadar oksigen dipengaruhi oleh jumlah
mikroorganisme, dimana semakin dalam suatu perairan maka jumlah dari
mikroorganisme semakin banyak dan jumlah oksigen yang dibutuhkan semakin
banyak pula, sehingga mikroorganisme akan susah melakukan fotosintesis.
(Sumber : Novilyansa Elza, 2017).
f. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Pada praktikum mikrobiologi pengukuran kualitas perairan parameter kimia
yaitu BOD yang dilakukan di Bendungan Lahor pada tanggal 13 Mei 2018
diperoleh nilai BOD pada kedalaman 0 m adalah 3,04 mg/L, pada kedalaman 5
m adalah 3,3 mg/L dan pada kedalaman 10 m adalah 3,63 mg/L. Nilai BOD
berbanding terbalik dengan nilai DO, semakin meningkat kadar BOD yang
dibutuhkan maka nilai DO akan semakin menurun dimana nilai DO
berhubungan dengan kedalaman perairan.
(Sumber : Anastiti Putri Pangestika, 2016).
g. CO2 (Karbondioksida)
Pada praktikum mikrobiologi pengukuran kualitas perairan parameter kimia
yaitu CO2 yang dilakukan di Bendungan Lahor pada tanggal 13 Mei 2018
diperoleh hasil parameter CO2 pada kedalaman 0 m CO2 adalah 0 mg/L. pada
kedalaman 5 m adalah 1,5 mg/L dan pada kedalaman 10 m adalah 3,5 mg/L.
Dilihat dari teori bahwa nilai CO2 berbanding terbalik dengan nilai pH yaitu
semakin tinggi konsentrasi karbondioksida (CO2), maka pH semakin menurun.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai pH pada kedalaman 0 m adalah 8,3, pada
kedalaman 5 m adalah 8 dan pada kedalaman 10 m adalah 3,5. Hal ini
membuktikan bahwa kadar CO2 berhubungan dengan nilai pH dimana nilai pH
berhubungan dengan kedalaman air.
(Sumber : Sahabuddin dan Andi Kaheriyah dkk. 2017).
e. DO
Berdasarkan praktikum mikrobiologi yang telah dilaksanakan di
Laboratorium Hidrobiologi Universitas Brawijaya pada tanggal 22 Mei 2018
diperoleh hasil kelimpahan plankton beberapa species dari perairan Bendungan
Lahor yaitu Cyanophyta sebanyak 66 sel/mL, Navicula sp. sebanyak 14 sel/mL,
Nitzechia philippinarum sebanyak 12 sel/mL dan Microcystis aeruginosa
sebanyak 88 sel/mL dan berdasarkan praktikum diperoleh nilai DO0 pada
kedalaman 0 m adalah 6,01 mg/L, pada kedalaman 5 m adalah 5,28 mg/L dan
pada kedalaman 10 m adalah 4,95 mg/L. Nilai DO5 pada kedalaman 0 m adalah
2,97 mg/L, pada kedalaman 5 m adalah 2,04 mg/L dan pada kedalaman 10 m
adalah 1,32 mg/L. Fitoplankton dan zooplankton dapat hidup optimal pada
konsentrasi oksigen > 3 mg/L. Dari hasil diperoleh bahwa pada perairan tersebut
cukup baik untuk pertumbuhan kehidupan plankton.
(Sumber : Noortsany Mokhammad Riza, 2017).
f. BOD
Berdasarkan praktikum mikrobiologi yang telah dilaksanakan di
Laboratorium Hidrobiologi Universitas Brawijaya pada tanggal 22 Mei 2018
diperoleh hasil kelimpahan plankton beberapa species dari perairan Bendungan
Lahor yaitu Cyanophyta sebanyak 66 sel/mL, Navicula sp. sebanyak 14 sel/mL,
Nitzechia philippinarum sebanyak 12 sel/mL dan Microcystis aeruginosa
sebanyak 88 sel/mL dan berdasarkan praktikum diperoleh nilai BOD pada
kedalaman 0 m adalah 3,04 mg/L, pada kedalaman 5 m adalah 3,3 mg/L dan
pada kedalaman 10 m adalah 3,63 mg/L.
Kandungan BOD dalam air dapat membantu mikroorganisme dalam
mengurai bahan-bahan organik di perairan.
(Sumber : Ningsih Dian Tanti, 2017).
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar kandungan BOD suatu perairan
maka semakin banyak kelimpahan yang ada di perairan tersebut.
g. CO2
Berdasarkan praktikum mikrobiologi yang telah dilaksanakan di
Laboratorium Hidrobiologi Universitas Brawijaya pada tanggal 22 Mei 2018
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Suhu air Bendungan Lahor berkisar antara 26,7ºC-26,9ºC. Suhu air
menunjukkan penurunan dengan semakin bertambahnya kedalaman. Hal ini
dikarenakan intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan mengalami
penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Pada lapisan atas perairan
akan memiliki suhu yang lebih tinggi dan densitas yang lebih kecil dari pada
lapisan bawah.
2. Dari hasil praktikum diperoleh nilai pH pada kedalaman 0 m adalah 8,3, pada
kedalaman 5 m adalah 8 dan pada kedalaman 10 m adalah 7,9. Hal ini
dikarenakan semakin banyak karbondioksida yang dihasilkan dari proses
respirasi, maka pH akan semakin rendah. Namun sebaliknya jika aktivitas
fotosintesis semakin tinggi maka akan menyebabkan pH semakin tinggi.
Sehingga hubunganya dengan kedalaman adalah pH akan semakin menurun
jika semakin dalam kedalaman perairan.
3. Hasil analisis turbidity pada Bendungan Lahor diperoleh hasil pada kedalaman
0 m adalah 0 mg/L, pada kedalaman 5 m adalah 0,59 mg/L dan pada kedalaman
10 m adalah 0,64 mg/L. Hal ini dikarenakan kekeruhan perairan berpengaruh
terhadap penetrasi cahaya ke dalam kolom air karena cahaya mempunyai
peranan penting bagi algae terutama dalam proses fotosintesis.
4. Hasil analisis TDS pada Bendungan Lahor diperoleh hasil pada kedalaman 0
m adalah 29,3 mg/L, pada kedalaman 5 m adalah 29,7 mg/L dan pada
kedalaman 10 m adalah 29,7 mg/L. Kandungan TDS berbanding lurus dengan
tingkat kekeruhan dimana apabila tingkat kekeruhan tinggi maka kandungan
TDS semakin tinggi, yang artinya semakin dalam air maka kandungan TDSnya
semakin besar.
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan terdapat kesalahan pada pengukuran nilai
BOD tiap kedalaman. Hal tersebut dikarenakan kesalahan dalam pengambilan
sampel. Untuk itu diharapkan kedepannya lebih jeli pada saat pengambilan sampel
serta diharapkan laboratorium ITN Malang untuk meningkatkan sarana dan
prasarana yang dapat digunakan untuk menujang Praktikum Mikrobiologi supaya
mendapat hasil data yang lebih akurat.
Sebelum praktikum hendaknya asisten memberikan modul praktikum untuk
dipelajari dan dipahami oleh praktikan supaya tidak mengalami kebingungan pada
saat praktikum dilakukan. Diharapkan praktikan lebih serius dan fokus serta saling
bekerjasama dalam pembagian tugas agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Bimbingan asisten juga sangat diperlukan sebelum dilaksanakannya praktikum
untuk meminimalisir kesalahan pada pengamatan, kebingungan praktikan di
lapangan, praktikum di laboratorium serta dalam proses penyusunan laporan.