Anda di halaman 1dari 5

Dalam upaya untuk memberikan jaminan kualitas untuk pendidikan tinggi di bidang kesehatan,

yang dimandatkan oleh UU No.12 / 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pemerintah


menyelenggarakan sistem jaminan kualitas untuk pendidikan tinggi di bidang kesehatan, di mana
salah satu kebijakan utamanya adalah untuk menyelenggarakan ujian kompetensi nasional.
Sampai saat ini, dalam sektor kesehatan yang telah melaksanakan ujian kompetensi nasional
adalah kedokteran, kedokteran gigi, keperawatan, kebidanan dan perawat. Ujian kompetensi
nasional diharapkan dapat mengurangi disparitas dalam hal kualitas lulusan dari sekitar 2.200
program studi di bidang kesehatan. Dalam hal tantangan global, ujian kompetensi nasional
merupakan bagian dari upaya standarisasi untuk izin dan praktik pendaftaran tenaga kesehatan
yang menyediakan layanan kesehatan di Indonesia. Ujian kompetensi nasional diharapkan dapat
menyaring personel kesehatan Indonesia yang kompeten yang dapat memberikan layanan
kesehatan yang sangat baik kepada masyarakat, dengan kesehatan pasien sebagai prinsip
utamanya. Pendidikan bijaksana, ujian kompetensi nasional diharapkan dapat mendorong
peningkatan kurikulum dan proses pembelajaran di setiap lembaga pendidikan, dan menjadi
dasar pembinaan pendidikan berkualitas di bidang kesehatan yang berada di bawah tanggung
jawab Kementerian.

Pengembangan dan pelaksanaan ujian kompetensi kesehatan telah dilakukan secara bertahap di
setiap aspek. Sistem ujian kompetensi nasional untuk bidang medis telah mendapatkan
pengakuan internasional (kelas dunia) dari konsultan internasional Bank Dunia. Oleh karena itu,
diadopsi untuk pengembangan dalam ujian kompetensi kesehatan lainnya. Berkaitan dengan
ujian kompetensi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi, pelaksanaannya didukung oleh UU
No.20 / 2013 tentang Pendidikan Dokter dan selanjutnya diatur oleh Peraturan Menteri Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 18 Tahun 2015 tentang Prosedur Ujian Kompetensi
Mahasiswa Program Profesi Dokter atau Dokter Gigi. Peserta yang lulus ujian kompetensi
menerima sertifikat profesi dari universitas, dan sertifikat kompetensi dari organisasi profesi.
Program Ujian Kompetensi Mahasiswa untuk Profesi Dokter (UKMPPD) dan Program Ujian
Kompetensi Mahasiswa Profesi Dokter Gigi (UKMP2DG) telah diselenggarakan secara nasional
menggunakan dua jenis tes, pertanyaan pilihan ganda (MCQ) melalui komputer (Computer
Based Test / CBT) dan tes ketrampilan pemeriksaan klinis (Objective Structured clinical
examination / OSCE). UKMPPD dan UKMP2DG diadakan empat kali setahun, yaitu Februari,
Mei, Agustus dan November untuk UKMPPD; dan pada bulan Januari, April, Agustus dan
Oktober untuk UKMP2DG. Mulai hari ini, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi
yang telah berpartisipasi di UKMPPD dan UKMP2DG, masing-masing dari 69 (dari 75 untuk
Fakultas Kedokteran) dan 25 (dari 30 untuk Fakultas Kedokteran Gigi).

Untuk UKMPPD, sejak Agustus 2014, jumlah peserta mencapai 18.840. Lulusan temu 1
UKMPPD untuk tahun 2015 kira-kira 70% untuk CBT, dan 90% untuk OSCE (Nilai Kelulusan
Ujian 66). Untuk UKMP2DG, sejak November 2014 hingga sekarang, jumlah peserta mencapai
5556, dengan persentase kelulusan rata-rata sekitar 65% untuk CBT dan 85% untuk OSCE (Nilai
Kelulusan Ujian 60). Dalam upaya meningkatkan kepatuhan terhadap standar UKMPPD, panitia
telah memberikan sanksi tegas kepada peserta dan organisator yang melakukan pelanggaran
dalam pelaksanaan UKMPPD.

Uji kompetensi untuk keperawatan, kebidanan dan perawat, sedang dalam tahap awal
pelaksanaan sebagai ujian keluar dan dengan kepatuhan penuh sebagaimana diamanatkan oleh
UU No.36 / 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan UU No.38 / 2014 tentang Keperawatan. Hal ini
dilakukan secara nasional dua kali dalam setahun dengan menggunakan dua jenis tes, yang
pertama adalah pertanyaan pilihan ganda (MCQ) menggunakan komputer (Computer Based Test
/ CBT) untuk profesi perawat, dan menggunakan kertas kedua (Paper Based Test) untuk Diploma
III keperawatan dan Diploma III Kebidanan. Peserta yang lulus ujian kompetensi nasional
menerima sertifikat kompetensi untuk lulusan kejuruan atau sertifikat profesi untuk lulusan
pendidikan profesi. Jumlah peserta cenderung meningkat selama bertahun-tahun. Pada tahun
2014, ada sebanyak 115.852 yang meningkat secara signifikan pada tahun 2015 menjadi 129.877
peserta. Di sisi lain, persentase kelulusannya cenderung mudah berubah. Pada periode pertama
tahun 2015, persentase kelulusan Diploma III Keperawatan, Kebidanan dan Profesi Perawat
masing-masing 29,49%, 36,03% dan 45,45%. Selama periode kedua tahun 2015, menjadi
64,38% untuk Diploma III Keperawatan, 71,78% untuk Diploma III Kebidanan, dan 53,61%
untuk Perawat Profesi. Panitia masih mengkaji hasil mengenai subjek ini. Pada bulan April 2016,
sekitar 62.891 peserta yang datang dari 257 program studi untuk profesi perawat, 554 program
studi Diploma III Kebidanan, dan 416 program studi Diploma III Keperawatan, mendaftar untuk
uji kompetensi yang dilakukan pada Apri ke-2 ke-4 untuk profesi perawat, April 9 untuk
Diploma III Kebidanan dan 16 April untuk Diploma III Keperawatan.

Dalam upaya menyebarkan pelaksanaan uji kompetensi nasional di Indonesia Dalam upaya
untuk memberikan jaminan kualitas untuk pendidikan tinggi di bidang kesehatan, yang
dimandatkan oleh UU No.12 / 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pemerintah menyelenggarakan
sistem jaminan kualitas untuk pendidikan tinggi di bidang kesehatan, di mana salah satu
kebijakan utamanya adalah untuk menyelenggarakan ujian kompetensi nasional. Sampai saat ini,
dalam sektor kesehatan yang telah melaksanakan ujian kompetensi nasional adalah kedokteran,
kedokteran gigi, keperawatan, kebidanan dan perawat. Ujian kompetensi nasional diharapkan
dapat mengurangi disparitas dalam hal kualitas lulusan dari sekitar 2.200 program studi di bidang
kesehatan. Dalam hal tantangan global, ujian kompetensi nasional merupakan bagian dari upaya
standarisasi untuk izin dan praktik pendaftaran tenaga kesehatan yang menyediakan layanan
kesehatan di Indonesia. Ujian kompetensi nasional diharapkan dapat menyaring personel
kesehatan Indonesia yang kompeten yang dapat memberikan layanan kesehatan yang sangat baik
kepada masyarakat, dengan kesehatan pasien sebagai prinsip utamanya. Pendidikan bijaksana,
ujian kompetensi nasional diharapkan dapat mendorong peningkatan kurikulum dan proses
pembelajaran di setiap lembaga pendidikan, dan menjadi dasar pembinaan pendidikan
berkualitas di bidang kesehatan yang berada di bawah tanggung jawab Kementerian.

Pengembangan dan pelaksanaan ujian kompetensi kesehatan telah dilakukan secara bertahap di
setiap aspek. Sistem ujian kompetensi nasional untuk bidang medis telah mendapatkan
pengakuan internasional (kelas dunia) dari konsultan internasional Bank Dunia. Oleh karena itu,
diadopsi untuk pengembangan dalam ujian kompetensi kesehatan lainnya. Berkaitan dengan
ujian kompetensi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi, pelaksanaannya didukung oleh UU
No.20 / 2013 tentang Pendidikan Dokter dan selanjutnya diatur oleh Peraturan Menteri Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 18 Tahun 2015 tentang Prosedur Ujian Kompetensi
Mahasiswa Program Profesi Dokter atau Dokter Gigi. Peserta yang lulus ujian kompetensi
menerima sertifikat profesi dari universitas, dan sertifikat kompetensi dari organisasi profesi.
Program Ujian Kompetensi Mahasiswa untuk Profesi Dokter (UKMPPD) dan Program Ujian
Kompetensi Mahasiswa Profesi Dokter Gigi (UKMP2DG) telah diselenggarakan secara nasional
menggunakan dua jenis tes, pertanyaan pilihan ganda (MCQ) melalui komputer (Computer
Based Test / CBT) dan tes ketrampilan pemeriksaan klinis (Objective Structured clinical
examination / OSCE). UKMPPD dan UKMP2DG diadakan empat kali setahun, yaitu Februari,
Mei, Agustus dan November untuk UKMPPD; dan pada bulan Januari, April, Agustus dan
Oktober untuk UKMP2DG. Mulai hari ini, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi
yang telah berpartisipasi di UKMPPD dan UKMP2DG, masing-masing dari 69 (dari 75 untuk
Fakultas Kedokteran) dan 25 (dari 30 untuk Fakultas Kedokteran Gigi).

Untuk UKMPPD, sejak Agustus 2014, jumlah peserta mencapai 18.840. Lulusan temu 1
UKMPPD untuk tahun 2015 kira-kira 70% untuk CBT, dan 90% untuk OSCE (Nilai Kelulusan
Ujian 66). Untuk UKMP2DG, sejak November 2014 hingga sekarang, jumlah peserta mencapai
5556, dengan persentase kelulusan rata-rata sekitar 65% untuk CBT dan 85% untuk OSCE (Nilai
Kelulusan Ujian 60). Dalam upaya meningkatkan kepatuhan terhadap standar UKMPPD, panitia
telah memberikan sanksi tegas kepada peserta dan organisator yang melakukan pelanggaran
dalam pelaksanaan UKMPPD.

Uji kompetensi untuk keperawatan, kebidanan dan perawat, sedang dalam tahap awal
pelaksanaan sebagai ujian keluar dan dengan kepatuhan penuh sebagaimana diamanatkan oleh
UU No.36 / 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan UU No.38 / 2014 tentang Keperawatan. Hal ini
dilakukan secara nasional dua kali dalam setahun dengan menggunakan dua jenis tes, yang
pertama adalah pertanyaan pilihan ganda (MCQ) menggunakan komputer (Computer Based Test
/ CBT) untuk profesi perawat, dan menggunakan kertas kedua (Paper Based Test) untuk Diploma
III keperawatan dan Diploma III Kebidanan. Peserta yang lulus ujian kompetensi nasional
menerima sertifikat kompetensi untuk lulusan kejuruan atau sertifikat profesi untuk lulusan
pendidikan profesi. Jumlah peserta cenderung meningkat selama bertahun-tahun. Pada tahun
2014, ada sebanyak 115.852 yang meningkat secara signifikan pada tahun 2015 menjadi 129.877
peserta. Di sisi lain, persentase kelulusannya cenderung mudah berubah. Pada periode pertama
tahun 2015, persentase kelulusan Diploma III Keperawatan, Kebidanan dan Profesi Perawat
masing-masing 29,49%, 36,03% dan 45,45%. Selama periode kedua tahun 2015, menjadi
64,38% untuk Diploma III Keperawatan, 71,78% untuk Diploma III Kebidanan, dan 53,61%
untuk Perawat Profesi. Panitia masih mengkaji hasil mengenai subjek ini. Pada bulan April 2016,
sekitar 62.891 peserta yang datang dari 257 program studi untuk profesi perawat, 554 program
studi Diploma III Kebidanan, dan 416 program studi Diploma III Keperawatan, mendaftar untuk
uji kompetensi yang dilakukan pada Apri ke-2 ke-4 untuk profesi perawat, April 9 untuk
Diploma III Kebidanan dan 16 April untuk Diploma III Keperawatan.

Dalam upaya menyebarkan pelaksanaan uji kompetensi nasional di Indonesia untuk komunitas
internasional, dan untuk memperoleh rekomendasi untuk pengujian standar kompetensi yang
memenuhi standar global, Kementerian Riset, Teknologi & Pendidikan Tinggi memfasilitasi
publikasi internasional terkait dengan hasil evaluasi uji kompetensi di bidang medis,
keperawatan, kebidanan dan perawat. Publikasi ilmiah dirilis pada bulan Maret 2016 terkait
dengan analisis hasil UKMPPD dalam periode 2014-2015, menyoroti tema “Pengembangan
Umpan Balik Kelembagaan berdasarkan Ujian Nasional”, yang juga mencakup hasil pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan tes kompetensi kesehatan pada tahun 2015. dengan subjek “Ujian
berbasis Kompetensi untuk Memperkuat Kualitas Sistem Kesehatan dan Kesehatan Pendidikan
Tinggi di Indonesia”, di Ottawa & ANZAHPE Conference, Australia. Selain itu, diharapkan
hasil evaluasi mengenai pelaksanaan uji kompetensi di berbagai sektor dapat menghasilkan
banyak publikasi ilmiah, yang pada akhirnya akan memberikan umpan balik bagi lembaga
pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas uji kompetensi secara berkesinambungan,
Kementerian Riset, Teknologi, & Teknologi Tinggi. Pendidikan melalui Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan akan memperkuat kualitas standar pemeriksaan (materi,
sumber daya manusia, sarana / prasarana dan sistem komite institusional) secara berkelanjutan.
Selain itu, hasil tes kompetensi akan membentuk dasar untuk program pengembangan dalam
studi kesehatan, sehingga menentukan kuota untuk penerimaan baru dari program. Oleh karena
itu, kerjasama yang erat diperlukan dari berbagai pemangku kepentingan pendidikan tinggi untuk
kesehatan, terutama asosiasi lembaga pendidikan dan organisasi profesional.

Anda mungkin juga menyukai