Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker serviks
1. Definisi
Kanker leher rahim adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada

leher rahim (serviks), sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat

melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan ini biasanya disertai

dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal

(Aminati,2013). Sedangkan menurut Rasjidi (2010), kanker leher rahim

adalah salah satu jenis keganasan atau neoplasma yang lokasinya di daerah

serviks, daerah leher rahim dan mulut rahim.

Kanker leher rahim atau dalam bahasa latin di sebut carcinoma cervics

uteri, merupakan tumor ganas yang paling ganas dan paling sering dijumpai

pada wanita, juga merupakan tumor ganas yang paling banyak di derita dari

semua tumor ganas alat kelamin wanita. Bila ingin mengetahui seberapa

tinggi angka kejadian tumor ganas ini ialah bahwa kanker leher rahim

merupakan 1% dari semua tumor ganas pada wanita dan merupakan 66% dari

semua tumor ganas pada alat kelamin wanita (Wulandari, 2010).

2. Tanda dan Gejala kanker Leher Rahim


Pada tahap prakanker sering tidak menimbulkan gejala. Bila ada

gejala biasanya berupa keputihan yang tidak khas, atau ada perdarahan setitik

yang bisa hilang sendiri. Pada tahap selanjutnya (kanker) dapat timbul gejala

berupa keputihan atau keluar cairan encer dari vagina yang biasanya berbau,

perdarahan diluar siklus haid, perdarahan sesudah melakukan senggama,

timbul kembali haid setelah mati haid (menopause), nyeri daerah panggul,

gangguan buang air kecil (Depkes, 2007).

3. Penyebab kanker mulut rahim


Menurut Aminati (2013),ada beberapa faktor penyebab kanker leher

rahim , yaitu;

a) Makanan

Makanan ini yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker

mulur rahim pada wanita adalah makanan yang rendah vitamin A, vitamin

C, vitamin E.

b) Merokok

Tembakau adalah bahan pemicu karsinogenik yang paling baik.

Asap rokok menghasilkan polycylic aromatic heterocylic nitrosamines.

Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada mulut rahim

yang menjadi karsinogen infeksi virus.

c) Umur
Pada wanita umur 33-55 tahun masa itu sering terjadi perubahan

sel-sel abnormal pada mulut rahim. Semakin tua umur maka lebih banyak

kemungkinan jatuh sakit dan mudah mengalami infeksi.

d) Paritas

Paritas merupakan keadaan dimana wanita pernah melahirkan bayi

yang dapat hidup. Paritas ini berbahaya dengan memiliki jumlah anak

lebih dari 2 orang. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal

banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel

pada mulut rahim dan berkembang menjadi keganasan.

e) Usia wanita saat menikah

Dalam kenyataannya menikah usia dini mempunyai beberapa

resiko. Selain kurangnya kesiapan mental juga mempunyai lebih besar

mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada usia muda

sel rahim masih belom matang.

f) HPV (Human Papiloma Virus)

HPV merupakan salah satu virus penyebab terjadinya kanker

mulut rahim yang paling sering yaitu HPV tipe 16 dan 18. Jika kekebalan

tubuh berkurang maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa

menyebabkan terjadinya kanker leher rahim. Gejalanya tidak terlalu

kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker mulut rahim yang

dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai “The Silent Killer”.

g) Pemakain kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi Pil dalam jangka waktu lama ( 5 tahun

atau lebih) meningkatkan resiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Sebab

pil KB hanya untuk mencegah kehamilan dengan cara menghentikan

ovulasi dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dilalui

sperma.

h) Golongan ekonomi rendah

Penyebab ini dikarenakan golongan ekonomi lemah tidak mampu

melakukan pap smear secara rutin. Pengetahuan mereka mengenai resiko

kanker leher rahim juga sangat minim. Oleh sebab itu mereka banyak yang

terjangkit penyakit ini.

4. Pencegahan kanker leher rahim


Pencegahan terhadap masuknya virus HPV sangatlah penting, karena

sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu membunuh kuman tersebut

(yuliwati,2012).

Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain;

a) Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual beresiko

untuk terinfeksi HPV seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual

dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini ( kurang dari 18

tahun ) (Depkes ,2009)

b) Selain itu juga menghindari faktor resiko lain yang dapat memicu

terjadinya kanker seperti paparan asap rokok, menindak lanjuti hasil

pemeriksaan papsmear dan IVA dengan hasil positif, dan

meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan


dengan gizi seimbang dan banyak mengandung vitamin A, C dan

asam folat (Depkes, 2009)

c) Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah mereka

telah terinfeksi HPV atau mengalami lesi prakanker yang harus

dilanjutkan dengan pengobatan yang sesuai bila di temukan lesi

(Depkes, 2009)

d) Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah di kembangkan untuk

beberapa tipe yaitu bivalea (tipe 16 dan 18) atau kuadrivalen (tipe

6,11,16,18). Kendala utama pelaksanaan vaksin saat ini adalah biaya

yang masih mahal (Depkes, 2009).

5. Faktor resiko kanker serviks


Faktor faktor resiko terinfeksi HPV dan kanker leher rahim antara

lain; aktifitas seksual sebelum berusia 18 tahun., berganti-ganti pasangan

seksual, terpapar infeksi yang ditularkan secara seksual (IMS), ibu atau kakak

perempuan yang menderita kanker leher rahim, tes pap sebelumnya yang

abnormal, merokok aktif/pasif, dan penurunan kekebalan tubuh

(imunosupresi) seperti yang terjadi pada penderita HIV/AIDS ataupun pada

penggunaan kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama (Depkes, 2009).

6. Stadium kanker serviks


Stadium yang dipakai adalah stadium klinik menurut The

International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) (Rasjidi,

2008).
a) Stadium 0
Stadium ini di sebut juga “Carsinoma-in-situ” yang berarti

“kanker yang berada ditempatnya”, belum menyerang bagian lain.

Pada stadium ini, perubahan sel yang tidak wajar hanya di temukan

pada permukaan serviks. Ini termasuk kondisi pra kanker yang bisa

diobati dengan tingkat kesembuhan mendekati 100 %. Tetapi kalau

dibiarkan, maka beberapa wanita pra kanker ini bisa berkembang

menjadi kanker setelah beberapa tahun. Carcinoma-in-situ dapat

ditemukan melalui tes papsmear, dan disembuhkan dengan mengambil

daerah permukaan serviks yang sel-selnya mengalami perubahan yang

tidak wajar.

b) Stadium 1
Stadium 1 berarti bahwa kanker baru berada di leher rahim.

Stadium ini dibagi menjadi dua yaitu, stadium 1A dan stadium 1B.

Saat ini, stadium 1A dan 1B keduanya juga dibagi menjadi dua bagian

lagi yaitu, stadium 1A1 dan stadium 1A2, stadium 1B1 dan stadium

1B2. Pada stadium 1A, pertumbuhannya begitu kecil sehingga kanker

hanya bisa dilihat dengan sebuah mikroskop atau kolposkop. Pada

stadium 1A1, kanker telah tumbuh kurang dari 3 mm ke dalam

jaringan serviks, dan lebarnya kurang dari 7 mm. pada stadium 1A2,

kanker telah tumbuh antara 3 sampai 5 mm kedalam jaringan-jaringan

serviks, tetapi lebarnya masih kurang dari 7 mm. Pada stadium 1B,

area kanker lebih luas, tetapi kanker masih berada dalam jaringan

serviks dan biasanya masih belum menyebar. Kanker ini biasanya bisa

dilihat tanpa menggunakan mikroskop, tetapi tidak selalu demikian.


Pada stadium 1B1, kanker tidak lebih besar dari 4 cm. pada stadium

1B2, kanker lebih besar dari 4 cm (ukuran horizontal).

c) Stadium 2
Pada stadium 2, kanker mulai menyebar keluar dari leher

rahim menuju ke jaringan-jaringan sekitarnya. Tetapi kanker masih

belum tumbuh kedalam otot-otot atau ligament dinding panggul, atau

menuju ke vagina bagian bawah. Stadium 2 dibagi menjadi stadium

2A dan stadium 2B. Pada stadium 2A kanker telah menyebar ke

vagina bagian atas. Stadium 2A dibagi lagi menjadi stadium 2A1 dan

stadium 2A2. Pada stadium 2A1 kanker berukuran 4 cm atau kurang.

Pada stadium 2A2 kanker berukuran lebih dari 4 cm. Pada stadium 2B

ada penyebaran ke dalam jaringan di sekitar serviks.

d) Stadium 3
Pada stadium 3, kanker serviks telah menyebar jauh dari

serviks menuju ke dalam struktur di sekitar daerah panggul. Kanker

mungkin telah tumbuh kedalam vagina bagian bawah dan otot-otot

serta ligamen yang melapisi dinding panggul, dan kemungkinan

kanker telah tumbuh memblokir saluran kencing. Stadium ini dibagi

menjadi stadium 3A dan stadium 3B. Pada stadium 3A, kanker telah

menyebar ke sepertiga bagian bawah dari vagina tetapi masih belom

ke dinding panggul. Pada stadium 3B kanker telah tumbuh menuju

dinding panggul atau memblokir satu atau kedua saluran pembuangan

ginjal.

e) Stadium 4
Kanker serviks stadium 4 adalah kanker yang paling parah.

Kanker telah menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan

rahim. Stadium ini dibagi menjadi 2 yaitu, stadium 4A dan stadium

4B. Pada stadium 4A, kanker telah menyebar ke organ-organ seperti

kandung kemih dan dubur. Pada stadium 4B, kanker telah menyebar

ke organ-organ tubuh yang sangat jauh, misalnya paru-paru.

B. Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat IVA


1. Pengertian IVA
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat) merupakan cara sederhana

untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiana,

2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara

melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher

rahim dengan larutan asam asetat 3-5 % (Wijaya, Delia 2010).

Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia

sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak

direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona

transisional seringkali terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak dengan

pemeriksaan inspekulo (Rasjidi, 2009).

Data terkini menunjukkan bahwa pemeriksaan visual leher rahim

menggunakan asam asetat (IVA) paling tidak sama efektifnya dengan tes pap

dalam mendeteksi penyakit dan bisa di lakukan dengan lebih sedikit logistic

dan hambatan teknis. IVA dapat mengidentifikasi lesi derajat tinggi pada 78%

perempuan yang di diagnosa memiliki lesi derajat tinggi dengan


menggunakan kolposkopi 3,5 kali lebih banyak daripada jumlah perempuan

yang teridentifikasi dengan menggunakan tes pap (Depkes, 2009).

Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat

mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-grade precancerous lesions) dengan

sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi

positif (positive predective value) dan nilai prediksi negative (negative

predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya, Delia

2010).

2. Sasaran pemeriksaan IVA


Sasaran pemeriksaan IVA adalah dianjurkan bagi semua perempuan

berusia antara 30 sampai dengan 50 tahun. Perempuan yang mempunyai

faktor resiko terutama adalah kelompok yang paling penting untuk

mendapatkan pelayanan tes dan pengobatan dengan sarana terbatas. Dengan

memfokuskan pada pelayanan tes dan pengobatan untuk perempuan berusia

30 sampai dengan 50 tahun atau yang memiliki faktor resiko seperti seperti

resiko tinggi IMS akan dapat meningkatkan nilai prediktif positif dari IVA .

karena angka penyakit lebih tinggi pada kelompok usia tersebut, maka lebih

besar kemungkinan untuk mendeteksi lesi pra kanker, sehingga meningkatkan

efektifitas biaya dari program pengujian dan mengurangi kemungkinan

pengobatan yang tidak perlu (Kemenkes, 2015).

3. Syarat pemeriksaan tes IVA


Adapun syarat-syarat bila akan dilakukannya tes IVA menurut

Dinengsih (2017), antara lain;

a. Sudah melakukan hubungan seksual


b. Tidak sedang datang bulan

c. Tidak sedang hamil

d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

4. Langkah-langkah pemeriksaan IVA


a. Persiapan pasien

1) Melakukan inform consent

2) Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan

lampu sorot

3) Menganjurkan pasien berbaring di tempat tidur ginekologi dengan

posisi litotomi

b. Persiapan alat
1) Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti handscoon,

speculum cocor bebek, asam asetat 3-5% dalam botol, kom kecil

steril, lidi wotten, tampon tang/venster klem, kasa steril pada

tempatnya, formulir permintaan pemeriksaan sitologi, lampu

sorot/senter, Waskom berisi larutan klorin 0,5%, tempat sampah,

tempat tidur ginekologi, sampiran.

2) Menyusun perlengkapan/bahan secara ergonomis.

c. Pelaksanaan
1) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan

metode tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan

bersih.

2) Menggunakan handscoon steril

3) Melakukan vulva higyene


4) Memerhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi

5) Memasang speculum dalam vagina

6) Masukkan lidi wotten yang telah dicelupkan dengan asam asetat 3-

5% kedalam vagina sampai menyentuh portio

7) Oles lidi wotten keseluruh permukaan portio dan lihat hasilnya:

a. Jika permukaan serviks berwarna kusam, berbenjol dan mudah

berdarah maka di curigai kanker

b. Jika tampak warna kemerahan yang merata didaerah serviks

disertai cairan vagina abnormal maka curigai infeksi

c. Bila kedua hal di atas tidak ditemukan, harus diperiksa daerah

transformasi

8) Bersihkan portio dan dinding vagina dengan kapas steril dengan

menggunakan tampon tang

9) Mengeluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan

10) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan

11) Rapihkan ibu dan rendam alat-alat dan melepas sarung tangan

(merendam dalam larutan klorin 0,5%)

12) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode

tujuh langkah

13) Menemui klien kembali

14) Mencatat hasil tindakan dalam status (Romauli, 2009).

5. Kategori pemeriksaan IVA


Kategori pemeriksaan IVA ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan,
salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
a. IVA negative = serviks normal

b. IVA radang = serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak

lainnya(polip serviks).

c. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).

Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks

dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks-

pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).

d. IVA – kanker serviks pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan

stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian

akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (

Ayurai, 2010).

C. Wanita usia subur (WUS)


1. Pengertian Wanita Usia Subur (WUS)
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ

reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia

subur ini berlangsung lebih cepat daripada pria. Puncak kesuburan ada pada

rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk

hamil. pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan

memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah

usia 40 tahun wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.

(Suparyanto, 2011).

Masa reproduksi sehat wanita di bagi menjadi 3 periode yaitu kurun

reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap menunda kehamilan, kurun

reproduksi sehat (20-35 tahun ) merupakan tahap untuk menjarangkan kehamilan,


dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun) merupakan tahap untuk mengakhiri

kehamilan (Depkes, 2009).

2. Tanda-tanda kesuburan pada wanita

Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur, antara lain;

a. Siklus haid

Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan

biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama

keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang

biasanya berlangsung selama 28 hingga 30 hari. Oleh karena

itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai

seorang wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi

oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan progesteron.

Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada

tubuh perempuan yang dapat di lihat melalui beberapa

indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan

sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks,

panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator

minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.

b. Alat pencatat kesuburan

Kemajuan teknologi seperti ovulation thermometer juga dapat

dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi kesuburan seorang

wanita. Thermometer ini akan mencatat perubahan suhu badan

saat wanita mengeluarkan benih atau sel telur. Bila benih


keluar, biasanya thermometer akan mencatat kenaikan suhu

sebanyak 0,2 derajat celcius selama 10 hari. Namun jika wanita

tersebut tidak mengalami perubahan suhu badan pada masa

subur, berarti wanita tersebut tidak subur.

c. Tes darah

Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti datangnya

haid 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali biasanya tidak subur.

Jika dalam kondisi seperti ini, beberapa tes darah perlu

dilakukan untuk mengetahui penyebab dari tidak lancarnya

silus haid. Tes darah dilakukan untuk mengetahui kandungan

hormon yang berperan pada kesuburan seorang wanita.

d. Pemeriksaan fisik

Untuk mengetahui seorang wanita subur juga dapat diketahui

dari organ tubuh seorang wanita. Beberapa organ tubuh, seperti

buah dada, kelenjar tyroid pada leher, dan oragan reproduksi.

Kelenjar tyroid yang mengeluarkan hormon tiroksin berlebihan

akan mengganggu proses pelepasan sel telur. Sedangkan

pemeriksaan buah dada ditujukan untuk mengetahui hormon

prolaktin dimana kandungan hormon prolaktinyang tinggi akan

mengganggu proses pengeluaran sel telur. Selain itu,

pemeriksaan sistem reproduksi juga perlu dilakukan untuk

mengetahui sistem reproduksinya normal atau tidak.

e. Track record
Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik di sengaja

ataupun tidak, peluang terjangkit kuman pada saluran

reproduksi akan tinggi. Kuman ini akan meyebabkan kerusakan

dan penyumbatan saluran reproduksi.

3. Masalah kesuburan pada wanita

Meurut dasen (2008), beberapa hal yang dapat mengganggu kesuburan

seorang wanita yaitu;

a. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terlambat

Siklus menstruasi yang tidak teratur bisa disebabkan karena adanya

gangguan kista ovarium atau penyakit lainnya, kondisi stres,

kecapean, serta terganggunya keseimbangan hormon.

b. Berat badan yang tidak seimbang

Hampir sekitar 30-40% wanita saat ini mengalami masalah

kesuburan dan gangguan kehamilan. Gangguan kesuburan tersebut

biasanya disebabkan karena masalah berat badan yang tidak

seimbang, terlalu gemuk atau terlalu kurus. Idealnya, berat badan

sebelum hamil ( pra-hamil) tidak melebihi atau kurang dari 10%

berat badan normal sesuai tinggi badan. Masih banyak wanita usia

subur yang makan tidak teratur, tidak sarapan pagi, dan sering

mengkonsumsi junkfood yang kadar gizinya tidak seimbang. Status

gizi selama masa pra hamil yaitu sekitar 3-6 bulan sebelum

berencana untuk hamil akan berdampak terhadap bayi yang di


lahirkan nantinya. Terlalu gemuk juga akan menyebabkan

terganggunya keseimbangan hormon.

c. Poli Cystic Ovary Syndrome (PCOS) dan Endometriosis

Masalah ketidaksuburan pada wanita biasanya juga timbul akibat

adanya sindrom ovarium polisistik atau Poli Cyctic Ovary Sindrome

(PCOS) dan Endometriosis. PCOS merupakan gangguan dimana

folikel (kantung sel telur) tidak berkembang dengan baik, sehingga

tidak terjadi ovulasi. Wanita yang mengalami PCOS ini menjadi

infertil (tidak subur) karena tidak ada sel telur yang matang,

sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Gejala yang timbul dari

PCOS ini biasanya adalah siklus haid yang tidak teratur (terlambat,

tidak haid, atau haid 2-3 kali dalam sebulan).

Sementara endometriosis merupakan suatu keadaan patologi pada

sistem reproduksi wanita dimana jaringan selaput lendir rahim

(endometrium) yang seharusnya berada di dalam rahim, malah

tumbuh di luar rongga rahim (saluran telur/tuba fallopi, indung

telur, atau pada rongga pinggul). Hal ini dapat menggganggu

kesuburan wanita sehingga akan menghambat terjadinya kehamilan.

Diperkirakan sekitar 30-40% wanita dengan keluhan endometriosis

sulit memiliki keturunan.

d. Rokok

Merokok tidak hanya akan mengganggu kesehatan, namun juga

dapat menghambat dan menimbulkan masalah pada kesuburan.

Dalam asap rokok terdapat lebih dari 4000 zat racun seperti karbon
monoksida (CO), nitrogen oksida, sianida, ammonia, asetilen,

benzaldehide, methanol, nikotin, dan lain sebagainya. Pada wanita,

merook dapat menyebabkan penurunan produksi sel telur sehingga

dapat mengganggu kesuburan. Apabila perokok wanita tersebut

hamil, akan timbul berbagai masalah pada kehamilan dan bayi yang

dilahirkan nanti. Misalnya, perkembangan janin terhambat, resiko

keguguran kehamilan akan semakin meningkat, kelahiran bayi

prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR).

e. Efek samping obat

Setiap obat pasti memiliki efek samping. Pantangan konsumsi

sembarang obat tidak hanya berlaku pada masa sebelum kehamilan,

namun akan terus berlanjut pada masa kehamilan dan masa setelah

persalinan yaitu masa menyusui. Apabila sakit lakukan

penyembuhan dengan cara alami, misalnya mengatasi flu dengan

banyak minum, istrirahat yang cukup dan makan makanan yang

bergizi. Langkah pencegahan agar tidak mudah sakit tentu

merupakan langkah yang lebih baik dan tepat. Untuk itu, jagalah

kondisi keehatan agar tubuh selalu bugar dan siap untuk hamil.

4.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker leher
rahim metode IVA
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan perilaku

kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sitem pelayanan kesehatan, makanan, serta

lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok , atau masyarakat . Upaya agar

masyarakat berperilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan,

ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui

kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan.

Promosi kesehatan mengupayakan agar perilaku individu , kelompok , atau

masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan. Agar intervensi atau upanya tersebut efektif , maka sebelum dilakukan

intervensi perlu dilakukan diaknosis atau analisis terhadap masalah perilkau

tersebut. Konsep umum yang digunakan untuk mendiaknosis perilaku adalah


konsep Lawrence green (1980). Menurut Green ,perilaku dipengaruhi oleh 3

faktor utama , yakni :

1. Faktor faktor pendukung (predisposing factors)

Faktor ini mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan ,tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal - hal yang

berkaitan dengan kesehatan , sistem nilai yang dianut masyarakat , tingkat

pendidikan , tingkat sosial ekonomi , dan sebagainya.

2. Faktor faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor ini mencangkup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat.

3. Faktor faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor ini mencangkup faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama , sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.

Berdasarkan teori Green yang tersebut diatas banyak faktor yang

mempengaruhi ibu memilih pemeriksaan IVA yaitu umur , pendidikan,

pekerjaan , paritas , pengetauan , sikap , tradisi , kepercayaan masyarakat ,

sistem nilai , tingkat sosial ekonomi , ketersediaan sarana prasarana

fasilitas kesehatan , sikap dan perilaku tokoh masyarakat , sikap dan

perilaku para petugas kesehatan , undang – undang ,peraturan – peraturan.

Namun pada kesempatan ini kami hanya memaparkan beberapa

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Umur
Umur adalah usia individu terhitung mulai pada saat dilahirkan

setiap saat burulang tahun . Umur adalah lama waktu hidup sejak

dilahirkan .Umur mempengaruhi seseorang wanita dalam memutuskan

akan melakukan pemeriksaan IVA. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Sakanti, Anggiasih (2007) bahwa ibu yang melakukan

pemeriksaan papsmear sebanyak 78,57% berusia diatas 35 tahun. Hal

itu sesuai dengan anjuran Depkes RI 2009 bahwa deteksi dini kanker

leher rahim dianjurkan pada perempuan usia 30-50 tahun, karena lesi

pra kanker lebih mudah terdeteksi.

b. Sikap

Sikap (attitude ) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang ,

tidak senang atau perasaan biasa biasa saja ( netral ) dari seseorang

terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda , kejadian situasi, orang orang

atau kelompok. Kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan

senang, maka disebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tidak

senang maka dise but sikap negatife. Kalau tidak timbul apa apa disebut

sikap netral (Wirawan,2009).

Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah

selalu mencerminkan sikap seseorang , sebab seringkali terjadi bahwa

seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya

(Sarwono, 1997). Dalam hal ini, sikap positif wanita terhadap

pentingnya deteksi dini kanker leher rahim ,belum tentu akan diikuti

dengan perilaku yang positif yaitu melakukan deteksi dini kanker leher

rahim.
Penelitian yang dilakukan oleh Ninik Artiningsih (2011),

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna dan positif antara

sikap wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan IVA di

puskesmas Blooto, kecamatan prajurit kulon, Mojokerto (p = 0,000 dan

r = 0,381). Semakin tinggi nilai sikap WUS maka perilaku WUS dalam

pemeriksaan IVA juga semakin baik, demikian juga sebaliknya.

c. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu.

(Notoatmodjo),2007).

Pengetahuan atau kognigtif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicanngkup

dalam domain kognigtif mempunyai 6 tingkat , yaitu :

i. Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya . lata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan , menguraikan ,

mendefinisikan , menyatakan ,dan sebagainya.

ii. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar.

iii. Aplikasi (Application)


Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya )

iv. Analisis ( Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen- komponen , tetapi masih dalam

suatu struktur organissai tersebut , dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

v. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian –bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

vi. Evaluasi ( Evaluation)


Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi ataiu
objek.(Notoatmodjo,2007).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat – tingkat

tersebut diatas.
Pengetahuan tentang deteksi dini kanker leher rahim penting

diketahui oleh masyarakat khususnya wanita untuk meningkatkan

kesadaran dan merangsang terbentuknya perilaku kesehatan yang

diharapkan dalam hal ini perilaku deteksi dini kanker leher rahim. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian Sakanti, Anggiasih, 2007 bahwa

WUS dengan pengetahuan baik, sebanyak 85,71% melakukan

pemeriksaan papsmear.

d. Dukungan suami / keluarga


Anggota keluarga , sanak keluarga , tetangga , dan teman sering

kali meiliki pengaruh yang bermakna dalam melakukan pemeriksaan

IVA oleh sesorang wanita.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2013)

menyimpulkan bahwa dukungan suami merupakan faktor yang paling

mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker leher rahim dengan nilai p

= 0,010 dan OR 3,050 yang artinya dukungan suami 3,05 kali

mempengaruhi perilaku dalam deteksi dini kanker leher rahim.

D. Kerangka Teori
Kerangka teori ini berdasarkan teori Green (1980) dalam buku promosi

kesehatan dan ilmu perilaku karangan Sukidjo Notoatmodjo tahun 2007 yang

menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor , yaitu :


Kerangka Teori berdasarkan Teori Green (1980)

Faktor Pendukung (Predisposisi)


:
 Pengetahuan
 Sikap
 Pendidikan
 Umur
 Pekerjaan
 Status perkawinan

Faktor Pemungkin :
 Keterjangkuan jarak
 Keterjangkauan biaya
Perilaku WUS dalam
deteksi dini kanker
leher rahim metode
IVA

Faktor penguat :
 Keterpaparan informasi /
media massa
 Dukungan suami /
keluarga
 Dukungan petugas
kesehatan
 Dukungan kader

Gambar 1. Kerangka Teori

E. Kerangka konsep
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui informasi tentang

faktor faktor yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker leher rahim metode

IVA dan WUS, maka dibuatlah kerangka konsep berdasarkan teori yang di

kemukakan oleh Green.

Pada penelitian ini variable yang akan di teliti terdiri dari variable

dependen yaitu perilaku pemeriksaan IVA dan variable independen meliputi

pengetahuan, sikap, umur dan dukungan suami/keluarga.

Kerangka konsep dapat digunakan sebagai berikut:


Variabel independen Variable dependen

 Pengetahuan
 Sikap Perilaku pemeriksaan
 Umur IVA
 Dukungan
Suami/Keluarga

Gambar 2. Kerangka konsep

F. Hipotesis

Adanya hubungan antara faktor pengetahuan, umur, sikap dan dukungan

suami/keluarga terhadap perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim

dengan metode IVA terhadap WUS di Perumahan Pesona Lebak Wangi 2.

Anda mungkin juga menyukai