Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tekanan Darah

2.1.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kuatnya darah menekan pada dinding pembuluh darah

ketika dipompa dari jantung menuju keseluruh jaringan tubuh. Irama kerja tekanan darah

serupa dengan tekanan air didalam selang yang dihubungkan dengan keran air. Semakin

besar air keran dibuka atau diputar, maka semakin besar juga tekanan air pada dinding

selang tersebut. Fungsi tekanan darah adalah untuk mengalirkan darah keseluruh bagian

tubuh manusia. Dengan demikian, seluruh organ-organ penting didalam tubuh akan

memperoleh oksigen dan zat-zat gizi yang dibawah oleh darah (Purwati, et al. 2007).

Tekanan darah di dalam tubuh manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu tekanan

darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik menunjukan besarnya

tekanan pada dinding pembuluh darah saat jantung berkontraksi (jantung berdenyut).

Sedangkan, Tekanan darah diastolik menunjukan besarnya tekanan darah pada dinding

pembuluh darah saat otot jantung rileks di antar dua denyutan. Standart pengukuran

tekanan darah dengan milimeter air raksa (mmHg) yang paling umum digunakan terdiri

dari manset yang biasa digembungkan lalu dihubungkan dengan tabung panjang berisi air

raksa (Zunnur, et al. 2017).

9
10

2.1.2 Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang disebut sphygmomanometer atau

biasa yang dikenal dengan nama tensimeter. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa,

pengukur tekanan, dan manset dari karet. Alat ini berfungsi sebagai pengukur tekanan

darah dalam unit yang disebut millimeter air raksa (mmHg) (Susilo, et al. 2011).

Pengukuran tekanan darah dimulai dengan menaruh manset mengelilingi lengan

atas dengan kencang dan lembut setalah itu dipompa dan dikembangkan dengan sebuah

pompa udara sampai dengan tekanan yang menghalangi aliran darah di pembuluh darah

(brachial artery) yang kemudian berjalan melalui lengan dan manset tetap dinaikan sampai

denyutan radial atau brakial tidak terdeteksi. Hilangnya denyutan menandakan bahwa

tekanan darah sistolik sudah melampui dan arteri brakialis telah tertutup. Setelah itu

lengan diletakan disebelah badan pada posisi yang lebih tinggi dari jantung dan tekanan

dari sebuah manset pada lengan dilepaskan secara perlahan-lahan (Susilo, et al. 2011).

Ketika tekanan di dalam manset berkurang, seorang pengukur akan mendengar

dengan sebuah stetoskop melalui pembuluh dara yang berada di bagian depan dari sikut

(brachial artery). Tekanan pada bagian dimana seorang pengukur pertama kali mendengar

denyutan dari pembuluh darah disebut tekanan sistolik (angka yang di atas). Ketika

tekanan manset berkurang lebih rendah, tekanan pada denyutan aliranya akan berhenti

disebut tekanan diastolik (angka yang di bawah). Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Oleh karena itu, sangat penting menstandarisasikan lingkungan saat

mengukur tekanan darah. Minimal satu jam sebelum tekanan darah diukur hindari

makan, latihan berat (yang dapat menurunkan tekanan darah), merokok dan minum kopi.
11

Stres-stres yang lain juga dapat mempengaruhi darah dan harus dipertimbangkan saat

tekanan darah akan diukur (Susilo, et al. 2011).

2.1.3 Macam-Macam Tekanan Darah

2.1.3.1 Tekanan Darah Normal

Joint National Committee VII mengatakan tekanan darah normal untuk orang

dewasa adalah antara angka 100/70 mmHg – 140/90 mmHg. (Sudarta, 2013).

2.1.3.2 Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi terjadi jika nilai tekanan darah berkisaran diangka 90/60 mmHg.

Tekanan darah rendah merupakan kejadian yang abnormal dan dapat dikaitkan dengan

beberapa penyakit. (Sudarta, 2013).

a. Klasifikasi tekanan darah rendah

1. Hipotensi Ortostatik

Hipotensi ortostatik terjadi ketika mekanisme pengaturan tekanan darah ortostatik

gagal. Keadaan semacam itu tergantung pada baroreflexs, volume darah normal, dan

tekanan darah yang berlebihan. Tekana darah yang berlebihan akan mengakibatkan

berkurangnya aliran darah ke otak dan pingsan (Low, 2015).

2. Hipotensi Postprandrial

Hipotensi postprandial didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik

setelah makan >20mmHg. Hipotensi postprandial merupakan sebuah kelainan yang

cukup serius terkait dengan peningkatan resiko sinkop, dan jatuh, kejadian ini biasanya
12

dihubungkan dengan beberapa penyakit seperti Parkinson dan diabetes militus (Trahair,

et al. 2017).

3. Hipotensi Akibat Syaraf (Neurally Mediated Hypotension)

Neutrally mediated hypotension terbentuk dari intoleransi ortostatik dimana gejala

diperparah ketika seseorang dengan posisi tegak dan membaik saat telentang, Neutrally

mediated hypotension terjadi karena otak hanya menerima sedikit aliran darah ketika

seseorang terlalu lama berdiri, penderita biasanya mengalami gejala seperti pusing,

pandangan kabur, mual dan muntah (Fu dan Lavine, 2014).

b. Tanda dan gejala hipotensi

Tekanan darah rendah (hipotensi) tidak dianggap sebagai penyakit utama karena

tidak menunjukan resiko yang serius pada pasien hipotensi. Meskipun demikian, orang-

orang yang menderita hipotensi terutama hipotensi kronis atau konstitutif menderita

gejala fisik dan psikologis seperti kelelahan sementara, pusing dan sensasi kelemahan

yang biasanya mempengaruhi kehidupan sehari-hari (Fernandez, et al. 2013).

c. Penyebab

Penyebab utama hipotensi adalah terjadinya penurunan resistensi di aliran pembuluh

darah, hal ini akan mengakibatkan bradikardia karena saraf parasimpatis lebih dominan

serta peningkatan aktivitas baroreseptor dan rangsangan di Bazold Jarisch Refkex (BJR).

Blokade simpatis akan menurunkan resistensi sistemik pada pembuluh darah yang

menyebabkan pengumpulan cairan atau pooling cairan di perifer dan mengakibatkan

seseorang menderita hipotensi (Ismadiyah, et al. 2015).


13

2.1.3.3 Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Hipertensi didefinisikan suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme

pengaturan tekanan darah. Seseorang dinyatakan hipertensi jika tekanan darah persisten

pada tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih

besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan sistolik sama atau lebih besar 95

mmHg (Sari, 2014).

a. Penyebab

Meningkatnya tekanan darah di dalam pembuluh darah terjadi karena jantung

memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap waktunya.

Pembuluh darah besar kehilangan keelastisitasanya dan menjadi kaku sehingga pembuluh

darah tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui pembuluh

darah tersebut. Oleh karena itu, darah di setiap denyut jantung akan dipaksa untuk

melalui pembuluh yang lebih sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan darah (Susilo, et al. 2011).

Menurut Kusuma (2013) penyebab hipertensi diklasifikasikan ke dalam hipertensi

primer dan hipertensi sekunder sebagai berikut :

1. Hipertensi primer

Tekanan darah tinggi atau hipertensi didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak

disebabkan karena adanya gangguan organ lain, seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini
14

disebabkan oleh kondisi lingkungan, seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak

seimbang, stress dan pekerjaan. (Kusuma, et al. 2013).

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan karena adanya gangguan

pada organ tubuh, seperti gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan pada aorta (Kusuma,

et al. 2013).

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Sebagai berikut :

1) Usia

Kepekaan terhadap hipertensi semakin meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia seseorang. Seseorang yang berusia di atas 60 tahun. 50 – 60%

memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu

dipengaruhi oleh degenerasi yang terjadi ketika bertambah usia seseorang (Susilo,

2011).

2) Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormone yang berbeda.

Demikian juga pada perempuan dan laki-laki, laki-laki memiliki resiko lebih tinggi

untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga memiliki resiko yang lebih

besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Untuk perempuan, biasanya

akan lebih rentan terhadap hipertensi saat mereka sudah berumur di atas 50

tahun. Begitu penting bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan sejak dini.
15

Terutama mereka yang memiliki sejarah keluarga yang terkena penyakit. (Susilo,

2011).

3) Kegemukan (Obesitas)

Kegemukan (Obesitas) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

timbulnya berbagai macam penyakit yang membahayakan, salah satunya adalah

hipertensi. Menurut Susilo (2011) Adanya hubungan antara berat badan dengan

tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada seseorang

yang tidak menderita kegemukan (Obesitas) seiring berjalanya umur, tidak

didapatkan peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Yang sangat

mempengaruhi peningkatan tekanan darah adalah kegemukan pada tubuh bagian

atas dengan meningkatnya jumlah lemak pada bagian perut atas atau kegemukan

terpusat (Obesitas central). (Susilo, 2011).

4) Kurang Olahraga

Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umunya cenderung

mengalami kegemukan. Telah dijelaskan di atas bahwa kegemukan akan

mempengaruhi tekanan darah seseorang. Manfaat dari olahraga selain dapat

menurunkan berat badan, dapat juga menghilangkan rasa stress. Dan stress

merupakan salah satu faktor yang menunjang terjadinya hipertensi. (Purwati,

2007).
16

5) Stres

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Stres ini dapat juga

berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

Stress yang dialami seseorang akan meningkatkan saraf simpatetis yang kemudian

akan memicu kerja jantung dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Oleh

karena itu, bagi seseorang yang sudah memiliki riwayat hipertensi, disarankan

untuk berlatih mengendalikan stress dalam hidupnya. (Susilo, 2011).

6) Merokok dan Konsumsi Alkohol

Menurut Purwati (2007) bahwa merokok dapat menaikan tekanan darah.

Kandungan nikotin yang terdapat pada rokok sangat membahayakan kesehatan.

Selain dapat meningkatkan penggumpalan darah di dalam pembuluh darah,

nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Sedangkan, mengkonsumsi alkohol dapat membahayakan kesehatan karena

meningkatkan sintesis ketekholamin. Adanya ketekholamin dalam jumlah besar

akan memicu kenaikan tekanan darah.

2.1.5 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula neuron saraf

simpatis, kemudian berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumma

medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

ini kemudian dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem
17

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf setelah ganglion ke pembuluh darah,

kemudian dengan dilepaskanya noreepineprin menyebabkan kontriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh

darah terhadap rangsang vasokontriksi. Seseorang penderita hipertensi sangat sensitif

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa kejadian tersebut

bias terjadi.

Pada saat bersamaan sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respons rangsang emosi, kelenjar adrenal yang akan menyebabkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang kemudian dapat

memperkuat respons vasokontriksi pada pembuluh darah. Vasokontriksi yang

menyebabkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokontriksi kuat, yang ada giliranya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks

adrenal. Hormon ini mengakibatkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

mengakibatkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

menyebabkan dan mencetuskan seseorang menderita hipertensi (Sari, et al. 2014).


18

2.1.6 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan World health Organization (2014)

menyatakan :

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah (WHO, 2014)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <130 <85

Perbatasan 130-139 85-89

Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi Tingkat 2 160-179 100-109

Hipertensi Tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110

Sedangkan klasifikasi tekanan darah menurut American Hea;th Asosiation (2017).

Gambar 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah (AHA. 2017)


19

2.1.7 Manifestasi Klinis

Hipertensi biasanya tidak memiliki gejala khusus yang langsung mengacu pada

penyakit tersebut. Tetapi beberapa gejala yang terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan penyakit hipertensi padahal sebenarnya bukanlah hipertensi. Gejala

yang dimaksud seperti sakit kepala, mata berkunang-kunang, wajah kemerahan, sakit

tengkuk dan kelelahan.

Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi baik kepada penderita hipertensi ataupun

pada seseorang dengan tekanan darah normal. Jika hipertensi berat maupun menahun

tidak segera diobati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, sesak napas, mual muntah,

gelisah, pandangan menjadi kabur yang diakibatkan karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung, dan ginjal. Penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma kerena terjadi pembengkakan otak. Keadan ini disebut ensefalopati hipertensif

(Susilo, et al. 2011).


20

2.1.8 Penatalaksanaan

2.1.8.1 Pemeriksaan penunjang

1) Hematokrit

Pada penderita hipertensi kadar hematokrit di dalam darah meningkat seiring dengan

meningkatnya kadar natrium dalam darah. Pemeriksaan hematokrit dibutuhkan untuk

mengikut perkembangan pengobatan hipertensi (Sari, 2014).

2) Kalium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatan hipertensi (Sari, 2014).

3) Kreatinin serum

Pemeriksaan kreatinin ini hasil yang didapatkan adalah kadar kreatinin di dalam darah

meningkat yang sehingga berdampak pada fungsi ginjal (Sari, 2014).

4) Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes

(Sari, 2014).

5) Elektrokardiogram

Pembesaran ventrikel kiri dengan gambaran kardiomegali dapat dideteksi dengan

menggunakan pemeriksaan ini. Dan dapat juga menggambarkan apakah hipertensi telah

lama berlangsung (Sari, 2014).


21

2.1.8.2 Farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi ini tidak hanya menurunkan tekanan darah, tetapi

juga mengurangi dan mencegah komplikasi yang di akibatkan penyakit hipertensi agar

penderita dapat sehat lagi. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli

Hipertensi (Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Prwssure. Obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE bias

digunakan untuk obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan

penyakit lain yang ada pada penderita (Sari, 2014).

Menurut Susilo (2011) pengobatan farmakologis meliputi :

a) Diueretik Tiazide

Obat ini biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati

hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, kemudian yang akan

mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.

Dieretik mengakibatkan hilangnya kalium melalui air kemih sehingga kadang diberikan

tambahan kalium atau obat penahan kalium. Akan tetapi diuretic ini sangat efektif pada

orang yang berkulit hitam, orang lanjut usia, kegemulan/obesitas, gagal jantung, dan

penyakit ginjal menahun.

b) Penghambat Adrenergik

Kelompok obat ini merupakan obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker, dan, alfa-

beta-blocker labetabol yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis

merupakan sistem saraf yang dengan cepat akan memberikan respon terhadap stress
22

dengan cara meningkatkan tekanan darah. Obat adrenergik yang sering di gunakan adalah

beta-blocker yang efektif diberikan kepada penderita hipertensi di usia muda, penderita

yang pernah mengalami serangan jantung, penderita dengan denyutan jantung yang

cepat, angina pectoris (nyeri dada), dan sakit kepala migran.

c) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor)

Obat golongan ini menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan

pembuluh darah. Obat ini efektef diberikan kepada orang yang berkulit putih, penderita

hipertensi di usia muda, gagal jantung, proteinuria yang disebabkan penyakit ginjal

menahun, dan impotensi. Obat seperti ini diberikan dengan pengawasan yang ketat dari

seorang dokter karena adanya efek samping yang membahayakan bagi mereka yang

sudah mempunyai penyakit komplikasi lainya.

d) Angiotensin-II-Blocker

Obat golongan ini mengakibatkan penurunan tekanan darah terhadap satu

mekanisme yang mirip seperti ACE-Inhibitor.

e) Antagonis Kalsium

Pemberian obat ini untuk penderita hipertensi mengakibatkan melebarkan

pembuluh darah dengan mekanisme yang berbeda. Obat ini sangat efektif diberikan

untuk orang yang berkulit hitam, penderita hipertensi lanjut usia, angina pectoris (nyeri

dada), denyutan jantung yang cepat, sakit kepala atau migren.


23

f) Vasodilator

Obat vasodilator akan langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Oabat

jenis ini hamper selalu digunakan sebagai tambahan untuk obat anti-hipertensi lainya.

g) Obat-obat lainya

Obat-obat hipertensi lainya ini merupakan golongan obat tertentu yang biasa

digunakan dalam kondisi khusus. Misalnya hipertensi maligna yang membutuhkan obat

penurun tekanan darah dengan cepat. Sebagian besar obat-obat yang bias menurunkan

tekanan darah diberikan secara intravena atau melalui pembuluh darah. Obat-obat

tersebut seperti, diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, dan labetalol.

2.1.8.3 Non farmakologis

Menurut Sari (2014) terapi tanpa obat diberikan sebagai tindakan untuk

menangani hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang sampai

berat. Terpi tanpa obat ini meliputi :

1) Diet

Diet yang dianjurkan pada penderita hipertensi adalah. Restriksi garam dengan

sedang dari 10gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak

jenuh, penurunan asupan etanol dan menghentikan kebiasaan merokok.

2) Latihan fisik

Latihan fisik atau olahraga yang teratur dianjurkan pada penderita hipertensi adalah

olahraga yang memiliki empat prinsip yaitu. 1. Olah raga yang bersifat isotonis dan
24

dinamis seperti lari, jogging, berenang dan lain. 2. Intensitas olahraga yang baik berkisar

antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang

disebut zona latihan. 3. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit saat di zona latihan.

4. Frekuensi yang baik adalah 3x dalam seminggu dan paling baik 5x perminggu.

3) Edukasi psikologis

Pemberian edukasi psikologis pada penderita hipertensi meliputi :

a) Teknik Biofeedback

Biofeedback merupakan suatu teknik yang dipakai untuk menunjukan pada

subyek tanda-tanda meliputi keadaan tubuh secara sadar oleh subyek yang dianggap

tidak normal. Penerapan biofeedback digunakan untuk mengatasi gangguan somatic

seperti nyeri kepala dan migran, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan

dan ketegangan.

b) Teknik relaksasi

Relaksasi merupakan prosedur yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau

kecemasan pada seseorang. Dengan cara melatih penderita agar dapat melatih otot-

otot dalam tubuh menjadi rileks.

c) Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang

penyakit hipertensi dan pengelolaanya sehingga penderita bias mempertahankan

hidupnya dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut.


25

2.1.9 Komplikasi

Menurut Purwati (2007) berbagai komplikasi atau efek samping dari hipertensi

dapat terjadi meliputi :

1. Penyakit jantung koroner

Komplikasi penyakit yang sering dialami penderita tekanan darah tinggi adalah

jantung koroner. Penyebabnya karena terjadi pengapuran di dinding pembuluh darah

jantung. Nyeri dada yang terjadi karena adanya penyempitan pada lubang pembuluh

darah jantung dan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Jika

aliran darah pada suatu otot jantung berhenti akan menimbulkan gangguan pada otot

jantung yang sering disebut sebagai serangan jantung.

2. Gagal jantung

Tekanan darah tinggi bias memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk

memompah darah. Yang mengakibatkan otot jantung akan menebal dan renggang

sehingga daya pompa otot menurun yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan kerja

jantung. Kegagalan kerja jantung ini ditandai dengan gejala napas pendek, sesak napas,

dan pembengkakan pada tungkai dan kaki.

3. Kerusakan pembuluh darah otak

Hipertensi merupakan penyebab utama suatu penyakit penyerta pada kerusakan

pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang disebabkan yaitu pecahnya

pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah.


26

a. Rusaknya dinding pembuluh darah

Apabila seseorang terlalu lama menderita tekanan darah tinggi. Di dalam tubuh

terjadi pergeseran pembuluh darah yang diikuti dengan rusaknya pembuluh darah.

Dengan demikian, berbagai zat yang terlarut dalam darah, seperti kolesterol dan kalsium,

akan mengendap pada dinding pembuluh darah. Keadaan seperti ini dapat

mengakibatkan dua hal yaitu :

1) Terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah sehingga diameter pembuluh

darah menjadi keras dan sempit. Keadaan ini disebut aterosklerosis atau pengapuran

pembuluh darah.

2) Pembuluh darah tersumbat atau sering disebut dengan keadaan thrombosis yaitu

aliran darah menuju ke otak berkurang atau terhenti secara mendadak karena adanya

sembutan dalam pembuluh darah. Keadaan ini dapat mengakibatkan kerusakan otak

yang disebut dengan stroke iskemi dan stroke trombotik.

4. Gagal ginjal

Tekanan darah tinggi dapat juga mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada

ginjal. Dengan demikian, ginjal tidak dapat berfungsi seperti biasanya. Kelainan ginjal

akibat hipertensi ada dua jenis, yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.

Nefrosklerosis benigna disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang berlangsung lama

atau karena percepatan sclerosis fisiologik pada proses menua (pertambahan umur).

Hipertensi yang menahun dapat mengakibatkan permeabilitas dinding pembuluh darah

semakin bertambah sehingga fraksi-fraksi plasma mengendapkan pada dinding pembuluh


27

darah. Nefrosklerosis maligna ditandai dengan tekanan diastole lebih besar dari 130

mmHg yang diakibatkan karena fungsi ginjal terganggu.

2.2 Konsep Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup (quality of life) merupakan konsep analisa kemampuan seseorang

untuk memiliki hidup yang normal berkaitan dengan persepsi secara individu mengenai,

harapan, tujuan, standar, dan perhatian secara spesifik mengenai kehidupan yang di

alami. Kualitas hidup digunakan dalam bidang pelayanan kesehatan untuk menganalisis

emosional seseorang, faktor sosial, dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan kegiatan

di dalam kehidupan secara normal dan dampak sakit bisa borpotensi untuk menurunkan

kualitas hidup terkait kesehatan (Nursalam. 2017).

Menurut Teles (2014) Kualitas hidup adalah sebuah konstruksi multidimensi

yang dapat dipengaruhi oleh aspek pekerjaan, kehidupan pribadi, kesehatan fisik dan

psikologis, hubungan sosial dan lingkungan dimana seorang tinggal. Definisi ini

menunjukan bahwa kualitas hidup mengacu pada penilaian subjektif yang tertanam dalam

konteks budaya, sosial dan lingkungan.

Menurut WHO mengatakan ada 4 domain yang dijadikan parameter untuk

mengetahui kualitas hidup. Setiap domain djelaskan dalam beberapa aspek, yaitu :
28

Tabel 2.2 Ranah (domain) kualitas hidup dalam kehidupan (Nursalam. 2017).

RANAH ASPEK

I. Fisik 1. Kegiatan kehidupan sehari-hari

2. Ketergantungan pada bahan 0bat

dan bantuan medis

3. Energi dan kelelahan

4. Mobilitas

5. Rasa sakit dan ketidaknyamanan

6. Tidur dan istirahat

7. Kapasitas kerja

II. Psikologis 8. Bentuk dan tampilan tubuh

9. Perasaan negatif dan positif

10. Penghargaan diri

11. Spiritualitas agama dan keyakinan

pribadi

12. Berpikir, belajar, mengingat, dan

konsentrasi

III. Hubungan sosial 13. Hubungan pribadi

14. Hubungan sosial

15. Aktivitas seksual

IV. Lingkungan 16. Sumber daya keuangan

17. Kebebasan, keamanan, dan


29

kenyamanan fisik

18. Kesehatan dan kepedulian sosial :

aksebilitas dan kualitas

19. Lingkungan rumah

20. Peluang untuk memperoleh

informasi dan keterampilan baru 21.

Partisipasi dan kesempatan rekreasi

dan keterampilan baru

22. Lingkungan fisik (polusi atau

kebisingan atau lalu lintas atau

iklim)

23. Transportasi

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Kualitas hidup berhubungan dengan perubahan fisik, psikologis, sosial, dan

lingkungan yang di pengaruhi oleh beberapa faktor..

a. Usia

Faktor usia dihubungkan dengan domain kesehatan fisik dan psikologis. Orang

lanjut usia selalu dikaitkan denga hal karena adanya perubahan psikologis yang terjadi

seperti penurunan imunitas tubuh. Semakin bertambahnya usia seseorang semakin

rendah kualitas hidupnya yang disebabkan penurunan pada aktivitas fisik dan psikologis

dihidupnya (Setiawan, et al. 2013).


30

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin seseorang dihubungkan dengan domain kesehatan psikologis. Wanita

mempunyai kualitas hidup lebih rendah jika dibandingkan dengan laki laki. Kualitas

hidup yang buruk pada wanita dapat dilihat dari keseluruhan domain, akibat gaya hidup

yang buruk, perbedaan hormon, dan bagaimana persepi wanita atau laki-laki mengenai

suatu penyakit dan gejala, serta kepedulian dalam penerimaan penyakit tersebut

(Pudiarifanti, et al. 2015).

c. Kepatuhan terhadap pengobatan

Kepatuan terhadap pengobatan dikaitkan dengan domain kesehatan fisik. Kesehatan

fisik yang baik bisa didaptkan dan dipelihara kalau penderita hipertensi/hipotensi biasa

mengontrol penyakitnya dengan teratur serta melakukan pengobatan secara rutin (Dewi.

2014).

d. Taraf ekonomi

Tercapainya kebutuhan ekonomi dan sosial, serta perkembangan seseorang didalam

kehidupanya akan menyebabkan kepuasaan didalam hidupnya sehingga akan

mempengaruhi tingkat kesehatan hidupnya (Yuliati, et al. 2014).

e. Lingkungan tempat tinggal

Lingkungan tempat tinggal menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

seseorang. Lingkungan tempat tinggal yang berbeda membuat perubahan peran pada

seseorang dalam menyesuaikan diri. Perubahan peran dalam keluarga, sosial ekonomi
31

dan masyarakat akan mengakibatkan kemunduruan beradaptasi pada lingkungan baru

dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Yulita, et al. 2014).

f. Komplikasi

Hipertensi yang berat dan diikuti komplikasi penyerta lainya seperti jantung koroner,

stroke, dan gagal ginjal akan menghambat tiga aspek yang menurunkan kualitas hidup

pada penderita hipertensi, yaitu pada kesehatan fisik, psikokologis, dan hubungan sosial

(Alfian, et al. 2017).

2.2.3 Alat Ukur Kualitas Hidup

WHOQOL-BREF merupakan suatu instrument baku untuk menilai kualitas hidup

seseorang. Instrument ini digunakan secara luas untuk berbagai masalah kesehatan serta

penyakit kronis diseluruh dunia dan telah dikembangkan oleh beberapa peneliti,

WHOQOL-BREF dapat memberikan gambaran 4 aspek yaitu. 1) kesehatan fisik, 2)

psikologi, 3) hubungan sosial, dan 4) lingkungan. Jika dikaitkan dengan pasien hipertensi

instrument WHOQOL-BREF ini dinilai sesuai untuk mengetahui kualitas hidup

penderita hipertensi karena 4 aspek diatas menganalisa berbagai permasalahan kesehatan

yang dialami oleh penderita hipertensi yang meliputi. Rasa sakit dan ketidaknyamanan,

spiritualitas, harga diri, hubungan sosial, aktivitas seksual, lingkungan fisik, sumber daya

keuangan dll.

Terdapat dan 24 item pertanyaan. Ke 24 item tersebut dikategorikan menjadi 4

domain yang meliputi. Domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Setiap

segi dinilai dari 1 sampai 5 poin, dengan skor yang lebih tinggi menunjukan kualitas

hidup yang lebih baik. Setiap nilai domain berkisar antara 4 sampai 20 dan dihitung
32

dengan mengalikan skor rata-rata aspek dari domain masing-masing dengan 4.

Instrument ini mempunyai nilai alpha Cronbach jika nilainya di atas 0,70 dianggap

diterima dan korelasi di atas 0,40 digunakan untuk menentukan hubungan 4 domain yang

dianggap diterima (Krageloh, et al. 2016).

Instrument kualitas hidup ada 4 dimensi yang meliputi :

1. Dimensi kesehatan fisik

Domain kesehatan fisik ini meliputi kemampuan seseorang melakukan aktivitas

sehari-hari, fungsi fisik, tidur dan istirahat yang cukup serta suatu pekerjaan yang bisa

dilakukan sesuai dengan yang diharapkan (Burhan, et al. 2013).

2. Dimensi psikologis

Dimensi psikologis mencakup pada komponen citra tubuh dan penampilan

bagaimana individu menilai dan memandang dirinya sendiri, perasaan positif dan negatif,

spiritual-agama, pola berfikir, serta belajar dan mengingat (Burhan, et al. 2013).

3. Dimensi hubungan sosial

Hubungan sosial ini meliputi hubungan pribadi yang menggambarkan individu

dengan individu lainya, dukungan sosial yang didapat dari lingkungan sekitar, dan

aktivitas seksual seseorang (Pangkahila. 2007).

4. Dimensi lingkungan

Dimensi lingkungan ini mencakup beberapa aspek yang meliputi, keamanan dan

keselamatan fisik, lingkungan rumah yang menggambarkan lingkungan tempat tinggal


33

individu, sumber dana menggambarkan tingkat kemampuan finansial seseorang, jaminan kesehatan

dan sosial (ketersediaan dan kualitasnya), kesempatan mendapat informasi baru dan keterampilan,

partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi atau santai, lingkungan fisik yang menggambarkan

lingkungan yang disekitar individu, dan transportasi seperti mudahnya akses transportasi yang

didapat di sekitar lingkungan individu (Pangkahila. 2007).

Anda mungkin juga menyukai