PENDAHULUAN
wanita, terutama bagi kalangan ibu primigravida yang belum memiliki pengalaman
dukungan dan motivasi untuk realisasi dan penerimaan persalinan sebagai fenomena
kemudian menurun pada trimester II dan akan meningkat lagi pada trimester III
(Schetter, 2014). Sesuai dengan hasil penelitian Silva (2017), kecemasan yang terjadi
pada 26,8% wanita hamil lebih tinggi pada trimester III (42,9%).
kecemasan sedang (77%) dan kecemasan berat (22%) terutama pada ibu
primigravida.
Hasil penelitian lain yang dilakukan di Indonesia oleh Husna (2013) diperoleh
hasil yaitu terdapat perbedaan kecemasan pada ibu nullipara dengan ibu multipara.
Pada kelompok nullipara terdapat kecemasan ringan (48%) dan kecemasan sedang
(100%).
proses persalinan, bayi lahir sebelum waktunya, cemas bayi yang dilahirkan abnormal,
1
2
cemas apakah organ vital ibu akan cidera saat persalinan nanti dan cemas terhadap
nyeri selama persalinan (Menajang, Pondaag & Kundre, 2017), serta ibu cemas terjadi
komplikasi persalinan pada dirinya maupun bayi (Astuti, et al. 2017). Menurut
Sundeen (2008), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan
ibu hamil yaitu usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan paritas ibu hamil, ekonomi,
Meskipun wajar terjadi pada ibu primigravida, kecemasan yang tidak diatasi
akan membawa dampak buruk bagi fisik maupun psikis pada ibu dan bayi. Ibu yang
dapat meningkatkan resiko keguguran dan kenaikan tekanan darah hingga terjadinya
preeclampsia. Selain terjadinya kondisi tersebut, kecemasan dan stress yang berlebihan
jantung janin menjadi abnormal (Noor, et al. 2015) dan bayi lahir premature (Sari &
Novriani, 2017). Ibu primigravida yang mengalami kecemasan akan rawan mengalami
tidak kuatnya ikatan (bonding) antara ibu dengan bayi (Handayani, 2015).
Kecemasan yang dialami juga dapat menjadi penyebab persalinan lama dan
kematian janin. Persalinan yang lama merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI), Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 359 per
penurunan yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Berdasarkan Survey
Penduduk Antar Sensus (SUPAS), AKI dan AKB pada tahun 2015 mengalami
penurunan yaitu AKI 305 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 22,33 per 1.000
kelahiran hidup (Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016). Angka ini
3
sedikit menurun namun belum terlalu signifikan karena belum dapat dikatakan
mencapai target Millenium Development Goals tahun 2015 yaitu untuk Angka Kematian
Ibu (AKI) adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk Angka
Kematian Bayi (AKB) adalah 23 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Rahmach &
Purhadi, 2014).
Ketika simptom kecemasan yang muncul tidak dapat diatasi dan menjadi
semakin berat, maka kecemasan akan rentan berkembang menjadi suatu gangguan
kecemasan. Oleh karena itu ibu hamil perlu menangani kecemasan yang dialami.
percaya diri. Secara farmakologis, dapat diberikan obat anti cemas (anxiolytic) dan
obat-obat anti depresan sebagai penurun kecemasan dan membantu untuk tidur.
Sehingga perlu penanganan lain yang tidak memiliki efek samping bagi keadaan ibu
dan janin. Penanganan kecemasan dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis
yaitu distraksi dan relaksasi (Potter & Perry, 2010). Dan salah satu relaksasi yang
penggunaan diksi, tata bahasa, ejaan dan tanda baca. Menulis ekspresif telah terbukti
peningkatan fungsi kekebalan tubuh. Menurut Baike dan Wilhelm (2005 dalam
Melathy & Astuti, 2014), dampak langsung dari menulis ekspresif adalah dapat
meningkatkan dan memperbaiki suasana hati (mood), fungsi imun tubuh, memperbaiki
fungsi paru pada penderita asma, menurunkan tingkat nyeri pada penderita kanker,
gejala depresi dan mengurangi dampak psikis setelah trauma. Pennebaker dan Seagal
(1999, dalam Sindoro, 2016) mengatakan bahwa proses dalam terapi menulis
Pada saat menulis, otak kiri yang berkaitan dengan rasional dan analisis akan
terasah. Sedangkan saat otak kiri sedang dilatih, maka otak kanan dapat dengan
klien dapat menggunakan seluruh daya otak untuk lebih memahami diri sendiri,
orang lain serta lingkungan sekitarnya dengan baik. Menulis ekspresif dapat menjadi
metode yang mudah flexibel karena klien tidak harus berbicara langsung dengan
orang lain mengenai masalahnya dan terapi ini tidak membutuhkan waktu yang
kecemasan tingkat ringan hingga berat yang dialami oleh ibu primigravida trimester
III yang akan mengalami persalinan. Dari 10 orang ibu hamil, sebanyak 5 orang
5
mengatakan bahwa perasaan cemas timbul karena khawatir dengan rasa sakit dari
kontraksi dan nyeri persalinan karena belum pernah mengalami sebelumnya, 2 orang
mengatakan cemas dengan kelancaran proses persalinan dan khawatir tidak bisa
dari orang lain, 2 orang mengatakan takut dengan keselamatan bayi setelah
persalinan dan mengalami cacat fisik atau mental serta 1 orang lainnya mengatakan
1.3 Tujuan
Manfaat penelitian ini bagi penulis yaitu dapat menambah ilmu pengetahuan
yang dimiliki peneliti tentang efektivitas terapi menulis ekspresif terhadap penurunan
sexual dysfunction, depression, and PTSD in women with a history of childhood sexual abuse:
Result from a randopmized clinical trial bertujuan untuk menguji pengaruh dari intervensi
7
berbasis tulisan ekspresif terhadap psikopatologi, fungsi seksual, kepuasan dan distress
pada wanita yang memiliki riwayat pelecehan seksual pada masa kecil. Subyek dari
penelitian ini adalah wanita-wanita yang mengalami riwayat pelecehan seksual pada
masa kecil (CSA) yang memiliki tingkat depresi yang tinggi, Post Traumatic Stress
Disorders (PTSD) dan masalah seksual pada saat dewasa. Peserta dibagi menjadi 2
kelompok yaitu, kelompok fokus skema seksual dan fokus trauma. Peserta pada
Structured Clinical Interview for the DSM-IV-TR (SCID-I), dan Beck Depression Inventory-II
(BDI-II). Hasil dari penelitian ini adalah menulis ekspresif efektif dalam menurunkan
gejala depresi, PTSD dan gangguan seksual wanita dengan riwayat pelecehan seksual
untuk menuliskan dampak dan pengalaman pelecehan seksual mereka secara sigifikan
cenderung lebih mungkin pulih dari disfungsi seksual karena wanita-wanita pada
kelompok skema seksual lebih dapat memfokuskan diri mereka terhadap identitas
seksual dan sistem kepercayaan mereka setelah mengalami trauma tersebut, sehingga
mereka merasa tidak hanya harus mengatasi ingatan traumatis itu sendiri namun juga
selanjutnya.
Schroder, Moran dan Moses (2017), yaitu The effect of expressive writing on the
errorrelated negativity among individuals with chronic worry. Tujuan dari penelitian ini untuk
menguji apakah ekspresif writing dapat menurunkan Error Related Negativity (ERN)
pada mahasiswa yang mengalami kecemasan kronis. Peserta dari Midwestern University
diskrining menggunakan Penn State Worry Questionnaire (PSWQ) yang nantinya akan
8
dengan kriteria inklusi, peserta dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok menulis
dan kelompok kontrol. Peserta dalam kelompok menulis diberikan waktu selama 8
diberikan waktu 4 menit untuk istirahat dan merenungkan kembali apa yang telah
(EEG), dan pada EEG terlihat bentuk gelombang yang khas dari interaksi antara tipe
2
respon dan kelompok menulis, F (1, 38) = 4,76, p = .04, η p =, 11. Sehingga
disimpulkan bahwa ada penurunan ERN yang signifikan pada kelompok menulis
Metode Terapi Menulis dalam Diary melalui Modul Eksperimen”. Penelitian ini
Pretest-Postest Design. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji modul menulis
ekspresif yang dirancang oleh peneliti untuk menangani kecemasan sosial anak panti
asuhan yang tinggal di UPTD Rumoh Seujahtera Aneuk Nanggroe. Skala yang
digunakan adalah SKS-R (Skala Kecemasan Sosial Remaja). Hasil dari penelitian ini
setelah dilakukan pemberian modul menulis adalah ada penurunan angka yang
dibuktikan secara signifikan pada nilai t-hitung 3, 474 (t-stat > t-tab 2,433) dan
peluang kesalahan sebesar p = 0,003 (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan modul menulis ekspresif diary efektif menurunkan kecemasan sosial anak