Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting di dalam sirkulasi tubuh

manusia. Perubahan tekanan darah akan menyebabkan gangguan homeostasis di dalam

tubuh. Ada beberapa klasifikasi kelainan dalam tekanan darah, yaitu hipertensi atau

tekanan darah tinggi, hipotensi atau tekanan darah rendah dan normotensi tekanan darah

dalam rentan normal, tekanan darah umumnya dinyatakan dalam bentuk sistolik

(maksimum) dan diastolik (minimum) menggambarkan tentang kesehatan sistem

kardiovaskuler seseorang. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan stroke dan gagal

jantung, yang dimana dinilai sebagai salah satu penyebab kematian dini, disisi lain,

tekanan darah rendah dapat mengindikasikan penyakit yang mendasarinya seperti gagal

jantung dan insufiensi adrenal (Lim, et al. 2015).

Penyakit hipertensi merupakan salah satu faktor kontributor utama penyakit di

seluruh dunia dan kematian dini. Terhitung sekitar 9,4 juta kematian orang setiap

tahunya. Diperikirakan ada 972 juta orang dengan hipertensi 65% diantaranya tinggal di

Negara berkembang. Sedangkan, prevalensi hiperensi di indonesia adalah 14% dengan

kisaran antara 13,4-14,6%.. Angka kejadian hipertensi pada penduduk > 18 tahun sebesar

38,8%. Terdapat 10 provensi memiliki prevalensi hipertensi penduduk berusia >18 tahun

sebagai berikut. Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, Bangka Belitung, D.I

Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah dan

Jawa Timur, data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2015)

1
2

melaporkan sebanyak 9.009.576 penduduk yang berusia ≥ 15 tahun yang menderita

hipertensi sebanyak 15,16%. Di Kota Malang sendiri sebesar 180.358 penduduk yang

menderita hipertensi sebesar 30,04%. Sedangkan, prevalensi kejadian tekanan darah

rendah atau hipotensi seiring berjalanya waktu di perkirakan 5% sampai 34% akan

meningkat di usia 17-19 tahun. Prevalensi hipotensi lebih besar 50% didapatkan pada

orang lanjut usia (Guwatudde, et al 2015, Hamidi, et al 2014, Dinkes Jawa Timur, 2015).

Di amerika serikat, setiap tahunya kejadian hipotensi diperkirakan sekitar

36/100.000 orang dewasa dan semakin meningkat menjadi 23/1000.000 pada individu

yang berusia di atas 75 tahun. Pada kondisi ini akhirnya akan menyebabkan

ketidaknyamanan dan mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi. Di Amerika

serikat prevalensi hipotensi ortostatik pada laki-laki dan perempuan yang berusia 65

tahun ke atas sekitar 18% dan 55% pada usia 75 tahun. Hipotensi ortostatik

menyebabkan rawat inap setiap tahunya sebagai diagnosa primer sebesar 35%.

Sedangkan hipotensi yang terjadi karena saraf atau Neurogenic orthostatic hypotension 30% di

atas 65 tahun, 80% pada pasien Multiple System Atrophy (MSA), 30% pada penyakit

parkinson, dan 100% pada pasien Pure Autonomy Failure (PAF), hipotensi karena syaraf

juga dapat terjadi pada seseorang yang menderita diabetes militus, amyloidosis, atau cedera

tulang belakang (Sriminanda, et al. 2014, Jones, et al. 2016, Eschlbock, et al. 2017).

Rumah Sakit Tentara dr. Soepraoen merupakan rumah sakit yang berada di Kota

Malang yang telah mengoprasikan poli jantung sejak berdirinya rumah sakit sampai

sekarang. Poli jantung di rumah sakit tentara dr. soepraoen malang terdapat 4 kamar

pemeriksaan, 1 ruang koas, 1 ruang perawat, 1 ruang edukasi, dan ruang administrasi.
3

Jumlah rawat inap penderita penyakit hipertensi 1 tahun terakhir sejumlah 132 pasien,

sedangkan untuk rawat jalan sebanyak 281 pasien. Poliklinik jantung memberikan

pelayan kesehatan kepada pasien setiap harinya dari pukul 07.00 hingga pukul 15.30, di

ruangan poli jantung memiliki 8 orang berprofesi perawat, 7 orang berprofesi dokter, dan

2 orang di bagian administrasi. Semua profesi kesehatan yang berkerja di poli jantung

telah memiliki sertifikat kesehatan masing-masing.

Hasil wawancara pada 11 orang pasien, 4 orang datang dengan kondisi baik dan

bisa berkomunikasi seperti biasa setelah menjalani pengobatan hipertensi selama 1 tahun

lebih, dan 7 orang datang dengan kondisi lemah dan tampak gelisah setelah menjalani

pengobatan hipertensi 2-5 tahun. 6 orang pasien mengatakan tetap bekerja seperti

biasanya walaupun harus rutin mengkonsumsi obat setiap harinya. 7 orang pasien

mengurangi aktivitas fisik karena kepala pusing dan mudah lelah karena tekanan darah

yang semakin tinggi ataupun rendah serta terjadi penurunan nafsu makan. Pasien

mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya, dan terkadang pasien mengalami

frustasi karena dengan program diet garam, pembatasan mengkonsumsi daging serta

makanan yang bersantan dan berlemak, pasien sering melanggar dan tetap

mengkonsumsinya.

Orang lanjut usia memiliki hubungan yang erat dengan penyakit hipertensi hal ini

terjadi karena adanya perubahan fisiologis. Dengan demikian kejadian ini akan

mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi. Memperbaiki pola hidup pada

penderita hipertensi adalah dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Pada

penderita hipertensi aktivitas fisik bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan
4

beberapa mekanisme seperti adaptasi struktur pembuluh darah, perubahan

neurohumoral, tahanan perifer total, dan penurunan ketokolamin (Setiawan, et al. 2013).

Hasil penelitian Souza (2016) di Brazil, menunjukan bahwa hipertensi menjadi

faktor pendukung untuk mengurangi kualitas hidup seseorang yang terkait dengan

kesehatan bila dibandingankan dengan seseorang yang normotensif. Kualitas hidup

penderita hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fisik, sosial, emosional,

kelemahan dan karakter degeneratifnya. Penurunan kualitas hidup pada penderita

hipertensi ini akan menghambat pada fungsi fisik, psikologis, dan hubungan sosial.

Sedangkan di indonesia menurut penelitian Alfian (2017) menunjukan hipertensi yang

berat dan diikuti komplikasi penyerta lainya seperti jantung koroner, stroke, dan gagal

ginjal akan menghambat tiga aspek yang menurunkan kualitas hidup pada penderita

hipertensi, yaitu pada kesehatan fisik, psikokologis, dan hubungan sosial.

Kualitas hidup yang buruk mempunyai implikasi penting dalam penanganan

pasien dengan penyakit yang kronis seperti hipertensi. Penderita hipertensi mengalami

penurunan yang signifikan pada semua domain meliputi domain kesehatan umum, fungsi

fisik, keadaan fisik, keadaan emosional, fungsi sosial, nyeri tubuh, vitalitas, dan kesehatan

mental. Terutama pada pasien hipertensi dengan kerusakan organ mempunyai skor

paling rendah di domain keadaan emosional, aspek fisik, vitalitas, dan kesehatan mental

(Ariyani, et al. 2016).

Aktivitas fisik yang dilakukan dengan teratur dapat meningkatkan kualitas hidup

secara fisik dan mental. Secara fisik peningkatan kualitas hidup ini di pengaruhi oleh

peningkatan metabolisme glukosa, berkurangnya kadar kolesterol didalam darah, dan


5

penguatan tulang. Sedangkan secara mental peningkatan kualitas hidup didapat dari

aktivitas fisik seperti mengurangi stress, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan

rasa antusias, dan mengurangi kecemasan serta depresi yang berhubungan dengan

penyakit yang di deritanya (Setiawan, et al. 2013).

Berdasarkan uraian diatas salah satu faktor adanya perubahan aspek kehidupan

dan kualitas hidup yang memungkinkan berhubungan dengan penyakit hipertensi. Maka

dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tekanan

Darah Dengan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Dirumah Sakit”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas, maka rumusan masalahnya

adalah “Apakah Ada Hubungan Tekanan Darah dengan Kualitas Hidup Pasien

Hipertensi di Rumah Sakit”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan kualitas hidup pasien

hipertensi di Rumah Sakit.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sakit

2. Mengidentifikasi kualitas hidup pada pasien hipertensi di Rumah Sakit..


6

3. Menganalisis hubungan tekanan darah dengan kualitas hidup pasien

hipertensi di Rumah Sakit.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang dimiliki peneliti tentang

hubungan tekanan darah terhadap kualitias hidup pasien hipertensi.

2. Mengetahui hasil dari kualitas hidup pada penderita hipertensi.

1.4.2 Bagi Masyarakat (penderita hipertensi)

Memberikan pengetahuan tentang kualitas hidup agar dapat memahami manfaat

kualitas hidup yang berhubungan dengan tekanan darah.

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat memeberikan ilmu yang bermanfaat agar dapat diimplikasikan pada pasien

dengan penyakit hipertensi lainya.

1.5 Keaslian Penelitian

Menurut penelitian Ha et al (2014) tentang “Quality of Live among people living with

hypertension in A rural Vietnam community” dengan metode cross sectional, dan pengambilan

sampel menggunakan metode random sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Pengukuran

kualitas hidup pada pasien hipertensi dengan metode wawancara dan menggunakan alat

ukur kuisoner WHOQOL-BREEF. Hasil pengukuran kualitas hidup sebanyak 275

responden, keseluruhan memiliki konsistensi yang baik berkisar antara 0,65 sampai 0,88

dari p-value (<0,01). Hasil didapatkan kualitas hidup yang buruk dengan nilai terendah

dalam domain psikologis dan ketidaksetaraan di kualitas hidup lintas karateristik sosial-
7

demografik. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada variable independen,

tempat dan waktu penelitian.

Penelitian oleh Alcubierre et al (2014) tentang “A Prospective cross-sectional study on

quality of live and treatment satisfaction in type 2 diabetic patient with retinopathy without other major

late diabetic complications” metode penelitian cross sectional , sebanyak 297 responden yang

dibagi 148 dengan Diabetic Retinopathy (DR) dan 149 tanpa DR diambil sesuai dengan

kriteria inklusi. Kualitas Hidup dinilai dengan menggunakan alat ukur kuisoner Audit of

Diabetes Dependent Quality of Life (ADDQoL) dan kepuasan perawatan dinilai dengan

Diabetes Treatment Satisfaction Questionnaire (DTSQ). Hasil penelitian menunjukan dua

domain menilai persepsi kontrol glikemik (hiper dan hipoglikemia) menunjukan skor

yang lebih buruk pada DR (p<0,001) dan (p=0,008). Hasil didapatkan DR memiliki

dampak negatif pada kualitas hidup pasien DM type 2. Sedangkan, kepuasan perawatan

tidak dipengaruhi oleh adanya DR. Perbedaan penelitian ini terletak pada variable

independen, tempat, waktu, dan teknik pengambilan sampel.

Penelitian oleh Winahyu (2017) tentang “Hubungan Antara Persepsi Dukungan

Sosial dan Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi Di Kota Tanggerang”. Metode

penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dan pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling sesuai kriteria inklusi sebanyak 71 responden.

Untuk mengukur kualitas hidup dengan mengisi kuisoner Multidimensional Scale of Perceived

Social Support (MSPSS) dan World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF.

Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi

dukungan sosial dan kualitas hidup lansia (r=35, p<001). Selain itu, persepsi dukungan
8

sosial memiliki hubungan positif dengan kualitas hidup domain sosial dan lingkungan (r=28. p<05;

r=26. P<001) di Kota Tanggerang. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada variable

independen, tempat, dan waktu penelitian.

Anda mungkin juga menyukai