PENDAHULUAN
Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting di dalam sirkulasi tubuh
tubuh. Ada beberapa klasifikasi kelainan dalam tekanan darah, yaitu hipertensi atau
tekanan darah tinggi, hipotensi atau tekanan darah rendah dan normotensi tekanan darah
dalam rentan normal, tekanan darah umumnya dinyatakan dalam bentuk sistolik
kardiovaskuler seseorang. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan stroke dan gagal
jantung, yang dimana dinilai sebagai salah satu penyebab kematian dini, disisi lain,
tekanan darah rendah dapat mengindikasikan penyakit yang mendasarinya seperti gagal
seluruh dunia dan kematian dini. Terhitung sekitar 9,4 juta kematian orang setiap
tahunya. Diperikirakan ada 972 juta orang dengan hipertensi 65% diantaranya tinggal di
kisaran antara 13,4-14,6%.. Angka kejadian hipertensi pada penduduk > 18 tahun sebesar
38,8%. Terdapat 10 provensi memiliki prevalensi hipertensi penduduk berusia >18 tahun
sebagai berikut. Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, Bangka Belitung, D.I
Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur, data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2015)
1
2
hipertensi sebanyak 15,16%. Di Kota Malang sendiri sebesar 180.358 penduduk yang
rendah atau hipotensi seiring berjalanya waktu di perkirakan 5% sampai 34% akan
meningkat di usia 17-19 tahun. Prevalensi hipotensi lebih besar 50% didapatkan pada
orang lanjut usia (Guwatudde, et al 2015, Hamidi, et al 2014, Dinkes Jawa Timur, 2015).
36/100.000 orang dewasa dan semakin meningkat menjadi 23/1000.000 pada individu
yang berusia di atas 75 tahun. Pada kondisi ini akhirnya akan menyebabkan
serikat prevalensi hipotensi ortostatik pada laki-laki dan perempuan yang berusia 65
tahun ke atas sekitar 18% dan 55% pada usia 75 tahun. Hipotensi ortostatik
menyebabkan rawat inap setiap tahunya sebagai diagnosa primer sebesar 35%.
Sedangkan hipotensi yang terjadi karena saraf atau Neurogenic orthostatic hypotension 30% di
atas 65 tahun, 80% pada pasien Multiple System Atrophy (MSA), 30% pada penyakit
parkinson, dan 100% pada pasien Pure Autonomy Failure (PAF), hipotensi karena syaraf
juga dapat terjadi pada seseorang yang menderita diabetes militus, amyloidosis, atau cedera
tulang belakang (Sriminanda, et al. 2014, Jones, et al. 2016, Eschlbock, et al. 2017).
Rumah Sakit Tentara dr. Soepraoen merupakan rumah sakit yang berada di Kota
Malang yang telah mengoprasikan poli jantung sejak berdirinya rumah sakit sampai
sekarang. Poli jantung di rumah sakit tentara dr. soepraoen malang terdapat 4 kamar
pemeriksaan, 1 ruang koas, 1 ruang perawat, 1 ruang edukasi, dan ruang administrasi.
3
Jumlah rawat inap penderita penyakit hipertensi 1 tahun terakhir sejumlah 132 pasien,
sedangkan untuk rawat jalan sebanyak 281 pasien. Poliklinik jantung memberikan
pelayan kesehatan kepada pasien setiap harinya dari pukul 07.00 hingga pukul 15.30, di
ruangan poli jantung memiliki 8 orang berprofesi perawat, 7 orang berprofesi dokter, dan
2 orang di bagian administrasi. Semua profesi kesehatan yang berkerja di poli jantung
Hasil wawancara pada 11 orang pasien, 4 orang datang dengan kondisi baik dan
bisa berkomunikasi seperti biasa setelah menjalani pengobatan hipertensi selama 1 tahun
lebih, dan 7 orang datang dengan kondisi lemah dan tampak gelisah setelah menjalani
pengobatan hipertensi 2-5 tahun. 6 orang pasien mengatakan tetap bekerja seperti
biasanya walaupun harus rutin mengkonsumsi obat setiap harinya. 7 orang pasien
mengurangi aktivitas fisik karena kepala pusing dan mudah lelah karena tekanan darah
yang semakin tinggi ataupun rendah serta terjadi penurunan nafsu makan. Pasien
mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya, dan terkadang pasien mengalami
frustasi karena dengan program diet garam, pembatasan mengkonsumsi daging serta
makanan yang bersantan dan berlemak, pasien sering melanggar dan tetap
mengkonsumsinya.
Orang lanjut usia memiliki hubungan yang erat dengan penyakit hipertensi hal ini
terjadi karena adanya perubahan fisiologis. Dengan demikian kejadian ini akan
penderita hipertensi adalah dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Pada
penderita hipertensi aktivitas fisik bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan
4
neurohumoral, tahanan perifer total, dan penurunan ketokolamin (Setiawan, et al. 2013).
faktor pendukung untuk mengurangi kualitas hidup seseorang yang terkait dengan
penderita hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fisik, sosial, emosional,
hipertensi ini akan menghambat pada fungsi fisik, psikologis, dan hubungan sosial.
berat dan diikuti komplikasi penyerta lainya seperti jantung koroner, stroke, dan gagal
ginjal akan menghambat tiga aspek yang menurunkan kualitas hidup pada penderita
pasien dengan penyakit yang kronis seperti hipertensi. Penderita hipertensi mengalami
penurunan yang signifikan pada semua domain meliputi domain kesehatan umum, fungsi
fisik, keadaan fisik, keadaan emosional, fungsi sosial, nyeri tubuh, vitalitas, dan kesehatan
mental. Terutama pada pasien hipertensi dengan kerusakan organ mempunyai skor
paling rendah di domain keadaan emosional, aspek fisik, vitalitas, dan kesehatan mental
Aktivitas fisik yang dilakukan dengan teratur dapat meningkatkan kualitas hidup
secara fisik dan mental. Secara fisik peningkatan kualitas hidup ini di pengaruhi oleh
penguatan tulang. Sedangkan secara mental peningkatan kualitas hidup didapat dari
aktivitas fisik seperti mengurangi stress, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan
rasa antusias, dan mengurangi kecemasan serta depresi yang berhubungan dengan
Berdasarkan uraian diatas salah satu faktor adanya perubahan aspek kehidupan
dan kualitas hidup yang memungkinkan berhubungan dengan penyakit hipertensi. Maka
dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tekanan
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas, maka rumusan masalahnya
adalah “Apakah Ada Hubungan Tekanan Darah dengan Kualitas Hidup Pasien
Dapat memeberikan ilmu yang bermanfaat agar dapat diimplikasikan pada pasien
Menurut penelitian Ha et al (2014) tentang “Quality of Live among people living with
hypertension in A rural Vietnam community” dengan metode cross sectional, dan pengambilan
sampel menggunakan metode random sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Pengukuran
kualitas hidup pada pasien hipertensi dengan metode wawancara dan menggunakan alat
responden, keseluruhan memiliki konsistensi yang baik berkisar antara 0,65 sampai 0,88
dari p-value (<0,01). Hasil didapatkan kualitas hidup yang buruk dengan nilai terendah
dalam domain psikologis dan ketidaksetaraan di kualitas hidup lintas karateristik sosial-
7
quality of live and treatment satisfaction in type 2 diabetic patient with retinopathy without other major
late diabetic complications” metode penelitian cross sectional , sebanyak 297 responden yang
dibagi 148 dengan Diabetic Retinopathy (DR) dan 149 tanpa DR diambil sesuai dengan
kriteria inklusi. Kualitas Hidup dinilai dengan menggunakan alat ukur kuisoner Audit of
Diabetes Dependent Quality of Life (ADDQoL) dan kepuasan perawatan dinilai dengan
domain menilai persepsi kontrol glikemik (hiper dan hipoglikemia) menunjukan skor
yang lebih buruk pada DR (p<0,001) dan (p=0,008). Hasil didapatkan DR memiliki
dampak negatif pada kualitas hidup pasien DM type 2. Sedangkan, kepuasan perawatan
tidak dipengaruhi oleh adanya DR. Perbedaan penelitian ini terletak pada variable
Sosial dan Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi Di Kota Tanggerang”. Metode
penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dan pengambilan sampel
Untuk mengukur kualitas hidup dengan mengisi kuisoner Multidimensional Scale of Perceived
Social Support (MSPSS) dan World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF.
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi
dukungan sosial dan kualitas hidup lansia (r=35, p<001). Selain itu, persepsi dukungan
8
sosial memiliki hubungan positif dengan kualitas hidup domain sosial dan lingkungan (r=28. p<05;
r=26. P<001) di Kota Tanggerang. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada variable