Anda di halaman 1dari 14

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

BUNUH DIRI

I. Definisi
Perilaku merusak diri merupakan suatu kegiataan yang dapat menimbulkan
kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat
dicegah.
Perilaku bunuh diri merupakan respon terhadap krisis yang dihadapi seseorang
dengan cara menghancurkan dirinya sendiri ,atau dengan cara mengakhiri hidupnya.
Perilaku tersebut biasanya didasari oleh perasaan marah terhadap dirinya sendiri.

II. Rentang respon merusak diri.


Perilaku berfluktasi sepanjang rentang respon adaptif dan maladaptif, sepertii
terlihat pada bagan berikut ini :

ADAPTIF MALADAPTIF

Menghargai Berani mengambil Merusak diri sendiri Bunuh diri


Diri resiko dalam mengem secara tidak langsung
Bangkan diri

Dalam kehidupan, setiap individu selalu menghadapi masalah stressor. Respon


individu terhadap setiap stressor yang dihadapi berbeda – beda, tergantung pada
kemampuan yang dimilikinya serta tingkat stress yang dihadapi.

III. Faktor – faktor Predisposisi


A. Teori Psikodinamika
Teori Mahler ( 1975 ) mengusulkan bahwa anak ini terfiksasi dalam fase
perkembangan perpisahan individu. Anak telah gagal berpisah dari ibu dan tetap
dalam posisi tergantung. Ketakutan akan penolakan mempertahankan
ketergantungan ini. Ego tetap pada kondisi di bawah perkembangan.
B. Teori Biologis
Studi – studi telah dilakukan sehubungan dengan perbedaan – perbedaan
temperamen bayi pada saat dilahirkan. Perbedaan – perbedaan telah diamati
dalam hubungannya dengan rentang perhatian, ekstabilitas kemampuan
beradaptasi. Korelasi tambahan diantara temuan – temuan ini dan
perkembangan nantinya dari kelainan perilaku tetap tidak pasti.

1
C. Teori Dinamika keluarga
Teori ini mempertimbangkan pola – pola kelainan disfungsi di dalam system
keluarga sebagai faktor predisposisi pada kelainan penyesuaian selama tahun –
tahun remaja. Pola – pola disfungsi yang telah terlihat meliputi :
1. Batas – batas ego yang tidak jelas diantara anggota – anggota keluarga
mengakibatkan peran – peran yang tumpang tindi atau terbalik difusi yang
cepat ansietas dari satu individu terhadap semua anggota keluarga.
2. Kekakuan yang berlebihan tidak adanya atau tidak konsistennya pola dalam
disiplin.
3. Harapan – harapan yang tidak realistis dari anak atas orang tuanya.
4. Ketidakmampuan anggota keluarga untuk mengomunikasikan perasaan –
perasaannya secara jujur.
5. Kurangnya pengetahuan tentang tahap – tahap pertumbuhan dan
perkembangan normal.
6. Ketidakefektifan keterampilan pemecahan masalah.

IV. Faktor – faktor pencetus


A. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
B. Kehilangan orang yang sangat dicintai
C. Ideal diri yang terlalu tinggi
D. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
E. Kesepian dan isolasi sosial.

V. Resiko bunuh diri


Ada tiga tahap resiko bunuh diri yaitu :
A. Resiko rendah, apabila individu tersebut :
1. Aktif di masyarakat
2. Tidak mempunyai masalah medis
3. Tidak mengalami gangguan keperibadian.
4. Tidak mengalami intoksikasi zat maupun mempunyai gangguan pemakaian
zat.
5. Mempunyai rencana bunuh diri yang samar atau kabur
6. Tidak menyediakan alat yang dapat membahayakan untuk bunuh diri
7. Keinginan hidup sama kuat dengan keinginan untuk mati.
B. Resiko sedang, apabila individu :
1. Kadang – kadang masih aktif di masyarakat
2. Ada masalah medis tapi tidak serius
3. Memakai obat – obat dan alcohol tapi tidak terus menerus.
4. Sering ada pikiran bunuh diri dan kadang – kadang ada ide – ide untuk
merencanakan.
C. Resiko tinggi apabila individu :
1. Pernah mencoba bunuh diri
2. Keinginan untuk mati lebih kuat dari pada untuk hidup.
3. Hidup terisolasi

2
4. Tidak mempunyai pekerjaan
5. Menderita penyakit kronis atau terminal
6. Mengalami depresi, halusinasi dan delusi
7. Tersedia alat yang dapat dipakai bunuh diri.
8. Mempunyai rencana yang pasti.
9. Mengalami intoksikasi zat atau mengalami gangguan pemakaian zat.

VI. Tindakan keperawatan


A. Psikoterapeutik
1. Bina hubungan saling percaya
2. Menunjukan empati dan penuh perhatian kepada pasien.
3. Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
4. Meningkatkan harga diri pasien
5. Kuatkan mekanisme koping yang konstruktif.
6. Gerakan system pendukung.
B. Pendidikan kesehatan
1. Menjelaskan pada pasien agar bersikap terbuka ( asertif )
2. Menganjurkan pasien untuk mencari bantuan bila menghadapi situasi yang
dirasakan sebagai ancaman atau krisis.
3. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk berkomunikasi secara terbuka.
4. Diskusikan dengan keluarga upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya perilaku bunuh diri.
C. Kegiatan sehari – hari
1. Bantu pasien dalam asuhan mandiri
2. Bimbing pasien melakukan kegiatan
D. Terapi somatik
1. Beri obat dengan mempertahankan prinsip 5 benar ( obat, pasien, dosis,
waktu dan cara )
2. Pastikan obat – obat yang di minum benar –benar di telan.
3. Simpan obat – obatan di lemari yang terkunci.
E. Lingkungan terapeutik
1. Lingkungan fisik ( tempatkan pasien di ruangan yang dapat di monitor )
2. Lingkungan sosial misalnya : sertakan dan dampingi pasien dalam kegiatan
kelompok.

VII. Pengkajian
A. Fisik
1. Gelisah
2. Ekspresi muka murung
3. Menolak makan
4. Berat badan menurun atau meningkat
5. Sulit tidur atau sering terbangun, kadang – kadang tidak bisa tidur lagi
sampai pagi.
6. Menderita penyakit kronis atau terminal

3
7. Menolak mengikuti tindakan medik
8. Tidak mengikuti program pengobatan atau menolak secara tersamar gejala
penyakit yang di derita.
B. Emosi
1. Tidak mampu mengungkapkan perasaan kecewa.
2. Perasaan kehilangan orang atau obyek yang berarti
3. Perasaan berdosa, tidak dihargai, tidak dicintai dan di asingkan.
4. Kurang spontan dalam mengungkapkan perasaan.
C. Sosial
1. Menarik diri atau isolasi diri
2. Mengundurkan diri dari peran social
3. Gagal beradaptasi
4. Tidak mampu mengendalikan stress
D. Intelektual
1. Tidak mampu berpikir secara realistik
2. Cara berpikir tidak logis
3. Mengalami gangguan persepsi
4. Mengalami gangguan orentasi
5. Kadang sulit membedakan antara khayalan dan kenyataan.
E. Spiritual
1. Tidak mempedulikan kehidupan beragama
2. Merasa ragu terhadap kenyakinan yang selama ini dianut.

VIII.Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul

1. Potensial bunuh diri berhubungan dengan perasaan bersalah dan perasaan


rendah diri.
2. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan perasaan putus asa dan
tidak berdaya.
3. Isolasi sosial berhubungan dengan fungsi tubuh yang menurun dan perasaan
tidak berguna.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan keinginan bunuh diri
sebagai pemecahan masalah.
5. Harga diri rendah berhubungan dengan kurangnya umpan balik positif.
6. Perubahan pola tidur berhubungan dengan adanya perasaan putus asa.
7. Gangguan komunikasi interpersonal berhubungan dengan perasaan tidak
berharga atau bersalah.

4
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PERILAKU BUNUH DIRI
Diagnosa Perawatan Tujuan /
No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
1. Potensial bunuh diri Tujuan Jangka Panjang : 1. Bina hubungan saling percaya 1. Penerimaan terhadap pasien meningkatkan
berhubungan dengan Tindakan bunuh diri antara pasien dengan perawat. perasaannya terhadap nilai diri.
perasaan bersalah dan tidak terjadi.
perasaan rendah diri. 2. Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya
Tujuan Jangka pendek : 2. Dampingi pasien jika tingkat memberikan rasa aman.
Data Subjektif : Dalam waktu 1 x 24 kegelisahan dan ketegangan
 Pasien mengatakan jam : mulai meningkat.
dirinya tidak berguna.  Pasien akan membina 3. Kebanyakan pasien yang mencoba untuk
 Pasien mengatakan lebih hubungan saling 3. Observasi perilaku – perilaku bunuh diri telah menyampaikan
baik mati saja. percaya dengan yang mengarah pada tindakan maksudnya baik secara verbal atau non
 Pasien mengatakan tidak perawat. bunuh diri pernyataan verbal verbal.
ada yang bisa diajak  Pasien akan seperti : saya akan bunuh diri.
bicara dan memahami mengungkapkan 4. Keamanan pasien adalah prioritas
perasaannya. pikiran – pikiran dan 4. Ciptakan suasana lingkungan keperawatan.
perasaan – yang nyaman untuk pasien ,
Data Objektif : perasaanya. singkirkan semua benda –
 Pasien tampak menarik  Pasien benda yang mungkin
diri. mengidentifikasi membahayakan pasien.
 Pasien tidak mau bicara aspek – aspek positif 5. Pasien – pasien pada resiko tinggi untuk
dengan orang lain. dari dirinya. 5. Amati perilaku pasien sesering melakukan pelanggaran memerlukan
 Ekspresi wajah pasien  Pasien mengetahui, mungkin, lakukan ini melalui pengamatan yang seksama untuk
tampak tegang. mengungkapkan, dan aktifitas sehari – hari dan mencegah tindakan membahayakan bagi
 Pasien tampak gelisah. menerima interaksi untuk menghindari diri sendiri.
kemungkinan timbulnya rasa waspada dan
konsekwensi dari kecurigaan.
perilaku maladaptif
diri sendiri.

5
Diagnosa Perawatan Tujuan /
No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
6. Anjurkan pasien untuk 6. Perilaku depresi, bunuh diri dapat
mengekspresikan perasaan digambarkan sebagai kemarahan yang
marahnya dalam batasan yang ditujukan kepada diri sendiri. Jika
sesuai. kemarahan ini dapat dinyatakan secara
verbal, dalam suatu lingkungan yang tidak
mengancam pasien akan mampu untuk
menyelesaikan perasaan ini, tanpa
menghiraukan ketidaknyamanan yang ada.

7. Dengan melakukan aktifitas yang positif


7. Libatkan pasien dalam aktifitas diharapkan pasien dapat melupakan
yang ada di unit di bahwa pikiran – pikiran yang mengarah pada
pengawasan perawat. bunuh diri.

8. Kecemasan dan ketegangan dapat


8. Coba untuk mengarahkan diredahkan dengan aman dan juga dengan
perilaku kekerasan fisik cara ini dapat memberi manfaat pada
misalnya memberi kantong pasien.
pasir untuk latihan tinju.
9. Partisipasi keluarga diharapkan dapat
9. Libatkan keluarga untuk memantau keadaan pasien sehingga
mendampingi pasien. mencegah terjadinya bunuh diri.

10. Untuk meningkatkan suasana hati dan


10. Kolaborasi medik dalam mengurangi gejala lainnya yang
pemberian obat sedatif atau berhubungan dengan perilaku bunuh diri.
penenang.

1. Dengan mengungkapkan perasaan dapat


2. 1. Dorong pasien untuk mengurangi intensitas masalah yang
mengungkapkan perasaan– dihadapi dan merasakan kehidupan lebih
Ketidakefektifan koping Tujuan Jangka Panjang : perasaan dan pikirannya. berarti.
individu berhubungan Koping individu pasien
dengan perasaan putus asa kembali efektif.
dan tidak berdaya.

7
Diagnosa Perawatan Tujuan /
No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
Data Subjektif : Tujuan Jangka Pendek : 2. Identifikasi bersama pasien hal 2. Untuk menggali atau mengetahui faktor
 Pasien mengatakan Dalam waktu 2 x 24
– hal yang menyebabkan pencetus sehingga dapat memberi
dirinya tidak berguna. perasaan putus asa atau tidak tindakan yang cepat dan tepat.
jam :
 Pasien mengatakan putus berdaya.
 Pasien mampu
asa dengan keadaan mengatakan
dirinya. 3. Berikan penguatan positif 3. Penguatan positif meningkatkan harga diri
alternatif, yang dapat untuk mekanisme koping dan mendorong perilaku yang diharapkan.
diterima oleh sosial adaptif yang di identifikasi
Data Objektif : dan keterampilan
 Pasien tampak gelisah. atau digunakan.
koping yang tepat
 Pasien tampak cemas. yang ia rencanakan 4. Bantu pasien menyusun tujuan 4. Keberhasilan dapat meningkatkan harga
 Ekspresi wajah tegang. untuk digunakan pada realitas, konkrit dan diri.
respons terhadap menentukan tindakan yang
stres. tepat untuk memenuhi tujuan
 Pasien mampu tersebut.
memecahkan masalah
dan melakukan 5. Evaluasi kemampuan pasien 5. Karena keterbatasan dalam kemampuan
aktifitas kehidupan untuk menggunakan koping memecahkan masalah, bantuan mungkin
sehari – hari secara yang efektif dalam mengatasi dibutuhkan untuk mengkaji ulang dan
mandiri. stres. mengembangkan strategi, dalam peristiwa
 Pasien tidak yang menentukan metode – metode
memanipulasi orang koping baru terbukti ketidakefektifannya.
lain untuk
kesenangan sendiri. 6. Libatkan keluarga dalam 6. Partisipasi keluarga dapat mempercepat
proses keperawatan. proses penyembuhan dan pengobatan.

7. Kolaborasi dengan bagian 7. Bantuan profesional dibutuhkan untuk


psikoterapi atau konseling membantu pasien belajar strategi – strategi
dalam memberi bantuan. koping yang efektif dan mendukung
perubahan – perubahan gaya hidup yang
dibutuhkan.

8
Diagnosa Perawatan Tujuan /
No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
3. Isolasi sosial berhubungan Tujuan Jangka Panjang : 1. Kembangkan hubungan 1. Kehadiran perawat, penerimaan dan
dengan fungsi tubuh terapeutik perawat pasien penghargaan yang positif akan
Hubungan sosial dapat
yang menurun dan kembali membaik. melalui kontak yang sering, meningkatkan harga diri pasien.
perasaan tidak berguna. singkat dan sikap menerima.
Tujuan Jangka Pendek :
Data Subjektif : 2. Luangkan waktu bersama 2. Kehadiran perawat akan menolong
Dalam waktu 7 x 24 jam
 Pasien mengatakan : pasien, mungkin berarti hanya meningkatkan persepsi pasien tentang
jarang bergaul dengan  Pasien duduk diam beberapa saat. dirinya sebagai seorang yang berharga.
dapat
orang lain. berinteraksi dengan
 Pasien mengatakan tidak cara yang sesuai 3. Tawarkan diri untuk tetap 3. Kehadiran seseorang yang dipercaya
ada orang yang mau bersama selama permulaan memberikan rasa aman.
dengan perawat
bergaul dengannya. selama satu minggu. interaksi dengan orang lain di
unit.
 Pasien mencari
Data Objektif : anggota staf untuk
 Pasien tampak menarik 4. Nyatakan secara verbal 4. Pengetahuan ketidakhadiran pasien akan
interaksi terapeutik. menguatkan rasa berharga pasien.
diri. ketidakhadiran pasien dalam
 Pasien telah aktifitas kelompok.
 Pasien tampak diam dan membentuk, dan
tidak mau bicara dengan secara memuaskan
orang lain. 5. Ajarkan pasien tehnik asertif, 5. Pengetahuan dan penggunaan tehnik
mempertahankan satu interaksi dengan orang lain asertif akan meningkatkan rasa percaya
hubungan antar mungkin merupakan hal yang diri dan meningkatkan hubungan pasien
pribadi dengan pasien menakutkan untuk pasien dengan orang lain.
yang lainnya. dengan perilaku pasif atau
 Pasien dengan agresif.
sukarela
berpartisipasi dalam 6. Berikan situasi – situasi 6. Melalui interaksi kelompok ini, dimana
aktifitas kelompok. kelompok bagi pasien. pasien akan mempelajari perilaku yang
dapat diterima secara sosial, dengan
umpan balik yang positif dan negatif dari
orang – orang disekitarnya.

7. Berikan penguatan positif 7. Penguatan positif akan meningkatkan


untuk interaksi pasien dengan harga diri pasien dan memotivasi untuk
orang lain secara sukarela. mengulangi kembali perilaku – perilaku

9
yang diharapkan.

Diagnosa Perawatan Tujuan /


No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
8. Libatkan keluarga untuk tetap 8. Dukungan dari keluarga dapat
berkomunikasi dengan pasien. mengembalikan kepercayaan diri pasien
sehingga mau bergabung dengan orang
lain.

9. Kolaborasi medik dalam 9. Pemberian terapi yang tepat dapat


pemberian terapi yang tepat. mempercepat proses penyembuhan.

4. 1. Kaji faktor pencetus yang 1. Dengan mengetahui faktor pencetus dapat


Nutrisi kurang dari Tujuan Jangka Panjang : menyebabkan pasien tidak membuat intervensi yang cepat dan tepat.
kebutuhan tubuh makan.
berhubungan dengan Kebutuhan nutrisi 2. Waktu makan adalah waktu untuk
keinginan bunuh diri sebagaiterpenuhi. bersosialisasi dan adanya rasa percaya
2. Temani pasien selama pasien
pemecahan masalah. makan untuk membantu ada kepada seseorang dapat memberikan rasa
Tujuan Jangka Pendek : aman yang dibutuhkan.
Dalam waktu 3 x 24 jam yang dibutuhkan pasien.
Data Subjektif :  Pasien tidak menolak
 Pasien mengatakan tidak makan yang 3. Catat jumlah pemasukan 3. Informasi ini diperlukan untuk membuat
nutrisi. suatu pengkajian nutrisi yang akurat dan
mau makan. diberikan. pertahankan keamanan pasien.
 Pasien mengatakan lebih  Pasien dapat
baik mati saja. menghabiskan porsi
makannya. 4. Beri makan dalam porsi kecil 4. Jumlah makanan yang besar mungkin
tapi sering. dapat ditolak atau bakan tak ditoleransi.
Data Objektif :  Pasien mampu
 Pasien tampak menolak menyebutkan 5. Untuk mengetahui menurun atau
makan yang diberikan. pentinganya nutrisi 5. Timbang berat badan tiap hari meningkatnya status nutrisi sehingga
 Pasien tidak dan masukan cairan bila memungkinkan.
dapat diberikan tindakan lebih lanjut.
menghabiskan porsi yang cukup.
makannya.  Pasien
 BB, TB (sesuai dengan 6. Ajarkan tentang pentingnya 6. Pasien mungkin mengalami kekurangan /
memperlihatkan nutrisi dan masukan cairan ketidakteraturan pengetahuan tentang efek
data yang ditemukan). peningkatan berat dari nutrisi yang baik terhadap kesehatan
yang cukup.
badan yang terus secara keseluruhan.
menerus secara

10
perlahan – lahan
selama di rawat di
rumah sakit.
Diagnosa Perawatan Tujuan /
No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
7. Libatkan keluarga untuk 7. Dengan partisipasi keluarga dapat
memotivasi pasien untuk menambah semangat pasien untuk makan.
makan.

8. Kolaborasi medik dalam 8. Efek roboransia dapat menambah nafsu


pemberian roboransia. makan pasien.

5. Harga diri rendah Tujuan Jangka Panjang : 1. Terima pasien dengan 1. Suatu sikap menerima akan meningkatkan
berhubungan dengan negatifismenya. harga diri pasien.
Harga diri pasien
kurangnya umpan balik meningkat.
positif. 2. Sampaikan perhatian tanpa 2. Komunikasi terhadapnya sebagai makluk
syarat bagi pasien. hidup yang berguna dapat meningkatkan
Tujuan Jangka Pendek :
Data Subjektif : penghargaan diri.
Dalam waktu 7 x 24
 Pasien mengatakan jam :
dirinya tidak berharga. 3. Sediakan waktu bersama 3. Hal ini untuk menyatakan bahwa pasien
 Pasien mampu pasien. berharga bagi waktu kita.
menyebut aspek –
Data Objektif : aspek positif dari 4. Bantu pasien untuk mengenali
 Pasien tampak menarik 4. Harga diri ditingkatkan oleh pengakuan
dirinya. dan berfokus pada kekuatan – dan diskusi tentang aspek – aspek positif
diri.  Pasien mampu
 Saat bicara pasien kurang kekuatan, prestasi – prestasi mengenai dirinya.
berkomunikasi secara dan pengalaman – pengalaman
kontak mata. asertif dengan orang yang menciptakan perasaan
lain. yang baik tetap dirinya sendiri.
 Pasien
mengekspresikan 5. Bantu pasien mengurangi 5. Penguatan positif membantu
beberapa optimisme penggunaan penyangkalan meningkatkan harga diri dan
dan harapan untuk sebagai suatu mekanisme sikap meningkatkan penggunaan perilaku –
masa depan. defenitif dan beri bantuan yang perilaku yang dapat diterima oleh pasien.
positif bagi identifikasi
masalah dalam pengembangan
dari perilaku – perilaku koping

11
yang lebih adaptif.

Diagnosa Perawatan Tujuan /


No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
6. Ajarkan pasien untuk 6. Pengenalan dan penerimaan meningkatkan
partisipasi dalam kelompok – harga diri.
kelompok kegiatan dimana
pasien dapat menerima umpan
balik dan dukungan dari rekan
– rekan terdekat.

7. Bantu pasien mengidentifikasi 7. Harga diri yang rendah akan bercampur


aspek – aspek realistik tentang dengan persepsi pasien tentang
dirinya yang ingin ia ubah dan kemampuannya memecahkan
bantu dengan pemecahan permasalahannya sendiri.
masalah untuk usahanya
sendiri.

8. Yakinkan bahwa pasien tidak 8. Pasien harus mampu berfungsi mandiri


semakin tergantung dan ia jika ingin berhasil dalam struktur
bertanggung jawab atas lingkungan yang lebih kecil.
perilakunya sendiri.

9. Yakinkan kelompok – 9. Keberhasilan dan pengakuan akan


kelompok terapi – terapi meningkatkan harga diri.
tersebut untuk mengemukan
kepada pasien metode –
metode pencapaian dalam
suatu jangka waktu yang
pendek.

10. Ajarkan tehnik asertif, 10. Harga diri ditingkatkan oleh kemampuan
kemampuan untuk memgenal berinteraksi dengan orang lain dalam
perbedaan diantara perilaku suatu cara yang asertif.
pasif, asertif, agresif,
pentingnya menghargai hak –
hak asasi dirinya.

12
Diagnosa Perawatan Tujuan /
No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
11. Bantu pasien melakukan aspek 11. Keberhasilan dalam meraih suatu prestasi
– aspek perawatan diri sesuai dan umpak balik positif meningkatkan
yang dibutuhkan. Berikan harga diri dan mendorong pengulangan
umpan balik positif untuk perilaku positif.
tugas – tugasnya yang
dikerjakan secara mandiri.

12. Libatkan keluarga dalam 12. Partisipasi keluarga dapat mempercepat


mendampingi pasien. proses penyembuhan.

13. Kolaborasi medik dalam 13. Terapi yang tepat dapat mempercepat
pemberian terapi yang tepat. proses penyembuhan.

6. 1. Kaji faktor yang menyebabkan 1. Untuk megetahui faktor pencetus yang


tidak bisa tidur. menyebabkan tidak bisa tidur sehingga
Perubahan pola tidur Tujuan Jangka Panjang : dapat diberikan intervensi yang tepat.
berhubungan dengan adanya
perasaan putus asa. Pola tidur pasien kembali
normal. 2. Duduk dengan pasien sampai 2. Kehadiran seseorang yang dipercaya
pasien tidur. memberikan rasa nyaman.
Data Subjektif :
 Pasien mengatakan tidak Tujuan Jangka Pendek :
Dalam waktu 2 x 24 3. Catat secara ketat pola tidur 3. Data dasar yang akurat adalah penting
bisa tidur. pasien. dalam merencanakan perawatan untuk
jam :
 Pasien dapat tidur. membantu pasien dengan masalah ini.
Data Objektif :
 Pasien tampak tidak  Pasien dapat tidur 4. Batasi masukan, minuman 4. Kafein merupakan stimulan SSP yang
tidur. tanpa obat – obatan.
 Ekspresi wajah yang mengandung kafein dapat mempengaruhi kemampuan pasien
 Ekspresi wajah tampak seperti kopi, dan jenis koka untuk istirahat dan tidur.
mengantuk. pasien tampak segar.
kola.
 Mata pasien tampak
merah. 5. Ciptakan lingkungan yang 5. Lingkungan yang tenang dan nyaman
 Pasien sering menguap. tenang dan nyaman. dapat mempercepat pasien untuk tidur.

13
Diagnosa Perawatan Tujuan /
No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
6. Libatkan keluarga untuk turut 6. Partisipasi keluarga sangat penting dalam
menciptakan suasana menciptakan suasana lingkungan yang
lingkungan yang tenang dan tenang sehingga mempermudah pasien
nyaman. untuk tidur.

7. Kolaborasi medik dalam 7. Untuk membantu pasien dapat tidur


pemberian obat sedative. sampai pola tidur yang normal pulih
kembali.

7. Gangguan komunikasi Tujuan Jangka Panjang : 1. Kembangkan hubungan 1. Kehadiran perawat, penerimaan dan
interpersonal berhubungan terapeutik perawat dan pasien penghargaan yang positif akan
Komunikasi pasien
dengan perasaan tidak kembali normal. melalui kontak yang sering, meningkatkan harga diri pasien.
berharga atau bersalah. singkat dan sikap menerima.
Tujuan Jangka Pendek :
Data Subjektif : 2. Kehadiran perawat akan menolong
Dalam waktu 3 x 24 2. Luangkan waktu bersama
 Keluarga mengatakan jam : pasien mungkin berarti hanya meningkatkan persepsi pasien tentang
pasien tidak mau bicara. duduk diam beberapa saat. dirinya sebagai seorang yang berharga.
 Pasien mampu
berkomunikasi 3. Hal ini memudahkan kepercayaan dan
Data Objektif : dengan cara yang 3. Pertahankan konsistensi tugas
 Pasien tidak mau bicara staf. kemampuan untuk memahami tindakan –
dimengerti oleh orang tindakan dan komunikasi pasien.
saat diajak komunikasi. lain.
 Pasien tampak diam.  Pesan – pesan non
verbal pasien sesuai 4. Tehnik ini digunakan untuk memastikan
4. Gunakan tehnik validasi
dengan akurasi dari pesan yang diterima,
konsensual dan mencari
pengungkapan verbal. menjelaskan pengertian yang tersembunyi
klarifikasi untuk menguraikan
 Pasien mulai interaksi kode pola – pola komunikasi. didalam pesan, hati –hati untuk tidak
verbal dan non verbal berbicara atas nama pasien tanpa
dengan orang lain. seizinnya.

14
Diagnosa Perawatan Tujuan /
No. Rencana Tindakan Rasionalisasi
Data Subjektif & Objektif Hasil Yang Diharapkan
5. Gunakan pendekatan muka 5. Kontak mata mengekspresikan minat yang
(berhadap – hadapan, murni dan hormat pada seseorang.
bertatapan) untuk
menyampaikan ekspresi –
ekspresi non verbal yang benar
dengan menggunakan contoh.

6. Libatkan keluarga untuk tetap 6. Dengan keterlibatan keluarga dapat


berkomunikasi dengan pasien. mempercepat proses penyembuhan.

7. Kolaborasi medik dalam 7. Pemberian terapi yang tepat dapat


pemberian terapi yang tepat. mempercepat proses penyembuhan.

15

Anda mungkin juga menyukai