Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Kontrasepsi
Kontrasepsi asal kata “kontra” berarti mencegah atau melawan dan

“konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur matang dan sel sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Berarti kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk

mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat

pula bersifat permanen. Jadi, kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan (Vincentia, 2012)


2. Metode Operatif Pria (Vasektomi)

MOP/Vasektomi pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah Inggris

pada tahun 1894 dengan cara memotong kedua saluran sperma (Vas Deferens)

sehingga pada saat ejakulasi cairan mani yang dikeluarkan tidak lagi

mengandung sperma akibatnya tidak terjadi kehamilan.


Vasektomi (Metode Operatif Pria/MOP) adalah prosedur klinik untuk

menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusi vasa deferensia

sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan

dengan ovum) tidak terjadi. (BKKBN, 2015).


Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup saluran mani (vas

deferens) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di

testis. (Suratun, 2014)

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi

8
2

keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas

defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya

99%. (Suratun, 2014).

3. Jenis Metode Operatif Pria

Jenis-jenis Vasektomi ada 3 macam, yakni :

a. Vasektomi Metode Standar (Insisi Skrotum)

Vasektomi ini dimulai dengan melakukan anestesi/bius lokal ke daerah

pertengahan skrotum. Kemudian dilakukan sayatan 1-2cm diatasnya. Bila

saluran sudah tampak maka saluran akan dipotong, lalu kedua ujungnya akan

diikat. Hal sama akan dilakukan pada saluran sperma satunya. Kemudian luka

ditutup dengan penjahitan (Agnesa, 2012). Metode vasektomi pada umumnya

mempunyai kelemahan yaitu memerlukan irisan pada kulit skrotum dengan

scalpel dan memegang vas deferens secara blind .

b. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)

Vasektomi Tanpa Pisau merupakan penyederhanaan dan penyempurnaan

teknik vasektomi yang diharapkan dapat memperkecil komplikasi dan

mempermudah permasyarakatannya terutama untuk orang yang takut pisau

operasi. Waktu yang diperlukan untuk tindakan VTP paling cepat adalah 4

menit dan paling lambat 16 menit. Pada kelompok akseptor VTP tidak

ditemukan komplikasi pasca tindakan, sedangkan pada kelompok akseptor

Vasektomi Metode standar ditemukan 1 kejadian infeksi luka operasi. Metode


3

VTP dalam hal kemudahan lebih baik, sedangkan dalam hal keamanan dan

efektivitasnya tidak berbeda dengan metode vasektomi standar. (Dachlan I,

dan Sungsang R, 2013).

c. Vasektomi Semi Permanen

Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa

dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan

lama tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat,

maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak

dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing dan akan

menghancurkan benda asing (Agnesa, 2012).

4. Efektivitas

Vasektomi adalah salah satu metode kontrasepsi paling efektif.

Angka kegagalan biasanya kurang dari 0,1%-0,15% pada tahun pertama

pemakaian prosedur Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) dilakukan dengan

anestesi local dan akses terhadap vas mudah diperoleh, maka prosedur ini

lebih aman dibandingkan teknik kontrasepsi mantap wanita (BKKBN dalam

Afrinossa, 2012).

Adapun evektifitas vasektomi antara lain: Angka kegagalan: 0-2,2%,

umumnya < 1%. Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh :

a. Sangga yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama

sekali dari spermatozoa.


4

b. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnyaterjadi setelah

pembentukan granuloma spermatozoa.


c. Pemotongan dan oklusi struktur jarinagan lain selama operasi.
d. Jarang: duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat lebih dari 1 vas

deferens pada satu sisi) (Hartanto, 2010).


5. Indikasi MOP

Indikasi dari Metode Operasi Pria/vasektomi yaitu:

a. Pasangan yang tidak lagi ingin menambah jumlah anak.


b. Pasangan yang istrinya sudah sering melahirkan.
c. Memiliki penyakit yang membahayakan kesehatan.
d. Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain.
e. Pasangan yang istrinya berisiko tinggi jika hamil lagi.

Seperti pada tubektomi, pria yang akan melakukan operasi Metode

Operasi Pria/vasektomi harus melakukannya secara sukarela dan

menandatangani surat persetujuan. Disamping itu mereka berhak mendapat

keterangan yang benar dan terperinci dari dokter atau petugas pelayanan

lainnya. (Mulyani, dkk 2013)

6. Kontraindikasi MOP

Tidak ada kontraindikasi permanen untuk MOP, tetapi MOP harus

ditunda jika adanya infeksi lokal, infeksi sistemik akut, tanda-tanda atau

gejala penyakit menular seksual, filariasis, kaki gajah, massa intraskrotalis,

atau hipersensitivitas terhadap obat anestesi yang akan digunakan. Kondisi

yang dapat meningkatkan risiko atau kesulitan melakukan operasi adalah

riwayat trauma skrotum, varikokel besar atau hidrokel, riwayat operasi untuk

kriptorkismus, hernia inguinal, dan gangguan koagulasi tertentu. Bila


5

memungkinkan, kondisi harus diperbaiki atau dikendalikan sebelum operasi.

Ketika kondisi ini hadir, pasien harus diberitahu tentang kemungkinan

peningkatan risiko. (Mulyani dkk, 2013)

7. Prosedur MOP

Penutupan duktus spermatikus (vas deferens) dapat dilakukan dengan

cara diikat (ligasi) dipotong (vasektomi) menggunakan klip, cincin atau bands.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Cukur rambut kemaluan dan bersihkan, kemudian disinfeksi kulit

skrotum daerah operasi. Setelah itu tutup daerah operasi yang sudah suci

hama dengan kain steril yang berlambang ditengahnya.

2. Palpasi dan carilah vas deferens pada kantong skrotum, lalu fiksasi

dengan jari-jari.

3. Lakukan anestesi lokal pada daerah operasi tersebut

4. Lakukan sayatan kira-kira 1 – 2 cm, bebaskan dari jaringan sekitarnya,

kemudian pegang vas deferens tersebut. Tariklah sambil bebaskan saluran

mani tersebut sebanyak kira-kira batas yang akan dipotong

5. Lakukan vasektomi yaitu pemotongan sekitar 1 – 2 cm vas deferens,

lalu jahit. Tutup luka operasi dan dibalut.

6. Berikan nasehat perawatan luka, dan jangan kena air selama kira-kira

1 minggu. Berikan obat anti sakit (Novalgin, Neuralgin) dan obat

antibiotik.
6

Pria yang baru divasektomi tidak langsung menjadi steril, karena di dalam

saluran proksimal vas deferens dan dalam vesika seminalis masih terdapat

puluhan bahkan ratusan juta sperma. Karena itu pada waktu pulang berikan

juga 15 buah kondom, yang harus dipakai saat koitus.

8. Kelebihan Metode Operatif Pria

Ada beberapa kelebihan dari MOP, antara lain:

1. Lebih aman dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang sangat

rendah.
2. Vasektomi lebih murah daripada tubektomi pada wanita.
3. Teknik operasi kecil yang sederhana dan hanya perlu waktu sebentar

sekitar 20 menit saja.


4. Lebih praktis, hanya memerlukan satu kali tindakan.
5. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.
6. Tidak akan menggangu ereksi, potensi seksual dan produksi hormon.
7. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat

digunakan seumur hidup (permanen).


9. Kekurangan Metode Operatif Pria

Selain kelebihan MOP, juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:

1. Harus dilakukan tindakan pembedahan.


2. Tidak dilakukan pada pria yang masih ingin memiliki anak lagi

(Meilani dkk, 2010)


3. Seringkali harus dilakukan kompres es selama 4 jam untuk

mengurangi pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus

memakai celana bersih yang dapat menyangga skrotum selama 2 hari.


7

4. Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan

selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi).

5. Metode Operasi Pria/Vasektomi tidak memberikan perlindungan

terhadap infeksi menular seksual termasuk HIV.


6. Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan apakah MOP

dapat bekerja efektif 100 persen atau tidak.

Walaupun MOP dinilai paling efektif untuk mengontrol kesuburan

laki-laki namun masih mungkin di jumpai suatu kegagalan.


MOP dianggap gagal bila :

a. Pada analisa sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau setelah 15-20

kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.


b. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma.
c. Istri (pasangan) hamil (Mulyani dkk, 2013).

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Penggunaan Metode

Operasi Pria :
1. Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur

manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu

dihitung. (Departemen Kesehatan RI, 2013)


8

Umur adalah bilangan tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun

terakhir seseorang melakukan aktivitas. Umur seseorang demikian besarnya

dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku. Semakin lanjut umurnya

semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, dan lebih berbakti

dari pada usia muda (Notoatmodjo,2010).

Menurut Kemenkes 2016 klasifikasi umur di golongkan menjadi :

a. Usia Produktif : 15-64 Tahun

b. Usia Non Produktif : ≥ 65 Tahun

c. Usia Lanjut : ≥ 60 Tahun

2. Jumlah Anak
Jumlah anak hidup menurut BKKBN, sementara itu, besar keluarga

dikategorikan menjadi tiga kategori, yiatu keluarga kecil (<4 orang), keluarga

sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>8 orang) yang dilihat dari jumlah anak

lahir hidup (Suyono, 2013). Jumlah anak lahir hidup dikategorikan menjadi

sedikit (<2 anak), sedang (2-6 anak), dan banyak (> 6 anak). (BKKBN, 2015)

Jumlah anak yang diinginkan dikategorikan berdasarkan jumlah anak lahir

hidup yang mendasari besar keluarga. Keluarga dikatakan sebagai keluarga kecil,

jika maksimal memiliki dua anak. Dengan demikian, pengkategorian jumlah

anak yang diinginkan menjadi: 1) sedikit, jika keluarga menginginkan sebanyak-

banyaknya memiliki dua anak; 2) sedang, jika keluarga menginginkan anak

sebanyak tiga hingga lima anak; 3) banyak, jika keluarga menginginkan

sedikitnya memiliki enam anak.


9

Jumlah anak yang dimiliki Pasangan Usia Subur (PUS) dapat

mempengaruhi status penggunaan MKJP. Salah satu faktor yang menentukan

keikutsertaan PUS dalam berKB adalah banyaknya anak yang dimilikinya,

diharapkan pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak kemungkinan

untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pasangan yang mempunyai

anak lebih sedikit (Dewi dan Notobroto, 2014).

Jumlah anak mulai diperhatikan setiap keluarga karena semakin banyak

anak semakin banyak pula tanggungan kepala keluarga dalam mencukupi

kebutuhan materil selain itu juga untuk menjaga kesehatan sistem reproduksi

karena semakin sering melahirkan semakin rentan terhadap kesehatan ibu.

Semakin banyak anak yang dimiliki maka semakin besar kecenderungan untuk

menghentikan kesuburan sehingga lebih cenderung untuk memilih metode

kontrasepsi mantap. (Dewi dan Notobroto, 2014).

Berdasarkan laporan dari SDKI 2012, hampir 50% wanita menikah

menyatakan tidak ingin mempunyai anak lagi (termasuk yang telah disterilisasi).

Kelompok ini diharapkan akan melakukan penjarangan kelahiran. Sekitar 15%

wanita menikah menyatakan ingin menambah anak segera; 6% belum

memutuskan kapan ingin menambah anak; dan 5% belum memutuskan apakah

akan menambah anak. Sebagian besar (sekitar 50%) responden SDKI 2012, baik

wanita maupun pria, menyatakan ingin memiliki 2 anak dan sekitar 20%

menginginkan 3 anak. Relatif sedikit yang menyebutkan ingin memiliki 5 anak

atau lebih. Pada penelitian Teffera dan Wondifraw (2015) diperoleh hasil yang
10

signifikan antara jumlah anak hidup dengan penggunaan MKJP. Pada penelitian

Dewi dan Notobroto (2014) diperoleh hasil responden pengguna non MKJP

sebagian besar memiliki anak >4 dibandingkan dengan responden pengguna

MKJP yang memiliki anak ≤2.

3. Pendidikan

Pengaruh pendidikan pria terhadap penggunaan alat kontrasepsi dalam KB

telah dikemukakan oleh Ekawati, menurutnya pendidikan pria berpengaruh positif

terhadap persepsi pria dalam KB. Masih terbatasnya pengetahuan laki – laki dalam

KB. Pemahaman laki – laki dan perempuan akan KB dan kesehatan reproduksi

secara benar mendorong terjadinya posisi kesetaraan antara laki – laki / suami,

perempuan / isteri dalam pengambilan keputusan dalam program KB (Advokasi

KB, 2011).

Menurut UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangan potensial dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

Pendidikan yang disebut adalah pendidikan formal yang memiliki jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah. Pada Pasal 17 ayat (2) Pendidikan Dasar adalah pendidikan

umum yang lamanya 9 tahun, diselenggarakan selama 6 tahun di sekolah dasar


11

atau sederajat dan 3 tahun disekolah menengah pertama. Pendidikan dasar

terbentuk dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasa Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain

yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah

(MTS) atau bentuk lain yang sederajat.

Pasal 18 ayat (3) Pendidikan Menengah adalah pendidikan yang

diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan

timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan

tinggi. Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah

Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Pasal 19 ayat (1) Pendidikan Tinggi Merupakan jenjang pendidikan diploma,

magister, spesialis, doctor yang di selenggarakan oleh perguruan tinggi dan

merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan

menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.

4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan berkeluarga. Bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu serta dapat memberikan pengalaman


12

baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan pekerjaan dapat

membentuk suatu pengetahuan karena adanya saling menukar informasi antara

teman-teman dilingkungan kerja. Sedangkan tidak bekerja adalah seseorang yang

tidak sedang melakukan kegiatan kerja atau tidak memiliki pekerjaan

(Notoatmojo, 2013).
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang

dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri,

dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan

adanya hubungan sosial yang baik dengan baik. Pekerjaan dimiliki peranan

penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan

antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk

memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan

(Notoatmojo, 2013).

5. Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang

mengatur keimanan (kepercayaan) dan kepribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta tata Kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta

lingkungan nya. Pandangan agama terhadap pemakaian alat kontasepsi kb bukan

hanya masalah demografi dan klinis tetapi juga mempunyai dimensi sosial-budaya

dan agama, khususnya perubahan sistem nilai dan norma masyarakat, seperti yang

diatur dalam UU no 10 tahun 1992, tentang pembangunan kependudukan dan

keluarga sejahtera. Dalam undang-undang tersebut juga telah dinyatakan bahwa


13

penyelenggaraan pengaturan kelahiran, dilakukan dengan cara yang dapat

dipertanggungjawabkan dari segi kesehatan, etik dan agama yang dianut penduduk

yang bersangkutan (pasal 17 ayat 2) (BKKBN, 2016).

Kb perlu mendapat dukungan masyarakat, termasuk tokoh agama,

walaupun awalnya mendapat tantangan akhirnya program kb didukung tokoh

agama dengan pemahaman bahwa kb tidak bertentangan dengan agama dan

merupakan salah satu upaya dalam pengaturan masalah kependudukan untuk

memerangi kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidakpedulian

masyarakat, sehingga dapat mendukung pembangunan bangsa. Di pihak lain,

peserta kb yang lebih dari 22,5 juta banyaknya juga memerlukan pegangan,

pengayoman dan dukungan rohani yang kuat dan ini hanya bisa diperoleh dari

pemimpin agama (BKKBN, 2015).

Program kb juga telah memperoleh dukungan dari Departemen Agama

Republik Indonesia. Hal ini terlihat dengan penandatanganan bersama badan

koordinasi keluarga berencana nasional (BBKBN), Memorandum Of

Understanding (mou) nomor 1 tahun 2007 dan nomor: 36/hk.101/f1/2007 tentang

advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi program kb nasional melalui peran

lembaga keagamaan, pada 9 februari 2007, yang berlaku sampai dengan 31

desember 2009 (BKKBN, 2007).

Dalam Islam masih terdapat kontroversi mengenai kb, dimana ada yang

memperbolehkan dan sebaliknya. Alasan yang dikemukakan adalah Al qur’an

tidak membolehkan pemakaian alat kontrasepsi yang dianggap sebagai membunuh


14

bayi, atau agama islam menginginkan agar islam mempunyai umat yang besar dan

kuat. Para ulama yang memperbolehkan kb sepakat bahwa kb yang dibolehkan

syariat adalah usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan

kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi

tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Jadi jelas bahwa islam

membolehkan kb karena penting untuk menjaga kesehatan ibu dan anak,

menunjang program pembangunan kependudukan lainnya dan menjadi bagian dari

hak asazi manusia. Agama selain Islam di indonesia umumnya mendukung kb.

Agama Hindu memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat, maka

kelahiran harus diatur jaraknya dengan ber kb. Agama Budha, yang memandang

setiap manusia pada dasarnya baik, tidak melarang umatnya ber-kb demi

kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak melarang umatnya ber-kb,

yang mana sedikit berbeda dengan Agama Katolik yang memandang kesejahteraan

keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman holistik sesuai dengan

kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran anak, suami-istri harus tetap

menghormati dan menaati moral Katolik. Gereja Katolik hanya menerima

abstinensia dan pantang berkala (hubungan seksual hanya dilakukan pada masa

tidak subur dalam siklus bulanan seorang wanita) sebagai metode keluarga

berencana yang sesuai dengan pandangan gereja dan menolak secara tegas metode

kb lainnya (BKKBN, 2016).


15

C . Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan

pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung

permasalahan penelitian (Notoadmodjo, 2013)

Faktor yang  Indikasi


mempengaruhi dan
 Umur kontraindikasi
 Jumlah  Keuntun
Anak gan dan
 Pendidik
kerugian MOP
an
 Pekerjaa
 Prosedur
MOP
16

Metode Operatif Pria

Kegagalan

Jenis-Jenis MOP Efektivitas

Keberhasilan

Vasektomi Metode Vasektomi Tanpa Vasektomi


Standar Pisau Semi Permanen

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : (Suratun, 2011), (Agnesa, 2012), (Dachlan I, dan Sungsang R,


2009), (BKKBN, 2015), (Hartanto, 2010), (Mulyani dan Mega R, 2013), (BKKBN,
2011), (Depkes, 2013), (Notoatmodjo, 2010), (Dewi & Notobroto, 2014),
Notoatmodjo (2013), (Teffera dan Wondifraw, 2010)

D. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep menurut Notoatmodjo (2013) adalah merupakan formulasi

atau simplikasi dari kerangka teori atau simplikasi dari kerangka teori atau teori-

teori yang mendukung penelitian tersebut. Kerangka konsep dalam penelitian ini

digambarkan seperti gambar 2.2 berikut :

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

 Umur
 Jumlah Anak
 Pendidikan Metode Operatif Pria
 Pekerjaan
 Agama
17

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai

  • UAP Dede D
    UAP Dede D
    Dokumen22 halaman
    UAP Dede D
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • PPT Tumor Mata
    PPT Tumor Mata
    Dokumen38 halaman
    PPT Tumor Mata
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Lapsus UAP Dede
    Lapsus UAP Dede
    Dokumen18 halaman
    Lapsus UAP Dede
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    Daftar Gambar
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Terbaru
    Daftar Isi Terbaru
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Terbaru
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Promkes Delirium Dede
    Promkes Delirium Dede
    Dokumen2 halaman
    Promkes Delirium Dede
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Bab II Newww
    Bab II Newww
    Dokumen1 halaman
    Bab II Newww
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Terbaru
    Daftar Isi Terbaru
    Dokumen25 halaman
    Daftar Isi Terbaru
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen18 halaman
    Referat
    Dede 3pirmandi
    Belum ada peringkat
  • Cover Ku
    Cover Ku
    Dokumen2 halaman
    Cover Ku
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Cedera Lahir
    Cedera Lahir
    Dokumen38 halaman
    Cedera Lahir
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • PEMBATAS
    PEMBATAS
    Dokumen1 halaman
    PEMBATAS
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Cedera Lahir
    Cedera Lahir
    Dokumen38 halaman
    Cedera Lahir
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Bab II Newww
    Bab II Newww
    Dokumen17 halaman
    Bab II Newww
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Tawari Gilda
    Kata Pengantar Tawari Gilda
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar Tawari Gilda
    Gilda Cristina
    Belum ada peringkat
  • Refer at
    Refer at
    Dokumen19 halaman
    Refer at
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Promkes Delirium Dede
    Promkes Delirium Dede
    Dokumen2 halaman
    Promkes Delirium Dede
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Dosen
    Penilaian Dosen
    Dokumen16 halaman
    Penilaian Dosen
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    Daftar Gambar
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Terbaru
    Daftar Isi Terbaru
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Terbaru
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Kepaniteraan Klinik Bagian
    Kepaniteraan Klinik Bagian
    Dokumen54 halaman
    Kepaniteraan Klinik Bagian
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Promkes Delirium Dede
    Promkes Delirium Dede
    Dokumen2 halaman
    Promkes Delirium Dede
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen18 halaman
    Referat
    Dede 3pirmandi
    Belum ada peringkat
  • STUDI KASUS
    STUDI KASUS
    Dokumen117 halaman
    STUDI KASUS
    Susilawati 280196
    Belum ada peringkat
  • Referat Cover
    Referat Cover
    Dokumen1 halaman
    Referat Cover
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Perubahan Pada Serviks
    Perubahan Pada Serviks
    Dokumen1 halaman
    Perubahan Pada Serviks
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • MEKANISME PERSALINAN NORMAL - Docxhthf
    MEKANISME PERSALINAN NORMAL - Docxhthf
    Dokumen2 halaman
    MEKANISME PERSALINAN NORMAL - Docxhthf
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat
  • Lapsus GO
    Lapsus GO
    Dokumen34 halaman
    Lapsus GO
    Dede Tri Firmandi
    Belum ada peringkat