Anda di halaman 1dari 10

TEORI ARUS LALULINTAS

( HUBUNGAN ANTARA VOLUME, KECEPATAN DAN KEPADATAN )

Ringkasan : Perilaku pergerakan arus lalulintas pada suatu ruas jalan dan
kemampuan ruas jalan tersebut menampung arus lalulintas harus mendapat perhatian
khusus bagi perencanaan jalan karena akan menyangkut kualitas dan kuantitas
pelayanan dari sistem jaringan jalan secara lebih luas. Volume (Q), Kecepatan (Vs) dan
Kepadatan (D) merupakan tiga parameter utama yang sangat mempengaruhi
karakterisitik operasional arus lalulintas. Modul ini menjelaskan adanya saling
keterkaitan antara ketiga buah parameter tersebut dan pentingnya mengetahui hubungan
antara ketiga buah parameter tersebut.

PENDAHULUAN

Dalam perencanaan, perancangan dan penetapan berbagai kebijaksanaan sistem


transportasi, teori pergerakan arus lalulintas memegang peranan yang sangat
penting. Kemampuan untuk menampung arus lalulintas sangat bergantung pada
keadaan fisik dari jalan, baik kualitas, kuantitas maupun karakteristik
operasional lalulintasnya.

Teori pergerakan arus lalulintas menjelaskan mengenai kualitas dan kuantitas dari arus
lalulintas sehingga dapat diterapkan kebijaksanaan atau pemilihan sistem yang paling
tepat untuk menampung lalulintas yang ada.

Untuk mempermudah penerapan teori pergerakan arus lalulintas digunakan pendekatan


matematis dan fisis untuk menganalisis gejala yang berlangsung dalam arus lalulintas.
Salah satu cara pendekatan untuk memahami perilaku lalulintas adalah dengan
menjabarkannya dalam bentuk hubungan matematis dan grafis.

Suatu peningkatan dalam volume lalulintas akan menyebabkan berubahnya perilaku


lalulintas. Secara teoritis terdapat hubungan yang mendasar antara volume dengan
kecepatan dan kepadatan. Hubungan antara kecepatan dan arus lalulintas (volume)
dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan nilai matematis dari kapasitas jalan
untuk kondisi ideal. Hubungan antara kecepatan dan volume lalulintas secara mendasar
dapat dinyatakan sebagai : apabila arus lalulintas pada suatu ruas jalan bertambah,
maka kecepatan pada ruas jalan tersebut akan berkurang.

Dengan menggunakan hubungan antara kecepatan dengan volume lalulintas, maka


dapat diketahui peningkatan arus dan hasil kecepatan kendaraan pada ruas jalan tertentu
sampai terjadinya kemacetan pada jalur tersebut. Hubungan kecepatan dengan volume
lalulintas dapat dipakai sebagai dasar dalam penerapan Manajemen Lalulintas (Traffic
Management).
DASAR TEORI

1. Definisi

Dalam suatu pergerakan arus lalulintas pada jalan raya terdapat 3 variabel utama
yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik arus lalulintas yaitu :
 Volume (Flow / Q) didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati suatu
titik tinjau tertentu pada suatu ruas jalan per satuan waktu tertentu
( kendaraan/jam)
 Kecepatan (Speed / Vs) didefinisikan sebagai jarak yang dapat ditempuh suatu
kendaraan per satuan waktu. Satuan yang biasa digunakan adalah meter/detik
atau kilometer/jam.
 Kepadatan (Density / D) didefinisikan sebagai jumlah kendaraan per satuan
panjang jalan tertentu. Satuan yang digunakan adalah kendaraan/kilometer atau
kendaraan/meter.

2. Hubungan dasar antara Kecepatan, Volume dan Kepadatan

Hubungan dasar antara variabel kecepatan, volume dan kepadatan dapat dinyatakan
dalam persamaan sevagai berikut :

Q = Vs . D ……………………………… ( 1 )

Dimana :
Q = volume ( kendaraan/jam )
Vs = kecepatan rata-rata ruang ( km/jam )
D = kepadatan ( kendaraan/km )

Jika telah diketahui harga dua variabel maka dapat diketahui variabel lainnya
dengan menggunakan rumus tersebut.

3. Hubungan grafis antara Kecepatan, Volume dan Kepadatan

Hubungan antara kecepatan, volume dan kepadatan dapat digambarkan secara grafis
dengan menggunakan persamaan matematis yang merupakan persamaan dasar dari
pergerakan arus lalulintas. Gambar 1 memperlihatkan saling keterikatan antara
variabel kecepatan, volume dan kepadatan dari suatu pergerakan arus lalulintas.

 Hubungan Kecepatan dan Volume

Hubungan mendasar antara kecepatan dan volume adalah : dengan


bertambahnya volume lalulintas maka kecepatan rata-rata ruang ( space mean
speed ) akan berkurang sampai kepadatan kritis ( volume maksimum ) tercapai.
Setelah kepadatan kritis tercapai maka kecepatan rata-rata ruang dan volumenya
akan berkurang.
 Hubungan antara Volume dan Kepadatan

Pada Gambar 1 dapat dilihat bentuk umum hubungan ini. Hubungan antara
volume dan kepadatan memperlihatkan bahwa volume akan bertambah apabila
kepadatannya juga bertambah. Volume maksimum (Qm) terjadi pada saat
kepadatan mencapai titik Dm ( kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah
mencapai titik ini volume akan kembali menurun walaupun kepadatan
bertambah sampai terjadi kemacetan di titik Dj

 Hubungan Kecepatan dan Kepadatan

Hubungan antara kecepatan dan kepadatan dapat dilihat pada Gambar 1 dimana
sebagai penyederhanaan hubungan tersebut dinyatakan linier. Secara umum
kecepatan akan menurun apabila kepadatan bertambah. Kecepatan arus bebas
( Vf ) akan terjadi apabila kepadatan = 0 ( titik A ) dan pada saat kecepatan = 0 (
titik B ) terjadi kemacetan ( jam density ).

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa kepadatan akan bertambah apabila


volumenya juga bertambah. Pada saat tercapainya volume maksimum maka
kapasitas jalur jalan sudah tercapai ( titik C ). Setelah mencapai titik ini volume
akan menurun walaupun kepadatan bertambah sampai terjadi kemacetan
( titik B ).

4. Hubungan variabel berdasarkan pengamatan lapangan ( Linear Regression


Approach )

Model ini adalah model terawal yang tercatat dalam usaha mengamati perilaku
lalulintas. Greenshields ( 1934 ) mengadakan studi pada jalan luar kota di Ohio,
dimana kondisi lalulintas memenuhi syarat karena tanpa gangguan dan bergerak
secara tetap ( steady state condition ). Greenshields mendapatkan hasil bahwa
hubungan antara kecepatan dan kepadatan bersifat kurva linier.

Berdasarkan penelitian selanjutnya, terdapat hubungan yang erat antara model linier
ini dengan keadaan di lapangan. Hubungan linier kecepatan dan kepadatan ini
menjadi hubungan yang paling populer dalam tinjauan pergerakan lalulintas,
mengingat fungsi hubungannya adalah paling sederhana sehingga mudah
diterapkan. Model ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

Vs = Vf - ( Vf / Dj ) . D ………………….. ( 2 )

Dimana :
Vf = kecepatan rata-rata ruang dalam keadaan arus bebas
Dj = jam density ( kepadatan saat macet total )
Volume ( Q )

Qm

Density ( D )
0
Dm Dj

Kecepatan ( Vs ) Kecepatan ( Vs )

A
Vf Vf

Vm Vm C

Qm
B
0 Dm Dj Density ( D ) 0 Volume ( Q )

Gambar 1: Grafik Hubungan Kecepatan, Volume dan Kepadatan


Untuk mendapatkan nilai konstanta Vf dan Dj ; persamaan (2) dapat diubah menjadi
persamaan linier y = A + Bx dengan memisalkan Vs = y ; D = x ; Vf = A ;
Vf / Dj = B.

Kedua konstanta tersebut dapat dinyatakan sebagai kecepatan bebas ( free flow
speed ) dimana pengendara dapat memacu kendaraannya sesuai dengan
keinginannya dan kepadatan macet ( jam density ) dimana kendaraan tidak dapat
bergerak sama sekali.

Hubungan antara volume dan kepadatan dicari dengan mensubstitusikan persamaan


(2) ke persamaan (1), didapat :

Q = Vf . D - ( Vf / Dj ) . D2 ……………………… (3)

Persamaan ini merupakan persamaan parabola Q = f ( D )

Bila D = Q / Vs , maka berdasarkan persamaan (3) didapat hubungan volume dan


kecepatan adalah :

Q = Dj . Vs - ( Dj / Vf ) . Vs 2 …………………… (4)

Persamaan ini juga merupakan fungsi parabola antara Q = f ( Vs ). Jadi dapat


disimpulkan bahwa jika terdapat hubungan linier antara kecepatan dan kepadatan,
maka hubungan anrata kecepatan dengan volume maupun volume dengan kecepatan
akan berfungsi parabolik.

5. Hubungan variabel berdasarkan kondisi batas

Pendekatan ini diambil langsung dari syarat batas ( boundary condition ) titik-titik
pada kurva dasar kepadatan, volume dan kecepatan. Drew dan Underwood
memperlihatkan bahwa hipotesis dari volume lalulintas merupakan hubungan
eksponensial antara kecepatan dan kepadatan yang dinyatakan sebagai berikut :

Vs = Vf . exp ( - D / Dm ) …………………………… (5)

Dimana :
Vf = kecepatan pada kondisi arus bebas
Dm = kepadatan pada saat volume maksimum

Untuk mendapatkan nilai konstanta Vf dan Dm, persamaan (5) dapat diubah menjadi
persamaan linier y = A + Bx sebagai berikut :

ln Vs = ln Vf - D / Dm ……………………………….. (6)

Dengan memisalkan : ln Vs = y ; D = x ; ln Vf = A ; - 1 / Dm = B
Bila persamaan (5) disubstitusikan ke persamaan (1) maka hubungan volume dan
kecepatan berupa :

Q = D . Vf . exp ( - D / Dm ) ……………….…….. (7)

Sedangkan untuk hubungan volume dan kepadatan adalah :

Q = Vs . Dm . ln ( Vf / Vs ) ………………….…….. (8)

6. Hubungan variabel berdasarkan analogi fisik.

Hubungan ini dibuat dengan mengasumsikan bahwa arus lalulintas mempunyai


kesamaan dengan arus fluida. Greenberg pada tahun 1959 menganalisa hubungan
antara kecepatan dan kepadatan dengan mempergunakan asumsi persamaan
kontinuitas dari persamaan gerakan benda cair. Persamaan tersebut dinyatakan
sebagai berikut :

dVs / dt = - ( c2 / D ) . ( dD / dx ) ……………..…… (9)

dimana :
Vs = kecepatan rata-rata ruang ( km/jam )
D = kepadatan ( kend./km )
x = jarak ( km )
t = waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak x
c = konstanta

Dengan menggunakan asumsi di atas, Greenberg mendapatkan hubungan antara


kecepatan dan kepadatan adalah sebagai berikut :

Vs = Vm . ln ( Dj / D ) ……………………….……. (10)

Untuk mendapatkan nilai konstanta Vm dan Dj, persamaan (10) dapat


ditransformasikan menjadi :

D = Dj . exp ( Vs / Vm ) …………….…………….. (11)

Persamaan (11) kemudian diubah menjadi persamaan linier y = A + Bx sebagai


berikut :

ln D = ln Dj + Vs / Vm …………………………….. (12)

Dengan memisalkan : ln D = y ; Vs = x ; ln Dj = A ; l / Um = B
Untuk hubungan antara volume dengan kepadatan berlaku persamaan :

Q = Vm . D2 . ln ( Dj / D ) ………………………. (13)

Dan untuk hubungan antara volume dengan kecepatan berlaku persamaan :

Q = Vs . Dj . exp ( Vs / Vm ) …………..……….. (14)

Studi Greenberg ini dilakukan di terowongan Lincoln ( New York ) dan dari
percobaan menunjukkan bahwa pendekatan ini merupakan model yang paling sesuai.

7. Analisa persamaan regresi linier

Model arus lalulintas yang biasa digunakan untuk menentukan karakteristik spesifik
seperti kecepatan dan kepadatan adalah Analisa Regresi. Metoda ini dilakukan
dengan meminimalkan total nilai perbedaan kuadratis antara observasi dan nilai
perkiraan dari variabel tidak bebas ( dependent ).

Bila variabel tidak bebas linier terhadap variabel bebas, maka hubungan dari kedua
variabel itu dikenal dengan analisa regresi linier. Bila hubungannya lebih dari 2
variabel bebas maka disebut dengan analisa linier berganda. Bila variabel tidak y
dan variabel bebas x mempunyai hubungan linier, maka fungsi regresi adalah :

y = A + Bx …………………………………….. (15)

Konstanta A dan B dapat dicari dengan persamaan-persamaan di bawah ini :

( Yi ) . (  Xi2 ) - ( Xi ) . ( XiYi )
A = (16)
N. ( Xi2 ) - (  Xi )2

N . ( XiYi ) - (Xi ) . ( Yi )
B = (17)
2 2
N . ( Xi ) – (Xi)

dimana :
N = jumlah data yang diperoleh
Xi = observasi ke i untuk x
Yi = observasi ke i untuk y

Untuk mengetahui ketepatan fungsi regresi adalah dengan melihat nilai koefisien
korelasi ( R ). R semakin mendekati 1, persamaan regresi semakin baik.
STUDI LAPANGAN

1. Lokasi Penelitian

Dalam melakukan pengambilan data ( survey ) hal pertama yang harus ditetapkan
adalah pemilihan lokasi. Maksud dari pemilihan lokasi adalah :
 untuk mendapatkan data-data yang tepat untuk analisa lebih lanjut
 untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan.

Dalam melakukan pemilihan lokasi survey perlu ditinjau beberapa kondisi untuk
mendapatkan ruas jalan yang sesuai dengan kriteria pemilihan lokasi. Adapun
kriteria pemilihan lokasi adalah sebagai berikut :

(a) Lokasi survey dilakukan pada pertengahan ruas jalan yang menghubungkan
dua buah persimpangan baik dengan lampu pengatur lalu lintas maupun tidak.
(b) Ruas jalan mempunyai lebar yang seragam. Apabila dijumpai parkir kendaraan
di tepi jalan, maka lebar efektif jalan tersebut adalah lebar jalan yang dapat
dilalui arus lalulintas.
(c) Kondisi perkerasan jalan dan desain geometrik dalam keadaan baik, artinya
jalan tersebut rata dan lurus.
(d) Ruas jalan diusahakan sesedikit mungkin terjadinya gangguan, baik oleh
kendaraan yang ingin memutar, masuk ke jalur lambat, traffic light, maupun
pejalan kaki yang dapat mengganggu arus lalulintas.
(e) Ruas jalan yang diamati sepanjang 200 meter

2. Perioda Survey

Untuk mendapatkan hubungan matematis yang teliti perlu diperhatikan perioda


survey karena untuk mendapatkan hubungan tersebut memerlukan data volume dan
kecepatan yang bervariasi. Misalnya survey dilakukan selama 2 hari masing-masing
dalam waktu 8 jam (terbagi dalam jam puncak pagi, siang dan sore). Dalam
mencari hubungan-hubungan seperti dijelaskan terdahulu maka diperlukan data
sebagai berikut :
 Data kecepatan sesaat ( spot speed ) tiap jenis kendaraan
 Data volume tiap jenis kendaraan

Jenis kendaraan dibagi menjadi 3 yaitu :


 Kendaraan Ringan ( sedan, minibus, pickup, dsb ) = 1,00 smp
 Kendaraan Berat ( bus, truk, trailer ) = 1,20 smp
 Sepeda Motor = 0,25 smp
3. Perhitungan volume lalulintas

Pengukuran data volume dilakukan secara manual dengan menggunakan counter,


tiap 5 menit dan untuk tiap jenis kendaraan. Dengan mengalikan faktor ‘smp’ untuk
tiap jenis kendaraan dan kemudian menjumlahkannya maka diperoleh volume total
untuk tiap 5 menit.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Perhitungan kecepatan ( Vs ), Volume ( Q ) dan Kepadatan ( D )

Data kecepatan dan volume yang didapat dari survey dibagi menjadi tiap 15
menitan. Dengan menggunakan persamaan (1) maka akan didapat volume lalulintas
(Q), Kepadatan (D), dan Kecepatan (Vs) dalam perioda 15 menitan.

2. Hubungan variabel Kecepatan, Volume dan Kepadatan

Mencari hubungan antara variabel-variabel di atas, gunakan studi yang dilakukan


oleh Greenshields, Underwood dan Greenberg seperti persamaan (1) sampai
dengan persamaan (14). Jelaskan pula hubungan tersebut dalam bentuk grafis.

REFERENSI

Wohl, M. and Martin, B.V. (1967), Traffic System Analysis For Engineers and Planner,
McGraw Hill, New York.

Salter, RJ. (1976), Highway Traffic Analysis and Design, Mac Millan Press Ltd, London

Pignataro, L.J. (1973), Traffic Engineering Theory and Practice, Prentice Hall, Inc.

Highway Research Board (1985), Highway Capacity Manual, National Research


Council, Washington DC

Hobbs, F.D.(1979), Traffic Planning and Engineering Practice, Pergamon Press Ltd.

Brelman, L. (1969), Space Time Relationship in Oneway Traffic Flow, Transport


Reseach
Catatan :

Kelemahan dari Model Logaritmik Greenberg adalah tidak cocok untuk digunakan
pada kondisi kepadatan arus lalulintas yang rendah. Hal ini dapat dilihat dengan
memasukkan nilai kepadatan sama dengan nol ( D = 0 ), akan diperoleh harga kecepatan
arus bebas ( free flow speed ) yang tak terhingga secara asimtot terhadap sumbu
kecepatan, tanpa pernah mencapainya. Namun model ini sangat cocok untuk kondisi
kepadatan arus lalulintas yang tinggi karena dapat menghasilkan nilai kecepatan pada
saat terjadi macet total ( D = Dj ) dimana kecepatannya sama dengan nol ( Vs = 0 ).

Model Eksponensial Underwood berlaku atau dapat diterima pada kepadatan arus
lalulintas yang rendah karena dapat menghasilkan nilai kecepatan sama dengan
kecepatan pada arus bebas ( Vs = Vf ). Hal ini dapat dilihat dengan memasukkan nilai
kepadatan sama dengan nol ( D = 0 ).

Pada Tabel 1 berikut adalah bentuk output dari studi lapangan yang harus disajikan :

Tabel 1 : Hasil Perbandingan Parameter Arus Lalu Lintas

Parameter Satuan Greenshields Underwood Greenberg


Volume maksimum, Qm smp/jam
Kecepatan arus bebas, Vf km/jam
Kecepatan pada saat km/jam
volume maksimum, Qm
Kepadatan pada saat smp/km
macet, Dj
Kepadatan pada saat smp/km
volume maksimum, Dm

Anda mungkin juga menyukai