Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BENCANA TSUNAMI DI ACEH TAHUN 2004

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas


Keluarga

ASEP MULYADI
171711018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“BENCANA TSUNAMI DI ACEH 2004”. Makalah ini saya susun untuk memenuhi
tugas Keperawatan Komunitas. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah ini.
Pada kesempatan ini, dengan tulus ikhlas saya menyampaikan terima kasih
kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini, serta teman-
teman yang telah memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril
maupun materiil untuk keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.
Saya selaku penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Amin.

Cirebon, 18 Agustus 2018

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu “tsu” yang berarti pelabuhan, dan
“nami” yang berarti gelombang. Sehingga secara umum, tsunami diartikan sebagai
pasang laut yang besar di pelabuhan. Tsunami merupakan suatu gelombang laut
akibat adanya pergeserakan bumi di dasar laut.
Tsunami adalah bencana alam yang dapat kita ketahui namun tidak dapat kita
prediksi dampaknya. Indonesia pernah mengalami bencana terburuk bencana tsunami
di Aceh tahun 2004.

Informasi akan bencana tsunami sangat diperlukan oleh masyarakat. Badan


Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam lamannya di bmkg.co.id maupun di
akun twitternya selalu menginformasikan bencana alam terkini maupun prakiraan
cuaca di wilayah Indonesia. Peringatan potensi tsunami salah satunya.

Ada beberapa macam tingkat ancaman tsunami yang perlu diketahui. Di


antaranya adalah status WASPADA (Advisory) yang menginformasikan bahwa
ketinggian gelombang tsunami di laut kurang dari 0,5 meter. Saat status tersebut
keluar Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang berada pada status 'Waspada',
diharap segera mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai.

Selain itu ada status SIAGA (Warning). Gelombang tsunami pada tingkatan
tersebut berada di ketinggian 0,5-3 meter. Pemerintah setempat berada pada status
Siaga diharapkan segera mengarahkan masyarakat untuk melakukan evakuasi.

Sedangkan level paling tinggi adalah AWAS (Major warning). Gelombang


tsunami pada tingkatan tersebut berada di ketinggian lebih dari 3 meter. Pemerintah
setempat diharapkan segera mengarahkan masyarakat untuk melakukan evakuasi
secara menyeluruh.

Bercermin ke bencana tsunami Aceh yang merenggut ratusan ribu jiwa dan
terakhir bencana tsunami Mentawai di tahun 2010 yang merenggut ratusan jiwa, kita

3
bisa mencegah jatuhnya korban jiwa dengan memperoleh informasi tentang ancaman
tsunami dari BMKG maupun pada situs informasi tertentu seperti ptwc.weather.gov
maupun usgs.gov agar peringatan dini dapat kita peroleh sebelum bencana terjadi.

Tinggi gelombang laut tsunami disumbernya kurang dari 1 meter. Tapi


pada saat menghempas ke pantai, tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter.
Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5 - 4,5 skala Imamura,
dengan tinggi gelombang tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar
antara 4-24 meter dan jangkauan gelombang ke darat berkisar antara 50 sampai
200 meter dari garis pantai.
Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian
besar bagi manusia dan lingkungan, dimana hal itu berada diluar kemampuan
manusia untuk dapat mengendalikannya. Dampak terjadinya bencana tidak hanya
menimbulkan luka atau cedera fisik, tetapi menimbulkan dampak psikologis atau
kejiwaan serta kehilangan harta benda dan orang yang disayanginya. Salah satu
contoh bencana yang menimbulkan penderitaan bagi manusia adalah Tsunami.
Tsunami sebagai salah satu bencana alam yang tidak terprediksi berpotensi
menimpulkan dampak yang merugikan bagi manusia. Sifatnya yang sulit di
prediksi mengakibatkan banyak korban jiwa, harta, maupun benda tidak dapat
terhindarkan.
Kurangnya kemampuan dalam mengantisipasi bencana dapat terlihat dari
belum optimalnya perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan yang
kurang memperhatikan risiko bencana. Minimnya fasilitas jalur dan tempat
evakuasi warga juga merupakan salah satu contoh kurangnya kemampuan dalam
menghadapi bencana. Peta bahaya dan peta risiko yang telah dibuat belum
dimanfaatkan secara optimal dalam program pembangunan dan pengurangan
risiko bencana yang terpadu. Terdapat kecenderungan bahwa Program
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) hanya dianggap sebagai biaya tambahan,
bukan bagian dari investasi pembangunan yang dapat menjamin pembangunan
berkelanjutan. Untuk itu, gempabumi yang berpotensi besar dalam
pembangkitkan Tsunami perlu mendapat perhatian khusus (BNPB, 2012).

4
Oleh karena itu, untuk menghindari jatuhnya kerugian dan penderitaan
yang lebih besar diperlukan penanganan yang tepat meliputi pra/sebelum
terjadinya bencana Tsunami, saat terjadinya bencana Tsunami, dan pasca /
sesudah terjadinya Tsunami dengan melibatkan semua komponen. Salah satu
komponen yang berperan dan kebencaan adalah perawat, salah satunya perawat.
Perawat dalam berpera untuk meningkatkan derajat kesehatan para korban.
Sebagian besar dari bumi adalah samudra atau lautan yang dapat
mendukung kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi, diantara pulau-
pulau yang terpisah satu dengan yang lainnya pasti dikelilingi oleh air. Oleh
karenanya pengetahuan mengenai ilmu geologi dan oceanografis tentang
samudra dan laut dianggap sangat vital guna kelangsungan hidup penghuninya
termasuk manusia.
Di jagat raya ini masih banyak pengetahuan yang belum kita kuasai,
termasuk pengetahuan mengenai bencana alam yang ditimbulkan oleh
gelombang pasang laut yang besar atau tsunami dan cara memprediksinya. Dari
hal ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ruang lingkup ilmu kita masih
sangat terbatas bila dibandingkan dengan luasnya jagat raya. Ini juga merupakan
bukti bahwa Allah Maha Besar, Maha Kuasa,Maha Mengetahui atas segalanya
dan kita tidak sepatutnya sombong dengan pengetahuan kita yang sangat terbatas
ini.
Peristiwa yang sangat memilukan terjadi di bumi serambi Mekkah Aceh.
Gempa bumi dan Tsunami Aceh pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004.
Kurang lebih 500.000 nyawa melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia
yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia. Di daerah Aceh merupakan
korban jiwa terbesar di dunia dan ribuan banguan hancur lebur, ribuan pula
mayat hilang dan tidak di temukan dan ribuan pula mayat yang di kuburkan
secara masal.
Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa
terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh
sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan
dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir ini yang menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia,

5
Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Di
Indonesia, gempa dan tsunami menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan
gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di
ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena
tsunami. Tetapi, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam
pantai barat Aceh.
Pemerintahan daerah Aceh lumpuh total, saat terjadi gempa bumi dan
Tsunami Aceh, kebetulan di Jakarta sendiri sedang di adakan acara Halal Bi
Halal masyarakat Aceh pasca menyambut lebaran Idul Fitri. Gempa Bumi yang
terjadi pada jam 08:00 WIB dengan 9 Skala Richter Pada tanggal 26 Desember
2004, gempa Bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Tepat
jam 09:00 WIB satu persatu masyarakat Aceh yang hadir di Istora Jakarta panik
karena hubungan telepon seluler ke Aceh putus total, mata mereka pada berkaca-
kaca.Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir mengatakan,” Aceh dalam musibah
besar, saya baru dapat kabar terjadi gempa bumi di Aceh, banyak bangunan rusak
semoga tidak lebih parah dari gempa papua sebesar 6,4 SR.” Kita ketahui
beberapa saat menjelang gempa bumi di Aceh telah terjadi gempa bumi pada 26
November 2004, Gempa sebesar 6,4 SR mengguncang Nabire, Papua tercatat 30
orang tewas.
Tsunami berarti gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah
longsor, atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang tsunami
bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam dan dapat
melanda daratan dengan ketinggian gelombang mencapai 30 m atau lebih.
Proses terjadinya tsunami dikarenakan adanya gerakan vertikal pada
kerak bumi yang dapat menggakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-
tiba. Akibatnya terjadi gangguan kesetimbangan air yang berada diatasnya
hingga terjadi aliran energi air laut, dan ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Penyebab terjadinya tsunami disebabkan oleh letusan gunung berapi,
gempa bumi, longsor, maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90%
terjadinya tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.

6
Gempa bumi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
gelombang tsunami. Gempa ini biasanya terjadi karena adanya pergeseran
lempeng yang terdapat di dasar laut. Gempa tersebut disebut juga dengan gempa
bumi tektonik.
Gempa tektonik adalah jenis gempa bumi khas yang berhubungan dengan
kerusakan kerak bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, maka air
yang berada di atas bagian yang rusak akan pindah dari posisi keseimbangannya.
Gelombang terbentuk ketika kumpulan air yang pindah (yang terjadi karena
pengaruh gravitasi) mencoba mendapatkan kembali posisi kesetimbangannya.
Jika dasar laut dengan area yang luas terangkat atau turun, maka bisa terjadi
tsunami

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang belakang diatas, rumusann masalah yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Tsunami?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya Tsunami?
3. Apakah sumber utama terjadinya Tsunami?
4. Apakah tanda-tanda terjadinya Tsunami?
5. Bagaimanakah dampak Tsunami?
6. Bagaimanakah penanggulangan Tsunami (pra bencana, saat bencana, dan
sesudah/paska bencana)

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui apa penengertian dari Tsunami
b. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya Tsunami
c. Untuk mengetahui apa sumber utama terjadinya Tsunami
d. Untuk mengetahui apakah tanda-tanda terjadinya Tsunami
e. Untuk mengetahui bagaimanakah dampak Tsunami
f. Untuk mengetahui bagaimanakah penanggulangan Tsunami (pra
bencana, saat bencana, dan sesudah/paska bencana)

7
2. Tujuan Khusus
a. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca semua bahwa dengan adanya Tsunami kita harus selalu
mengingat adanya Sang Pencipta.
b. Diharapkan pembaca mengetahui dan memahami tanda-tanda terjadinya
tsunami.
c. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

8
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tsunami


Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan impulsif
pada laut. Gangguan impulsif tersebut terjadi akibat adanya perubahan bentuk dasar
laut secara tiba-tiba dalam arah vertikal atau dalam arah horizontal. Perubahan
tersebut disebabkan oleh tiga sumber utama, yaitu gempa tektonik, letusan gunung
api, atau longsoran yang terjadi di dasar laut. Dari ketiga sumber tersebut, di
Indonesia gempa merupakan penyebab utama (BMKG, 2010).

Karena tsunami sering terjadi di negara jepang, untuk itulah asal katanya dari
negara tersebut. Berdasarkan catatan sejarah di Jepang telah terjadi tsunami kurang
lebih sebanyak 195 kali.

Tsunami merupakan perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan


permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Gerakan vertikal pada kerak bumi
yang terjadi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar sehingga terjadilah tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana


gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam
dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat
mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi
penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan
jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa
beberapa kilometer.

9
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke
bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang
tingginya mencapai ratusan meter.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia
serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
Tinggi tsunami pada saat mendekati pantai akan mengalami perbesaran karena
adanya penumpukan massa air akibat adanya penurunan kesempatan penjalaran.
Tinggi tsunami yang ada di laut dalam hanya sekitar 1 - 2 meter, saat mendekati
pantai dapat mencapai tinggi puluhan meter. Tinggi diantaranya sangat ditentukan
oleh karakteristik sumber pembangkit tsunami, morfologi dasar laut, serta bentuk
pantai. Tinggi tsunami hasil survey satgas ITB diantaranya Banda Aceh 6 -12 meter,
Lhoknga sekitar 15 - 20 meter, dan Meulaboh sekitar 8- 16 meter. Kerusakan yang
diakibatkan tsunami biasanya disebabkan oleh dua penyebab utama, yaitu (a)
terjangan gelombang tsunami, dan (b) kombinasi akibat goncangan gempa dan
terjangan gelombang tsunami.

10
2.2. Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami merupakan perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut
bisa disebabkan antara lain oleh :

 gempa bumi yang berpusat di bawah laut,


 letusan gunung berapi bawah laut,
 longsor bawah laut,
 atau dapat juga karena hantaman meteor dari angkasa yang jatuh ke laut.

Gelombang ombak yang terjadi dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan
500 sampai dengan 1000 km per jam, kecepatan yang setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan
demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut.
Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30
km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir
pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan
karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Gelombang tsunami yang terjadi akibat deformasi di dasar laut memiliki


karakteristik sebagai berikut:
• Memiliki panjang gelombang sekitar 100-200 km atau lebih.
• Memiliki perioda 10-60 menit
• Kecepatan perambatan gelombang bergantung pada kedalaman dasar laut.

dimana :
v = kecepatan gelombang ;
g = percepatan gravitasi ;
h = kedalaman laut

11
12
2.3. Perbedaan Ombak Biasa dan Gelombang Badai dengan Tsunami
Perilaku gelombang tsunami sangat berbeda dari ombak laut biasa. Gelombang
tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat lintas-samudera
dengan sedikit energi berkurang. Tsunami dapat menerjang wilayah yang berjarak
ribuan kilometer dari sumbernya, sehingga mungkin ada selisih waktu beberapa jam
antara terciptanya gelombang ini dengan bencana yang ditimbulkannya di pantai.
Waktu perambatan gelombang tsunami lebih lama dari waktu yang diperlukan
oleh gelombang seismik untuk mencapai tempat yang sama. Periode tsunami cukup
bervariasi, mulai dari 2 menit hingga lebih dari 1 jam. Panjang gelombangnya sangat
besar, antara 100-200 km. Bandingkan dengan ombak laut biasa di pantai selancar
(surfing) yang mungkin hanya memiliki periode 10 detik dan panjang gelombang
150 meter. Karena itulah pada saat masih di tengah laut, gelombang tsunami hampir
tidak nampak dan hanya terasa seperti ayunan air saja. Berikut ini merupakan
perbandingan gelombang tsunami dan ombak laut biasa :

Perbedaan gelombang badai dengan tsunami


 Gelombang badai menerjang pantai dalam bentuk arus melingkar dan tidak
membanjiri daerah yang lebih tinggi.
 Tsunami menerjang pantai dalam bentuk arus lurus, bagai tembok air, dengan
kecepatan tinggi dan masuk jauh ke daratan.
 Dengan bentuk gelombang demikian, maka tsunami sulit dihadang, terutama
dengan ketinggiannya yang mencapai belasan meter dan kecepatan ratusan
kilometer per jam.

2.1 Sumber Utama Teradinya Tsunami


Menurut BNPB (2012) Sejarah Tsunami di Indonesia menunjukkan
bahwa kurang lebih 172 Tsunami yang terjadi dalam kurun waktu antara tahun

13
1600 – 2012. Sumber pembangkitnya diketahui bahwa 90% dari Tsunami
tersebut disebabkan oleh aktivitas gempabumi tektonik, 9% akibat aktivitas
vulkanik dan 1% oleh tanah longsor yang terjadi dalam tubuh air (danau atau
laut) maupun longsoran dari darat yang masuk ke dalam tubuh air. Berdasarkan
sumber terjadinya gempabumi tektonik sangat berpotensi terjadinya Tsunami.

2.4 Tanda-Tanda Terjadinya Tsunami


Menurut Adhitya, dkk, 2009 Dari hasil laporan dokumen lama serta
prasasti yang ada di Jepang, serta pangalaman dari hasil survei lapangan
memperlihatkan bahwa beberapa tanda-tanda alami sebelum datangnya Tsunami
adalah sebagai berikut:
a. Gerakan Tanah
Gerakan tanah ini timbul karena adanya penjalaran gelombang di
lapisan bumi padat akibat adanya gempa. Jika gempa dangkal besar yang
terjadi di bawah permukaan laut, maka sangat berpotensi terjadinya Tsunami.
Khusus bagi Tsunami near field (sumber dekat dengan pantai) gerakan ini
dapat dirasakan secara langsungoleh indera manusia tanpa menggunakan alat
ukur, namun untuk Tsunami dengan sumber far field (sumber jauh dengan
pantai) misalnya Tsunami Chili 1960, tidak dirasakan oleh indera manusia di
Jepang namun setelah 12 Jam Tsunami tersebut menghatam daerah Tohoku (
North-East) Pulau Honshu, Jepang
b. Riakan Air Laut (Tsunami Forerunners )
Nakamura dan Watanabe (1961) mendefinisikan adalah deretan osilasi
atau riakan muka laut yang mendahului kedatangan Tsunami utama. yang
dengan mudah dapat dilihat pada rekaman stasiun pasut dengan tipikal
amplitudo dan periode yang lebih kecil. Menurut mereka tidak selamanya
Tsunami forerunners ini muncul. Di pantai Utara dan Selatan Amerika
Tsunami forerunners tidak hadir karena kemiringan alami dari inisial Tsunami
terhadap pantai. Sedangkan kehadiran Tsunami forerunners di tempat lain
seperti Jepang karena akibat terjadinya resonansi (gelombang ikutan) Tsunami
awal di teluk dan di paparan benua sebelum Tsunami utama datang.
c. Penarikan Mundur Atau Surutnya Muka Laut (Initial Withdrawal Bore)

14
Dalam beberapa tulisan baik yang popular maupun ilmiah
mengemukakan tentang hadirnya penarikan mudur muka air laut sebelum
Tsunami utama mencapai pantai. Dari hasil rekaman Tsunami, Murty (1977)
mengemukakan ada ratusan kasus dimana penarikan mundur muka laut ini
terjadi, namun pada beberapa kejadian tidak hadir. Secara teoritis pielvogel
(1976) situasi semacam ini umumnya disebabkan oleh muka gelombang
negatif yang menjalar duluan diikuti oleh gelombang positif.
d. Dinding Muka Air Laut Yang Tinggi Di Laut (Tsunami Bore)
Merupakan pergerakan Tsunami yang menjalar di perairan dangkal
dan terus menjalar di atas pantai berupa gelombang pecah yang berbentuk
dinding dengan tinggi yang hampir rata, ini disebabkan karena adanya
gangguan secara meteorologi (Nagaoka, 1907).
e. Timbulnya Suara Aneh
Banyak dokumen lama di Jepang melaporkan timbulnya suara
abnormal sebelum kedatangan Tsunami, hal ini terukir pada Monumen
Tsunami di Prefektur Aomori yang berbunyi : “Earthquake, sea Roar, then
Tsunami” (Gempa. Suara menderu, kemudian Tsunami). Monumen ini
dibangun setelah 1993 Showa Great Sanriku Tsunami, bertujuan untuk
melanjutkan perhatian masyarakat generasi yang akan datang terhadap
Tsunami. Ini menganjurkan agar melakukan evakuasi jika terdengar suara
abnormal setelah terjadi gempa.

2.5 Dampak Tsunami


Indonesia termasuk salah satu negara yang mempunyai tingkat kerawanan
terjadinya Tsunami. Sejak Tsunami Aceh tahun 2004 dengan jumlah korban
terbesar yaitu 250.000 orang, sampai sepanjang tahun ini Indonesia seakan
sedang melakukan maraton bencana dari satu pulau ke pulau lain dan dari satu
provinsi ke provinsi lain.Pada awal tahun 2010 setelah letusan Gunung Api
Merapi mereda, tanah air Indonesia kembali diguncang bencana alam besar:
gempa bumi di Yogyakarta dan Tsunami di kawasan selatan Jawa Barat dan
sebagian Jawa Tengah.

15
Sementara itu,bencana yang berkaitan dengan fenomena geologi, seperti
semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, belum juga berhenti. Kemudian
pada akhir tahun 2010 merapi kembali menyala yang lebih ganas, diikuti oleh
Tsunami Mentawaidan banjir bandang di beberapa wilayah seperti di Wasior
Irian Jaya (BNPB 2010).
Bencana Tsunami menimbulkan dampak dalam kehidupan manusia.
Salah satu dampak tersebut yaitu berpengaruh terhadap segi kesehatan. Adapun
dampak bencana terhadap kesehatan yaitu terjadinya krisis kesehatan, yang
menimbulkan :
1. Korban massal : Bencana yang terjadi dapat mengakibatkan korban meninggal
dunia, patah tulang, luka-luka, trauma dan kecacatan dalam jumlah besar.
2. Beresiko terjadinya wabah penyakit seperti kolera, disentri, demam berdarah
dan penyakit menular lainnya.
3. Pengungsian : Pengungsian ini dapat terjadi sebagai akibat dari rusaknya
rumah-rumah mereka atau adanya bahaya yang dapat terjadi jika tetap berada
dilokasi kejadian. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat resiko dari suatu wilayah
atau daerah dimana terjadinya bencana (Depkes RI, 2007).
2.6 Penanggulangan Bencana Tsunami
Sampai saat ini para ilmuwan tidak dapat meramalkan terjadinya Tsunami
.Namun dengan melihat catatan sejarah para ilmuwan dapat mengetahui tempat-
tempat yang rawan Tsunami. Pengukuran tinggi gelombang dan batas landaan
dari kejadian Tsunami masa laluakan berguna untuk memperkirakan dan
mengurangi dampak Tsunami di masa depan.
Minimal terdapat enam langkah yang bisa diupayakan dalam melakukan
mitigasi bencana Tsunami (Jokowinarno, 2011).:
1) Kebijakan pertama, adalah dengan melakukan upaya-upaya perlindungan
kepada kehidupan, infrastruktur dan lingkungan pesisir. Pengembangan sistem
peringatan dini (early warning system) dan pembuatan bangunan pelindung
merupakan contoh upaya perlindungan yang bisa dikembangkan. Kejadian
gempa memang belum bisa diprediksi dengan tepat.

16
2) Gempa dahsyat Mentawai yang terjadi pada tahun 1833 diperkirakan akan
mempunyai kala ulang 200 tahun, atau sekitar tahun 2033 akan terjadi lagi.
Dalam pendekatan statistik atau analisis frekuensi kejadian, maka peninjauan
ulang hanya merupakan aspek probabilitas atau kebolehjadian dari suatu
kejadian. Namun demikian kejadian gempa (pusat gempa dan besarannya,
misal dalam skala richter) dapat dikuantifikasi atau dinyatakan dalam angka
tertentu. Pada sisi lain, penjalaran gelombang dari lokasi pembangkitan
gelombang hingga ke pesisir akan membutuhkan rentang waktu tertentu.
3) Kebijakan yang kedua adalah dengan meningkatkan pemahaman dan peran
serta masyarakat pesisir terhadap kegiatan mitigasi bencana gelombang
pasang. Kebijakan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
mensosialisasikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bencana
alam dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, mengembangkan informasi
bencana dan kerusakan yang ditimbulkan termasuk pengembangan basis data
dan peta resiko bencana, menggali berbagai kearifan lokal dalam mitigasi
bencana. Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku dan entitas, sangat
banyak memiliki kearifan lokal dalam usaha untuk mempertahankan hidup
dan bersahabat dengan alam.
4) Kebijakan ketiga adalah meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap
bencana. Kebijakan ini bisa diimplementasikan dalam hal-hal sebagai berikut:
pengembangan sistem yang menunjang komunikasi untuk peringatan dini dan
keadaan darurat, menyelenggarakan latihan dan simulasi tanggapan terhadap
bencana dan kerusakan yang ditimbulkan, serta penyebarluasan informasi
tahapan bencana dan tanda-tanda yang mengiringi terjadinya bencana.
Implementasi kebijakan ke tiga ini dalam kondisi sekarang memang sudah
sangat ditunjang oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dari
bencana Tsunami di Aceh, dapat diambil kesimpulan bahwa telepon satelit
menjadi sangat reliable. Ketika telepon kabel maupun telepon seluler
mengalami gangguan karena BTS-nya mengalami kerusakan, maka telepon
satelit yang mengandalkan pada satelit yang mempunyai orbit geostasioner
setinggi 30 ribu kilometer di atas bumi masih cukup handal. Pada waktu

17
mendatang prospek dari telepon satelit tampaknya akan semakin mampu
“melayani yang tidak terlayani”.
5) Kebijakan keempat adalah meningkatkan koordinasi dan kapasitas
kelembagaan mitigasi bencana. Implementasi dari kebijakan ke empat ini
antara lain peningkatan peran serta kerjasama yang sinergis dari berbagai
pihak, pengembangan forum koordinasi dan integrasi program antar sektor,
antar level birokrasi. Pada tataran aksi terbukti bahwa untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penanganganan bencana maka peran serta seluruh
stake holder amatlah besar, oleh karenanya perlu diberdayakan. Walaupun
dalam setiap manajemen bencana selalu saja ada “kabar miring” mengenai
pengelolaan sumbangan, namun partisipasi masyarakat tetap sangat tinggi
untuk menyatakan solidaritas dan simpati, bahkan bersifat lintas negara.
Dengan kata lain manajemen bencana terutama bencana yang besar memang
membutuhkan manajer-manajer yang cakap dan berkompeten.
6) Kebijakan kelima adalah membuat kebijakan hukum yang efektif dalam
upaya mewujudkan upaya-upaya mitigasi bencana yaitu dengan jalan
penyusunan kebijakan hukum yang mengatur pelaksanaan upaya mitigasi,
pengembangan peraturan dan pedoman perencanaan dan pelaksanaan
bangunan penahan bencana, serta pelaksanaan peraturan dan penegakan
hukum terkait mitigasi. Kebijakan ini relevan dengan kenyataan yang ada
sekarang, misal yang menyangkut tata ruang pesisir. Hal ini lebih urgen bila
dikaitkan dengan tata ruang pesisir, yaitu keprihatinan atas pemanfaatan
sempadan pantai di Bali yang sebagian besar dimanfaatkan untuk bangunan
hotel. Seperti kita ketahui bahwa Bali adalah salah satu lokasi yang rawan
terhadap bencana Tsunami.
7) kebijakan yang keenam adalah mendorong keberlanjutan aktivitas ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui melakukan kegiatan
mitigasi yang mampu meningkatkan nilai ekonomi kawasan, meningkatkan
keamanan dan kenyamanan kawasan pesisir untuk kegiatan perekonomian.
Disisi lain, sebagai perawat kita dapat turut berperan dalam tahap pra
bencana. Peran perawat dalam fase ini yaitu (Kurniayanti, 2012):

18
a. Perawat mengikuti pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan
penanggulangan ancaman bencana untuk tiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi lingkungan,
palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi bencana kepada
masyarakat
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal
berikut ini:
1. Usaha pertolongan diri sendiri ketika ada bencana
Seorang perawat merupakan salah satu tonggak pertolongan para
korban bencana Tsunami. Oleh karena itu, seorang perawat harus
berusaha menjaga keselamatan diri sendiri namun tetap tidak
mengabaikan keselamatan orang lain karena jika perawat tersebut tidak
dapat menjaga dirinya sendiri siapa yang akan menjaga dan merawat para
korban Tsunami.
2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain
Pelatihan yang dapat diperoleh oleh seorang perawat dalam
meningkatkan skill nya tidak hanya dapat diperoleh dari pelatihan namun
dapat diasah dengan tanggap terhadap keluarganya dan memberikan
pertolongan pertama pada keluarganya jika membutuhkan. Perawat yang
sudah terbiasa melakukan kegiatan pertolongan pada keluarganya juga
mudah untuk menerapkan pertolongan diluar kerluarganya sendiri.
3. Perawat dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulance
Perawat atau perawat wajib mengetahui nomor telepon darurat
untuk keadaan daruruat dalam kebencanaan. Dalam hal ini, perawat juga
harus dapat merekomendasikan nomor darurat tersebut kepada para
korban sehingga jika sewaktu waktu jika terjadi sesuatu dapat langsung
mendapat pertolongan baik setelah keadaan menjadi normal atau pun
setelah bencana.

19
Saat bencana alam Tsunami tidak bisa dihindarkan, kegiatan
penyelamatan dini terhadap saat Tsunami perlu dilakukan. Adapun langkah
langah penyelamatan dini secara umum yaitu :
1. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut
dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah
lari menuju ke tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi)
dengan memberitahukan kepada orang lain yang ada disekitar pantai.
2. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta
mendengar berita dari pantai telah terjadi Tsunami, jangan mendekat ke
pantai. Arahkan perahu ke laut.
3. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera
turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan
menerjang.
4. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama
pada korban. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan
gempabumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut
terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau
bangunan tinggi) dengan memberitahukan kepada orang lain yang ada
disekitar pantai.

Pada fase ini peran perawat adalah sebagai berikut (Kurniayanti,2012) :


1) Bertindak cepat
2) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun secara pasti dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada korban selamat
3) Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan
4) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan untuk setiap kelompok yang
menanggulangi terjadinya bencana
Saat terjadi bencana terdapat kondisi kegawat daruratan yag
ditimbulkan dari bencana Tsunami. Pada fase ini perawat dapat berperan
dengan cara :
1) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawat harian

20
Peran perawat yaitu menentukan pemberian asuhan keperawatan
untuk korban yang memungkinkan untuk hidup sehingga meminimalkan
korban dan mengefisienkan waktu dalam penanganan korban.
2) Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari
Pasien yang masih memerlukan perawatan harus dilakukan
pemantauan kesehatan secara intensif melalui konsultasi medis dan cek
kesehatan yang salah satunya difasilitasi oleh seorang perawat.
3) Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS
Jika penanganan pasien di posko yang didirikan dilokasi kejadian
tidak memungkinkan untuk menangani korban tersebut maka perawat
dapat merekomendasikan dan membantu pemindahan pasien ke rumah
sakit yang memiliki pelayanan kesehatan yang lebih baik.
4) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
Setelah dilakukan perawatan pada korban bencana Tsunami maka
perawat melakukan evaluasi apakah tindakan yang dilakukan tepat atau
tidak sehingga tigkat kesehatan korban dapat meningkat.
5) Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, serta peralatan kesehatan
Selain memberikan perawatan kepada korban perawat juga harus
memastikan ketercukupan logistic bagi korban seperti persediaan obat,
makanan, pakaian, makanan khusus bayi serta peralatan kesehatan.
6) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan
lingkungannya.
Perawat menempatkan pasien yang memiliki penyakit menular
dan pasien dengan kondisi jiwa yang sedang terganggu ke tempat isolasi
sehingga pasien yang memiliki penyakit menular tidak menimbulkan
potensi penularan penyakit yang sama pada korban lain dan pasien yang
memiliki gangguan jiwa tidak membahayakan dirinya sendiri, korban lain
dan lingkungan disekitarnya.

21
7) Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi
diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,insomnia, fatigue,
mual muntah, dan kelemahan otot)
8) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9) Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog
dan psikiater.
Jika tindakan konseling dan terapi kejiwaan yang dilakukan
perawat tidak menimbulkan respon positif bagi korban, perawat dapat
bekerjasama dengan profesi lain yang lebih ahli dibidang tersebut seperti
psiokolog dan psikiater.
10) Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi
Bagi masyarakat yang tidak mengungsi perawat dapat mengecek
tingkat kesehatan dan kecukupan gizi secara berkala.

Salah satu fase penting sesudah terjadinya Tsunami adalah fase


rekonstruksi (pembangunan kembali). Pada fase ini peran perawat yang dapat
dilakukan adalah :
1) Perawatan pada pasien Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Korban bencana Tsunami memungkinkan untuk mengalami
trauma akan bencana tersebut. Kehilangan orang-orang yang disayangi,
perubahan kehidupan dapat menimbulkan depresi bagi para korban.
Diperlukan penanganan untuk mengatasi trauma bagi para korban salah
satunya menggunakan metode Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
2) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerjasama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
Recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

22
BAB IV
PENUTUP

4. 1. Kesimpulan
1. Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan impulsif
pada laut. Gangguan impulsif tersebut terjadi akibat adanya perubahan bentuk
dasar laut secara tiba-tiba dalam arah vertikal atau dalam arah horizontal.
2. Tsunami merupakan perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan antara lain oleh :

 gempa bumi yang berpusat di bawah laut,


 letusan gunung berapi bawah laut,
 longsor bawah laut,
 atau dapat juga karena hantaman meteor dari angkasa yang jatuh ke laut.
3. Informasi akan bencana tsunami sangat diperlukan oleh masyarakat. Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam lamannya di bmkg.co.id maupun
di akun twitternya selalu menginformasikan bencana alam terkini maupun
prakiraan cuaca di wilayah Indonesia. Peringatan potensi tsunami salah satunya.

4. 2. Saran
Ada baiknya senantiasa waspada akan segala macam bencana besar yang
dapat menimpa termasuk tsunami. Selain itu setelah gempa kemudian terjadi
kepanikan sebaiknya kita tidak langsung percaya jika terdapat isu akan
terjadinya tsunami. Menanyakan kepada yang lebih paham seperti BMKG
adalah langkah yang lebih baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ridwana, Vicky. 2012. Pengertian Stunami dan Sebab Terjadinya.


http://ridwanaz.com/umum/geografi/sebab-terjadinya-tsunami-pengertian-
tsunami-foto-video/ (Diakses pada tanggal 06-10-12)

Pusat Informasi Bencana Aceh (PIBA). 2012. Proses Terjadinya Tsunami.


http://piba.tdmrc.org/content/proses-terjadinya-tsunami (Diakses pada
tanggal 06-10-12)

KESDM. 2010. Pengenalan Tsunami. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
(Ebook)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). 2012. Apa itu Tsunami.
http://inatews.bmkg.go.id/tentang_tsunami.php (Diakses pada tanggal 06-10-
12)

Sumber Gambar :

http://duniatehnikku.wordpress.com/2011/03/15/proses-terjadinya-tsunami/

24

Anda mungkin juga menyukai