Anda di halaman 1dari 3

BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:

Rumah pasien merupakan rumah panggung, lantai kayu dan semen, dinding kayu dan
beton, atap seng. Rumah terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang keluarga, tiga kamar
tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Sumber air bersih berasal dari PDAM dan
sumber penerangan berasal dari PLN. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara penyakit yang diderita pasien dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga:

Di dalam keluarga, tidak ada masalah dalam keluarga dan keharmonisan dalam keluarga baik
namun ayah pasien juga memiliki penyakit DM. Secara teori faktor herediter merupakan
salah satu faktor risiko pada penyakit ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara diagnosis dengan hubungan dalam keluarga.

3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar:

Pasien cenderung belum bisa mengontrol diet kesehariannya. Pasien dan keluarga masih
sering mengonsumsi makanan selingan yang berat. Pasien dan keluarga juga jarang
berolahraga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara diagnosis dengan
perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

3.4 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini:

 Faktor herediter yang didapat dari ayah pasien


 Berat badan pasien berlebih (overweight)
 Pasien sulit mengatur diet
 Pasien jarang berolahraga

3.5 Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan :

34
 Turunkan berat badan hingga mencapai berat badan yang normal
 Mengatur diet
 Berolahraga

3.6 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga :

 Menerangkan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak dapat sembuh namun dapat
dikontrol dengan cara mengatur diet, olahraga dan rutin mengonsumsi obat diabetes.

 Pasien harus mengontrol diet sesuai terapi gizi penderita diabetes melitus. Diet DM
yang tepat antara lain :

- Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% dari kebutuhan kalori, terutama


karbohidrat yang berserat tinggi.

- Pasien tetap rutin makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari. Dapat pula diberikan makanan selingan seperti buah
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

- Lemak yang dianjurkan sebesar 20-25% dari kebutuhan kalori. Bahan


makanan berlemak yang perlu dibatasi adalah makanan yang mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain : daging berlemak dan susu penuh
(whole milk).

- Protein dibutuhkan sebesar 10-20% dari kebutuhan kalori. Kandungan protein


yang baik terdapat pada seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, susu
rendah lemah, kacang-kacangan, tahu dan tempe.

- Garam yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 3000 mg atau setara dengan 1
sendok teh.

 Melakukan olahraga ringan tiap harinya seperti berjalan-jalan disekeliling daerah


rumah agar membantu pembakaran kalori dan lemak berlebih

 Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemi pada pasien

 Menerangkan kepada pasien perlunya cuci tangan pakai sabun untuk menjaga
kebersihan diri dan menghindari penularan penyakit

 Menjelaskan kepada pasien untuk rutin kontrol ke puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

35
1. Guyton, Arthur C dan John E. Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 11. Jakarta:
EGC; 2008.
2. Sherwood, Luralee. Fisiologi manusia dari sel ke system. Jakarta: EGC; 2001.
3. Snell, Richard S. Neuroanatomi klinik edisi 5. EGC, Jakarta; 2006.
4. Sudoyodkk. Bukuajar ilmu penyakit dalam edisi V jilidIII. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2010.
5. Fischer C, Faselis CJ. USMLE step 2 CK lecture notes internal medicine. New York:
Kaplan Medicine; 2006.
6. Soegondo S. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
indonesia. Jakarta: Perkeni; 2011.
7. Gustaviani, R. Diagnosis danklasifikasi diabetes melitus. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007.
8. Soegondo, S. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus terkini dalam penatalaksanaan
diabetes mellitus terpadu, cetakan ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
9. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Terapi insulin pada pasien diabetes melitus.
Jakarta: Perkeni; 2007.
10. Soegondo, S. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes mellitus tipe 2. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi
IV. Jakarta : DepartemenIlmuPenyakitDalam FK UI;2007.
11. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes
mellitus tipe-2 di indonesia. Jakarta: Perkeni; 2011.
12. Fowler MJ. 2011. The diabetes treatment trap: hypoglycemia, Vol 29 No. 1. ADA; 2011.
13. Setyohadi, B. Arsana PM, Suroto, AY. Dll. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan penyakit
dalam. Jakarta: PerhimpunanDokterSpesialisPenyakitDalam Indonesia; 2012.
14. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6
TAHUN 2016 TENTANG FORMULARIUM OBAT HERBAL ASLI INDONESIA

36

Anda mungkin juga menyukai