(membutuhkan
penangan gawat
darurat)
Beberapa penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa tekanan darah sistolik 130-
140 mmHg menunjukkan risiko serangan jantung dan stroke 2 kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan tekanan darah sistolik normal. Definisi terbaru ini dapat menjadi
suatu hal yang mendasar dalam pencegahan tekanan darah tinggi.
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idioptik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem
renin. Angiotension dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor – faktor yang
meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan polisetemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla diotak. Pada pusat vasomotor ini bermulajaras saraf simpatis
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui sisyem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini. Neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglionke pmbuluh darah, dimana dengan di lepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstruksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norefinefrin. Meskipun tidak di
ketahui dengan jelas mengapa hal tersebut biasa terjadi.
Pada saat bersamaan di mana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya.
Yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angitensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonsriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensin natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual
6. Muntah
7. Epistaksis
8. Kesadaran menurun
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan sel -sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengidentifikasi faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/Kreatin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glucosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalis: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan: mengkaji adanya tumor serebral, encolopati.
3. EKG: Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peningkatan gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP: Mengidentifikasikan penyebab adanya hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5. Photo dada: menunjukkan distruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
F. Penatalaksanaan Medik
Tujuan tiap penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan daerah di bawah 130
– 139 mmHg/80 – 89 mmHg. Efektivitas sebagai program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Algoritma penangan yang di keluarkan oleh joint national on Detection, Evaluation and
treatment of high Blood pressure memungkinkan dokter memilih kelompok obat yang
mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil, dan penerimaan serta
kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi pilihan pertama; diuretika
dan penyekat beta. Apabila pasien dengan hipertensi ringan sudah terkontrol selama
setahun, terapi dapat diturunkan. Agar pasien mematuhi regimen terapi yang diresepkan,
maka harus dicegah dengan pemberian jadual terapi obat-obatan yang rumit
G. Komplikasi
Sebagai akibat yang berkepanjangan adalah
a. Insufisiensi koroner dan pengambatan
b. Kegagalan jantung
c. Kegagalan ginjal
d. Gangguan pernafasan
H. Penatalaksanaan
a. Non-farmakologis
Pembatasan natrium, penurunan BB/latihan, pembatasan alcohol, penghentian
merokok, menghilangkan stress
b. Farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi pasien, sasarkan
pertimbangan dan prisif sebagai berikut:
1) Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum optimal,
contoh agen beta bloker ACE.
2) Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis tinggi.
Contoh: diuretic dengan beta bloker.
3) Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping ganti DHA
yang lain
4) Pili yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan meningkatkan
kepatuhan.
5) Pasien dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini yaitu pada
tekanan darah normal tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperwatan Medikal Bedah. Vol.2. EGC : Jakarta.
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, merokok, stress, Beban kerja jantung
aliran darah makin cepat keseluruhan
kurang olahraga, genetic, alcohol, konsentrasi garam, obesitas. meningkat
tubuh sedangkan nutrisi dalam sel
Tekanan darah sistemik darah sudah mencukupi kebutuhan
Kerusakan veskuler
meningkat
pembuluh darah HIPERTENSI
Retensi Na Edema
Intolerasi aktivitas