Anda di halaman 1dari 201

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SEJARAH DAN EVALUASI KEBIJAKAN WAKAF DI


INDONESIA: TINJAUAN TEORI EKONOMI
KELEMBAGAAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM


MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI ISLAM
DEPARTEMEN EKONOMI SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

DIAJUKAN OLEH:
IMAM WAHYUDI INDRAWAN
NIM 041211431002

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, kepada-Nya kita memuji, meminta pertolongan,

meminta ampunan, dan bertobat. Serta kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan

diri dan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi-Nya petunjuk, tidak ada orang

yang dapat menyesatkan-Nya, barangsiapa yang disesatkan-Nya, tidak ada yang

dapat menunjukinya. Saya bersaksi tidak ada yang patut diibadahi dengan benar,

kecuali Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi

bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.

Atas pertolongan-Nya semata, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul, “Sejarah dan Evaluasi Kebijakan Wakaf di Indonesia: Tinjauan Teori

Ekonomi Kelembagaan” dalam memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk

mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Islam,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

Skripsi ini tidak lepas dari bantuan moril (doa dan dukungan) maupun

materiil semua pihak. Keluarga, sahabat, dosen-dosen, teman-teman, kolega,

pemerintah, dan pihak lainnya. Ucapan terima kasih paling besar penulis berikan

kepada Mama tercinta, Nurhayati, yang tidak bosan menanyakan progres skripsi

penulis yang tidak mudah ini. Semoga doa dan dukungan Mama menjadikan

Allah selalu menjaga Mama. Teruntuk imam dalam keluarga penulis, Bapak

tercinta, Badarudin, yang dalam diamnya senantias memikirkan penulis dan selalu

memberikan teladan terbaik dalam setiap gerak langkahnya bagi penulis. Semoga

kebaikan selalu menyertai Bapak dari sisi Allah. Terima kasih atas segala

dukungan dan mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan penulis selama

v
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ini. Penulis menyadari bahwa tanpa doa, nasihat, semangat, kasih sayang dan

segala bantuan dari berbagai pihak, hamper penulis penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan

segala kelemahan dan kekurangan penulis, penulis dengan segenap hati ingin

berterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dian Agustia, SE., M.Si., Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, beserta jajarannya.

2. Dr. Raditya Sukmana, SE., M.A., selaku Ketua Departemen Ekonomi

Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, dosen

pembimbing, pembina Komunitas Pusat Kajian Wakaf Unair dan

mentor yang selalu memberikan bimbingan, masukan, dan teladan

dalam banyak interaksi selama ini. Terima kasih atas segala kebaikan

dan mohon maaf atas segala kurang dan khilaf dari penulis selama

proses pembimbingan dan penelitian.Semoga perjuangan bapak dan

staff untuk memajukan Departemen Ekonomi Syariah mendapatkan

balasan terbaik dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Noven Suprayogi, SE., M.Si., Ak, selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

yang memberikan saya kesempatan untuk menulis skripsi ini dan

banyak hikmah yang penulis dapatkan dalam interaksi selama ini.

4. Hanifa Aulya Rizkiyani, sebagai satu-satunya saudari kecil yang tidak

pernah puas bertanya. Semoga dikau tumbuh menjadi wanita shalihah

dan bermanfaat bagi orang tua, agama dan negara.

vi
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Keluarga besar yang ada di Driyorejo maupun Kediri, Abah Siswanto,

Ummi Tamining, dan dek Indra Susanto yang senantiasa mendukung

penulis dalam setiap aktivitas selama ini. Doa-doa dan kebaikan yang

terpanjat semoga senantiasa diijabahi oleh Allah dan kembali pada

yang mendoakan. Dan semoga silaturrahim dapat terus terjalin.

6. Sahabat dan partner selama di kampus, Wahyuningsih yang secara

profesional senantiasa memberikanku masukan, dukungan, nasihat,

dan bantuannya dalam studi maupun karir. Semoga kebaikan akan

kembali kepada yang berbuat baik.

7. Keluarga besar Komunitas Pusat Kajian Wakaf Unair (Pak Momy,

Mas Daniar, Mas nurwin, Ayu, Hap, Dek Novi, Dek Zaka, Dek

Fadhel, dan Dek Sherrin yang menjadikan pembahasan mengenai

wakaf tidak pernah habis untuk dibahas. Semoga kekompakan dan

keilmiahan senantiasa mewarnai persahabatan kita di dalam komunitas

ini.

8. Kawan-kawan seperjuangan Ekonomi Islam, baik di HIMA EKIS dan

AcSES. Terkhusus adek-adek BPH di AcSES (Maul, Novi, Putranti,

Arum, Arinda, Rosyi, Prima, Tiwi, Jannah, Galih, Zeqi, Rofi’i, Arikha,

dan Pito) mas sangat kangen untuk bisa berpartner dengan kalian lagi.

Mas tunggu karya dan cerita sukses kalian.

9. Teman-teman seperjuangan dakwah sejak di Remush Al Muhsinin

SMANSA Mataram. Khusus untuk Kak Ardhy Surya Nugraha,

semoga skripsi antum membawa berkah bagi dakwah ke depannya.

vii
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Juga untuk Kak Multi Qalbiadi, semoga segera Allah perjalankan

menuju safar ilmiah terbaik dengan beasiswa terbaik pula. Serta untuk

Kak Irfan Arisaputra, semoga segera membentuk keluarga yang

sakinah di Lombok. Teruntuk seluruh alumni dan anggota Remush Al

Muhsinin, semoga Allah istiqamahkan kita dan pertemukan dalam

surgaNya.

10. Kawan-kawan semasa sekolah dahulu, Villoxranite Smansa dan 9A

Spendu. Doa dan celoteh adalah penyemangat selama di rantauan.

Semoga kekompakan dan kekeluargaan kita dapat terus terjalin Dalam

bingkai kesuksesan.

11. Teman-teman jurusan Ekonomi Islam angkatan 2012 yang senantiasa

saling memberi dukungan serta doa-doanya untuk kebaikan bagi

sesama. Semoga tetap kompak dalam kebaikan. See you on the top rek!

Akhirnya, penulis mengucapkan banyak sekali terima kasih kepada semua

pihak yang mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan semua pihak

yang berjasa dalam kehidupan penulis. Semoga skripsi ini membawa kebaikan

dan manfaat untuk ilmu ekonomi Islam kedepannya dan Allah jadikan amal

jariyah untuk penulis sebagai bekal di akhirat nanti. Aamiin

Surabaya, 28 Juli 2016

Imam Wahyudi Indrawan


NIM: 041211431002

viii
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA

PROGRAM STUDI : EKONOMI ISLAM


DAFTAR No :

ABSTRAK
SKRIPSI SARJANA EKONOMI ISLAM

NAMA : IMAM WAHYUDI INDRAWAN


NIM : 041211431002
TAHUN PENYUSUNAN : 2015-2016

JUDUL:

Sejarah dan Evaluasi Kebijakan Wakaf di Indonesia: Tinjauan Teori


Ekonomi Kelembagaan

ISI:
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan wakaf di
Indonesia dengan teori-teori ekonomi kelembagaan dalam rangka memberikan
masukan bagi perbaikan kebijakan wakaf di Indonesia di masa mendatang. Objek
dari penelitian ini adalah kebijakan wakaf di Indonesia sejak masa kerajaan Islam
hingga masa Orde Reformasi. Penelitian ini menggunakan metode studi
kepustakaan dengan mengkaji kepustakaan yang berkaitan dengan sejarah
kebijakan wakaf, fikih wakaf, sejarah hukum Islam di Indonesia, peraturan
perundang-undangan wakaf dan teori ekonomi kelembagaan. Interpretasi data
kepustakaan dilakukan dengan teknik analisis historis yang terdiri atas tahapan
periodisasi yang didasarkan pada masa pemerintahan yang berkuasa di Indonesia
dan deskriptif historis menggunakan teori perubahan kelembagaan dan teori hak
kepemilikan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan kebijakan wakaf di
Indonesia dari sudut pandang teori perubahan kelembagaan adalah hasil interaksi
antara pemerintah dan umat Islam Indonesia dalam merumuskan kebijakan wakaf
sebagai bagian dari hukum Islam. Sementara itu, ditinjau dari perspektif teori hak
kepemilikan, perkembangan kebijakan wakaf di Indonesia cenderung tertinggal
dibandingkan praktik di dunia Islam dan masih meninggalkan sejumlah
permasalahan yang menghambat insentif bagi masyarakat untuk berwakaf seperti
profesionalisme nazhir dan pemahaman yang benar mengenai wakaf. Oleh karena
itu, kebijakan wakaf di masa mendatang harus dapat mengakomodasi sejumlah
hal yang dapat memberikan insentif bagi para pelaku perwakafan dan wacana
mengenai wakaf harus terus diinisiasi agar praktik wakaf di Indonesia terus
berkembang ke arah yang lebih baik.

Kata Kunci: Evaluasi Kebijakan Wakaf, Sejarah Kebijakan Wakaf, Teori


Ekonomi Kelembagaan, Teori Perubahan Kelembagaan, Teori Hak Kepemilikan.

ix
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

MINISTRY OF RESEARCH, TECHNOLOGY, AND HIGHER


EDUCATION FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDY PROGRAM : ISLAMIC ECONOMICS


LIST NUMBER :

ABSTRACT
ISLAMIC ECONOMICS BACHELOR DEGREE THESIS

NAME : IMAM WAHYUDI INDRAWAN


N.I.M : 041211431002
COMPOSING YEAR : 2015-2016

TITLE:

History and Evaluation of Waqf Regulations in Indonesia: View from


Institutional Economics Theory

CONTENT:
This research is aimed to evaluate waqf regulations in Indonesia with
institutional economics theories in order to give advice for betterment of future’s
waqf regulations in Indonesia. Objects of this research are waqf regulations in
Indonesia since Islamic kingdoms era until Reformation Order. This research used
library research method to analyze literatures regarding waqf’s regulations’
history, history of Islamic law in Indonesia, waqf laws in Indonesia and
institutional economics theory. Data interpretarion is conducted by using
historical analysis technique which consists of periodization, which is based on
governmental period in Indonesia, and historical descriptive that used institutional
change theory and property right theory.
This research shows that waqf regulation’s development in Indonesia from
institutional change theory perspective is result of interaction between
government and Moslem society in Indonesia in formulating waqf regulations as
part of Islamic law. On the other hand, from perspective of property right theory,
waqf regulation’s development in Indonesia can be regarded as left behind other
Moslem community practices and left some problems which inhibit incentive for
society to donate for waqf such as nazhir’s professionalism and right
understanding of waqf. Therefore, waqf regulations in future should accommodate
some features which can bring incentive for waqf’s stakeholders and issues
regarding waqf should always be initiated in order to develop waqf practices in
Indonesia into better practices.

Key Words: Institutional Change Theory, Institutional Economics Theory,


Property Right Theory, Waqf Regulations Evaluation, Waqf Regulations History.

x
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
‫‪ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA‬‬

‫وزارة البحث العلمى والتكنولوجيا والتعليم العالي‬


‫كلية ااقتصاد والتجارةجامعة إيرانجا‬

‫‪ :‬اقتصاد إسامي‬ ‫دراسة‬


‫قائمة رقم ‪:‬‬
‫ملخص البحث‬
‫أطروحة في ااقتصاد اإسامي‬

‫‪ :‬إمام وحيودي إندرييوان‬ ‫ااسم‬


‫‪٤١٢٠٢٢١١٢٤٤٠ :‬‬ ‫رقم تسجيل‬
‫‪٠٤٢٢-٠٤٢٢ :‬‬ ‫سنة‬
‫الع وان‪:‬‬
‫تاريخ وتقييم سياسة الوقف ي إندونيسيا‪ :‬استعراض نظرية ااقتصاد امؤسسي‬
‫احتويات‪:‬‬
‫يهدف هذا البحث إى تقييم سياسة ال وقف ي اندونيسيا باستخدام نظريات ااقتصاد امؤسسي من أجل توفر مدخات لتحسن‬
‫السياسات اأوقاف باندونيسيا ي امستقبل‪ .‬وكان موضوعه مركزا بسياسة الوقف ي اندونيسيا م ذ ملكة إسامية ح وسام‬
‫اإصاح ‪.‬واستخدم هذا البحث دراسة اأدب ل ﻡﺭﺍﺝﻉﺓ ﺍ‪.‬ﺩﺏﻱﺍﺕ ذات الصلة بتاريخ السياسة الوقف‪ ،‬والوقف الفقهية‪ ،‬وتاريخ‬
‫القانون اإسامي ي إندونيسيا‪ ،‬والتشريعات امتعلقة باأوقاف ونظرية ااقتصاد امؤسسي‪ .‬وقد م تفسر البيانات اأدب باستخدام‬
‫التحليل التارخي تتألف من مراحل امتعددة ال است دت عل ى حكم السلطة ي اندونيسيا ووصفي التارخي ب ظرية التغير امؤسسي‬
‫ونظرية حقوق املكية‪.‬‬

‫وتن هذ الدراسة أن تقدم سياسة الوقف ي اندونيسيا من وجهة نظرية التغير امؤسسي هو نتيجة التفاعل بن احكومة‬
‫وامسلمن باندونيسيا ي صياغة السياسات اأوقاف كجزء من القانون اإسامي ‪ .‬وي الوقت نفسه‪ ،‬من وجهة نظرية حقوق املكية‬
‫تظهر أن تطوير السياسات اأوقاف ي اندونيسيا متخلفة بتطوير مارسة اأوقاف ي العام اإسامي و م حلل أيضا امشاكل ال‬
‫تعيق ال اس للوقف مثل ال اظر احفف والفهم الصحيح عن الوقف‪ .‬ولذلك‪ ،‬ي بغي أن تكون سياسة الوقف قادرة على استيعاب‬
‫حافز عامل اأوقاف ي امستقبل‪ ،‬وي بغي أن يستمر احديث عن اأوقاف وموذجها وتتطور مارسة الوقف ي إندونيسيا حو‬
‫اأفضل‪.‬‬

‫الكلمات امفتاحية‪ :‬تقييم سياسة الوقف‪ ،‬تاريخ سياسة الوقف‪ ،‬نظرية ااقتصاد امؤسسي‪ ،‬نظرية التغير امؤسسي‪ ،‬نظرية حقوق‬
‫املكية‪.‬‬

‫‪xi‬‬
‫‪SKRIPSI‬‬ ‫‪SEJARAH DAN EVALUASI....‬‬ ‫‪IMAM WAHYUDI INDRAWAN‬‬
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-

Latin. Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI no. 158/1987 dan

No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal
No. Arab Latin Keterangan No. Arab Latin Keterangan
1. ‫ﺍ‬ - Tidak 16. ‫ﻁ‬ ṭ t (dengan titik
dilambangkan di bawahnya)
2. ‫ﺏ‬ B - 17. ‫ﻅ‬ ẓ z (dengan titik
di bawahnya)
3. ‫ﺕ‬ T -
18. ‫ﻉ‬ ‛ koma terbalik
4. ‫ﺙ‬ ṡ s (dengan titik letak di atas
di atasnya) 19. ‫ﻍ‬ G -
5 ‫ﺝ‬ J -
20. ‫ﻑ‬ F -
6. ‫ﺡ‬ ḥ H (dengan titik
di bawahnya) 21. ‫ﻕ‬ Q -
7. ‫ﺥ‬ Kh - 22. ‫ﻙ‬ K -
8. ‫ﺩ‬ D - 23. ‫ﻝ‬ L -
9. ‫ﺫ‬ Ż z (dengan titik 24. ‫ﻡ‬ M -
di atasnya)
10. ‫ﺭ‬ R -
25. ‫ﻥ‬ N -
26. ‫ﻭ‬ W -
11. ‫ﺯ‬ Z -
27. ‫ﻩ‬ H -
12. ‫ﺱ‬ S -
13. ‫ﺵ‬ Sy -
28. ‫ء‬ ‘ Apostrof
29 ‫ﻱ‬ Y -
14. ‫ﺹ‬ ṣ S (dengan titik
dibawahnya)
15. ‫ﺽ‬ ḍ d (dengan titik
dibawahnya)

xii
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syiddah ( ّ ) ditulis rangkap.

Contoh: ‫ ﺍﻥ ﻩ‬ditulis innahu


3. Tā’marbūtah di akhir kata
3.1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah
terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
Contoh: 1. ‫ ﺝﻡﺃ ﻉﺓ‬ditulis jamā’ah 2. ‫ﺕﺏﺓ‬
‫ ﻡﻙ‬ditulis maktabah
3.2. Bila dihidupkan ditulis t
Contoh : ‫ﺕﺏﺓﺍﻝﺝﺍﻡﻉﺓ‬
‫ ﻡﻙ‬ditulis maktabatu’l-jāmi’ah
4. Vokal Panjang (mad)
Fathah (baris di atas) di tulis ā, kasrah (baris di bawah) di tulis ī, serta
dammah (baris di depan) ditulis dengan ū. Misalnya; ‫ﺍﻝﻥﺍ ﺱ‬ditulis an-nās,

‫ﺍﻝﺭﺡﻱﻡ‬ditulis ar-rahīm ‫ﺱﻝﻡﻭﻥ‬


‫ﺍﻝﻡ‬ditulis al-muslimūn.
5. Vokal pendek yang berurutan dipisahkan dengan tanda pisah (-)
‫ﺵﻱءﻕﺩﻱﺭ‬, ditulis syai-in qadīr
6. Kata Sandang Alif+Lam
Bila Alif + lam diikuti oleh huruf-huruf qamariyah, yang terkumpul dalam
kata ‫ﺍﺏﻍﻱ ﺡﺝﻙ ﻭﺝﻕ ﻉﻕﻡﻩ‬alif, b, g, y, h, j, k, w, kh, f, ’, q, m, t) ditulis al,

misalnya; ‫ﺱﻝﻡﻭﻥ‬
‫ ﺍﻝﻡ‬ditulis al-muslimūn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf
syamsiyah (huruf hijaiyah selain huruf qamariyah), huruf lam diganti dengan
huruf yang mengikutinya, misalnya; ‫ ﺍﻝﺭﺡﻡﻥ‬ditulis ar-rahmān.
7. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat, misalnya :
Penghubung antar kata menggunakan tanda petik (’), sedangkan penghubung
dalam satu kata menggunakan tanda pisah (-).
‫ﺍﻝﺭﺡﻡﺍﻥﺍﻝﺭﺡﻱﻡ‬. ‫ﺏﺱﻡ‬dibaca bismi’l-Lāhi’r-rahmāni’r-rahīm

xiii
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI iii
DECLARATION iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK ix
ABSTRACT x

‫ﺍﻝﻡﻝﺥﺹ‬ xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xii
DAFTAR ISI xiv
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian 10
1.3. Manfaat Penelitian 10
1.4. Sistematika Skripsi 11
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah 12
2.2.1. Definisi Sejarah 12
2.2.2. Fungsi Sejarah 14
2.2.3. Interpretasi Sejarah 17
2.2. Wakaf 18
2.2.1. Definisi Wakaf 18
2.2.2. Dalil Wakaf 21
2.2.3. Rukun dan Syarat Wakaf 29
2.2.3.1. Wakif 29

xiv
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2.3.2. Mauquf atau Mauquf Bih 32


2.2.3.3. Mauquf ‘Alaih 34
2.2.3.4. Sighat Wakaf 36
2.2.4. Jenis-jenis Wakaf 40
2.2.5. Wakaf dalam Dimensi Ekonomi 48
2.2.6. Kebijakan Wakaf 53
2.3. Ekonomi Kelembagaan 57
2.2.1. Definisi Ekonomi Kelembagaan 57
2.2.2. Teori Perubahan Kelembagaan 64
2.2.3. Teori Hak Kepemilikan 68
2.4. Penelitian Terdahulu 74
2.5. Kerangka Berpikir 77
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian 79
3.2. Objek Penelitian 80
3.3. Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data 81
3.4. Metode Pengolahan Data 85
3.5. Metode Interpretasi Data 86
BAB 4: PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Perwakafan Dunia Islam
4.2.1. Perwakafan pada Masa Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam 89
4.2.2. Perwakafan pada Masa Sahabat Nabi 89
4.2.3. Perwakafan pada Masa Dinasti-Dinasti Islam 91
4.2. Sejarah Kebijakan Wakaf di Indonesia 94
4.2.1. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa
Kerajaan Islam 94
4.2.2. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa
Kolonial Hindia Belanda 102
4.2.3. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa
Orde Lama 116
4.2.4. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa
Orde Baru 122
4.2.5. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa
Orde Reformasi 133
4.3. Evaluasi Sejarah Kebijakan Wakaf di Indonesia 146
4.3.1. Tinjauan Teori Perubahan Kelembagaan 146
4.3.2. Tinjauan Teori Hak Kepemilikan 152

xv
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5: PENUTUP

5.1. Kesimpulan 159


5.2. Saran 160
DAFTAR PUSTAKA 162

xvi
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ikhtisar Ekonomi Neoklasik dan Ekonomi 60


Kelembagaan
Tabel 2.2 Tipe-tipe Rezim Hak Kepemilikan 71

Tabel 2.3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Skripsi Ini 76


dengan Penelitian Terdahulu

xvii
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Besaran dan Penggunaan Wakaf 2


Tanah di Indonesia
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian 77

xviii
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Garis Waktu Sejarah Kebijakan Wakaf di Indonesia


Lampiran 2 Tabel Pemetaan Literatur

xix
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktik wakaf di Indonesia telah menjadi bagian dari peradaban bangsa

Indonesia sebelum Islam datang ke bumi khatulistiwa. Hal ini ditunjukkan dengan

eksistensi tanah-tanah adat dengan konsep mirip dengan wakaf seperti tanah

preman di pulau Lombok, tanah pusaka (tinggi) di Minangkabau (Ali, 2012:94),

Huma di Ponorogo pada zaman Empu Sendok dan Huma Serang di Banten

(Rozalinda, 2015:236). Semangat berwakaf sejalan dengan tabiat bangsa

Indonesia yang dicirikan dengan gotong royong dan selaras dengan dakwah Islam

di Indonesia.

Wakaf selama ini berperan sebagai sarana yang digunakan para juru dakwah

dan umat Islam dalam rangka memenuhi kebutuhan tempat ibadah, yakni masjid

ataupun surau melalui penyerahan tanah oleh umat Islam untuk diwakafkan

sebagai sarana dakwah kaum muslimin sehingga muncullah beragam masjid

bersejarah di Indonesia (Praja dalam Rozalinda, 2015:236).

Wakaf pada saat ini dianggap berpotensi dari sisi ekonomi karena dalam

syariat Islam, wakaf dapat memobilisasi modal untuk kepentingan publik dan

kesejahteraan masyarakat. Data yang dihimpun dari Sistem Informasi Wakaf

(SIWAK) Kementerian Agama Republik Indonesia menunjukkan bahwa di

seluruh Indonesia pada tahun 2016 telah terdata aset wakaf tanah sebesar

1
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

43.613,81 hektar. Jumlah tersebut belum termasuk lahan-lahan wakaf yang belum

terdata dan wakaf uang yang mulai dikumpulkan dari masyarakat.

Gambar 1.1 Data Besaran dan Penggunaan Wakaf Tanah di Indonesia

Sumber: Tim Kemenag. 2016. Data Wakaf Tanah. , (Online),


(http://simbi.kemenag.go.id/siwak/, diakses pada tanggal 19 Juli
2016)

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa umat Islam di Indonesia

telah mempraktikkan wakaf dengan nominal yang cukup besar namun masih

terkonsentrasi pada aset wakaf berupa tanah yang penggunaannya untuk

membangun masjid, pemakaman dan sekolah yang secara ekonomi minim nilai

produktif. Masih pula terdapat sekitar 33,96% aset wakaf di seluruh Indonesia

yang belum bersertifikat yang akan mempengaruhi pemberdayaan wakaf tersebut.

Padahal potensi Indonesia dalam bidang perwakafan sangatlah besar mengingat

dengan jumlah penduduk mayoritas muslim yang besar (207,2 juta jiwa atau

87,18 persen pada tahun 2010 berdasarkan rilis BPS) dan sumber daya alam yang

melimpah untuk dijadikan aset wakaf.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

Kondisi di atas berbeda dengan praktik yang dijalankan oleh negara-negara

muslim lainnya yang telah mapan perwakafannya dan cenderung berpola

produktif. Salah satu contohnya adalah Mesir yang menurut Ali (2012:97),

bentuk-bentuk aset wakaf di Mesir telah mencakup gedung dan tanah pertanian

yang disewakan atau pengelolaannya diserahkan kepada orang banyak dengan

sistem bagi hasil, serta saham di berbagai perusahaan yang mendatangkan bagi

hasil. Hasil dari pengelolaan aset-aset wakaf tersebutlah yang digunakan untuk

membiayai kegiatan ilmiah dan pendidikan, seperti Universitas Al Azhar yang

telah berdiri sejak tahun 970 Masehi telah memberikan beasiswa kepada ribuan

mahasiswa di seluruh dunia melalui harta wakaf.

Praktik perwakafan produktif juga ditunjukkan oleh penelitian yang

dilakukan Deguilhem-Schoem (1986:28) yeng mengkaji praktik wakaf di kota

Damaskus pada masa Kesultanan Turki ‘Utsmani dan masa pemerintah mandat

Perancis antara abad ke-18 hingga abad ke-20. Dokumen-dokumen wakaf di masa

tersebut menunjukkan adanya keberagaman jenis aset wakaf, seperti wakaf

penggilingan tepung dengan penyebutan detail mengenai sumber tenaga

(digerakkan aliran air atau hewan). Adapula wakaf alat-alat pertanian dengan

mencakup teknik pertanian yang digunakan dan harga komoditas pertanian di

pasar. Wakaf berupa gedung yang disewakan juga ada dengan penyebutan

peruntukan gedung dan gaji nazhir (pengelola) aset wakaf tersebut. Kemajuan

administrasi wakaf yang ditunjukkan kesultanan Turki ‘Utsmani berbanding lurus

dengan kemajuan praktik wakaf yang dijalankan masyarakat setempat dalam

mendorong roda perekonomian.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

Kehadiran Undang-Undang (UU) Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf

yang dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 tahun 2006 sebagai

aturan terbaru mengenai perwakafan di Indonesia merupakan bagian dari upaya

yang dilakukan pemerintah untuk mendorong praktik perwakafan yang lebih baik

di Indonesia, seperti dengan pembentukan Badan Wakaf Indonesia, diakuinya aset

wakaf yang lebih beragam seperti wakaf uang, wakaf saham, wakaf Hak Atas

Kekayaan Intelektual (HAKI) dan pengelolaan wakaf secara produktif menjadi

momentum kebangkitan wakaf di Indonesia.

Namun, kehadiran regulasi tersebut belum sepenuhnya efektif dalam

mengarahkan pengelolaan wakaf di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh

Hilmi (2012) menyimpulkan bahwa UU wakaf sebagai regulasi belum

sepenuhnya ditaati oleh lembaga wakaf di Indonesia sehingga kebijakan itu

tergolong belum mampu menjalankan fungsinya sebagai mekanisme social

eingineering atau rekayasa sosial. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya

11,1% sampel responden lembaga wakaf yang mengikuti secara penuh aturan

perundang-undangan wakaf dalam praktik wakafnya, sementara lembaga wakaf

lainnya dalam menjalankan wakaf belum sesuai dengan aturan yang tercantum

dalam UU wakaf.

Kondisi regulasi wakaf sebagai instrumen rekayasa sosial memiliki

perbedaan dengan regulasi lainnya, misalkan terkait perbankan syariah. Sebagai

contoh, perubahan undang-undang tentang perbankan dari UU No. 7 tahun 1992

menjadi UU No. 10 tahun 1998 mengubah tata kelola perbankan Indonesia

menjadi sistem perbankan ganda (dual banking system). Salah satu wujud dari

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

sistem tersebut adalah adanya layanan syariah pada kantor-kantor bank

konvensional yang telah membuka Unit Usaha Syariah (UUS) melalui skema

yang disebut Islamic Window. Layanan syariah juga semakin mudah didapatkan

dengan konsep office chaneling yang dikenalkan dalam Peraturan Bank Indonesia

(PBI) Nomor 8/3/PBI/2006 sehingga bank umum konvensional hanya perlu

membuka counter layanan syariah selama telah mendirikan UUS (Anshori,

2008:162). Sejumlah kemudahan dalam layanan perbankan syariah menjadikan

banyak bank umum konvensional yang mendirikan bank umum syariah pasca UU

No. 10 tahun 1998 seperti Bank Syariah Mandiri yang didirikan oleh Bank

Mandiri, kemudian Bank Mega membentuk PT. Bank Syariah Mega. Adapun

bank lain seperti Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia dan Bank

Permata awalnya fokus pada UUS.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa peraturan terkait perbankan syariah

mampu menjalankan fungsinya sebagai mekanisme rekayasa sosial. Hal ini

terlihat dari peningkatan signifikan ketersediaan layanan syariah pasca penerbitan

UU Perbankan No. 10 tahun 1998. Kondisi tersebut masih belum dapat ditemui

pada UU wakaf. Efektifitas UU wakaf sebagai suatu regulasi yang bertujuan

membentuk rekayasa sosial masih belum optimal sebagaimana disimpulkan oleh

penelitian yang dilakukan Hilmi (2012).

Efektivitas regulasi wakaf yang masih belum optimal memunculkan adanya

relevansi untuk diadakan evaluasi bagi regulasi tersebut. Hal ini dilakukan agar

aturan perwakafan yang berlaku di Indonesia dapat relevan dan memberi ruang

bagi praktek wakaf yang berlangsung di Indonesia untuk berkembang lebih baik.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam evaluasi kebijakan adalah

pendekatan sejarah. salah satu manfaat dari mempelajari sejarah adalah agar

generasi berikutnya dapat mengambil pelajaran dari pengalaman generasi

sebelumnya (Sulasman, 2014:22).

Studi mengenai sejarah wakaf di Indonesia menjadi penting untuk

mengetahui dinamika kebijakan wakaf di masa lalu sehingga perumusan

kebijakan dan pelaksanaan perwakafan di Indonesia di masa depan menjadi lebih

baik dibandingkan periode sebelumnya. Namun, Fauzia (2008:11) menyebut

bahwa studi mengenai sejarah wakaf umumnya dikaji dari perspektif teologis dan

hukum sebagaimana zakat. Padahal, wakaf memiliki hubungan fungsional dalam

permasalahan sosial dan kemanusiaan, salah satunya pemberdayaan ekonomi

umat (Rozalinda, 2015:1). Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian

Dugelheim-Schoem (1986:28) yang menyebutkan bahwa dokumen wakaf mampu

menunjukkan aktivitas ekonomi yang dijalankan oleh masyarakat sebagaimana

ditunjukkan masyarakat Damaskus di era Turki ‘Utsmani.

Pengkajian mengenai sejarah memerlukan adanya suatu teori untuk mampu

mensintesis fakta yang diperoleh dari sumber sejarah agar didapatkan penafsiran

yang menyeluruh (Sulasman, 2014:111). Oleh karena itu, diperlukan suatu teori

yang memberikan perspektif dalam pengkajian sejarah wakaf. Dan teori tersebut

harus mampu memberikan solusi atas permasalahan ekonomi dalam pengelolaan

wakaf sebagaimana dijelaskan di atas. Bila berkaca pada pengkajian fenomena

permasalahan ekonomi, Yeager dalam Yustika (2013:16) menyebutkan bahwa

terdapat beberapa hipotesis yang telah dikembangkan namun gagal untuk

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

menjelaskan faktor utama pendorong perekonomian. Hipotesis-hipotesis tersebut

ialah:

1. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) dianggap gagal menjelaskan

pendapatan per kapita Polandia, Rusia, dan Korea Selatan yang masih

kalah dari Jerman, Kanada, dan Jepang meskipun pendidikan rakyatnya

baik (Yustika, 2013:16).

2. Faktor Sumber Daya Alam (SDA) dianggap tidak mampu menjelaskan

kejatuhan ekonomi Belanda yang berlimpah SDA pada 1970-an atau

fenomena Dutch Disease (Nafziger dalam Yustika, 2013:17).

3. Faktor kepadatan penduduk juga terbantahkan karena negara Hongkong

dan Jepang tetap menikmati pendapat per kapita yang tinggi

dibandingkan negara-negara seperti China, Rusia, dan Brazil yang

tingkat kepadatan penduduknya rendah (Yustika, 2013:17).

4. Faktor teknologi dianggap tidak mampu menjelaskan fenomena

kemiskinan di India yang di saat yang sama memiliki kemampuan

teknologi yang tinggi (Yustika, 2013:18).

Kegagalan hipotesis-hipotesis di atas dalam menjelaskan fenomena

disparitas ekonomi di dunia memunculkan adanya diskursus mengenai pentingnya

peran kelembagaan (institutions) dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

(Yustika, 2013:18). Kelembagaan yang secara luas dipahami oleh Johnson dan

Nielsen (1998:xvi) sebagai fenomena sosial yang mengatur dan membatasi

interaksi dalam masyarakat dalam bentuk hukum, konvensi, nilai, dan norma, oleh

Acemoglu dan Robinson dalam Yustika (2013:18) dianggap mampu menjelaskan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

kinerja ekonomi suatu negara. Negara-negara maju seperti Jepang, Amerika

Serikat dan Eropa dicirikan dengan negara yang memiliki kelembagaan yang

mapan dan maju, yakni adanya jaminan kepemilikan privat yang aman, penegakan

hukum yang tidak bias, dan layanan publik yang luas. Adapun negara-negara

dengan kelembagaan yang lemah seperti Korea Utara, Zimbabwe dan Kolombia

memiliki kinerja ekonomi yang buruk dan produktivitas rendah.

Samuels dalam Yustika (2013:33) menyatakan bahwa ekonomi

kelembagaan melihat ekonomi dari sudut pandang holistik dan menjelaskannya

dari sudut pandang multidispliner. Hal ini menyebabkan pengkajian ekonomi

kelembagaan akan melibatkan kajian bidang keilmuan lain, seperti hukum

sosiologi, psikologi, administrasi, dan teknik (Yustika, 2013:28).

Sementara itu, kelembagaan di dalam Islam sebagai suatu aturan ekonomi

sebagaimana disampaikan Nawawi (2009:18) ialah syariat Islam yang

berdasarkan Al Qur’an, Al Hadits dan Ijma’ para ulama. Apabila aturan syariat

Islam dijalankan secara menyeluruh, maka akan tercapai kemakmuran

sebagaimana Allah sampaikan pada ayat berikut:

          

       

Wa law anna ahla’l-qura> a>manu> wa’t-taqaw lafatah}na> ‘alayhim baraka>tim


mina’s-sama>’I wa’l-ard}I wala>kin kaz\z\abu> fa’akhaz\na>hum bima> ka>nu>
yaksibu>n.
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya (QS. Al A’raaf (7): 96).
Adanya kemakmuran setelah menjalankan aturan syariat Islam dalam

ekonomi sebagaimana disampaikan di atas bersesuaian dengan temuan dari

Direktorat Pemberdayaan Wakaf (2015a) yang menyebutkan bahwa dinasti-

dinasti-dinasti Islam seperti Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dinasti Ayyubiyah

dan dinasti Mamluk telah memiliki administrasi dan pengaturan wakaf yang baik

sehingga wakaf berkembang dan menjadi tulang punggung perekonomian dan

instrumen pembiayaan pembangunan pada masa tersebut.

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengkajian sejarah kebijakan wakaf

di Indonesia dapat digali dari perspektif ekonomi kelembagaan karena fenomena

wakaf berkaitan dengan aspek nilai dan aturan dalam Islam atau syariat wakaf

dalam Islam, pemikiran Islam yang berkembang di Indonesia dari masa ke masa,

aspek sosio-legal yang menjadi latar belakang lahirnya beragam aturan

perwakafan dan dampaknya terhadap aktivitas ekonomi wakaf di Indonesia.

Wakaf apabila dipandang dari perspektif ekonomi kelembagaan pada satu sisi

merupakan suatu desain pola interaksi antarpelaku ekonomi, yaitu wakif

(pewakaf), nazhir (pengelola), dan mauquf ‘alaih (penerima manfaat)) sehingga

mereka bisa melakukan kegiatan transaksi. Pada sisi yang lain, wakaf

berkonsentrasi dalam upaya menciptakan aktivitas ekonomi yang berdasarkan

struktur kekuasaan ekonomi, politik, dan sosial antarpelaku perwakafan. Oleh

karena itu, pengkajian sejarah kebijakan wakaf tersebut dari perspektif ekonomi

kelembagaan akan memunculkan pengkajian yang bersifat spesifik dengan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

harapan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan wakaf di masa depan yang tetap

berdasarkan syariat Islam.

1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana evaluasi sejarah kebijakan wakaf di Indonesia ditinjau dari

perspektif teori ekonomi kelembagaan?

Rumusan masalah di atas akan dijawab melalui analisis historis dari

kebijakan wakaf yang berlaku di Indonesia sejak masa kerajaan Islam hingga

masa Orde Reformasi dan dianalisis menggunakan teori ekonomi kelembagaan

sehingga dari evaluasi sejarah kebijakan wakaf tersebut, akan didapatkan bahan

masukan bagi pengembangan kebijakan wakaf di Indonesia pada masa

mendatang.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan perspektif baru dalam pengkajian sejarah perkembangan

wakaf di Indonesia, yakni perspektif ekonomi kelembagaan.

2. Memberikan bahan evaluasi bagi pemangku kepentingan di bidang

perwakafan di Indonesia agar dapat merumuskan kebijakan dan praktik

wakaf di Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

1.4. Sistematika Skripsi

BAB 1. PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika skripsi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi landasan teori yang mengkaji berbagai teori yang sesuai dan relevan

dengan permasalahan penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian

terdahulu yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dan kerangka berpikir

penelitian.

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang pendekatan penelitian yang digunakan, objek yang diteliti,

jenis data yang digunakan dan prosedur pengumpulannya dan metode dan teknik

analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian yang

digunakan untuk menganalisis masalah penelitian.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil penelitian yang diperoleh dari data-data yang

diperoleh melalui metode seperti disajikan dalam bab 3.

BAB 5. PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dalam bab 4

serta saran- saran yang direkomendasikan kepada instansi- instansi terkait.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah

2.1.1. Definisi Sejarah

Sejarah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yakni syajarah yang

berarti ”pohon kehidupan, akar, keturunan, dan asal-usul (Sulasman, 2014:15).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah berarti “peristwa segala sesuatu

yang terjadi pada masa lampau; riwayat; silsilah; asal-usul keturunan;

pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar ada

dalam masa lampau” (Tim Prima Pena, 2012:684). Kata sejarah juga padanan

bagi kata history dalam bahasa Inggris dan historia dalam bahasa Latin dan

Yunani (Kuntowijoyo, 2013:1). Kata lain yang dapat menjadi padanan bagi kata

sejarah adalah kata tarikh yang berasal dari bahasa Arab.

Sementara dari sisi terminologis, terdapat sejumlah pendapat yang

diberikan para ahli. Sulasman (2014) telah merangkum beberapa pendapat ahli

sejarah sebagai berikut:

1. Herodotus menganggap bahwa sejarah bergerak seperti garis lingkaran

yang pegerakannya ditentukan oleh keadaan manusia dan dipengaruhi

oleh keinginan dewa-dewa.

2. Ibnu Khaldun dalam Muqaddiman mendefinisikan sejarah sebagai

catatan tentang umat dan peradaban dunia beserta segala perubahan

yang terjadi dalam masyarakat.

12
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

3. Roeslan Abdulgani menyatakan bahwa sejarah adalah salah satu ilmu

yang menyelidiki perkembangan umat manusia pada masa lampau

secara sistematis, mengkaji hasil penyelidikan tadi secara kritis sebagai

pedoman bagi penelitian dan pengkajian keadaan sekarang dan arah

program masa depan.

Sementara itu, Kuntowijoyo (2013:14) mendefinisikan sejarah sebagai

rekonstruksi masa lalu yang dilakukan oleh sejarawan. Adapun sejarawan muslim,

seperti Ath-Thabari menyatakan bahwa tarikh atau sejarah adalah pengetahuan

mengenai peristiwa dan orang-orang di masa lampau yang tidak mungkin dapat

didapatkan oleh orang yang tidak hidup masa itu kecuali melalui rantai

periwayatan dan tidak bisa melalui akal atau proses pemikiran internal semata

Mulalic (2003:196). Adapun sejarawan muslim lain, yakni Ibnu Khaldun

menyatakan bahwa tarikh atau sejarah melibatkan upaya untuk mendapatkan

kebenaran dan menyelidiki penjelasan atas sebab suatu hal yang terjadi serta

pengetahuan mendalam atas proses dan penyebab suatu peristiwa (Mulalic,

2003:200).

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah ilmu yang

mempelajari tentang manusia dan peradabannya, termasuk perubahan yang terjadi

di dalamnya yang direkonstruksi oleh sejarawan untuk mengetahui keadaan masa

kini dan pedoman menghadapi masa depan yang dilakukan melalui rantai

periwayatan peristiwa (sanad) maupun analisis mendalam oleh sejarawan.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

2.1.2. Fungsi Sejarah

Sebagai salah satu cabang ilmu, sejarah memiliki fungsi. Beberapa fungsi

tersebut disampaikan oleh Kuntowijoyo (2013) sebagai berikut:

1. Guna Intrinsik, yang terdiri atas:

a. Sejarah sebagai ilmu. Sejarah adalah ilmu yang terbuka sehingga

perkembangan ilmu sejarah akan terkait dengan aspek keilmuan

lain, yakni perkembangan filsafat keilmuan, perkembangan teori

sejarah dan perkembangan ilmu lainnya seperti sosiologi dan

psikologi serta perkembangan metode penelitian.

b. Sejarah merupakan cara untuk mengetahui masa lampau.

Pengetahuan mengenai masa lampau yang berasal dari sejarah akan

menimbulkan dua sikap, yaitu melestarikan masa lampau tersebut

atau menolaknya.

c. Sejarah sebagai wadah bagi para ahli menyampaikan pendapat.

Penyampaian pendapat para ahli tersebut sesuai keilmuan yang

dikuasainya, seperti pertentangan antara aliran konsensus dan

aliran konflik yang masing-masing memiliki pendapat dalam

melihat sejarah pemberontak PKI di Indonesia.

d. Sejarah sebagai profesi, yang diwadahi oleh Masyarakat Sejarawan

Indonesia (MSI).

2. Guna Ekstrinsik, yang terdiri atas:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

a. Sejarah sebagai pendidikan moral, seperti pendidikan

kewarganegaraan yang diajarkan sejak pendidikan dasar di

Indonesia.

b. Sejarah sebagai pendidikan penalaran, artinya sejarah akan

menuntut seseorang untuk melihat suatu peristiwa dari beragam

perspektif atau melihat penyebab suatu peristiwa terjadi karena

faktor yang tidak tunggal.

c. Sejarah sebagai pendidikan politik. Hal ini dapat terlihat pada

adanya pelatihan organisasi yang menerangkan visi misi organisasi

dan perjalanan organisasi di masa lalu hingga pelatihan

kewarganegaraan dan bela negara yang dilakukan oleh negara.

d. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan. Perumusan suatu kebijakan

perlu memperhatikan aspek sejarah dari kebijakan yang telah

berjalan di masa lalu untuk mendapatkan pengetahuan tentang

kebijakan tersebut ditinjau dari sisi perkembangannya dari waktu

ke waktu.

e. Sejarah sebagai pendidikan perubahan. Perubahan dianggap

sebagai keniscayaan dalam masyarakat sehingga mempelajari

sejarah akan membantu setiap orang untuk mendapatkan informasi

yang relevan tentang perubahan asalkan sejarah yang ditinjau

tidaklah terlalu jauh ke belakang.

f. Sejarah sebagai pendidikan masa depan. Kuntowijoyo (2013:24)

mencontohkan bahwa Indonesia sebagai negara yang sedang

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

menuju tahap industrialisasi dapat belajar sejarah Amerika dan

Inggris mengenai permasalahan sosial yang timbul pada negara

yang telah berada pada fase pascaindustrial sebagai acuan untuk

mempersiapkan masa depan Indonesia yang dihadapkan menuju

era industri.

g. Sejarah sebagai pendidikan keindahan. Sejarah dapat mengajarkan

sisi estetik bagi manusia pada saat melihat peninggalan fisik dari

sejarah peradaban terdahulu seperti tempat ibadah, istana, kota tua

dan monumen.

h. Sejarah sebagai ilmu bantu. Kuntowijoyo (2013:25-26)

menyatakan bahwa sejarah adalah the ultimate interdisciplinarian

karena sejarah dapat memberikan bantuan kepada disiplin ilmu

lainnya. Misalkan pemahaman atas sejarah tentang suatu negara

dapat membantu tugas diplomat yang akan bertugas di negara

tersebut.

i. Sejarah sebagai latar belakang. Sejarah dapat digunakan sebagai

landasan untuk mengetahui pengalaman yang melatarbelakangi

suatu organisasi atau bahkan latar belakang yang mendasari karya

cipta di bidang kesenian seperti novel, film atau diorama yang

berlatar sejarah.

j. Sejarah sebagai rujukan. Sejarah dapat menjadi rujukan untuk

melakukan pendekatan kepada suatu kelompok sosial, perumusan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

kebijakan pembangunan hingga bagaimana memunculkan ide

berlatar agama di tengah masyarakat yang sekuler.

k. Sejarah sebagai bukti. Sejarah digunakan sebagai bukti untuk

membenarkan perbuatan ataupun mendukung eksistensi suatu

wilayah yang ditunjukkan dengan adanya hari jadi kota, kabupaten

bahkan negara.

2.1.3. Interpretasi Sejarah

Interpretasi atau penafsiran sejarah adalah salah satu proses penting dalam

ilmu sejarah. Interpretasi atas peristiwa sejarah diperlukan untuk dapat

menjelaskan fakta sejarah yang ada dan menjelaskan masalah kekinian. Karena

tidak ada masa lalu yang aktual melainkan interpretasi sejarah maka tidak ada

interpretasi tidak ada yang bersifat final (Sulasman, 2014:107).

Interpretasi akan berkaitan dengan pemahaman dari sejarawan tersebut.

Bahkan, interpretasi disebut sebagai kemunculan adanya subjektivitas di dalam

sejarah (Kuntowijoyo, 2013:78). Akan tetapi, subjektivitas tersebut diakui karena

tanpa adanya campur tangan manusia yang subjektif, maka fakta sejarah tidak

dapat berbicara sehingga dikatakan bahwa subjektivitas dalam sejarah tidak dapat

dihilangkan sama sekali (Ambary, 2001:89). Kartodirdjo (1993:64) menyatakan

bahwa ada dua jenis subjektivitas yang sulit dihindari khususnya dalam sejarah

kontemporer, yaitu subjektivitas kultural etnosentrisme dan subjektivitas zaman.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

Oleh karena itu, kajian sejarah yang ilmiah akan berusaha menafsirkan

fakta sejarah yang terjadi menggunakan teori-teori dari ilmu sosial untuk dapat

mencapai batas objektivitas tertentu. Meskipun demikian, sejarah tetap terbuka

untuk menerima interpretasi yang berbeda atas suatu fakta sejarah yang sama

sebagai akibat dari perbedaan sudut pandang di antara sejarawan. Hal ini

dibenarkan selama sejarawan menggunakan data yang valid (Sulasman,

2014:139).

Interpretasi sejarah dilakukan melalui sejumlah proses. Kuntowijoyo

(2013) membagi proses interpretasi sejarah ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Analisis, yaitu proses menguraikan data sejarah sehingga akan

didapatkan fakta sejarah dari data tersebut..

2. Sintesis, yakni proses menyatukan data-data sejarah yang ada untuk

mendapatkan suatu fakta sejarah.

2.2. Wakaf

2.2.1. Definisi Wakaf

Definisi wakaf “Secara etimologi, wakaf berarti menahan, mencegah,

selama, tetap, paham, meghubungkan, mencabut, meninggalkan, dan lain

sebagainya” (Ma’luf dalam Haq, 2014:1). Al-‘Utsaimin (2009:5) menyatakan

bahwa “Kata wakaf merupakan bentuk mashdar (kata dasar) dari kalimat

ْ ‫ ﻱَﻕِﻑُ – َﻭ‬- َ‫( َﻭﻕَﻑ‬waqafa-yaqifu-waqfan)”. Kata wakaf dalam Kamus Besar


‫ﻑًﺍ‬
‫ﻕ‬

Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena, 2002:795) bermakna “Pemberian yang ikhlas

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

dari seseorang berupa benda bergerak atau tidak bergerak bagi kepentingan umum

yang dibentuk yang berkaitan dengan agama Islam”.

Madkur dalam Haq (2014:2) menyatakan “Walaupun para pakar hukum

Islam telah sepakat dalam penggunaan kata wakaf dengan arti menahan dan

mencegah sesuai dengan arti bahasa, tetapi selanjutnya mereka saling berbeda

pendapat”. Konsekuensi dari pernyataan di atas adalah banyaknya definisi wakaf

secara terminologi yang diberikan oleh para ahli hukum Islam sebagaimana

diterangkan di bawah ini:

1. Wakaf menurut Hanafiyah adalah “Menahan benda yang statusnya

masih tetap milik wakif (orang yang mewakafkan hartanya), sedangkan

yang disedekahkan adalah manfaatnya” (Haq, 2014:2).

2. Wakaf menurut Malikiyah adalah “Menjadikan manfaat benda yang

dimiliki, baik berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan kepada yang

berhak,dengan penyerahan berjangka waktu sesuai kehendak wakif”

(Haq, 2014:2).

3. Wakaf menurut Syafi’iyah adalah “Menahan harta yang dapat diambil

manfaatnya disertai dengan kekekalan benda, dan harta itu lepas dari

penguasaan wakif, serta dimanfaatkan pada sesuatu yang dibolehkan

agama” (Haq, 2014:3).

4. Wakaf menurut Hanabilah adalah “Menahan kebebasan pemilik harta

dalam membelanjakan hartanya yang bermanfaat disertai kekekalan

benda serta memutus semua hak wewnang atas harta itu, sedangkan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

menfaatnya dipergunakan dalam hal kebajikan untuk mendekatkan diri

kepada Allah” (Haq, 2014:3).

5. Wakaf menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

sebagaimana dalam Haq (2014:4) adalah sebagai berikut:

Perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan


sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah
(pasal 1).

6. Wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam sebagaimana dalam Haq

(2014:4) adalah sebagai berikut:

Perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan


hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan
melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat
atau kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.

7. Al-‘Utsaminin (2009:1) mendefinisikan “Wakaf adalah ‘tahbiisul ashl

wa tasbillul manfa’ah’ yaitu menahan suatu barang dan memberikan

manfaatnya”.

8. Sabiq (2009:532) mendefinisikan wakaf sebagai “Penahanan pokok

dan pengembangan buah. Maksudnya, penahanan terhadap harta dan

penggunaan manfaat-manfaatnya di jalan Allah”.

9. Al-Mubarakfury (2012:706) menyatakan bahwa wakaf “Menurut

syariat, ialah menahan harta yang mungkin bisa dimanfaatkan namun

zat barangnya tetap utuh, dengan memastikan penggunaan barangnya

pada perkara yang mubah”.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

Kesimpulan dari berbagai definisi di atas adalah wakaf merupakan

perbuatan hukum berupa menahan, menyerahkan atau memisahkan harta untuk

diambil manfaatnya bagi kepentingan di jalan Allah, baik berupa ibadah maupun

kesejahhteraan umum dengan jangka waktu tertentu atau selamanya. Haq (2014:4)

memberikan kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, yaitu:

1. Harta wakaf lepas/putus dari hak milik wakif, kecuali pendapat

Hanafiyah, Malikiyah, dan menurut hukum positif.

2. Harta wakaf harus kekal, kecuali pendapat Malikiyah yang

mengatakan bahwa boleh mewakafkan sesuatu walaupun akan habis

dengan sekali pakai, seperti makanan, asalkan manfaatnya berlanjut.

3. Yang disedekahkan hanyalah manfaatnya saja.

2.2.2. Dalil Wakaf

Dasar hukum mengenai wakaf dalil-dalil yang berasal dari syariat Islam.

Beberapa dalil dari hukum syariat Islam yang digunakan ulama sebagai dasar

hukum wakaf adalah sebagai berikut:

1. Dalil Al-Qur’an

a. Surah Al-Hajj ayat 77 yang berbunyi:

َ ۡ ْ ‫ك ۡ َوٱ ۡ َع ُ ا‬
َ ۡ ۡ‫ٱ‬ ُ ‫َ ُُۡ ْ َذ‬ ْ َ ۡ ْ َُ َ َ ‫ذ‬ َ َ
‫ي‬ ‫ٱرك ُع ا َوۤ وٱ دوا رب‬ ‫ءام ا‬ ‫يأ ُي َ ٱَِي‬
ٓ
َ ُۡ ُ ‫َ ذ‬
٧ ۩‫ُِح ن‬ ‫ل َع ك ۡ تف‬
Ya> ayyuha’l-laz\i>na a>manu’r-ka‘u> wa’s-judu> wa‘budu> rabbakum
wa’f-‘alalu’l-khayra la‘allakum tuflih}u>na

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah


kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu
mendapat kemenangan”.

b. Surat Al-Baqarah ayat 267 yang berbunyi:

ُ َ َۡ َ ۡ َ ‫ذك‬ َ ْ َ ْ ‫ذ‬ َ َ
ٰ‫يأ ُي َ ٱَِي َ َء َام ُ كا ثنف ُِق ا ِم َطيِ َب‬
‫ثخرج لك‬ ِ ‫ِ َم ك َسبۡ ُ ۡ َو‬ ٓ
َ ‫ذك‬ ۡ ِ َ َۡ ْ ُ ‫ِ َ ۡ َ ِ َ َ َ َ ذ‬
ُ ‫ُ تُ ف ُِق َن َو َ ۡس‬
‫خهِي ِ َِّ ثن‬
ِ ‫ر‬ ‫م ٱۡۡض وَ تي ا ٱۡ ِي م‬
ٌ َ ‫َ ۡ َ ُ كْ َ ذ ذَ َ ي‬ ْ ُ ُۡ
٧ ‫تغ ِ ا ِي ِۚ وٱع ا ثن ٱّ غ ِن َِيد‬
Ya> ayyuha’l-laz\i>na a>manu> anfiqu> min t}ayyiba>ti ma> kasabtum wa
minna> akhrajna> lakum mina’l-ard}i, wa la> tayammau’l-khabi>s\a
minhu tunfiqu>na wa lastum bi’akhiz\i>hi illa> an tugmid{u> fi>hi,
wa‘lamu> anna’l-llaha ganiyyun h}ami>dun
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”.
c. Surat Ali ‘Imran ayat 92 yang berbunyi:

ۡ َ ‫ن َو َم تُ ف ُِق ا ْ ِم‬
َ ‫َءل فَإ ذن ذ‬ َ ُ ْ ُ ُ ‫ُ ْ ۡ ذ َ ذ‬ َ ‫لَ َت‬
ّ‫ٱ‬ ِ ۚ ُ ُِ ‫َ ت فِق ا ِ ذ‬
ٰ ‫ا ٱل ِب ح‬
َ
٢ ٞ ‫ِي‬ ‫ب ِ ِۦ ع‬
Lan tana>lu’l-birra h}atta> tunfiqu> mimma> tuh}ibbu>na, wa ma> tunfiqu>
min syay’in fa’inna’l-llaha bihi> ‘ali>mun
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang
kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
Rozalinda (2015:19) memberikan catatan bahwa “Kata-kata tunfiqu pada

kedua ayat ini (QS. Al-Baqarah ayat 267 dan QS. Ali ‘Imran ayat 92)

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

mengandung makna umum, yakni menafkahkan harta di jalan kebaikan,

sedangkan wakaf adalah menafkahkan harta pada jalan kebaikan sehingga ayat ini

dijadikan sebagai dalil wakaf”. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan Basyir dalam Ali (2012:80-81) bahwa “Di dalam Al-Qur’an surah

Al-Hajj ayat 77, Tuhan memerintahkan agar manusia berbuat kebaikan supaya

manusia itu bahagia…. Ayat-ayat al-Qur’an tersebut, menurut pendapat para ahli

dapat digunakan sebagai dasar umum lembaga wakaf”.

2. Dalil Hadits

a. Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah

Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ََ ْ ‫َ َ َ ْ ُ َٰ َ َْ َ َ َ َ ُُ ذ‬
‫َِّ ِم ثَث ٍ ِم صدق ٍ ج ِري ٍ و ِع ٍم‬ ‫ِّما م ت اب الم انقطع‬
َ ُ َ َ َ ُ ََْ ُ
‫َ َص ل ٍِح يَ ْدع ُل‬
ٍ ‫ين فع ب ِ ِ وو‬
Iz\a> ma>ta’b-nu a>dama’n-qat{a‘a ‘amaluhu illa min s\ala>sa\ tin min
s{adaqatin ja>riyatin wa ‘ilmin yuntafa‘a bihi wa waladin
s{a>lihin yad‘u> lahu
Artinya: “Jika manusia itu mati, maka akan putus amalannya
kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang diambil
manfaatnya, anak sholih yang mendo’akan orang tuanya”.
(HR. Muslim:1631)
Hadis di atas dimasukkan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany

sebagai hadits pertama dalam bab Waqaf (Wakaf) sebagaimana

tercantum dalam al-Mubarakfury (2012:706).

b. Dari sahabat Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

ً ُ َ ً َ َ َ ََ َ َ َََْ َ ُ َ َ َ
َ ‫ِ ق ل ث َص ْ ُ ث ْرض ْ ثصِ ْ َم‬ ‫ب ث ْر ًض فَأ ََ انذ ذ‬ ‫ثص ب ُر ِِي‬
ِ
ََ‫ص‬ ْ َ‫َ ُ َأنْ َف َس ِم ْ ُ فَ َ يْ َف تَأ ْ ُ ُرِ ب ِ قَ َل ّ ْن ش ْ َ َحبذ ْس َ ث‬
ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ
َ ُ ْ ُ َُ َ ُ‫ََ َ ذ ْ َ َ ََ َ ذ َ ُ َُ ذ‬
َ‫ص َ َوَ يُ ه ُ َو‬ ‫ أن َ ي ع ث‬, ‫ صدق ر‬, ِ ‫وتصدق ب‬
ْ ‫اِّ َوا ذ يْف َواب‬
ِ
‫ذ‬
‫ي‬ ‫ب‬ ‫س‬َ ِ‫ ِ الْ ُف َق َراءِ َوال ْ ُق ْر ََ َوا رقَ ب َو‬, ‫ث‬ُ َ ُ
‫ير‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ْ ْ َ
ْ َ ُ َ ْ ََ َ ْ َ ََ َ َ ُ َ
َ ِ‫وف ث ْو ُي ْطع‬ ِ ‫ِم َ ب ِ َ ع ُر‬ ‫ َ ج ح ل م و ِِ ثن يأ‬, ِ ‫ا ذسبِي‬
ِ ‫ي ُم َ َ ِ ٍل ِي‬ َ ْ َ ‫ِيق‬
ً َ
‫صد‬
As{a>ba ‘Umaru ard{an bikhaybara, fa’ata’n nabiyya s{allallahu
‘alaihi wa ilaihi wa Sallama yasta’miruhu fi>ha> faqa>la: ya> rasula’l-
llahi, inni> as{abut ard{an bikhaybara lam us{ib ma>lan qat{u huwa
anfasu ‘indi> minhu, fama> ta’muruni> bihi? Qa>la: in syi’ta h{abbasta
as{laha wa tas{addaqta biha>. Qa>la: fatas{addaqa biha> ‘Umaru: annahu
la> yuba‘u as{luha>, wa la> yubta>‘u wa la> yu>habu. Qa>la: fatas{addaqa
‘Umaru fi’l-fuqara>’i wa fi’l-qurba> wa fi’r-riqa>bi wa fi> sabili’l-llahi
wa’b-ni’s-sabi>li wa’d{-d{ayfi, la> juna>h{a ‘ala> man waliyaha> an
ya’kula minha> bi’l ma‘ru>fi, aw yut{‘ima s{adi>qan gaira
mutamawwilin fi>hi.
Artinya: “Bahwa sahabat Umar Radhiyallahu ‘Anhu memperoleh
sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar Radhiyallahu ‘Anhu
menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk
meminta petunjuk. Umar berkata: ‘Wahai Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya
belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang
engkau perintahkan kepadaku?’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: ‘Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah
itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya).’ Kemudian Umar
mensedekahkan (tanahnya untuk dikelola), tidak dijual, tidak
dihibahkan, tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata: ‘Umar
menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-orang
fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil, dan tamu.
Dan tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan
hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan
orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk harta.’” (HR.
Bukhari:2565, Muslim:3085 dalam Al-Mubarakfury, 2012:706-
707)

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

Al-‘Utsaimin (2009:6) dan Tirmidzi dalam Sabiq (2009:536)

menyatakan bahwa perbuatan wakaf yang dilakukan ‘Umar bin

Khattab di atas merupakan wakaf pertama dalam Islam.

c. Al-‘Utsaimin (2009:7-8) menjelaskan perbuatan wakaf sahabat

Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu pasca turunnya surah Ali ‘Imran

ayat 92 sebagai berikut:

Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu segera menghadap


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam seraya berkata:
“wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah-Tabaaraka wa
Ta’aala-telah menurunkan ayat:

ۡ َ ‫ُ ُ َنۚ َو َم تُ ف ُِق ا ْ ِم‬ُ ْ ُ ُ ‫َ ََ ُ ْ ۡ ذ َ ذ‬


‫َءل‬ ِ ‫َ ت فِق ا ِ ذ‬
ٰ ‫ل ت ا ٱل ِب ح‬
َ َ ‫فَإ ذن ذ‬
٢ ٞ ‫ٱّ ب ِ ِۦ ع ِي‬ ِ

Lan tana>lu’l-birra h}atta> tunfiqu> mimma> tuh}ibbu>na, wa ma>


tunfiqu> min syay’in fa’inna’l-llaha bihi> ‘ali>mun
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian
harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya”(QS. Ali ‘Imran:92).
Sedangkan harta yang paling aku cintai adalah Bairuhaa’,”
yaitu nama kebun kurma yang menghadap masjid Rasul
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Madinah. Di sana ada mata
air tawar dan senantiasa didatangi oleh Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam dan beliau minum airnya. Tidak diragukan
lagi, bahwasanya harta tersebut sangat berarti bagi Abu
Thalhah. Lalu dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku sedekahkan
ia di jalan Allah. Maka pergunakanlah, wahai Rasulullah,
sesuai kehendak Allah atas dirimu.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa Sallam bersabda:

‫ َﻭﺃَ َﺭﻯ ﺃَ ْﻥﺕَﺝْ َﻉﻝَ ﻩَﺍ‬،ٌ‫ﺏﺡ‬


ِ ‫ َﺫﺍﻙَ َﻡﺍ ٌﻝ َﺭﺍ‬،ٌ‫ﺏﺡ‬
ِ ‫ َﺫﺍﻙَ َﻡﺍ ٌﻝ َﺭﺍ‬،‫ﺏﺥ‬ ٍ ‫ﺥ‬ٍ َ‫ﺏ‬
َ‫ﻱﻥ‬ ْ َ‫ﻱ ﺍأ‬
ْ ِ‫ﻕ َﺭﺏ‬ ْ ِ‫ﻑ‬

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

Bakhin bakhin, z\a>ka ma>lun ra>bih}un, z\a>ka ma>lun ra>bih}un,


wa ara> an taj‘alaha> fi’l-‘aqrabi>na.
Artinya: “Wah, wah, sungguh ini merupakan harta yang
sangat menguntungkan. Ini merupakan harta yang sangat
menguntungkan. Aku sarankan, agar engkau sedekahkan
kepada kerabatmu”.

Abu Thalhah pun membaginya kepada kerabatnya dengan


keponakan-keponakannya (dari pihak Bapak).
Hadis di atas diriwayatkan Imam Bukhari: 1461, 5/354, 5/355 dan

Imam Muslim: 998, 3/1255 sebagaimana dinyatakan oleh Al-

‘Utsaimin (2009:8) dan Sabiq (2009:535).

d. Dari sahabat ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu bahwa

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ُ‫ﻑَﻝَ ﻩُ ﺍ ْﻝ َﺝﻥَ ﺓ‬،‫ﻑَ َﺭ ﺭُﻭْ َﻡ ٍﺓ‬


‫َﻡ ْﻥ َﺡ‬
Man h}afara ru>matin, falahu’l-jannatu

Artinya: “Siapa yang menggali sumur Rumah, maka baginya


surga.” (HR. Bukhari:5/407 sebagaimana dinyatakan oleh
Sabiq (2009:534)).
Sabiq (2009:534) mengutip riwayat dari Baghawi yang menyatakan

bahwa sumur yang bernama Rumah tersebut adalah mata air milik

Bani Ghifar yang setiap hari menjual air sekantong kulit untuk

ditukar dengan takaran satu mud (takaran dua telapak tangan).

Rasulullah mendorong para sahabat untuk membeli sumur tersebut

dan disedekahkan kepada kaum muslimin. Sahabat ‘Utsman

Radhiyallahu ‘Anhu kemudian membelinya seharga 35.000 dirham

dan menyedekahkannya untuk kaum muslimin.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

e. Dari sahabat Sa’ad bin Ubadah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa dia

berkata: “Wahai Rasulullah, Ummu Sa’ad telah wafat, lantas

sedekah apakah yang paling utama?” Beliau bersabda, “Air”. Sa’ad

bin Ubadah Radhiyallahu ‘Anhu pun menggali sumur dan berkata,

“Ini milik Ummu Sa’ad” (HR. Abu Daud: 2/314, An-Nasa’i: 6/255

sebagaimana dinyatakan oleh Sabiq (2009:535)).

f. Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ْ‫ﺵ‬
ُ‫ﺏ َﻉ ﻩ‬ َ ِ‫ﻱ َﻡﺍﻥًﺍ َﻭﺍﺡْﺕ‬
َ ‫ﻑَﺇِ َﻥ‬،‫ﺱﺍﺏًﺍ‬ ْ ِ‫ﺱﺏِﻱ ِْﻝ هِ ﺇ‬ َ ‫ﻱ‬ ْ ِ‫ﺱﻑَ َﺭﺱًﺍﻑ‬ َ َ‫َﻡ ِﻥ ﺍﺡْﺕَﺏ‬
ٌ َ‫ﺱﻥ‬
‫ﺍﺕ‬ َ ‫ﻱﺍ َﻡ ِﺓ َﺡ‬َ‫ﻕ‬ِ ‫ﻱﻭْ َﻡ ﺍ ْﻝ‬ ِ ‫ﻱ ِﻡ َﺯﺍ‬
َ ‫ﻥ ِﻩ‬ ْ ‫ﻑ‬ِ ُ‫ﺏﻭْﻝَ ﻩ‬َ ‫َﻭ َﺭﻭْﺙَ ﻩُ َﻭ‬
Mani’h}-tabasa farasan fi> sabi>lil’l-llahi i>ma>nan wah}tisa>ban,
fainna syab‘ahu wa raws\ahu wa bawlahu fi> mi>za>nihi yawma’l-
qiya>mati h}asana>tun.

Artinya: “Siapa yang mewakafkan kuda di jalan Allah karena


iman dan mengharap ridha Allah, maka makanannya,
kotorannya, dan kencingnya pada hari kiamat merupakan
kebaikan-kebaikan yang berada dalam timbangan amalnya”
(HR. Bukhari:4/34 dan Ahmad:2/374 sebagaimana dinyatakan
oleh Sabiq (2009:536)).

g. Dari sahabat Khalid bin Walid Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِ‫ﺏ ِﻝ ه‬
ِ‫ﺱ‬ ْ ِ‫ﺱ ﺃَ ْﺩ َﺭﺍ َﻉ ﻩُ َﻭﺃَ ْﻉﺕَﺍ َﺩﻩُﻑ‬
َ ‫ﻱ‬ َ َ‫ﻑَﻕَ ْﺩ ﺇِﺡْﺕَﺏ‬،‫ﺃَ َﻡﺍ َﺥﺍﻝِ ٌﺩ‬
Amma> kha>lidun, faqad ih}tabasa adra>‘uhu wa a‘ta>dahu fi>
sabi>li’l-llahi

Artinya: “Adapun Khalid, dia telah mewakafkan baju besi-baju


besinya dan perlengkapannya di jalan Allah” (HR.
Bukhari:3/331 dan Muslim:2/677 sebagaimana dinyatakan
oleh Sabiq (2009:537))

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

h. Dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, beliau

berkata:

ُ‫ﺹ َﻝ ه‬
َ ‫ه‬ِ ‫ﺍﻝ َﺭﺱُﻭْ ُﻝ‬ َ َ‫ﺱﺍ ِءﻕ‬َ ِ‫ﻱﺱُﻭْ َﺭ ِﺓ ﺍﻝﻥ‬
ْ ‫ﻑ‬ ‫ﺕ ﺍ ْﻝ‬
ِ ُ‫ﻑَ َﺭﺍ ِءﺽ‬ ِ َ‫ﻝَ َﻡﺍﻥَ َﺯﻝ‬
ْ َ‫ َﺭ َﻭﺍﻩُ ﺍ ْﻝﺏ‬،‫ﺱﺍ ِء‬
‫ﻱ ﻩَﻕِﻱ‬ َ ِ‫ﺕ ﺍﻝﻥ‬ َ ‫ َﻝ َﺡﺏ‬:‫ﺱﻝَ َﻡ‬
ِ ‫ْﺱﺏَ ْﻉ َﺩﺱُﻭْ َﺭ‬ ْ َ‫َﻉﻝ‬
َ ‫ﻱ ِﻩ َﻭ‬
Lamma> nazalati’l-fara>id}u fi> su>rati’n-nisa>i qa>la rasu>lu’l-llahi
s}alla’l-llahu ‘Alaihi wa sallama: la> h}absa ba‘da su>rati’n-nisa>i,
rawa>hu’l-bayhaqiyyu

Artinya: “Ketika ayat tentang faraid (waris) di dalam surah


An-Nisa’ diturunkan, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: Tidak ada penahanan harta (wakaf) setelah
turunnya surah An-Nisa’” (HR. Baihaqi sebagaimana
disampaikan oleh Haq (2014:5))

Dalil di atas merupakan argumentasi dari Abu Hanifah dan

sebagian ulama Hanafiyah yang berpendapat bahwa harta wakaf

masih tetap milik wakif (Haq, 2014:4).

3. Dalil Ijma’

Mengenai dalil ijma’, Rozalinda (2015:20) menyatakan bahwa,

“Sampai hari ini, para ulama setelah Nabi Muhammad telah ijma’

tentang kebolehan wakaf hukumnya sunnah. Tidak ada satupun yang

mengingkari hal ini”. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat

Imam Ibnu Taimiyah dalam Al-Bushi (2012:476) yang menyatakan

bahwa “Kaum muslimin telah sepakat berkenaan dengan makna ini,

bahwa jika seorang yatim atau nazhir wakaf atau wakil seseorang

berkenaan dengan hartanya mendapatkan wasiat harta, maka mereka

harus menyikapi harta itu dengan yang terbaik diantara yang baik”.

4. Dalil Istihsan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

Dalil istihsan adalah dalil dalam fikih Islam yang popular pada mazhab

Hanafiyah. Ibn Abidin, salah seorang ulama Hanafiyah dalam

Rozalinda (2015:21) menyatakan bahwa,

“Ulama Hanafiyah berpendapat, berdasarkan ihtihsan ulama ini


membolehkan mewakafkan benda bergerak, seperti uang (dinar
dan dirham) yang telah berlaku menurut kebiasaan, seperti
wakaf buku, dan wakaf alat-alat penyelenggaraan jenazah”.

Pendapat ini didasarkan oleh hadis Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi wa Sallam berikut:

‫ﺱ ٌﻥ‬ ِ ‫ﺱﻥًﺍﻑَ ﻩ َُﻭ ِﻉ ْﻥ َﺩ‬


َ ‫ه َﺡ‬ َ ‫ﻝ ُﻡﻭْ ﻥَ َﺡ‬ْ ‫َﻡﺍ َﺭﺃَﻯ ﺍ ْﻝ ُﻡ‬
ِ‫ﺱ‬
Ma> ra’a’l-muslimu>na h}asanan fahuwa ‘inda’l-llahi h}asanun

Artinya: “Apa yang dianggap baik oleh kaum muslimin, maka di


sisi Allah juga dinilai baik”. (HR. Ahmad sebagaimana
disampaikan Mardani (2013:225) namun dinilai sebagai perkataan
sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu)

Dalil istihsan digunakan ulama Hanafiyah sebagai dasar hukum

pemberlakuan hukum wakaf pada benda-benda yang bergerak seperti

uang dan surat berharga.

2.2.3. Rukun dan Syarat Wakaf

2.2.3.1.Wakif

Haq (2014:8) menyatakan bahwa wakif adalah orang yang mewakafkan

hartanya. Lebih lanjut, pelaku wakaf haruslah memenuhi kriteria ahliyah Al-

tabarru’, yaitu orang tersebut mampu bertindak atas namanya sendiri, tidak

terpaksa maupun di bawah pengampuan (Mahjur ‘alaih). Direktorat

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

Pengembangan Wakaf (2007a:21) menjelaskan pula bahwa seorang wakif

haruslah memiliki kamalul ahliyah atau kecakapan hukum yang ditandai oleh

empat indikator:

1. Merdeka

Kriteria merdeka berkonsekuensi bahwa wakaf yang dilakukan budak

atau hamba sahaya menjadi tidak sah. Hal ini dikarenakan “Wakaf

adalah pengguguran hak miliki dengan cara memberikan hak miliki itu

kepada orang lain. Sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai hak

miliki, dirinya dan apa yang ia miliki adalah kepunyaan tuannya.”

(Direktorat Pengembangan Wakaf, 2007a:21). Hal ini senada dengan

pendapat para Imam mazhab yang empat (Hanafiyah, Malikiyah,

Syafi‘iyyah, dan Hanabilah) sebagaimana disimpulkan oleh Haq

(2014:11). Namun, pendapat berbeda diberikan oleh Abu Zahrah dan

mazhab Zhohiri yang menganggap bahwa wakaf sah bila dilakukan

budak seiring tuannya dan budak dapat memiliki dan membelanjakan

sesuatu, baik dari jalan waris maupun tabarru’ (Direktorat

Pengembangan Wakaf, 2007a:22). Adapun syarat wakif berbentuk

organisasi dan badan hukum diatur dalam UU No. 41 tahun 2004

tentang Wakaf pada Pasal 8 ayat (2) dan (3) yang berbunyi:

(2) Wakif organisasi hanya dapat melakukan wakaf apabila


memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda
wakaf miliki organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi
yang bersangkutan.
(3) Wakif badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf c hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan
badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

hukum sesuai dengan anggaran dasa badan hukum yang


bersangkutan.

2. Berakal sehat

Kriteria wakif harus berakal sehat berkonsekuensi tidak sahnya wakaf

orang gila, orang lemah mental (idiot), orang yang berubah akal karena

faktor usia, sakit atau kecelakaan. Orang-orang tersebut tidak sah

wakafnya karena tidak sempurna dan tidak cakap untuk melakukan

akad dan menggugurkan hak milik (Direktorat Pengembangan Wakaf,

2007a:22). Namun, orang yang bodoh (idiot) dapat menjadi ahliyah Al-

tabarru’ setelah meninggal dunia (Haq, 2014:12). Maksudnya ialah

apabila orang bodoh tersebut mewasiatkan hartanya untuk diwakafkan

maka wakafnya sah karena wasiatnya orang bodoh sah apabila

dilakukan setelah orang tersebut meninggal dunia.

3. Dewasa (baligh)

Direktorat Pengembangan Wakaf (2007a:22) menegaskan bahwa

wakaf anak kecil (belum baligh) dihukumi “Tidak sah karena ia

dipandang tidak cakap melakukan akad dan tidak cakap pula untuk

menggugurkan hak miliknya”.

4. Tidak berada di bawah pengampuan (boros/lalai)

Orang yang berada di bawah pengampuan dipandang tidak cakap

melakukan tindakan hukum sehingga wakafnya tidak sah. Namun,

berdasarkan istihsan, orang yang berada di bawah pengampuan yang

berwakaf untuk dirinya sendiri adalah sah karena tujuan dari

pengampuan adalah menjaga harta agar dibelanjakan secara benar dan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

agar orang tersebut tidak menjadi beban bagi orang lain (Direktorat

Pengembangan Wakaf, 2007a:23). Golongan Syafi’iiyah menganggap

bahwa wakaf orang yang boros dipandang sah bila dilakukan setelah

orang tersebut meninggal dunia sebagaimana pada orang yang bodoh

(idiot) (Haq, 2014:12).

2.2.3.2. Mauquf atau Mauquf Bih

Istilah mauquf atau mauquf bih bermakna harta yang diwakafkan (Haq,

2014:8). Terdapat lima syarat dari harta benda wakaf yang disepakati oleh para

fuqaha atau ulama fikih sebagaimana dijelaskan oleh Haq (2014:14) sebagai

berikut:

1. Harta itu bernilai


2. Harta itu berupa benda tidak bergerak (‘Uqar)/benda bergerak
(Manqul)
3. Harta itu diketahui kadar dan batasannya
4. Harta itu milik wakif
5. Harta itu terpisah dari harta perkongsian atau milik bersama
Perbedaan para ulama dalam penentuan syarat harta benda wakaf ialah

pada penekanan ulama atas syarat-syarat di atas (Haq, 2014:14). Misalkan pada

mazhab Hanafiyah yang menekankan bahwa wakaf pada dasarnya dilakukan pada

benda tidak bergerak karena syarat sah harta wakaf ialah mu’abbad atau kekal

‘ain atau zat bendanya (Direktorat Pengembangan Wakaf, 2007a:31). Adapun

wakaf benda bergerak dimungkinkan sebagai pengecualian dengan kriteria

sebagaimana dinyatakan oleh Haq (2014:15) sebagai berikut:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

1. Hendaknya benda itu selalu mengikuti atau melekat pada benda tidak
bergerak. Kriteria ini terbagi lagi menjadi dua macam:
a. Hubungannya sangat erat dengan benda tidak bergerak seperti
bangunan dan pohon.
b. Sesuatu yang khusus disediakan untuk kelestarian benda tidak
bergerak seperti alat pembajak atau sapi.
2. Hendaknya ada keterangan dari hadis Nabi bahwa barang itu boleh
diwakafkan seperti pedang, baju perang, dan hewan yang disiapkan
khusus untuk saran perang.
3. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan, seperti mewakafkan kitab dan
Al-Qur’an.

Lebih lanjut, Direktorat Pengembangan Wakaf (2007a:32) menyebutkan

bahwa kriteria ketiga dari wakaf benda bergerak menurut mazhab Hanafiyah ialah

dapat mendatangkan pengetahuan dan mungkin dikerjakan pada masa lalu seperti

tempat memanaskan air, sekop, dan kampak sebagai alat bantu pekerjaan manusia

Adapun mazhab Maliki, penekanannya ialah barang yang diwakafkan

haruslah bermanfaat bagi mauquf ‘alaih atau penerima wakaf sehingga apa saja

boleh diwakafkan asalkan bermanfaat (Haq, 2014:15). Mazhab ini tidak

mensyaratkan mu’abbad atau kekekalan zat benda wakaf dan membolehkan

wakaf yang bersifat sementara (Direktorat Pengembangan Wakaf, 2007a:32-33).

Adapun mazhab Syafi’i memberikan penekanan pada kekekalan manfaat

manfaat baik harta wakaf itu benda tidak bergerak, benda bergerak ataupun benda

milik bersama (Haq, 2014:16 dan Direktorat Pengembangan Wakaf, 2007a:32).

Mazhab Hanabilah menekankan bahwa harta wakaf haruslah harta yang dapat

diperjualbelikan (Haq, 2014:16).

Ketentuan yang tercantum dalam UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf

pada pasal 1 ayat (5) menyatakan bahwa harta benda wakaf haruslah harta benda

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta

mempunyai nilai ekonomis menurut syari’ah yang diwakafkan wakif. Pada pasal

16 ayat (1) dijelaskan bahwa harta benda wakaf terdiri atas benda tidak bergerak

yang lebih lanjut diatur dalam pasal 16 ayat (2) dan benda bergerak yang diatur

dalam pasal 16 ayat (3). Hal ini menunjukkan bahwa UU wakaf mencoba

mengakomodasi pemikiran seluruh mazhab fikih terkait kriteria harta benda

wakaf.

2.2.3.3. Mauquf ‘Alaih

Istilah mauquf ‘alaih berarti tujuan dari wakaf (Haq, 2014:18). Makna

tujuan wakaf tersebut bisa menjadi beragam sebagai penjelasan berikut:

1. Niat berwakaf. Niat berwakaf harus diarahkan pada pendekatan diri

kepada Allah, baik kepentingan peribadatan maupun kepentingan

umum lainnya sesuai ajaran Islam (Haq, 2014:18).

2. Pengelola harta wakaf (nazhir). Definisi nazhir menurut UU No. 41

tahun 20014 tentang Wakaf adalah pihak yang menerima harta benda

wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan

peruntukannya. Nazhir menurut UU tersebut terdiri atas nazhir

perseorangan, organisasi, dan badan hukum dengan persyaratan sebagai

berikut:

a. Nazhir perseorangan, sesuai pasal 10 ayat (1) UU Wakaf memiliki

syarat sebagai berikut:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

1) Warga negara Indonesia;


2) Beragama Islam;
3) Dewasa;
4) Amanah;
5) Mampu secara jasmani dann rohani; dan
6) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

b. Nazhir organisasi, sesuai pasal 10 ayat (2) UU Wakaf memiliki

syarat sebagai berikut:

1) Pengurus organisasi yang bersangkutan dan memenuhi


persyaratan nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1); dan
2) Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.

c. Nazhir badan hukum, sesuai pasal 10 ayat (3) UU Wakaf memiliki

syarat sebagai berikut:

1) Pengurus badan hukum yang bersangkutan memnuhi


persyaratan nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1);
2) Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan
3) Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.

3. Pihak yang menerima harta dan/atau manfaat wakaf. Rozalinda

(2015:29-30) menyebutkan sejumlah syarat-syarat mauquf ‘alaih

sebagai berikut:

a. Pihak yang diberi wakaf berorientasi kebaikan dan tidak digunakan

untuk maksiat karena wakaf pada bertujuan untuk mendekatkan diri

kepada Allah. Ulama Hanafiyah menyebutkan empat kondisi wakif

dan tujuan manfaat wakafnya sebagai berikut:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

1) Wakaf seorang muslim atau non-muslim sah bila ditujukan

untuk kepentingan kemanusiaan seperti rumah sakit, sekolah,

dan membantu kaum fakir dari agama maupun suku apapun.

2) Wakaf yang dilakukan muslim ataupun non-muslim tidak sah

bila ditujukan untuk kepentingan yang bertentangan dengan

agam seperti perjudian atau tempat hiburan.

3) Wakaf untuk masjid hanya sah dilakukan oleh orang muslim,

karena bersedekah untuk masjid adalah sedekah yang

dikhususkan bagi muslim saja.

4) Wakaf untuk kepentingan agama di luar Islam, seperti

pembangunan gereja tidak sah dilakukan baik oleh muslim

maupun non-muslim.

b. Sasaran tersebut diarahkan pada aktivitas kebaikan yang bersifat

berkelanjutan atau secara kebiasaan tidak mungkin mengalami

keterputusan dalam pemanfaatan harta wakaf.

c. Peruntukan harta wakaf tidak dikembalikan kepada wakif atau wakif

tidak dapat mewakafkan harta untuk dirinya sendiri.

2.2.3.4. Sighat Wakaf

Istilah sighat waqf berarti ikrar dari aktivitas wakaf. Peraturan Pemerintah

No. 28 tahun 1977 menyatakan bahwa ikrar wakaf merupakan pernyataan

kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah benda miliknya. Ikrar wakaf dapat

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

menjadi sah di mata hukum apabila memenuhi sejumlah syarat. Haq (2014, 28-

29) menyebutkan syarat-syarat tersebut sebagai berikut:

a. Jelas tujuannya.

b. Tidak dibatasi dengan waktu tertentu

c. Tidak tergantung pada suatu syarat, kecuali syarat mati.

d. Tidak mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali wakaf

yang sudah dilakukan.

Pendapat lain mengenai syarat-syarat ikrar wakaf dikemukakan oleh

Rozalinda (2015) dengan rincian sebagai berikut:

a. Pernyataan wakaf bersifat ta’bid (untuk selama-lamanya) sebagaimana

pendapat Imam Abu Hanifah, mazhab Syafi’iyah, dan Hanabilah.

Namun, ulama Malikiyah menyatakan boleh berwakaf dengan waktu

tertentu dan bila waktunya habis maka harta wakaf dikembalikan

kepada pemiliknya (Rozalinda, 2015:30). Meskipun demikian, prinsip

dasar dalam ikrar wakaf ialah bersifat selamanya meskipun tetap sah

memberikan syarat waktu tertentu di dalam ikrar wakaf tersebut

sebagaimana pendapat ulama Malikiyah dan Imam Abu Yusuf dari

mazhab Hanafiyah (Rozalinda, 2015:30).

b. Pernyataan ikrar wakaf harus bersifat tanjiz aatu jelas menunjukkan

terjadinya wakaf dan memunculkan akibat hukum wakaf. Ini

merupakan syarat sah ikrar wakaf menurut jumhur ulama fikih. Hal ini

dikarenakan wakaf bermakna pemilikan sementara pemilikan tidak sah

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

bila dilakukan tidak dengan sighat tanjiz, yakni pernyataan ikrar yang

menunjukkan terjadinya pemindahan kepemilikan di waktu sekarang

(Rozalinda, 2015:31).

c. Pernyataan wakaf bersifat tegas (ja>zim) ataupun ilza>m. Menurut ulama

Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah menyatakan bahwa tidak sah

wakaf bila dilakukan dengan ikrar yang tidak tegas seperti janji semata

atau adanya khiyar syarat atau opsi berupa syarat tertentu. Selain itu,

jumhur ulama berpendapat ikrar wakaf bersifat mengikat sehingga

tidak boleh wakif menarik kembali dan melakukan tindakan hukum

atas harta wakaf tersebut. (Rozalinda, 2015:32).

d. Pernyataan ikrar wakaf tidak diiringi dengan syarat batal, yakni syarat

yang meniadakan makna wakaf atau bertentangan dengan keharusan

dari praktik wakaf seperti pernyataan berikut: “Saya wakafkan tanah

ini dengan syarat tanah ini tetap menjadi milik saya” (Rozalinda,

2015:32).

e. Menyebutkan mauquf ‘alaih secara jelas dalam pernyataan wakaf

sebagaimana didiukung ulama Syafi’iyah dan Hanafiyah selain Abu

Yusuf dengan tujuan agar pemanfaatan wakaf dapat diketahui secara

langsung (Rozalinda, 2015:33).

f. Ikrar wakaf dinyatakan dengan lafzh sharih (jelas) atau lafzh kinayah

(kiasan) (Rozalinda, 2015:33). Menurut Haq (2014:30), lafal ikrar

wakaf yang jelas ialah sebagai berikut:

1) ْ َ‫َﻭﻕ‬
ُ‫ﻑﺕ‬
Waqaftu

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

Secara bahasa bermakna saya mewakafkan.

2) ُ‫ﺱﺕ‬
ْ .‫َﺡﺏ‬
H{abbastu

Secara bahasa bermakna saya menahan.

3) ُ‫ﺱﺏّ ْﻝﺕ‬
َ
Sabbaltu

Secara bahasa bermakna kuperuntukkan untuk umum.

Adapun lafal ikrar wakaf yang berupa lafal kiasan adalah:

1) ْ ‫ﺹ ّﺩ‬
ُ‫ﻕﺕ‬ َ َ‫ﺕ‬
Tas}addaqtu

Secara bahasa bermakna saya menyedekahkan. Makna ikrar ini

bisa berarti sedekah wajib (zakat), atau sedekah yang disunnahkan

Haq (2014:30).

2) ُ‫َﺡ ّﺭ ْﻡﺕ‬
H{arramtu

Secara bahasa bermakna saya mengharamkan. Makna ikrar ini

selain berarti wakaf dapat pula berarti zhihar (Haq, 2014:30).

3) ُ‫ﺍَﺏّﺩْﺕ‬
Abbadtu

Secara bahasa bermakna kuberikan untuk selamanya. Makna dari

lafal ikrar ini mencakup semua pengeluaran harta untuk selamanya

Haq (2014:30).

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

Ikrar wakaf dalam hukum positif diatur dalam pasal 17 UU No. 41 tahun

2004 tentang Wakaf dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada nazhir di hadapan PPAIW

(Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) dengan disaksikan oleh 2 (dua)

orang saksi.

2. Ikrar wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan secara

lisan dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh

PPAIW.

2.2.4. Jenis-Jenis Wakaf

Praktik wakaf dapat dibagi menjadi sejumlah kategori ditinjau dari

beberapa sisi:

1. Berdasarkan jangka waktu berlakunya akad wakaf, maka wakaf terdiri

atas dua jenis, yaitu:

a. Wakaf temporer atau sementara, yakni praktik wakaf yang

memiliki batas waktu sehingga saat jatuh tempot dapat kembali

kepada pemiliknya. Jenis wakaf ini didukung oleh pendapat

mazhab Malikiyah (Haq, 2014:15).

b. Wakaf mua’abbad atau wakaf kekal, yakni akad wakaf yang

berlangsung kekal baik zat bendanya maupun manfaatnya. Jenis

wakaf ini didukung oleh Abu Hanifah, Syafi’iyah dan Ahmad

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

(Rozalinda, 2015:30). Aspek kekekalan manfaat wakaf bahkan

ditekankan oleh mazhab Syafi’iyah (Haq, 2014:16)

2. Berdasarkan penerima atau mauquf ‘alaih dari wakaf

Apabila ditinjau dari aspek mauquf ‘alaih, terdapat dua macam wakaf

sebagaimana disebutkan oleh Haq (2014:21), yaitu:

a. Wakaf Ahli/Dzurri.

Wakaf ahli atau wakaf dzurri ialah wakaf yang pada awalnya

ditujukan kepada orang tertentu, seorang atau lebih, walaupun pada

akhirnya untuk umum (Haq, 2014:21). Misalkan wakaf kepada

anak, cucu, dan kerabat yang pada akhirnya juga untuk

kepentingan umum. Dalilnya ialah hadis dari tentang sahabat Abu

Thalhah sebagai berikut:

Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu menghadap Rasulullah


Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seraya berkata: “wahai
Rasulullah, sesungguhnya Allah-Tabaaraka wa Ta’aala-telah
menurunkan ayat:

ۡ َ ‫ن َو َم تُ ف ُِق ا ْ ِم‬َ ُ ْ ُ ُ ‫َ ََ ُ ْ ۡ ذ َ ذ‬
‫َءل‬ ۚ ُ ُِ ‫َ ت فِق ا ِ ذ‬
ٰ ‫ل ت ا ٱل ِب ح‬
َ َ ‫فَإ ذن ذ‬
٢ ٞ ‫ٱّ ب ِ ِۦ ع ِي‬ ِ
Lan tana>lu’l-birra h}atta> tunfiqu> mimma> tuh}ibbu>na, wa ma>
tunfiqu> min syay’in fa’inna’l-llaha bihi> ‘ali>mun
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian
harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya”(QS. Ali ‘Imran:92).

Sedangkan harta yang paling aku cintai adalah Bairuhaa’,”


yaitu nama kebun kurma yang menghadap masjid Rasul
shallallahu ‘alaihi wa Sallam di Madinah. Di sana ada mata air
tawar dan senantiasa didatangi oleh Rasulullah Shallallahu

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

‘Alaihi wa Sallam dan beliau minum airnya. Tidak diragukan


lagi, bahwasanya harta tersebut sangat berarti bagi Abu
Thalhah. Lalu dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku sedekahkan
ia di jalan Allah. Maka pergunakanlah, wahai Rasulullah,
sesuai kehendak Allah atas dirimu.” Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ َﻭﺃَ َﺭﻯ ﺃَ ْﻥﺕَﺝْ َﻉﻝَ ﻩَﺍ‬،ٌ‫ َﺫﺍﻙَ َﻡﺍ ٌﻝ َﺭﺍﺏِﺡ‬،ٌ‫ َﺫﺍﻙَ َﻡﺍ ٌﻝ َﺭﺍﺏِﺡ‬،‫ﺏﺥ‬ ٍ ‫ﺥ‬
ٍ َ‫ﺏ‬
ْ‫ﺏ‬
َ‫ﻱﻥ‬ِ ‫ﻕ َﺭ‬ َ
ْ ‫ﻱ ﺍأ‬ ْ ‫ﻑ‬
ِ
Bakhin bakhin, z\a>ka ma>lun ra>bih}un, z\a>ka ma>lun ra>bih}un,
wa ara> an taj‘alaha> fi’l-‘aqrabi>na.
Artinya: “Wah, wah, sungguh ini merupakan harta yang
sangat menguntungkan. Ini merupakan harta yang sangat
menguntungkan. Aku sarankan, agar engkau sedekahkan
kepada kerabatmu”.
Abu Thalhah pun membaginya kepada kerabatnya dengan
keponakan-keponakannya (dari pihak Bapak).
Hadits di atas diriwayatkan Imam Bukhari:1461, 5/354, 5/355 dan

Imam Muslim:998, 3/1255 sebagaimana dinyatakan oleh Al-

‘Utsaimin (2009:8) dan Sabiq (2009:535).

b. Wakaf Khairi

Wakaf khairi ialah wakaf yang sejak awal ditujukan untuk umum

walaupun hanya dalam jangka waktu tertentu dan sesudah itu untuk

diri wakif dan anak cucunya, atau untuk seseorang atau beberapa

orang dan selanjutnya untuk anak cucu mereka (Haq, 2014:24).

Contohnya ialah wakaf untuk rumah sakit, masjid, sekolah,

jembatan, dan lain sebagainya. Dalilnya ialah perbuatan wakaf

yang dilakukan oleh sahabat ‘Umar bin Khattab dalam hadis dari

sahabat Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma berikut:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

‫ْﺕ ﺃَﺭْﺽً ﺍﻝَ ْﻡ‬ َ َ‫ﺍﻝ ﺃ‬


ُ ‫ﺹﺏ‬ َ َ‫ﻱﻑَﻕ‬
َ ‫ﺏ‬ َ‫ﺏ َﺭ ﺃَﺭْﺽً ﺍﻑَﺃ‬
ِ َ‫ﺕَﻯ ﺍﻝﻥ‬ ْ ‫ﺏ َﺥ‬
َ‫ﻱ‬ ِ ‫ﺍﺏ ُﻉ َﻡ ُﺭ‬
َ ‫ﺹ‬َ َ‫ﺃ‬

َ ‫ﺕ َﺡﺏَﺱ‬
‫ْﺕ‬ ْ‫ﺵ‬
َ ‫ﺉ‬ َ َ‫ﻱﻑَﺕَﺃْ ُﻡ ُﺭﻥِﻱﺏِ ِﻩﻕ‬
ِ ‫ﺍﻝ ﺇِ ْﻥ‬ َ َ‫ﺱ ِﻡ ْﻥ ﻩُﻑ‬
ْ‫ﻙ‬ َ َ‫ﻑ‬ ِ ُ‫ﺃ‬
‫ﺹﺏْ َﻡ ًﺍﻝﻕَﻁ ﺃَ ْﻥ‬

‫ﻉ ﺃَﺹْﻝُ ﻩَﺍ َﻭ َﻝ‬


ُ ‫ ﺃَﻥَ ﻩُ َﻝﻱُﺏَﺍ‬, ‫ﻕ ُﻉ َﻡ ُﺭ‬ َ َ‫ﻑَﺕ‬, ‫ﺏ ﻩَﺍ‬
َ ‫ﺹ َﺩ‬ َ ‫ﻕ‬
ِ ‫ﺕ‬ َ َ‫ﺃَﺹْﻝَ ﻩَﺍ َﻭﺕ‬
ْ ‫ﺹ َﺩ‬

َ ‫ﻱﻝ‬
ِ‫ه‬ ِ ‫ﺏ‬
ِ‫ﺱ‬
َ ‫ﻑِﻱ‬ ِ ‫ﻑُﻕَ َﺭﺍ ِء َﻭﺍ ْﻝﻕُﺭْﺏَﻯ َﻭﺍﻝﺭِﻕَﺍ‬
‫ﺏ َﻭ‬ ‫ﻑِﻱ ﺍ ْﻝ‬, ‫ﺙ‬
ُ ‫ﻱُﻭ ﻩَﺏُ َﻭ َﻝﻱُﻭ َﺭ‬

ُ ْ‫ﻱﺃ‬
‫ﻙ َﻝ ِﻡ ْﻥ َﻩﺍ‬ َ ‫ﻱ َﻩﺍ ﺃَ ْﻥ‬ِ ‫ﺍﺡ َﻉﻝَﻯ َﻡ ْﻥ َﻭ‬
َ‫ﻝ‬ َ َ‫ َﻝ ُﺝﻥ‬, ‫ﻱﻝ‬
ِ ‫ﺏ‬
ِ‫ﺱ‬
َ ‫ْﻑ َﻭﺍﺏ ِْﻥ ﺍﻝ‬
ِ ‫ﺽﻱ‬
َ ‫َﻭﺍﻝ‬

ْ ‫ﺹ ِﺩﻱﻕًﺍ َﻍ‬
ِ ‫ﻱ َﺭ ُﻡﺕَ َﻡ ِﻭ ٍﻝ‬
‫ﻑﻱﻩ‬ ْ ‫ُﻭﻑ ﺃَﻭْﻱ‬
َ ‫ُﻁ ِﻉ َﻡ‬ ِ ‫ﺏﺍ ْﻝ َﻡ ْﻉﺭ‬
ِ

As{a>ba ‘Umaru ard{an bikhaybara, fa’ata’n nabiyya s{allallahu


‘alaihi wa ilaihi wa Sallama yasta’miruhu fi>ha> faqa>la: ya>
rasula’l-llahi, inni> as{abut ard{an bikhaybara lam us{ib ma>lan
qat{u huwa anfasu ‘indi> minhu, fama> ta’muruni> bihi? Qa>la: in
syi’ta h{abbasta as{laha wa tas{addaqta biha>. Qa>la: fatas{addaqa
biha> ‘Umaru: annahu la> yuba‘u as{luha>, wa la> yubta>‘u wa la>
yu>habu. Qa>la: fatas{addaqa ‘Umaru fi’l-fuqara>’i wa fi’l-qurba>
wa fi’r-riqa>bi wa fi> sabili’l-llahi wa’b-ni’s-sabi>li wa’d{-d{ayfi,
la> juna>h{a ‘ala> man waliyaha> an ya’kula minha> bi’l ma‘ru>fi, aw
yut{‘ima s{adi>qan gaira mutamawwilin fi>hi.
Artinya: “Bahwa sahabat Umar Radhiyallahu ‘Anhu
memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar
Radhiyallahu ‘Anhu menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam untuk meminta petunjuk. Umar berkata: “Wahai
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, saya mendapat
sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan
harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan
kepadaku?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu,
dan engkau sedekahkan (hasilnya). “Kemudian Umar
mensedekahkan (tanahnya untuk dikelola), tidak dijual, tidak
dihibahkan, tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata: “Umar
menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-
orang fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil,
dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir)
wakaf makan hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya)
atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud
menumpuk harta.” (HR. Bukhari:2565, Muslim:3085 dalam
Al-Mubarakfury, 2012:706-707)

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

Haq (2014:77) menyatakan bahwa di Indonesia, regulasi

perwakafan seperti PP No. 28 tahun 1977, Kompilasi Hukum Islam

dan UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf tidak membahas tentang

wakaf ahli karena pada definisi wakaf yang dimakusd peraturan-

peraturan tersebut ialah untuk kepentingan peribadatan atau

keperluan lainnya sehingga sistem wakaf khairi yang diakui.

3. Berdasarkan mauquf atau harta wakaf

Ketentuan di dalam pasal 16 ayat ayat (1) UU No. 41 tahun 2004

tentang wakaf menyebutkan bahwa terdapat dua jenis harta benda

wakaf, yaitu:

a. Benda tidak bergerak, yang dalam ayat (2) disebutkan cakupannya

yaitu:

1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum

terdaftar;

2) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah

sebagaimana dimaksud pada huruf a;

3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Benda bergerak, yang dalam ayat (3) disebutkan cakupannya yaitu:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

1) Uang;

2) Logam mulia;

3) Surat berharga;

4) Kendaraan;

5) Hak atas kekayaan intelektual;

6) Hak sewa; dan

7) Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Berdasarkan substansi ekonomi

Qohaf dalam Uha (2013:154) menyatakan bahwa wakaf dapat dibagi

menjadi tiga macam berdasarkan substansi ekonominya sebagai

berikut:

a. Wakaf langsung

Wakaf langsung ialah wakaf untuk memberikan pelayanan

langsung kepada orang-orang yang berhak, seperti masjid, sekolah,

dan rumah sakit (Uha, 2013:154).

b. Wakaf produktif

Wakaf produktif ialah wakaf harta yang digunakan untuk

kepentingan produksi yang manfaatnya bukan kepada benda wakaf

secara langsung melainkan keuntungan bersih hasil pengembangan

wakaf yang nantinya akan diberikan kepada orang-orang yang

berhak sesuai tujuan wakaf. Wakaf jenis ini lebih berupa investasi

yang dapat memberikan dampak ekonomi yang lebih besar dan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

dapat menjadi penunjang kegiatan sosial dan peribadatan (Uha,

2013:154).

c. Wakaf tunai

Wakaf tunai ialah sebutan lain untuk wakaf uang. Uang yang

diwakafkan digunakan sebagai dana pinjaman bergulir tanpa bunga

bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan menjadi modal bagi

usaha-usaha produktif (Qohaf dalam Uha, 2013:155).

5. Berdasarkan pola pengelolaan

Pengelolaan antar aset wakaf dapat berbeda satu sama lain. Rozalinda

(2015) membagi jenis wakaf berdasarkan pola pengelolaannya menjadi

tiga jenis, yaitu:

a. Pengelolaan wakaf tradisional.

Pengelolaan wakaf secara tradisional ditandai dengan penempatan

wakaf sebagai ibadah mahdhoh atau ibadah ritual sehingga harta

benda wakaf kebanyakan berupa pembangunan fisik seperti masjid,

pessantren, tanah pekuburan, dan sebagainya. Pengelolaan wakaf

secara tradisional belum memberikan dampak sosial yang luas

karena wakaf ditujukan untuk kepentingan konsumtif (Antonio

dalam Rozalinda, 2015:237).

b. Pengelolaan wakaf semi profesional.

Pengelolaan wakaf secara semi profesional ditandai dengan adanya

pengembangan dari aset wakaf seperti adanya fasilitas gedung

pertemuan, toko, dan fasilitas lainnya di lingkungan masjid yang

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

berdiri di atas tanah wakaf seperti Masjid Pondok Indah di Jakarta

dan Masjid Taqwa Padang. Hasil dari pengelolaan fasilitas tersebut

digunakan untuk menutupi operasional masjid. Ada pula tanah

wakaf yang dikembangkan menjadi usaha pertanian, bisnis toko,

koperasi, bengkel dan penggilingan padi. Hasil dari usaha-usaha

tersebut digunakan untuk membiayai wakaf di bidang pendidikan

seperti yang dilakukan Pondok Modern Darussalam Gontor dan

Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (Rozalinda, 2015:238).

c. Pengelolaan wakaf profesional.

Pengelolaan harta wakaf secara profesional ditandai dengan

pemberdayaan wakaf secara produktif dan profesionalisme

pengelolaan yang meliputi aspek manajemen, sumber daya

manusia (SDM) nazhir, pola kemitraan usaha, dan bentuk wakaf

benda bergerak seperti uang dan surat berharga yang didukung

undang-undang wakaf yang berlaku. Dana wakaf yang terkumpul

disalurkan pada usaha sektor riil dengan kotrak bagi hasil

(mudharabah) atau diinvestasikan pada instrumen keuangan

syariah untuk kemudian hasil dari pengelolaan tersebut digunakan

untuk pendidikan Islam, pengembangan rumah sakit,

pemberdayaan ekonomi umat, dan bantuan pengembangan sarana

dan prasarana ibadah (Rozalinda, 2015:239). Contoh lembaga yang

mengelola wakaf secara profesional ialah Tabung Wakaf Indonesia

dari Dompet Dhuafa Republika dan Baitul Maal Muamalat.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

2.2.5. Wakaf dalam Dimensi Ekonomi

Objek dari perbuatan wakaf adalah harta yang mengandung nilai ekonomi.

Wakaf dapat dipahami sebagai kegiatan memindahkan harta yang awalnya untuk

dikonsumsi menuju reproduksi dan investasi untuk menghasilkan sesuatu yang

bisa dihasilkan di masa mendantang (Uha, 2013:172). Qohaf memandang bahwa

wakaf merupakan kegiatan menyimpan dan berinvestasi secara bersamaan Qohaf

dalam (Uha 2013:155). Pembentukan wakaf juga menyerupai pembentukan

yayasan ekonomi yang bertujuan menginvestasikan harta secara abadi ataupun

sementara untuk menghasilkan dan mendistribusikan manfaat dan layanan dari

hasil investasi tersebut (Uha, 2013:173).

Namun dalam kenyataannya, banyak aset wakaf yang belum menjadi alat

investasi sebagaimana dinyatakan oleh Ali (2012:96) bahwa di Indonesia, wakaf

pada umumnya berupa benda-benda konsumtif berupa masjid, sekolah, panti

asuhan, dan rumah sakit. Selain itu, adanya sejumlah persepsi tertentu mengenai

wakaf dari umat Islam sebagaimana dinyatakan oleh Direktorat Pemberdayaan

Wakaf (2007b:36), yaitu:

1. Wakaf berupa benda tidak bergerak, terutama tanah.

2. Tanah wakaf tersebut dibangunkan masjid atau madrasah.

3. Penggunaan wakaf didasarkan pada wasiat wakif.

4. Aset wakaf harus kekal sehingga tidak boleh diperjualbelikan.

Persepsi-persepsi di atas menghalangi pemberdayaan wakaf sebagai aset

investasi karena aset wakaf tidak dapat dijadikan agunan ke bank maupun

digabungkan dengan aset wakaf lainnya sehingga potensi produktif wakaf tidak

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

tergali (Direktorat Pemberdayaan Wakaf (2007b:36). Padahal, pesan tersirat yang

terdapat dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada sahabat

‘Umar bin Khattab ialah tanpa adanya pengelolaan kebun milik ‘Umar yang

diwakafkan maka tidak ada hasil yang dapat didistribusikan Direktorat

Pemberdayaan Wakaf (2007b:35).

Sepanjang sejarah Islam, pengelolaan wakaf telah memfasilitasi sebagian

tugas institusi pemerintah seperti Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Sosial

melalui pembangunan pusat riset, sarana belajar, pusat seni, dan lain-lain

(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007b:41). Negara-negara muslim yang

perwakafannya telah mapan, wakaf memiliki beragam bentuk dengan nilai

ekonomi tinggi seperti gedung-gedung yang disewakan, tanah pertanian yang

disewakan atau dikelola secara bagi hasil, saham-saham pada berbagai perusahaan

dan sebagainya. Salah satu contoh negara yang berhasil adalah negara Mesir yang

dengan pengelolaan wakaf yang maju dalam wujud Universitas Al-Azhar di Kairo

yang telah berusia lebih dari 1000 tahun dan rutin memberikan beasiswa kepada

mahasiswa luar negeri, memberikan program rehabilitasi bagi narapidana hingga

mampu kembali bermasyarakat, pembiayaan usaha kecil dan seminar-seminar

internasional (Ali, 2012:96-97). Harta wakaf di Arab Saudi berupa hotel, tanah,

perumahan untuk penduduk, pertokoan, kebun, dan tempat ibadah yang

sebagiannya ada yang diwakafkan untuk dua tanah suci yaitu Makkah dan

Madinah, yakni manfaat dari aset wakaf diperuntukkan bagi pembangunan kedua

kota suci dan fasilitas haji. Pengelolaan wakaf di Arab Saudi sendiri dikawal oleh

Majelis Tinggi Wakaf yang diketuai Menteri Haji dan Wakaf dan beranggotakan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

ahli hukum Islam dari Kementerian Kehakiman, perwakilan dari Kementerian

Ekonomi dan Keuangan, Direktur Arkeologi dan tiga orang lainnya dari kalangan

cendekiawan dan pers (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007b:110). Adapun di

Turki, menurut Nasution dalam Direktorat Pemberdayaan Wakaf (2007b:113),

sejak 1925 harta wakaf telah mencapai ¾ lahan produktif di Turki. Upaya

pengelolaan wakaf yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Wakaf Turki antara

lain:

1. Pelayanan kesehatan melalui wakaf-wakaf rumah sakit.

2. Pelayanan pendidikan dan sosial.

3. Komersialisasi harta wakaf dengan menggandeng investasi dan

kerjasama lembaga lain seperti Yvalik and Aydem Olive Oil

Corporation, Tasdelen Healthy Water Corporatiopn, Auqaf Guraba

Hospital, Taksim Hotel (Sheraton), Turkish Is Bank, Ayden Textile

Industri, dan lain-lain.

Pengelolaan wakaf di Bangladesh dijalankan oleh Social Investment Bank

Ltd. (SIBL) yang menginisiasi Pasar Modal Sosial (the Voluntary Capital Market)

dengan instrumen-instrumen keuangan Islam antara lain: surat obligasi

pembangunan perangkat wakaf (Waqf Properties Development Bond), sertifikat

wakaf tunai (Cash Waqf Deposit Certificate), sertifikat wakaf keluarga (Family

Waqf Certificate), dan lain-lain (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007b:115).

Sistem fiskal Bangladesh menitikberatkan pada Pajak Tidak Langsung yang

bersifat regresif dan dikenakan pada penghasilan. Penerbitan Sertifikat Wakaf

Tunai dianggap sebagai tanggung jawab sosial dan dapat menggantikan sebagian

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

atau seluruh pajak tidak langsung tersebut (Direktorat Pemberdayaan Wakaf,

2007b:116).

Yordania sejak tahun 1984 telah membentuk Direktorat Pembangunan dan

Pemeliharaan Wakaf yang bertugas memelihara, memperbaiki, dan membantu

tugas-tugas Kementerian Wakaf. Selain itu, direktorat tersebut telah membuat

proyek-proyek berbasis wakaf sebagai berikut (Direktorat Pemberdayaan Wakaf,

2007b:119):

1. Pembangunan kantor-kantor wakaf dan apartemen hunian di kota

Amman senilai 165.000 dinar Yordania.

2. Pembangunan kantor-kantor, pertokoan, dan pusat perdagangan di

tanah-tanah wakaf yang berada di wilayah Tepi Barat.

Wakaf dapat menjadi instrumen investasi yang menjalankan fungsi

intermediasi keuangan dari surplus unit kepada deficit unit pada semua tingkatan

sosial. Selain itu, wakaf memiliki keistimewaan karena harta wakaf tidak terkena

beban pajak dan zakat sebagaimana dipaparkan para ahli fikih (Qohaf dalam Uha,

2013:175). Kahf membagi dua jenis model investasi wakaf (Direktorat

Pemberdayaan Wakaf 2007b:43), yaitu:

1. Model investasi wakaf tradisional

Model investasi wakaf tradisional merupakan model-model

pembiayaan harta wakaf yang terdapat dalam buku-buku fikih klasik

yang terdiri atas:

a. Pinjaman, yakni mengajukan pinjaman kepada perorangan atau

lembaga keuangan dalam rangka merekonstruksi atau membangun

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

kembali harta wakaf yang rusak atau terbakar dengan seizing

dewan pengawas (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007b:43).

b. Hukr atau kontrak sewa jangka panjang dengan pembayaran lump

sum yang besar di muka. Praktik ini ialah dalam rangka menyiasati

larangan menjual harta wakaf dengan cara menyewakan hak guna

harta wakaf dalam jangka waktu tertentu untuk kemudian hasilnya

dimanfaatkan sesuai tujuan wakaf (Direktorat Pemberdayaan

Wakaf, 2007b:43-44).

c. Al-Ijaratain atau sewa dengan dua pembayaran. Metode ini mirip

dengan metode hukr. Perbedaannya ialah pada metode ijaratain

terdapat dua pembayaran, yakni pembayaran lump sum yang besar

di muka dalam rangka rekonstruksi aset wakaf dan sewa tahunan

yang dimanfaatkan sesuai kontrak (Direktorat Pemberdayaan

Wakaf, 2007b:43).

d. Penambahan harta wakaf. Salah satu contoh praktik dari

penambahan harta wakaf ialah perluasan Masjid Nabi Muhammad

Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dilakukan oleh Khalifah

‘Umar, ‘Utsman, Bani Umayyah dan Bani ‘Abbasiyah (Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, 2007b:44).

e. Penukaran pengganti (substitusi harta wakaf), yakni menukar harta

wakaf lama dengan harta wakaf baru karena harta wakaf lama tidak

lagi bermanfaat atau kurang bermanfaat. Praktik ini tidak

meningkatkan kuantitas harta wakaf namun dapat

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

memproduktifkan harta wakaf (Direktorat Pemberdayaan Wakaf,

2007b:44).

2. Model investasi wakaf institusional

Model investasi wakaf institusional muncul ditandai perkembangan

lembaga keuangan Islam. Perkembangan ini salah satunya ditandai

inovasi yang signifikan di bidang wakaf dengan kemunculan wakaf

tunai (uang), wakaf HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dan lain-lain

(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007b:15). Terkait wakaf uang,

model investasi yang dapat dikembangkan ialah sebagai berikut:

a. Dana wakaf uang yang diterima badan wakaf dijadikan

pembiayaan proyek wakaf tertentu seperti pembangunan pabrik

perangkat komputer. Hasil pengelolaan usaha diberikan untuk

tujuan wakaf tertentu seperti yayasan anak yatim piatu dan lain

sebagainya (Uha, 2013:179).

b. Wakif yang berwakaf dengan harta wakaf berupa uang dapat

bertindak sebagai nazhir atau pengelola aset wakaf tersebut dengan

menginvestasikannya pada produk bank Islam seperti deposito

dengan prinsip wadi’ah (titipan) atau mudharabah (bagi hasil)

(Uha, 2013:180).

2.2.6. Kebijakan Wakaf

Kebijakan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan turunan

dari kata bijak yang didefinisikan sebagai “kebijaksanaan, kepandaian, kemahiran;

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

rangkaian konsep pokok dan asas yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan

suatu pekerjaan; konsep dasar yang menjadi pedoman dalam melaksanakan suatu

kepemimpinan dan cara bertindak…” (Tim Prima Pena, 2012:145). Maka

kebijakan wakaf dapat diartikan sebagai panduan, pedoman dan konsep dasar

mengenai wakaf.

Di dalam studi mengenai hukum Islam, padanan kata dari kebijakan adalah

qanun. Kata qanun (‫ )ﻕﺍﻥَ ُﻭ ْﻥ‬secara etimologis berarti ukuran segala sesuatu, dan

juga berarti jalan atau cara (thariqah). Kata yang memiliki akar kata serupa

dengan qanun adalah taqnin. Taqnîn (‫ﻱﻥ‬


‫ )ﺕﻕﻥ‬secara etimologis berarti membentuk

undang-undang (Syamsoni, 2015:169).

Istilah qanun pada masa kini diartikan sebagai formalisasi hukum Islam

yang berasal dari syariat dan kemudian dikodifikasi oleh pemerintah sehingga

berlaku untuk masyarakat secara umum. Hal ini penting agar para hakim yang

terpisah pada lembaga peradilan yang berbeda-beda memiliki pandangan yang

sama mengenai suatu perkara (Syamsoni, 2015:171).

Ide mengenai taqnin atau formalisasi hukum syariat Islam pertama kali

diusulkan oleh Ibnu Muqoffa, seorang sekretaris negara berkebangsaan Persia

pada masa khalifah Bani Abbasiyah yang kedua, yaitu Al-Manshur. Hal ini

bertujuan untuk menciptakan keseragaman putusan hukum bagi para qadhi atau

hakim dengan tetap mengacu pada Al Qur’an dan Sunnah karena pada masa itu

banyak keputusan hakim pada perkara-perkara yang sama memiliki putusan yang

berlainan sehingga dapat mengancam stabilitas di masyarakat (Syamsoni,

2015:172-173).

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

Sementara itu, Mth (2006:188) menyebutkan bahwa terdapat riwayat dari

Abu Zur’ah dari Sulaiman bin Habib yang menunjukkan Umar Ibn Abdul Aziz

sebagai khalifah dari Bani Umayyah pada masa sebelumnya pernah menyatakan

keinginan untuk membentuk kodifikasi hukum bagi masyarakat sipil dan militer.

Umar Ibn Abdul Aziz juga tercatat pernah memerintahkan Abu Bakar bin

Muhammad selaku Gubernur Madinah untuk melakukan kodifikasi terhadap

sunnah qauliyah (sabda Nabi) dan sunnah amaliyah (praktik faktual) yang

dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya Akan tetapi, hal ini urung dilakukan

karena masing-masing daerah memiliki karakter yang berbeda.

Perkembangan praktik taqnin pada dunia Islam menjadi konkrit pada masa

Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) yang menurut Syamsoni (2015:174)

menerbitkan dua qanun sekaligus, yaitu Qanun Name yang mengatur tentang

ketentuan mengenai gaji tentara, polisi rakyat yang bukan muslim, urusan

kepolisian dan hukum pidana, hukum pertanahan dan hukum perang, serta

Majalah al-Adliyah yang merupakan qanun yang mengatur hukum kontrak.

Sementara itu, pada masa kekuasaan Dinasti Moghul di India terdapat

suatu kodifikasi hukum Islam bernama Fatawa Alamghirriyah yang disusun pada

masa Sultan Aurangzeb (1658-1707 M) dari dinasti Moghul. Pada perkembangan

selanjutnya, ketika Inggris menguasai India pada tahun 1772 M, terjadi upaya

penyatuan hukum Islam di India dan hukum Inggris yang menghasilkan Anglo

Muhammadan Law (Hukum Inggris terkait Islam) yang menjadi panduan para

mufti dan hakim Inggris dalam perkara terkait hukum Islam (Syamsoni,

2015:174).

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

Di Indonesia, semangat formalisasi hukum Islam atau taqnin mulai

nampak sejak awal masa kemerdekaan bangsa Indonesia ditandai dengan adanya

ide untuk memasukkan butir mengenai kewajiban melaksanakan syariat bagi

pemeluk agama Islam (Syamsoni, 2015:174-175). Praktik taqnin atau kodifikasi

hukum Islam ke dalam hukum negara meluas pada masa era Orde Baru yang

ditandai lahirnya sejumlah peraturan perundang-undangan seperti Undang-

Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang No. 7 tahun 1989

tentang Peradilan Agama dan penerbitan Kompilasi Hukum Islam pada tahun

1991 (Syamsoni, 2015:175). Sejumlah kebijakan wakaf juga lahir sebagai hasil

proses taqnin dari fikih wakaf menjadi bagian dari peraturan perundang-undangan

nasional, yaitu: Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 tentang Perwakafan

Tanah Milik; Buku III dari Kompilasi Hukum Islam berisi ketentuan tentang

wakaf; dan Undang-Undang No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf.

2.3. Ekonomi Kelembagaan

2.3.1. Definisi Ekonomi Kelembagaan

Arifin (2005:13) mendefinisikan kelembagaan sebagai pengaturan atas

perilaku kolektif dalam bentuk kontrol atau yurisdiksi, pembebasan atau liberasi

dan perluasan atau ekspansi kegiatan individu dan meliputi dua hal penting, yaitu

(1) norma dan konvensi (norms and conventions) serta (2) aturan main (rules of

the game). Definisi lain diberikan oleh Hayami dan Kikuchi (1981:5) yang

menyebut kelembagaan sebagai “rules sanctioned by the members of the

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

community” atau aturan-aturan dikukuhkan oleh anggota kelompok atau

komunitas.

Johnson dan Nielsen (1998:xvi) menyatakan bahwa terdapat dua

pemahaman mengenai kelembagaan yaitu:

1. Kelembagaan secara sempit dimaknai sebagai fenomena konkret atau

organisasi seperti bank, universitas, kantor pemerintah dan lainnya.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Rodgers (1994:2).

2. Kelembagaan secara luas dimaknai sebagai fenomena sosial yang

membatasi dan mengatur interaksi dalam masyarakat seperti hukum,

regulasi, aturan-aturan, norma-norma, dan kebiasaan yang berupa

aturan tertulis dan formal maupun aturan informal dan tak tertulis

(Rodgers, 1994:2).

Yustika (2013:26) menyatakan bahwa ruang lingkup dan definisi

kelembagaan sangat beragam namun dapat diringkas dalam dua klasifikasi

berikut:

1. Kelembagaan sebagai suatu proses merupakan upaya-upaya yang

dilakukan untuk mengatur interaksi antarpelaku ekonomi sehingga

mereka dapat melakukan aktivitas ekonomi.

2. Kelembagaan bertujuan menciptakan efisiensi ekonomi berdasarkan

struktur kekuasaan, baik kekuasaan ekonomi, politik, dan sosial di

antara para pelaku.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

Jadi, berdasarkan definisi di atas kelembagaan dapat didefinisikan sebagai

sebagai aturan, nilai, norma, atau konvensi formal maupun informal yang

mengatur interaksi, larangan dan pola perilaku para pelaku ekonomi yang

bertujuan menciptakan efisiensi ekonomi melalui struktur kekuasaan ekonomi,

politik, dan sosial di kalangan pelaku tersebut. Adapun ekonomi kelembagaan

dapat dipahami sebagai ekonomi yang didasarkan pada aturan main para

pelakunya dalam rangka mencapai efisiensi melalui struktur kekuasaan ekonomi,

politik, dan sosial di kalangan pelaku tersebut.

Lebih lanjut, Challen dalam Yustika (2013:27) mengungkapkan empat

karakteristik umum dari kelembagaan, yaitu:

1. Kelembagaan secara sosial diorganisasi dan didukung yang biasanya


kelembagaan membedakan setiap rintangan-rintangan atas perilaku
manusia, misalnya halangan biologis (biological constraints) dan
rintangan fisik (physical constraints).
2. Kelembagaan adalah aturan-aturan formal dan konvensi informal serta
tata perilaku (codes of behaviour)..
3. Kelembagaan secara perlahan-lahan berubah atas kegiatan-kegiatan
yangtelah dipandu dan dihalangi.
4. Kelembagaan juga mengatur larangan-larangan (prohibitons) dan
persyaratan-persyaratan (conditional permissions).

Pemahaman mengenai organisasi dan kelembagaan sebagai sesuatu yang

berbeda dapat dianalogikan seperti permainan dalam olahraga. North dalam Arifin

(2005:15) menganalogikan kelembagaan sebagai aturan-aturan permainan,

sementara organisasi dianalogikan dengan para pemain yang ingin memenangkan

pertandingan. Analogi di atas memberikan pemahaman bahwa sebagai sebuah

tim, para pemain berusaha mencapai kemenangan dengan beragam keterampilan,

strategi dan koordinasi serta cara bermain yang terkadang sesuai aturan namun

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

juga terkadang bermain kotor. Konsekuensinya adalah proses penyusunan model

dan analisis mengenai strategi dan keterampilan suatu organisasi memiliki

perbedaan dengan proses penyusunan model dan analisis mengenai penciptaan,

evolusi dan implikasi dari suatu aturan main atau kelembagaan. Pemahaman di

atas menunjukkan bahwa perilaku organisasi, baik individu maupun kelompok

tidak hanya dipahami secara sempit sebagai upaya penciptaan keuntungan

(perilaku rasional menurut ekonomi klasik), namun juga secara luas memberi

adanya ruang akan adanya tindakan ekonomi yang menyimpang (Yustika,

2013:27).

Ekonomi kelembagaan muncul sebagai alternatif pemecahan masalah-

masalah ekonomi dengan memberikan alternatif kebijakan bagi regulator. Pada

umumnya, ekonomi selama ini membahas mengenai kelangkaan (scarcity) yang

terjadi antara sumber daya dan keinginan tiada batas manusia sehingga timbullah

pilihan. Ekonomi kelembagaan pada dasarnya juga berkembang dari dua

permasalahan pokok tersebut namun ekonomi kelembagaan memberikan

penekanan pada aspek kelembagaan sebagai instrumen pengkajian dan

pengambilan keputusan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Hal inilah yang

pada gilirannya melahirkan sejumlah konsep dan teori yang saling berkaitan

seperti kajian mengenai kekuasaan, hierarki, kebiasaan, dan konvensi dalam

praktik pengambilan keputusan (Arifin, 2005:18). Perbedaan yang tampak di

antara aliran ekonomi neoklasik dan aliran ekonomi kelembagaan sebagaimana

disampaikan oleh Arifin (2005:19) ditampilkan pada tabel yang berada di bawah

ini:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

Tabel 2.1
Ikhtisar Ekonomi Neoklasik dan Ekonomi Kelembagaan
Uraian-Elemen Ekonomi Neoklasik Ekonomi Kelembagaan
(Mainstream (Institutional
Economics) Economics)
Pendekatan Materialistik Idealistik
Satuan observasi Komoditas dan harga Transaksi
Tujuan individual Diri sendiri (self-interest) Diri sendiri dan orang
lain
Hubungan dengan ilmu- Hanya ilmua ekonomi Hampir semua ilmu
ilmu sosial lain saja sosial
Konsep nilai Nilai dalam pertukaran Nilai dalam penggunaan
Konsep ekonomi Mirip ilmu-klmu alam Pendekatan budaya
Falsafah Pra-Dewey Pasca-Dewey
Tingkah laku sosial Percaya free-will Behaviourist
Postulat Keseimbangan Ketidakseimbangan
Fokus Sebagian (particularism) Keseluruhan (holism)
Metode Ilmiah Hampir pasti positif Kebanyakan normatif
Data Kebanyakan kuantitatif Kebanyakan kualitatif
Sistem Tertutup Terbuka
Ekonometrika Dipakai secara baik Tidak/kadang dipakai
Visi ekonomi Mengarah ke statis Lebih ke arah dinamis
Peranan Memberikan pilihan Merekomendasi pilihan
Sikap terhadap kegiatan Melawan Tak dapat dihindari
kolektif
Tokoh panutan dan idola Adam Smith Thorstein Veblen
Alfred Marshall John R. Commons
Sumber: Arifin, Bustanul. 2005. Ekonomi Kelembagaan Pangan. Jakarta: LP3ES.
Meskipun memiliki peran yang penting dalam diskursus aktivitas ekonomi

masyarakat, Rodgers (1994:3) menyebut bahwa terdapat sedikit ahli ekonomi

yang memberi perhatian pada aspek kelembagaan dalam ekonomi karena

menyadari bahwa sulit menjelaskan perbedan-perbedaan performa ekonomi

dengan pendekatan ilmu ekonomi murni. Bahkan, sebagian besar ahli ekonomi

tetap tidak menaruh perhatian pada teori-teori kelembagaan dalam menganalisis

perekonomian karena teori-teori tersebut dianggap lemah dan bersifat deskriptif

sehingga sulit dibuat generalisasi. Akan tetapi, pengkajian mengenai peran faktor

kelembagaan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih intensif

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

dalam satu dekade terakhir (Yustika, 2013:18). Analisis mengenai kelembagaan

merupakan alternatif perspektif dalam diskursus mengenai penyebab utama

disparitas ekonomi antara negara maju dan berkembang yang muncul setelah

empat hipotesis para ahli berikut dibantah oleh Yeager (Yustika, 2013:16):

1. Faktor sumber daya manusia (SDM) yang diyakini sebagai faktor

terpenting karena terkandung kekayaan intelektual yang dapat

memajukan produktifitas negara. Namun, hipotesis ini terbantah

dengan adanya kenyataan bahwa negara-negara seperti Korea Selatan

yang rakyatnya memiliki tingkat pendidikan yang baik masih memiliki

pendapatan per kapita jauh di bawah Jepang, Jerman, Kanada, dan

Perancis (Yustika, 2013:16).

2. Faktor sumber daya alam (SDA) yang dipandang mampu

mempermudah negara menumbuhkan ekonominya dengan harga input

produksi yang murah, seperti pada Amerika Serikat yang memiliki

sumber daya alam (mineral, lahan, kayu) dan ekonomi yang makmur.

Namun fakta ini terbantahkan ketika memperhatikan fakta bahwa

negara dengan SDA terbatas seperti Jepang dan Singapura mampu

menjadi makmur, sementara Belanda pada dekade 1970-an mengalami

kejatuhan karena kenaikan inflasi dan pengangguran serta penurunan

ekspor manufaktur dan pertumbuhan ekonomi setelah kemakmuran

ekonomi tahun 1960-an karena surplus SDA yang menyebabkan

fenomena ini disebut Dutch Disease atau penyakit Belanda (Nafziger

dalam Yustika, 2013:17).

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

3. Faktor kepadatan penduduk dianggap pula berperan, bahwa negara

dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi dianggap hanya akan

mencapai level subsisten karena tingginya rasio manusia terhadap

lahan seperti Indonesia khususnya pada sektor pertanian. Namun, hal

ini terbantah dengan adanya kenyataan bahwa Hongkong dan Jepang

memiliki tingkat pendapatan per kapita tinggi dengan tingkat

kepadatan penduduk yang tinggi, sementara Brazil, China, dan Rusia

dengan tingkat kepadatan penduduk lebih rendah memiliki tingkat

pendapat per kapita lebih rendah dari Swiss dan Jerman (Yustika,

2013:17).

4. Faktor teknologi dianggap pula sebagai kunci sukses akumulasi

kekayaan negara dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

teknologi mampu memperbarui aktivitas ekonomi menjadi lebih

efisien, pekerjaan menjadi lebih produktif serta menentukan kinerja

ekspor hasil industri suatu negara (Wie dalam Yustika, 2013:17).

Namun, pandangan ini menimbulkan keraguan karena negara

berkembang saat ini mampu menyerap teknologi secara bebas dan

mudah, dan banyak negara berkembang yang memberikan alokasi

anggaran pada transfer teknologi dari negara maju namun masih

terjebak pada kemiskinan seperti pada India (Yustika, 2013:17-18).

Kelembagaan dipandang mampu menjelaskan perbedaan kondisi

perekonomian antarnegara karena dibandingkan empat faktor di atas (SDM, SDA,

kepadatan penduduk dan teknologi) yang merupakan faktor-faktor di luar realitas

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

sosial, maka kelembagaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kenyataan sosial

(Acemoglu dalam Yustika, 2013:18). Kelembagaan yang baik menurut Yustika

(2013:17) memiliki tiga ciri utama, yaitu:

1. Adanya pemaksaan terhadap hak kepemilikan (enforcement of

property right) yang memberikan insentif bagi individu dalam

menjalankan aktivitas ekonomi seperti investasi.

2. Adanya pembatasan aktivitas-aktivitas para politisi, kalangan elit dan

berpengaruh lainnya dalam mencari keuntungan ekonomi tanpa

prosedur yang benar seperti tindakan mencari rente (rent-seeking).

3. Adanya kesempatan yang sama (equal opportunity) bagi semua

individu untuk mengerjakan aktivitas ekonomi, baik dalam bentuk

peningkatan kapasitas individu maupun berkontribusi dalam kegiatan

produktif.

Negara-negara di dunia dalam menjalankan sistem ekonominya akan

terkait dengan kelembagaan ekonomi yang dibangun negara tersebut. Acemoglu

dan Robinson dalam Yustika (2013:17) menyatakan bahwa negara-negara dengan

kelembagaan yang mapan atau inklusif (inculusive economic institutions), yang

dicirikan dengan kepemilikan privat yang aman, penegakan hukum yang tidak

bias dan layanan publikasi diadakan secara luas memiliki kecenderungan

perekonomian yang baik. Contohnya ialah Korea Selatan, Jepang, Amerika

Serikat, dan Singapura. Adapun negara-negara dengan kelembagaan yang bersifat

buruk atau ekstraktif, yakni negara dengan kelembagaan yang dicirikan

penguasaan kesejahteraan oleh sekelompok orang dengan mengambil

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

kesejahteraan kelompok lain memiliki ciri-ciri performa ekonomi yang buruk,

produktivitas rendah dan kesejahteraan terbatas. Hal ini dapat dilihat pada negara-

negara seperti Korea Utara, Zimbabwe, Argentina, dan Kolombia.

Fungsi kelembagaan dalam ekonomi berbasis pasar menurut Rodrik dan

Subramanian dalam Yustika (2013:19):

1. Mengatur pasar (market regulating) khususnya dalam permasalah

seperti eksternalitas, skala ekonomi dan informasi tidak sempurna.

Contohnya ialah pengaturan pada sektor jasa keuangan dan

telekomunikasi.

2. Stabilisasi pasar (market stabilizing), yakni berupaya menurunkan

inflasi, meminimalkan volatilitas makro ekonomi dan mencegah krisis

keuangan dalam bentuk berupa penguatan bank sentral, rezim nilai

tukar, dan pengaturan fiskal.

3. Memberikan legitimasi pada pasar (market legitimizing), yakni

membentuk kebijakan dalam rangka menopang kegagalan pasar,

seperti asuransi, perlindungan sosial, redistribusi dan manajemen

konflik dengan bentuk kebijakan berupa sistem pensiun, sistem

asuransi pengangguran dan sistem dana sosial lainnya.

2.3.2. Teori Perubahan Kelembagaan

Perubahan kelembagaan (institutional change) dimaknai oleh Yustika

(2013:160) sebagai fenomena perubahan pada prinsip aturan dan organisasi,

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

perilaku, dan pola-pola interaksi dalam masyarakat. Perubahan tersebut ditujukan

pada peningkatan perbedaan prinsip-prinsip dan pola-pola umum pada

kelembagaan yang berkaitan dan pada saat bersamaan terjadi peningkatan

kebutuhan akan adanya integrasi dalam sistem sosial yang kompleks. Manig

dalam Yustika (2013:160) memberikan catatan bahwa adanya perbedaan dan

integrasi merupakan proses yang bersifat komplementer atau saling melengkapi.

Lebih lanjut, Hayami dan Kikuchi (1981:24) menegaskan bahwa proses

pembuatan, penegakan dan perubahan kelembagaan memerlukan adanya tindakan

kolektif yang berkonsekuensi pada kehadiran biaya negosiasi dan pelaksanaan

sehingga tindakan perubahan kelembagaan tidak akan dilakukan hingga

manfaatnya lebih besar daripada biayanya.

Setiap perubahan kelembagaan ditujukan untuk menginternalisasikan

potensi produktivitas yang lebih besar dari perbaikan pendayagunaan sumber daya

sehingga diharapkan tercipta keseimbangan baru (Manig dalam Yustika,

2013:160). Perubahan kelembagaan sendiri memiliki dua dimensi, yaitu:

1. Perubahan tatanan antarpelaku ekomomi merupakan pemicu perubahan

kelembagaan. Hal ini didorong oleh kesadaran bahwa aspek-aspek

sosial terus berubah seiring perubahan pada bidang-bidang lainnya

seperti politik, ekonomi, hukum, budaya, dan lain sebagainya (Yustika,

2013:160-161).

2. Perubahan kelembagaan didesain secara sengaja untuk mengatur

aktivitas ekonomi sehingga kelembagaan secara aktif berperan dalam

mengatur aktivitas ekonomi dan para pelakunya. Perubahan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

kelembagaan dapat bersumber dari rekayasa sosial (social

eingineering) yang mengubah struktur ekonomi, politik, hukum, dan

budaya ke arah yang diinginkan (Yustika, 2013:161).

North dalam Yustika (2013:161) kemudian secara lebih mendalam

menyatakan terdapat lima karakteristik dasar perubahan kelembagaan, yakni:

1. Kunci perubahan kelembagaan adalah interaksi di antara kelembagaan

dan organisasi secara berkelanjutan dalam kondisi ekonomi

kelangkaan yang dikuatkan oleh iklim persaingan.

2. Kompetisi menyebabkan organisasi berinvestasi pada keterampilan dan

pengetahuan untuk terus bertahan. Macam-macam keterampilan dan

pengetahuan yang diperlukan individu dan organisasinya akan

membentuk persepsi tentang kesempatan dan pilihan yang mendorong

perubahan kelembagaan.

3. Kerangka kelembagaan akan menentukan jenis keterampilan dan

pengetahuan yang dianggap memiliki hasil maksimum.

4. Persepsi berasal dari bangunan mental para pelaku.

5. Cakupan ekonomi, komplementaritas, dan eksternalitas jaringan

matriks kelembagaan akan menciptakan peningkatan perubahan

kelembagaan yang disertai jalur ketergantungan (path dependent).

Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa perubahan kelembagaan


merupakan suatu proses. Terkait hal tersebut, Hayami dan Kikuchi (1981:24)
menyatakan bahwa:
“To perform the essential role of forming reasonable expectations in
dealings among people, institutions must be stable for an extended
time periode. Meanwhile, resource endowments, technology and
market demand change. The institutions that were efficient when

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

created may become less efficient in facilitating resource allocation.


Growing disequilibria will create profit opportunities that are
sufficiently high to motivate political entrepreneurs or leaders to
organize collective actions for institutional change”.
Pemaparan Hayami dan Kikuchi di atas secara eksplisit menunjukkan

bahwa perubahan kelembagaan senantiasa terjadi sebagai respon atas perubahan-

perubahan yang terjadi seperti perubahan permintaan pasar, teknologi dan sumber

dana sumbangan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Yustika (2013:160) yang

menyatakan bahwa “Perubahan kelembagaan dapat dianggap sebagai perubahan

terus-menerus yang bertujuan memperbaiki kualitas interaksi (ekonomi)

antarpelakunya”.

Lebih lanjut, Yustika (2013:167) juga menyatakan bahwa perubahan

kelembagaan sebagai proses interaksi antara dua kubu, yakni wirausahawan

ekonomi (economic entrepreneurs) dan wirausahawan politik (political

entrepreneurs). Wirausahawan politik merupakan kelompok denggan kekuasaan

pengambilan keputusan dan dapat mengatur jalannya perubahan kelembagaan,

sementara wirausahawan ekonomi adalah kelompok yang menjadi sasaran atau

subjek perubahan kelembagaan tersebut. Interaksi dua kubu tersebut

memunculkan dua faktor penyebab perubahan kelembagaan, yakni (Yustika,

2013:168):

1. Permintaan dari pelaku (demand of the constituents). Misalnya para

serikat pekerja meminta kenaikan upah kepada perusahaan. Pada kasus

ini, serikat pekerja merupakan wirausaha ekonomi karena merupakan

sasaran dari kebijakan sementara perusahaan adalah wirausaha politik

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68

yang memiliki kuasa untuk mengubah kebijakan. Sisi permintaan ini

merupakan hasil persaingan di antara para pelakunya (Yustika,

2013:162).

2. Penawaran dari lembaga yang memiliki kekuasaan spesifik (supply

from a specific authority). Misalkan pemerintah mengeluarkan

kebijakan mengenai perubahan tingkat upah minimum yang

disesuaikan dengan inflasi. Kebijakan dari pemerintah sebagai

wirausaha politik ini mengubah kelembagaan dan berdampak pada

perusahaan, sebagai objek kebijakan dengan posisi sebagai wirausaha

ekonomi dalam perubahan kelembagaan ini. Sisi penawaran ini

merupakan hasil regulasi pihak-pihak yang memiliki kekuasaan

(Yustika, 2013:162).

Kesimpulan dari pemaparan di atas ialah bahwa adanya interaksi dan persaingan

pada sisi permintaan dan penawaran dalam perubahan kelembagaan

mengisyaratkan perubahan kelembagaan sebagai suatu proses transformasi

permanen (Yustika, 2013:162).

2.3.3. Teori Hak Kepemilikan

Hak kepemilikan dapat didefinisikan sebagai “hak-hak untuk memiliki,

menggunakan, menjual, dan mengakses kesejahteraan” (Yustika, 2013:119).

Pendapat lain yang dikemukakan Pejovich dalam Hayami dan Kikuchi (1981:26)

yang mendefinisikan hak kepemilikan sebagai “The set of economic and social

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

relations defining te position of interacting individuals with respect to the

utilization of scarce resources”. Lebih lanjut, Pejovich dalam Yustika (2013:120)

menyatakan bahwa inti hak kepemilikan bukanlah hubungan antara manusia

dengan benda, melainkan hubungan perilaku sanksi di antara manusia yang

muncul karena kehadiran benda dan penggunaannya. Oleh sebab itu, dapat

diambil kesimpulan bahwa hak kepemilikan merupakan seperangkat hubungan

ekonomi dan sosial berupa hak untuk bertindak (seperti memiliki, menggunakan,

menjual dan mengakses kesejahteraan) atas suatu sumber daya.

Konsep hak kepemilikan dekat dengan konsep biaya transaksi, yang

didefinisikan sebagai biaya terkait aktivitas transfer, menangkap, dan

perlindungan hak-hak (Barzel dalam Yustika, 2013:120). Bila biaya transaksi

pada suatu aset meningkat, maka pemilik akan menemukan hak-haknya menjadi

tidak lengkap dan tidak cukup berharga untuk digali potensi keuntungannya. Oleh

sebab itu, pemilik maupun individu lain yang berminat pada aset tersebut

diharapkan memproses dengan pengetahuan penuh segala informasi mengenai

aset tersebut sehingga didapatkan biaya informasi produk dan biaya transaksi

adalah nol (Yustika, 2013:120-121). Hal ini sejalan dengan pandangan De Soto

dalam Wahid (2014:76) yang melihat bahwa kesuksesan ekonomi negara maju

dan kegagalan ekonomi negara berkembang terletak pada Formal Property System

atau Sistem Kepemilikan Formal. Sistem tersebut memungkinkan pemilik aset

untuk dapat mengoptimalkan nilai lebih dari asetnya melalui dokumentasi

informasi atau pengetahuan tentang aset dalam dokumen resmi.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70

Tietenberg dalam Yustika (2013:121) menyebutkan sejumlah karakteristik

penting dari hak kepemilikan sebagai berikut:

1. Universalitas, yakni seluruh sumber daya dimiliki secara privat dan

seluruh jatah terspesifikasi secara lengkap.

2. Ekslusivitas, yakni seluruh pendapat dan biaya diperluas sebagai hasil

dari kepemilikan dan pengunaan sumber daya seharusnya dan hanya

kepada pemilik secara langsung maupun tidak langsung melalui cara

penjualan atau yang lain.

3. Transferabilitias, yakni seluruh hak kepemilikan dapat ditransfer dari

satu pemilik ke pemilik lainnya lewat pertukaran sukarela.

4. Enforsabilitas, yakni hak kepemilikan seharusnya dijamin dari upaya

penyitaan paksa dan gangguan lainnya.

Dalam literatur ekonomi kelembagaan baru (new institutional economics),

terdapat empat jenis rezim kepemilikan sebagaimana dipaparkan Kirk dalam

Yustika (2013:122) sebagai berikut:

1. Rezim kepemilikan individu, yakni rezim yang menentukan hak

kepemilikan dan aturannya ditetapkan oleh individu sebagai pemilik.

2. Rezim kepemilikan bersama, yakni rezim yang menentukan hak

kepemilikan dan aturannya ditetapkan oleh komunitas.

3. Rezim kepemilikan negara, yakni yakni rezim yang menentukan hak

kepemilikan dan aturannya ditetapkan oleh negara.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

4. Rezim kepemilikan terbuka, yakni rezim yang menentukan hak

kepemilikan dan aturannya tidak ditetapkan oleh siapapun.

Ringkasan mengenai perbedaan-perbedaan tiap rezim kepemilikan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2
Tipe-Tipe Rezim Hak Kepemilikan
Tipe Pemilik Hak Pemilik Kewajiban
Pemilik
Kepemilikan Individu Pemanfaatan yang Mencegah
privat bisa diterima penggunaan yang
secara sosial; tidak bisa diterima
kontrol akses secara sosial
Kepemilikan Kolektif Pengecualian Merawat;
bersama terhadap non- mengatur tingkat
pemilik pemanfaatan
Kepemilikan Warga negara Menentukan Menjaga tujuan-
negara aturan tujuan sosial
Akses terbuka Tidak ada Memanfaatkan Tidak ada
(tanpa (capture)
kepemilikan)
Sumber: Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan, Paradigma, Teori,
dan Kebijakan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kualitas hak kepemilikan yang direfleksikan oleh aturan hukum dan

jaminan hak milik dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui empat

mekanisme (Opper dalam Yustika, 2013:122). Keempat mekanisme tersebut ialah

berikut:

1. Jaminan hak kepemilikan mengurangi ketidakpastian sehingga

penanaman modal domestik dan asing akan meningkat.

2. Hak kepemilikan berpengaruh pada investasi bidang teknologi dan

sumber daya insani.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

3. Keamanan hak kepemilikan mereduksi biaya transaksi sehingga tidak

ada individu yang memiliki hak khusus dalam sistem kelembagaan

yang telah mapan.

4. Ketiadaan jaminan hak kepemilikan akan mengakibatkan misalokasi

sumber daya ekonomi, misalnya seseorang memperoleh hak khusus

melalui kedekatan dengan birokrasi pemerintah sehingga efisiensi

sering menjadi terpinggirkan.

Yustika (2013:133) memberikan penekanan bahwa adanya kejelasan hak

kepemilikan akan mendorong pengelola atau pemilik aset untuk memakai dan

melindung kepemilikannya karena adanya insentif berupa keuntungan yang besar.

Hal ini sesuai dengan pendapat De Soto dalam Wahid (2014:76) yang menyatakan

bahwa sistem kepemilikan formal dapat berfungsi membangun memori kolektif

mengenai informasi atas suatu aset dalam rangka memfasilitasi pemanfaatan aset

tersebut untuk kepentingan ekonomi. Dampak yang dapat dihasilkan dari

penerapan suatu sistem kepemilikan formal sebagai berikut:

1. Sistem kepemilikan formal akan memberikan jalan terjadinya fiksasi

potensi ekonomi suatu aset (De Soto dalam Wahid, 2014:77). yakni

melalui dokumentasi aset akan dimungkinkan adanya pendataan dan

pengorganisasian informasi yang relevan mengenai potensi ekonomi

aset dan standar sosial dari aturan hukum atas aset tersebut sehingga

potensi aset dapat dioptimalkan pemiliknya.

2. Adanya integrasi berbagai informasi yang berbeda dalam satu sistem

informasi (De Soto dalam Wahid, 2014:78). Maksudnya adalah negara

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

melalui sistem kepemilikan formal dapat membentuk sistem informasi

yang berisi berbagai informasi atas aset pribadi. Hal ini akan

memberikan deskripsi akurat bagi warga negara tersebut karena

tersedia di pasar walaupun tidak melihatnya sendiri sehingga biaya dan

waktu transaksi dapat dikurangi. Implikasinya adalah adanya

kemudahan dalam menilai, mentransfer dan meraih keuntungan dari

aset tersebut.

3. Sistem kepemilikan formal memungkinkan seseorang untuk bertindak

dengan akuntabilitas (De Soto dalam Wahid, 2014:79). Pelaku

ekonomi atau pemilik aset yang telah terdata oleh sistem kepemilikan

formal akan kehilangan anonimitasnya sehingga akan mudah

teridentifikasi, baik data pribadi, riwayat utang dan koleksi aset beserta

nilai potensialnya.

4. Sistem kepemilikan formal akan memungkinkan aset-aset yang

berbeda jenisnya dapat lebih mudah dipertukarkan bila nilainya

sebanding (De Soto dalam Wahid, 2014:80).

5. Sistem kepemilikan formal membuka peluang masyarakat dalam

membentuk jejaring yang luas karena sistem ini akan memungkinkan

seseorang melakukan bisnis dengan orang asing karena adanya sumber

informasi yang akurat (De Soto dalam Wahid, 2014:81).

6. Sistem kepemilikan formal memungkinkan transaksi berlangsung

dengan aman karena harta benda tersebut memiliki informasi yang

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

dapat terlacak dan dilindungi oleh pihak ketiga, yaitu negara (De Soto

dalam Wahid, 2014:81).

2.4. Penelitian Terdahulu

Terdapat sejumlah penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian disertasi yang dilakukan oleh Amelia Fauzia pada tahun

2008 dengan judul “Faith and State: A History of Philanthropy in

Indonesia”. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang mencoba

menganalisis sejarah zakat, sedekah dan wakaf sebagai instrumen

filantropi Islam di Indonesia dari perspektif sosiologi dengan melihat

filantropi Islam sebagai bagian dari reformasi Islam di Indonesia.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa praktik filantropi di Indonesia

dipengaruhi oleh kompetisi antara pemerintah dan masyarakat sipil

yang saling beradu pengaruh dalam pengelolaan filantropi Islam, yakni

semakin kuat pengaruh pemerintah dalam pengelolaan filantropi Islam

maka peran masyarakat menjadi menurun dan begitu pula sebaliknya.

2. Penelitian disertasi yang dilakukan Heghnar Watenpaugh pada tahun

1999 dengan judul “The Image of an Ottoman City: Imperial

Architecture and the Representation of Urban Life in Aleppo in the

Sixteenth and Seventeenth Centuries”. Penelitian ini menunjukkan

bahwa kota Aleppo sebagai kota yang mengalami banyak

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

pembangunan di era Kesultanan Utsmani didorong oleh faktor politik,

yakni keinginan para pemuka masyarakat lokal atau golongan Pasha

yang menginginkan pendapatan, kedudukan politik dan status sosial

yang permanen bagi keluarganya di kota Aleppo melalui mekanisme

wakaf keluarga (wakaf ahli) sehingga banyak pasar, sekolah, dan

masjid yang dibangun atas nama wakaf dari pemuka Kesultanan

Utsmani di Aleppo sebagaimana terdokumentasi dalam dokumen

wakaf kota.

3. Penelitian disertasi yang dilakukan Randi Carolyn Deguiihem-Schoem

pada tahun 1986 dengan judul “History of Waqf and Case Studies from

Damascus in Late Ottoman and French Mandatory Times”. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa masyarakat Islam di Damaskus, pada masa

akhir Turki Utsmani dan awal mandat Prancis (abad 19 hingga abad

20) merupakan masyarakat yang banyak bersentuhan dengan praktik

wakaf, baik dalam aspek ibadah (masjid), pendidikan (madrasah atau

sekolah), ekonomi (membiayai kaum miskin penjagaan aset dalam

bentuk wakaf keluarga) dan politik (alat berbagi kekuasaan elit).

Persamaan dan perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian-

penelitian yang telah sebelumnya secara ringkas dapat dilihat pada tabel yang

berada di bawah ini:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

Tabel 2.3
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Skripsi Ini dengan
Penelitian Terdahulu
Penulis dan
Tahun Judul Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian
No. Penulisan Penelitian Skripsi Ini dengan Skripsi Ini dengan
Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu
Terdahulu
1 Amelia Faith and State: 1. Meneliti tentang sejarah 1.Fokus Penelitian Skripsi:
Fauzia, 2008 A History of filantropi Islam di Sejarah Wakaf di
Philanthropy in Indonesia. Indonesia.
Indonesia 2. Mengkaji sejarah sebagai 2.Perspektif penelitian
proses yang bersifat skripsi: ekonomi
berkelanjutan. kelembagaan, yakni teori
perubahan kelembagaan
dan teori hak kepemilikan.
2 Heghnar The Image of an 1. Meneliti sejarah wakaf 1. Sumber data utama
Watenpaugh, Ottoman City: pada suatu wilayah di skripsi: Literatur.
1999 Imperial negara muslim. 2. Dimensi ruang dan
Architecture and 2. Meneliti nilai ekonomi dan waktu penelitian skripsi:
the sosial dari sejarah praktik Sejarah wakaf di
Representation wakaf. Indonesia sejak abad ke-
of Urban Life in 13 hingga era reformasi.
Aleppo in the
Sixteenth and
Seventeenth
Centuries
3 Carolyn History of Waqf 1. Meneliti sejarah wakaf 1. Sumber data utama
Deguiihem- and Case Studies pada suatu wilayah di skripsi: Literatur.
Schoem, from Damascus negara muslim. 2. Dimensi ruang dan
1986 in Late Ottoman 2. Meneliti nilai ekonomi dan waktu penelitian skripsi:
and French sosial dari sejarah praktik Sejarah wakaf di
Mandatory wakaf. Indonesia sejak abad ke-
Times 13 hingga era reformasi.

Sumber: ilustrasi penulis

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

2.5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Sumber: Ilustrasi Penulis

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

Keterangan dari gambar di atas adalah sebagai berikut:

Objek Penelitian

Cakupan Objek Penelitian

Perspektif Utama

Perspektif Pendukung

Tujuan Penelitian

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi

kepustakaan. Penelitian studi kepustakaan merupakan bagian dari penelitian

kualitatif yang berfokus pada hal terpenting dari sifat suatu barang atau jasa, yakni

hal yang dapat dijadikan suatu pelajaran berharga di balik fenomena sosial yang

dapat dijadikan pengembangan konsep sosial (Satori dan Komariah, 2014:22).

Penelitian studi kepustakaan dipilih karena objek dari penelitian ini, yakni

sejarah perkembangan wakaf di Indonesia sejak masa kerajaan Islam hingga pasca

reformasi, sebagaimana disampaikan oleh Kaelan (2012:148) memiliki nilai yang

bersifat kompleks, yakni mencakup nilai syariat Islam, nilai sosial, nilai hukum,

nilai sosial, dan nilai ekonomi yang tersebar pada banyak literatur. Penelitian studi

kepustakaan dipilih karena penelitian ini mengumpulkan dan menganalisis data

berupa kata-kata (lisan atau tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia, yang

dalam penelitian ini adalah sejarah kebijakan wakaf di Indonesia serta peneliti

tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasi data-data tersebut (Afrizal,

2014:3). Temuan dari penelitian ini diarahkan untuk menghasilkan pengetahuan

yang menjadi bahan evaluasi kebijakan wakaf di Indonesia dalam rangka

pengembangan kebijakan wakaf nasional di masa mendatang.

79
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

3.2. Objek Penelitian

Penelitian ini melakukan kajian yang bersifat interdisipliner, yakni kajian

ilmu yang merupakan kerjasama antara satu ilmu dengan ilmu lainnya sehingga

merupakan suatu kesatuan dengan metode tersendiri (Kaelan, 2012:21). Kaelan

(2012:49) menyatakan bahwa objek penelitian pada penelitian kualitatif

interdisipliner terbagi atas objek material dan objek formal. Objek material adalah

fokus kajian dari suatu ilmu pengetahuan.

Pada penelitian ini, objek material yang dikaji adalah mengenai sejarah

kebijakan wakaf di Indonesia sejak masa kerajaan Islam hingga masa pasca

reformasi di Indonesia yang mencakup fikih wakaf, hukum adat, undang-undang,

peraturan pemerintah, dan regulasi perwakafan lainnya yang mengatur wakaf dan

aktivitas mirip wakaf, baik yang dikelola secara tradisional, seperti tanah desa,

tanah adat dan lainnya ataupun yang dikelola modern seperti wakaf uang. Objek

material penelitian ini mengandung unsur agama Islam, ilmu ekonomi, ilmu

sosial, dan ilmu sejarah sehingga termasuk dalam kajian interdisipliner.

Adapun objek formal dalam penelitian adalah sudut pandang yang

digunakan peneliti untuk mengkaji objek material (Kaelan, 2012:49). Objek

formal yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekonomi kelembagaan yang

difokuskan pada dua teori utamanya, yaitu:

1. Teori Perubahan Kelembagaan

2. Teori Hak Kepemilikan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

Pemilihan objek formal pada dua teori ekonomi kelembagaan di atas ialah

agar selaras dengan fokus penelitian yang mengkaji kebijakan di bidang wakaf

seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan regulasi perwakafan lainnya.

3.3. Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kepustakaan

yang berkaitan dengan objek material dan objek formal penelitian. Klasifikasi

data kepustakaan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepustakaan yang membahas sejarah wakaf di Indonesia secara langsung

seperti disertasi karya Amelia Fauzia berjudul Faith and State: A History

of Philanthropy in Indonesia, buku Hukum Perwakafan di Indonesia

karya Ahmad Faisol Haq, dan Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf

karya Mohammad Daud Ali.

2. Kepustakaan yang membahas aspek-aspek ekonomi kelembagaan wakaf,

seperti buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah yang membahas fikih wakaf,

sejarah hukum Islam di Indonesia, sejarah pembentukan Kompilasi

Hukum Islam, dan sejenisnya. Beberapa contohnya adalah Fikih Sunnah

karya Sayyid Sabiq, Syarah Bulughul Maram karya Shafiyurrahman

Mubarakfuri, Panduan Wakaf, Hibah, dan Wasiat karya Muhammad bin

Shalih Al-‘Utsaimin

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

3. Kepustakaan yang berkaitan dengan objek formal penelitian, yaitu teori-

teori ekonomi kelembagaan, seperti Ekonomi Kelembagaan, Paradigma,

Teori, dan Kebijakan karya Ahmad Erani Yustika.

Proses selanjutnya adalah proses pengumpulan data. Pengumpulan data

yang dilakukan ialah sebagai berikut:

1. Mencari lokasi-lokasi sumber data penelitian. Lokasi-lokasi sumber

data yang berupa kepustakaan terdiri atas beberapa jenis:

a. Perpustakaan-perpustakaan di perguruan tinggi negeri yang dapat

diakses melalui jaringan Kartu Sakti, yaitu perpustakaan Universitas

Airlangga di Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel di

Surabaya, Universitas Brawijaya di Malang, dan Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim di Malang.

b. Toko-toko buku dan penerbit yang menjual buku-buku yang terkait

dengan penelitian, khususnya buku metode penelitian kualitatif,

salah satunya adalah buku Metodologi Penelitian Sejarah karya

Sulasman.

c. Toko-toko buku di dunia maya. Pada penelitian ini, beberapa

referensi diakses melalui website belbuk.com. Pencarian buku pada

situs transaksi buku online dilakukan apabila buku yang dicari tidak

ditemukan pada toko buku di dunia nyata.

d. Situs-situs pencarian publikasi ilmiah secara online. Penelitian ini

menggunakan sejumlah situs pencarian publikasi ilmiah yang secara

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

online menyediakan publikasi ilmiah yang dapat diunduh secara

cuma-cuma. Situs-situs tersebut ialah:

1) scholar.google.com

2) search.proquest.com

Beberapa kata kunci yang digunakan untuk mencari publikasi

ilmiah pada situs-situs di atas adalah:

1) Sejarah wakaf Indonesia

2) Dinamika hukum wakaf Indonesia

3) Sejarah hukum keluarga Islam

4) Sejarah hukum Islam Indonesia

5) Teori perubahan kelembagaan

6) Teori hak kepemilikan

7) Waqf history Indonesia

8) Waqf history

9) Institutional change theory

10) Property right theory

e. Hibah dari regulator wakaf Indonesia, yakni Kementerian Agama

dan Badan Wakaf Indonesia. Contoh kepustakaan ini adalah buku

Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, buku Himpunan

Peraturan Badan Wakaf Indonesia, dan buku Dinamika

Perwakafan di Indonesia dan Berbagai Belahan Dunia.

2. Membaca sumber data. Kaelan (2012) menyebutkan bahwa membaca

sumber data kepustakaan terbagi atas dua tahap:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84

a. Membaca pada tingkat simbolik, yakni membaca judul buku, daftar

isi, bab yang menyusun buku, sub bab hingga bagian terkecil dalam

literatur untuk mendapatkan gambaran mengenai tema umum dari

literatur yang telah ditemukan.

b. Membaca pada tingkat semantik, yaitu membaca lebih rinci untuk

menangkap esensi dari data tersebut dan digunakan sebagai bahan

kajian pada penelitian ini.

3. Mencatat data

Pada penelitian ini, mencatat dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak Microsoft Word sebagai instrumen utama dan

didukung catatan pribadi sebagai pelengkap. Mencatat sumber data

kepustakaan bertujuan agar data terekam secara sistematis sehingga

memudahkan peneliti dalam memantau jalannya penelitian (Kaelan,

2012:167). Adapun teknik mencatat data kepustakaan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mencatat secara quotasi atau mengutip secara langsung tanpa

mengubah sedikit pun susunan kata dari sumber data (Nazir

dalam Kaelan, 2012:167). Pencatatan data secara quotasi dalam

penelitian ini dilakukan pada sumber-sumber data yang berkaitan

dengan redaksi pada peraturan wakaf yang bersifat tertulis.

b. Mencatat secara paraphrase atau mencatat inti dari bacaan

menggunakan bahasa peneliti sendiri (Kaelan, 2012:). Penelitian

ini menggunakan teknik pencatatan data secara paraphrase yang

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85

dilakukan pada keseluruhan data-data kecuali pada data yang

dicatat secara quotasi.

3.4. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Satori dan Komariah (2014:200) adalah usaha

untuk mengurai masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian sehingga

susunan bentuk sesuatu yang diurai menjadi jelas bentuknya dan lebih terang

makna dan duduk perkaranya. Pada penelitian ini, data yang telah melalui proses

analisis akan diinterpretasi lebih lanjut dengan dua teori ekonomi kelembagaan,

yakni teori perubahan kelembagaan dan teori hak kepemilikan.

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini

sebagaimana disebutkan oleh Kaelan (2012) adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data.

Data-data yang terkumpul mengenai sejarah kebijakan wakaf di

Indonesia dari berbagai literatur dirangkum dan diambil intisarinya

sebagai langkah awal analisis data.

2. Klasifikasi data.

Pada penelitian ini, data-data mengenai sejarah wakaf di Indonesia akan

dikelompokkan berdasarkan periodisasi pemerintahan yang berkuasa,

yaitu:

a. Masa kerajaan Islam.

b. Masa pemerintahan kolonial.

c. Masa Orde Lama.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86

d. Masa Orde Baru.

e. Masa Orde Reformasi.

3. Penyajian data

Data-data mengenai sejarah kebijakan wakaf di Indonesia yang telah

diklasifikasikan akan disajikan dalam bentuk narasi deskriptif dan bila

diperlukan akan digambarkan pula dalam suatu sistem berupa tampilan

grafis seperti tabel atau diagram sebagai alat bantu untuk menjelaskan

fenomena sejarah kebijakan wakaf di Indonesia.

3.5. Metode Interpretasi Data

Data yang telah diolah selanjutnya akan menjalani proses interpretasi.

Metode interpretasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis,

karena metode ini cocok digunakan pada penelitian dengan objek material yang

berhubungan dengan dimensi historis atau sejarah (Kaelan, 2012:189), yang pada

penelitian ini berupa sejarah kebijakan wakaf di Indonesia. Selain itu, metode

historis digunakan agar dapat menjawab rumusan masalah penelitian, yakni

mengenai sejarah kebijakan wakaf di Indonesia dan evaluasi atas kebijakan wakaf

yang selama ini telah dijalankan di Indonesia. Langkah-langkah interpretasi

dengan metode historis yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Periodisasi

Periodisasi adalah proses mengurutkan deretan peristiwa secara teratur

dari yang lebih dahulu terjadi dan memberi bentuk pada waktu sehingga

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87

waktu juga menunjukkan perkembangan peristiwa, kejadian, penemuan

dan pemikiran (Kaelan, 2012:193). Pada penelitian ini, proses

periodisasi berkaitan dengan proses klasifikasi dan penyajian data dalam

analisis data. Data-data sejarah kebijakan wakaf di Indonesia yang telah

direduksi akan diklasifisikan dan disajikan berdasarkan periode waktu

pemerintahan sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan mengenai

klasifikasi data.

2. Deskriptif Historis

Deskriptif historis dalam penelitian sejarah adalah upaya untuk

melukiskan, menjelaskan, dan menerangkan fakta sejarah (Kaelan,

2012:191). Tahapan ini bertujuan untuk menyingkap faktor-faktor yang

menjadi penyebab terjadinya peristiwa sejarah melalui penafsiran atau

interpretasi peneliti atas peristiwa sejarah dengan dukungan teori-teori

ilmu sosial (Sulasman, 2014:139). Pada penelitian ini, tahapan deskriptif

historis dilakukan dengan mengkaji peristiwa-peristiwa terkait sejarah

kebijakan wakaf di Indonesia pada tiap periode pemerintahan dengan

membaginya menjadi dua sub-kategori pembahasan, yaitu:

a. Latar belakang atau penyebab di balik kemunculan regulasi

perwakafan di Indonesia yang dikaji dari perspektif ekonomi

kelembagaan menggunakan teori perubahan kelembagaan.

b. Akibat yang ditimbulkan dari kemunculan regulasi perwakafan

terhadap praktik wakaf di Indonesia yang dikaji dari perspektif

ekonomi kelembagaan menggunakan teori hak kepemilikan.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88

Hasil dari interpretasi menggunakan kedua teori di atas akan digunakan

untuk mengevaluasi kebijakan wakaf yang telah ada di Indonesia.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Perwakafan dalam Islam

4.1.1. Perwakafan pada Masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

Perwakafan pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

merupakan awal sejarah praktik wakaf yang dijalankan umat Islam. Beberapa aset

wakaf yang dijalankan pada masa Rasulullah ialah sebagai berikut:

1. Tanah perkebunan milik sahabat Umar bin Khattab di Kota Khaibar

yang diwakafkan oleh Umar agar manfaatnya disedekahkan kepada

fakir, kerabat, budah, sabilillah, tamu, dan ibnu sabil. Praktik wakaf ini

tercatat di dalam Shahih Bukhari dan Sunan Abu Dawud (Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, 2015a:32-33).

2. Tujuh pekarangan di Madinah yang diwakafkan untuk memberikan

manfaat bagi Bani Abdul Muthalib dan Bani Hasyim sebagaimana

diriwiyatkan oleh Imam Baihaqi (Direktorat Pemberdayaan Wakaf,

2015a:33-34).

3. Rasulullah mensyariatkan wakaf kuda yang ditujukan untuk jihad

fisabilillah sebagai wakaf sebagaimana tercantum pada hadits yang

diriwayatkan Imam Syaukani (Direktorat Pemberdayaan Wakaf,

2015a:34).

89
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90

4. Rasulullah meninggalkan harta benda berupa keledai putih, senjata,

dan sebidang tanah yang diwakafkan. Menurut Direktorat

Pemberdayaan Wakaf (2015a:35), harta peninggalan Rasulullah

sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Nasai adalah wakaf karena

merupakan sebentuk sedekah yang ditujukan untuk selamanya.

5. Wakaf tanah Bani Najjar yang diperuntukkan bagi pembangunan

Masjid Nabawi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari

(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2015a:36).

6. Direktorat Pemberdayaan Wakaf (2015a:39) mencatat bahwa Ibnu

Hisyam meriwayatkan adanya wakaf dari seorang Yahudi Madinah

bernama Mukhairiq yang mewakafkan hartanya sebagai wasiat pasca

wafatnya ia dalam Perang Uhud.

Praktik wakaf yang dijalankan pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam sangatlah beragam. Direktorat Pemberdayaan Wakaf (2015a:40)

mencatat bahwa praktik wakaf pada masa Rasulullah telah mencakup:

1. Wakaf produktif, yakni berupa lahan perkebunan di Kota Khaibar yang

diwakafkan oleh sahabat Umar bin Khattab.

2. Wakaf benda tidak bergerak, seperti mata air.

3. Wakaf non muslim sebagaimana dijalankan oleh seorang Yahudi

bernama Mukhairiq.

4. Wakaf untuk kepentingan ibadah, yakni Masjid Nabawi.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91

4.1.2. Perwakafan pada Masa Sahabat Nabi

Imam Al Qurthubi (1997:339) menyebutkan bahwa mayoritas sahabat

Nabi telah berwakaf. Sementara itu, salah satu perkembangan wakaf pada masa

ini adalah adanya wakaf yang dilakukan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib yang

tidak memberikan syarat sama sekali bagi nazhir pengelola wakaf sehingga

pengelolaan wakaf menjadi fleksibel (Direktorat Pemberdayaan Wakaf,

2015a:43).

4.1.3. Perwakafan pada masa Dinasti-Dinasti Islam

Setelah berlalunya masa para sahabat Nabi, praktik wakaf terus

berkembang pada masa Dinasti-Dinasti Islam. Pada masa Bani Umayyah, daerah-

daerah yang ditaklukkan seperti Mesir dan Syam memiliki sejumlah lahan yang

merupakan aset wakaf. Aset wakaf tersebut berupa tanah, bangunan dan kebun-

kebun. Meluasnya wilayah Bani Umayyah dan maraknya praktik wakaf

mendorong khalifah Hisyam bin Abdul Malik membentuk pejabat khusus yang

mengurusi harta wakaf. Kemudian pada masa selanjutnya, yakni era Bani

Abbasiyah, hasil-hasil pengelolaan wakaf memiliki pos khusus bernama Baitul

Mal Khusus yang terpisah dari pos anggaran lain di Baitul Mal negara dan diawasi

oleh seorang hakim. Selain itu, dibentuk pula lembaga khusus bernama shadr al

wuquf yang bertugas mengelola administrasi dan menunjuk staf pengelola wakaf.

Aset-aset wakaf pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah sangat besar dan

dikelola dengan baik sehingga menghasilkan modal pembangunan lembaga

pendidikan, perpustakaan, menyediakan gaji bagi pegawai negara, gaji para guru

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92

dan beasiswa serta santunan bagi kaum fakir miskin (Direktorat Pemberdayaan

Wakaf, 2015a:44-46).

Pada masa selanjutnya, dinasti Ayyubiyah yang berkuasa di Mesir dan

sekitarnya banyak mewakafkan lahan negara untuk mendirikan desa

pengembangan madrasah mazhab seperti madrasah mazhab Syafi’i, madrasah

mazhab Hanafi dan madrasah mazhab Maliki. Selain itu, bea cukai yang berasal

dari pedagang asing non muslim yang berdagang di Kairo dan Iskandariyah

dikelola sebagai wakaf untuk para ulama Sunni dan keturunannya (Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, 2015a:46-47).

Setelah era dinasti Ayyubiyah, dinasti Mamluk yang berkuasa di Mesir

memberikan contoh perkembangan wakaf yang lebih luas. Segala sesuatu yang

bermanfaat dapat dijadikan wakaf sehingga muncullah beragam aset wakaf

produktif seperti tanah pertanian, gedung perkantoran, penginapan dan tempat

belajar. Selain itu, hamba sahaya juga diwakafkan untuk merawat masjid. Secara

administratif, Mannan (2001:31) menyebutkan bahwa dinasti Mamluk juga

melakukan administrasi tanah wakaf di wilayahnya dengan membagi lahan wakaf

menjadi tiga kategori:

1. Awqaf Abbas, yakni tanah perkebunan yang luas di Mesir untuk

pembiayaan masjid.

2. Awqaf Hukmiyyah, yakni tanah di perkotaan Mesir yang digunakan

untuk kepentingan dua kota suci, yakni Makkah dan Madinah.

3. Awqaf Ahliyah atau wakaf keluarga yang diatur secara terpisah.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93

Kemudian pada masa Turki Utsmani, praktik wakaf telah menjangkau

seluruh dimensi kehidupan masyarakat. Salah satu yang menonjol sebagaimana

dikemukakan oleh Cizakca (2000:34) adalah praktik wakaf uang yang dikenal

luas di Kesultanan Turki Utsmani. Praktik ini diakui oleh para ulama di Turki

Utsmani sejak awal abad ke-15 di Anatolia dan Eropa. Wujud praktik wakaf uang

ialah berupa uang yang diwakafkan diberikan kepada orang yang membutuhkan.

Pada akhir periode yang umumnya satu tahun, peminjam akan mengembalikan

pokok yang dipinjamnya plus sejumlah tambahan uang yang nantinya akan

disedekahkan untuk kepentingan sosial. Praktik wakaf uang yang disebut istiglal

ini mampu mendukung sekitar 6000 peminjam di kota Bursa saja pada sekitar

abad ke-18 (Cizakca, 2000:37). Selain adanya wakaf uang, hal lain yang menonjol

dari wakaf di Turki Utsmani adalah administrasi pengelolaan wakafnya yang

sangat baik. Deguiihem-Schoem (1986:28) menyimpulkan bahwa masyarakat

Islam di Damaskus, pada masa akhir Turki Utsmani dan awal mandat Prancis

(abad 19 hingga abad 20) merupakan masyarakat yang banyak bersentuhan

dengan praktik wakaf, baik dalam aspek ibadah (masjid), pendidikan (madrasah

atau sekolah), ekonomi (membiayai kaum miskin penjagaan aset dalam bentuk

wakaf keluarga) bahkan politik (alat berbagi kekuasaan elit).

Berdasarkan pemaparan di atas, praktik wakaf yang dijalankan umat Islam

sejak era Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga dinasti Turki

Utsmani telah berkembang untuk memenuhi beragam kebutuhan umat, dari

tempat peribadatan, usaha produktif, fasilitas pendidikan, beasiswa maupun

penyediaan modal bagi masyarakat. Praktik wakaf yang dijalankan juga didukung

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94

oleh pembentukan lembaga negara yang khusus menangani administrasi wakaf

sehingga sektor ekonomi masyarakat secara luas bertumpu pada wakaf

masyarakat muslim itu sendiri.

4.2. Sejarah Kebijakan Wakaf di Indonesia

4.2.1. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa Kerajaan Islam

Islam masuk di Indonesia pada masa yang cukup awal, yakni sekitar 20

tahun pasca wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam. Farkhani

(2008:163-164) memberikan sejumlah argumentasi yang membuktikan hal

tersebut, yaitu:

1. Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan, dikirimkan

utusan ke negeri Tiongkok dan sempat mampir di Nusantara.

2. Pada tahun 674 M, pemerintahan Dinasti Umayyah mendirikan

pangkalan dagang di pantai Barat Sumatera.

3. Berita perjalanan Marcopolo pada tahun 1292 M menunjukkan bahwa

agama Islam di Aceh mulai menyebar dengan corak mazhab Syafi’i.

Hal ini dikuatkan oleh berita perjalanan dari Ibnu Bathutah pada tahun

1345 M.

4. Masyarakat Aceh masuk Islam secara besar-besaran sejak abad 14 M.

Aceh merupakan daerah yang mula-mula mengalami proses Islamisasi

secara massal juga menjadi daerah pertama yang menjadi tempat lahirnya

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95

kerajaan Islam pada masa awal seperti Kerajaan Peureulak dan Samudera Pasai

yang kemudian diikuti oleh berdirinya kerajaan Islam lain di Nusantara.

Adanya institusi kekuasaan yang bercorak Islam menunjukkan adanya

kehadiran pranata sosial dan pranata hukum yang dirujuk masyarakat berdasarkan

ajaran Islam karena “ajaran Islam mengatur segala sendi kehidupan manusia, baik

yang bersifat prifat maupun publik (hamblun min al-nas dan hamblun min Allah)”

(Farkhani, 2008:164). Hal ini juga berlaku dalam perkara berkaitan dengan wakaf.

Wakaf sendiri merupakan salah satu ajaran Islam yang dipraktikkan secara

luas di Indonesia. Bahkan sebelum datangnya Islam di Indonesia, praktik serupa

dengan wakaf telah dijalankan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan eksistensi

tanah-tanah adat dengan konsep mirip dengan wakaf seperti tanah preman di

pulau Lombok, tanah pusaka (tinggi) di Minangkabau (Ali, 2012:94), Huma di

Ponorogo pada zaman Empu Sendok dan Huma Serang di Banten (Rozalinda,

2015:236) sehingga tidak mengherankan pada saat Islam datang ke Indonesia,

praktik wakaf dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Adanya praktik

wakaf di masyarakat membutuhkan adanya suatu pengaturan agar praktik wakaf

tersebut dapat dapat berjalan sesuai ajaran Islam.

Pada masa kerajaan Islam, hukum Islam termasuk kebijakan wakaf

termaktub dalam kitab-kitab fikih yang menjadi rujukan ulama dan hakim atau

kadi setempat dalam menyelesaikan permasalahan wakaf. Sejumlah kitab rujukan

hukum Islam pada sejumlah kerajaan Islam ialah sebagai berikut:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96

1. Kitab Sirat al-Mustaqim (jalan lurus) karya Nuruddin al-Raniry (w.

1077 H/1666 M) yang pada awalnya berlaku di Aceh pada tahun 1628

M. Menurut Hardjono (2008:5), buku tersebut adalah buku pertama

mengenai hukum Islam yang tersebar di seluruh Indonesia yang

kemudian menjadi rujukan bagi para ulama dan hakim dalam

menyelesaikan permasalahan keagamaan, termasuk mengenai wakaf

dan menjadi inspirasi bagi lahirnya kitab-kitab hukum Islam berikutnya.

Abdullah dan Jihatea (2007:112) menyatakan bahwa kitab ini

berasaskan pada fikih mazhab Syafi’i.

2. Kitab Mir’at ath-Thullab Fi Tasyi al-Ma’rifah al-Ahkam asy-Syar’yah

li al-Malik yang merupakan karya seorang ulama Aceh bernama

Abdurrauf As-Sinkili mengenai hukum Islam yang ditulis atas

permintaan sultan perempuan dari Aceh yaitu Sayyidat al-Din pada

abad ke-17 Masehi (Sumarni, 2012:449). Kitab ini adalah kitab yang

berbahasa Indonesia dan disusun berdasarkan fikih mazhab Syafi’i

(Abdullah dan Jihatea, 2007:112).

3. Kitab Sabil al-Muhtadin (jalan orang-orang yang mendapat petunjuk),

yakni kitab karya Mufti Baujarmasin, Syeikh Arsyad al Banjary (1122-

1189 H/1716-1812 M). Beliau adalah ulama Banjar yang telah

menuntut ilmu di Timur Tengah. Kitab beliau adalah komentar atas

kitab karya Al-Raniry di atas dan menjadi rujukan penyelesaian

sengketa umat Islam di Kesultanan Banjar (Hardjono, 2008:5-6). Kitab

ini disusun berdasarkan fikih mazhab Syafi’i (Abdullah dan Jihatea,

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97

2007:112). Sementara itu, Hidayat (2014:4) menyebutkan bahwa di

Kesultanan Banjar sendiri telah muncul suatu kodifikasi kodifikasi

hukum Islam sederhana terkait perkara perkawinan dan pidana yang

berlaku bernama Undang-Undang Sultan Adam.

4. Kitab Muharrar karya Imam Rafi’i yang berlaku di daerah Semarang

serta Bone dan Goa yang saat ini berada di Provinsi Sulawesi Selatan

(Hardjono, 2008:5, Sumarni, 2012:451 dan Hidayat, 2014:5).

5. Kitab Papakem di Cirebon (Hardjono, 2008:5).

6. Kitab Fathul Qarib yang ditulis oleh Syeikh Nawawi al-Bantani (1813-

1897 M), seorang ulama mazhab Syafi’i kelahiran Banten yang

kemudian mengajar di Makkah sejak 1855 hingga wafatnya (Rachman,

1996:87). Kitab tersebut berlaku di wilayah Kesultanan Banten dan

Kesultanan Palembang (Tohari, 2015:406). Rachman (1996:108)

memandang bahwa Syaikh Nawawi dan kitabnya menjadi model bagi

pengembangan pendidikan santri di pulau Jawa yang berbasis mazhab

Syafi’i hingga era modern.

7. Kitab-kitab karya ulama Ahmad Rifa’i Kalisahak (1786-1876M) yang

bernuansa mazhab Syafi’i namun memuat permasalahan khas

masyarakat Nusantara dan dibahasakan dengan bahasa Jawa dan

Melayu seperti Tarjuman, Tasyrihat al-Muhtaj,Nazham at Tasfiyah,

Ahyan al-Hawaij, Asnhaf al-Miqshad dan Tabyin al-Islah (Sumarni,

2012:450).

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98

Selain termaktub dalam kitab-kitab tersebut, ketentuan mengenai wakaf

juga dapat ditemukan pada hukum adat yang berlaku secara lokal. Hal ini

disampaikan oleh Direktorat Pemberdayaan Wakaf (2006:14) yang menyatakan

bahwa “Sejak masa dahulu praktek wakaf ini telah diatur oleh hukum adat yang

sifatnya tidak tertulis dengan berlandaskan ajaran yang bersumber dari nilai-nilai

ajaran Islam”. Hal ini dikuatkan oleh Ali (2012: 94) yang menegaskan bahwa

“Para ulama Indonesia, kendatipun mereka bermazhab Syafi’i, namun dalam

memahami pengertian wakaf dapat juga menerima paham mazhab lain, ... serta

pengaruh dari masyarakat setempat”. Di antara bukti dari pernyataan-pernyataan

di atas sebagaimana disampaikan oleh Salahuddin (2005:189) bahwa hukum adat

dan hukum Islam telah menyatu dalam kehidupan masyarakat yang ditunjukkan

oleh pepatah Minang “adat bersendikan syara’ syara’ bersendikan kitabullah”

(adat berasaskan pada hukum syara’ dan syara’ berasal dari kitabullah) dan

pepatah Bugis, “adat hula-hula to syara’, syara’ hula-hula to adati” (adat

bersendikan syara’, dan syara’ bersendikan adat).

Pernyataan di atas menunjukkan adanya dinamika di dalam pemikiran

fikih wakaf di masa kerajaan Islam. Salah satu contoh dinamika dari

perkembangan mazhab fikih yang terjadi pada masa kerajaan Islam adalah kajian

yang dilakukan oleh Kamaruzzaman yang dikutip oleh (Bustamam, 2002: 237-

152), bahwa di Aceh pernah berkembang tiga mazhab fikih yaitu madzhab Syi’ah,

madzhab Hanafi dan madzhab Syafi’i. Farkhani (2008:164) menyatakan bahwa

mazhab Syafi’i inilah yang kemudian terus berkembang di Aceh dan membumi di

Indonesia. Miftah (2009:320) menyatakan bahwa tersebarnya mazhab Syafi’i di

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99

Indonesia disebarluaskan melalui sejumlah pesantren, madrasah, atau lembaga

pendidikan yang sejenis yang mengkaji kitab-kitab fikih mazhab Syafi’i seperti

fath al-mu’in, al-Bajuri, Tahrir al-Tullab, Tuhfa, Nihayah, dan Minhaj al-Talibin.

Mazhab Syafi’i mendominasi khazanah pemikiran hukum Islam di Indonesia

sejak awal masuknya Islam di Indonesia. Proses penyebaran ajaran Islam mazhab

Syafi’i di Indonesia dalam pandangan Aji (2014:29) melalui dua tahapan:

1. Dakwah Islam yang datang ke wilayah nusantara pada abad ke-13. Aji

(2014:33-34) menyatakan bahwa mayoritas pendakwah di Asia

Tenggara, khususnya setelah tahun 577 H (sekitar tahun 1200-1300 M)

adalah ulama bermazhab Syafi’i yang diutus oleh kerajaan Ayyubiyah

dan Mamalik yang pada masa itu berkuasa di Mesir dan Jazirah Arab.

2. Dakwah Islam yang dijalankan para pemuda asal Indonesia yang

menuntut ilmu di semenanjung Arabia, khususnya di Mekah dan

kemudian menyebarkan ilmunya kepada masyarakat. Pada umumnya

para pemuda yang kemudian menjadi ulama di masyarakat juga

bermazhab Syafi’i. baik yang mengajar di Makkah seperti Syaikh

Nawai Al-Bantani maupun yang mengajar di Indonesia seperti KH.

Hasyim Asy’ari di Jombang.

Baru sekitar awal abad ke-20, muncul gerakan tajdid (pembaharuan)

hukum Islam yang dimotori oleh organisasi Islam modern seperti Muhammadiyyah,

al-Irsyad, dan Persatuan Islam yang menjadikan khazanah hukum Islam di luar

mazhab Syafi’i menjadi lebih dikenal di Indonesia (Miftah, 2009:320).

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100

Wujud dari aktivitas wakaf pada masa tersebut yang nampak jelas adalah

masjid-masjid yang pada masa kerajaan berdekatan dengan alun-alun dan keraton.

Selain masjid, pesantren juga didirikan di dekat istana raja. Masjid dan pesantren

yang dibangun tersebut berasal dari tanah negara yang disumbangkan untuk

kepentingan agama (Aini, 2009:56). Selain berasal dari negara, lahan wakaf juga

berasal dari umat Islam yang mewakafkan tanahnya sebagai sarana dakwah kaum

muslimin sehingga muncullah beragam masjid bersejarah di Indonesia (Praja

dalam Rozalinda, 2015:236).

Pola pembangunan masjid dan pesantren sebagai aset wakaf di dekat

lingkungan kerajaan pertama kali digagas oleh Maulana Malik Ibrahim yang

dikenal sebagai Walisongo pertama di Indonesia. Hal ini juga dilakukan oleh

Sunan Ampel dan diikuti oleh para wali lainnya sebagai upaya mengembangkan

aset wakaf umat di masa depan dan mengenalkan Islam kepada para penguasa

(Hermawan, 2014:151). Selain itu, pola pembangunan tersebut juga merupakan

perwujudan kekuasaan raja yang mencakup pula kekuasaan di bidang keagamaan

Islam (Hardjono, 2008:4).

Selain memiliki aturan tertulis maupun tidak tertulis, kebijakan wakaf pada

masa kerajaan Islam telah dilengkapi dengan pembentukan lembaga peradilan

agama yang berwenang mengurus permasalahan hukum Islam di masyarakat,

termasuk mengenai wakaf. Lembaga peradilan agama memiliki nama yang

berbeda-beda di tiap kerajaan sebagaimana dipaparkan oleh sejumlah studi

sebagai berikut:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101

1. Pengadilan Surambi di Kerajaan Mataram Islam (Farkhani, 2008:164

dan Wibowo, 2007:128)

2. Pengadilan Penghulu di Jawa, Mahkamah Syariah di Sumatera, dan

Peradilan/Kerapatan Qadi di Kesultanan Banjar dan Pontianak

(Sumarni, 2012:451 dan Mardani, 2009:268)

3. Pengadilan Syar’iyyah di Bima dan lembaga Qadhi di Sulawesi

(Salahuddin, 2005:190).

Sistem peradilan pada masa kerajaan Islam pun telah dibuat secara

berjenjang. Sebagai contoh, Farkhani (2008:164) menyebutkan jenjang peradilan

Islam yang dibentuk oleh Kerajaan Aceh sebagai berikut:

1. Pengadilan tingkat kampung di bawah pimpinan seorang keucik

dengan kewenangan mengadili perkara-perkara ringan,

2. Perkara-perkara yang tergolong berat diadili oleh Balai Hukum

Mukim.

3. Pengadilan tingkat banding diselenggarakan oleh uleebalang

4. Apabila pihak yang berperkara belum puas, dapat diajukan banding

lanjutan kepada Panglima Sagi di tingkat berikutnya.

5. Pengadilan tertinggi atau tingkat kasasi dijalankan oleh sultan melalui

Mahkamah Agung yang yang beranggotakan Malikul Adil, Orang

Kaya Sri Paduka Tuan, Orang Kaya Raja Bandhara dan Fakih (ulama).

Maka dapat disimpulkan bahwa sebelum masa kolonial, pengaturan wakaf

di Indonesia diatur oleh syariah Islam yang tertulis pada kitab-kitab fikih yang

bersifat lintas mazhab serta dipengaruhi oleh hukum adat yang tidak terulis.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102

Aturan mengenai wakaf, khususnya yang telah tertulis pada kitab-kitab menjadi

rujukan para hakim dan telah ada lembaga peradilan yang berwenang untuk

membahas mengenai sengketa wakaf di lingkungan kerajaan Islam setempat.

Akan tetapi pada perkembangannya, mazhab Syafi’i menjadi mazhab dominan di

Indonesia termasuk dalam praktik wakaf.

Praktik wakaf yang marak pada masa ini berupa tanah yang kemudian

dibangun masjid dan pesantren di atasnya bersesuaian dengan ketentuan mazhab

Syafi’i mengenai wakaf. Haq (2014:3) menyatakan bahwa mazhab Syafi’i

mendefinisikan wakaf sebagai “menahaman harta yang dapat diambil manfaatnya

disertai dengan kekekalan benda, dan harta itu lepas dari penguasaan waqif, serta

dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama”. Definisi wakaf

tersebut yang memasukkan ketentuan kekekalan materi benda yang diwakafkan

menjadikan praktik wakaf yang dijalankan masyarakat dan negara ialah wakaf

tanah yang kemudian dibangun masjid atau pesantren di atasnya. Hal inilah yang

menjadikan praktik wakaf di Indonesia pada masa kerajaan Islam terbatas pada

wakaf tanah untuk membangun fasilitas ibadah dan pendidikan dan

mempengaruhi praktik wakaf pada masa-masa selanjutnya.

4.2.2. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa Kolonial Hinda Belanda

Pandangan mengenai hukum wakaf sebagai bagian dari hukum Islam pada

masa kolonial Hindia Belanda terbagi menjadi dua teori besar, yaitu:

1. Teori Receptio in Complexu. Teori ini menyatakan bahwa adat istiadat

dan hukum pada suatu tempat merupakan penerimaan secara utuh atas

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103

agama yang dianut masyarakat daerah tersebut. Teori ini didukung

oleh Solomon Keyzer (1823-1868 M) dan Cristian van den Berg

(1845-1927 M) (Hardjono, 2008:6).

2. Teori Receptie. Teori ini bermula dari gagasan Cornelis van

Vallenhoven (1874-1933) yang memperkenalkan istilah het indische

adatrecht (hukum adat Indonesia) dan semakin berkembang di tangan

Cristian Snouck Hurgronje (1857-1936) yang merupakan penasihat

pemerintah kolonial terkait Islam dan negeri jajahan (Hardjono,

2008:7). Berkebalikan dengan teori terdahulu, teori ini menyatakan

bahwa hukum yang berlaku bagi orang Islam adalah hukum adat yang

dijalankan masing-masing wilayah. Hukum Islam akan berlaku apabila

telah diterima oleh hukum adat setempat, khususnya terkait bagian

yang sangat pribadi dan bathin dari agama tersebut.

Pada masa awal kekuasaan Belanda di Indonesia, pemerintah kolonial

menerapkan hukum Islam kepada pribumi muslim berdasarkan teori Receptio in

Complexu. Konsekuensi dari penerapan teori ini adalah sikap pemerintahan

kolonial yang memberikan kebebasan bagi ulama setempat untuk mengadili

perkara terkait urusan keagamaan dengan hukum Islam, termasuk di bidang

wakaf. Hal tersebut dikarenakan hukum Islam adalah hukum yang wajib

dijalankan oleh pribumi Islam. Beberapa kebijakan pemerintah kolonial Hindia

Belanda yang bersesuaian dengan teori di atas adalah:

1. Statuta Batavia 1642 M. Statuta tersebut menyatakan bahwa “Sengketa

warisan antara orang pribumi yang beragama Islam harus diselesaikan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104

dengan mempergunakan hukum Islam, yakni hukum yang dipakai oleh

rakyat sehari-hari”. Adanya klausul tersebut menunjukkan bahwa VOC

dalam konstitusi yang dijalankannya bagi pribumi mengakomodasi

kehadiran hukum Islam di seluruh bidang yang tercakupinya, termasuk

di bidang wakaf. Meskipun secara teoritis demikian adanya, panduan

hukum teknis yang diterbitkan hanya Copendium Freijer, yakni buku

ringkasan mengenai hukum perkawinan dan kewarisan Islam yang

menjadi dasar penyelesaian hukum perkawinan dan waris yang digagas

oleh D.W. Freijer bersama para penghulu dan berlaku di seluruh

wilayah kekuasaan VOC (Hardjono, 2008:6).

2. Mogharroer Code yang diterbitkan pada tahun 1747 dengan nama

lengkap Compendium der Voornamste Javaanche Wetten Naukeurig

Getrokken Uit Het Mohammedaanche Wetboek Mogharrer yang

diambil dari kitab Al-Muharrar karya Imam Rafi’i sebagai pegangan

bagi para hakim dan pejabat pemerintah di Semarang (Farkhani,

2008:166 dan Sumarni, 2012:451).

3. Compendium Hukum Islam diterbitkan oleh Jan Dirk van Clootwijk

pada tahun 1759 sebagai rujukan bagi para hakim dan pejabat

pemerintah di Sulawesi (Farkhani, 2008:166).

4. Staatblad No. 22 pasal 13 tahun 1820. Hardjono (2008:7) menyebutkan

bahwa aturan tersebut yang memuat ketentuan:

“bupati wajib memperhatikan soal-soal agama Islam dan untuk


menjaga agar para pemuka agama dapat melakukan tugas
mereka sesuai dengan adat kebiasaan orang Jawa seperti dalam
soal perkawinan, pembagian pusaka, dan yang sejenis”.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105

5. Resolusi Gubernur Jenderal tanggal 3 Juni 1823 No. 12. Hardjono

(2008:7) menyatakan bahwa resolusi tersebut adalah berkaitan dengan

peresmian pengadilan agama di Kesultanan Palembang yang diketahui

oleh Pangeran Penghulu. Sultan Palembang bertindak sebagai hakim

pada tingkat banding. Beberapa bidang yang menjadi wewenang

pengadilan agama di Palembang adalah (1) perkawinan. (2) perceraian,

(3) pembagian harta, (4) hak pengasuhan anak dalam kasus perceraian

orang tua, (5) hak masing-masing orang tua yang bercerai terhadap

anak mereka, (6) pusaka dan wasiat, (7) perwalian, dan (8) perkara-

perkara lain yang menyangkut agama.

6. Resolusi tanggal 7 Desember 1835 yang tertuang dalam Staatblad

nomor 58 tahun 1835 sebagai penjelasan atas pasal 13 StbI. 1820

No.20. Ketentuan yang tercantum dalam resolusi tersebut sebagaimana

disebutkan oleh Hardjono (2008:7) adalah sebagai berikut:

“Apabila terjadi sengketa orang-orang Jawa satu sama lain


mengenai soal-soal perkawinan, pembagian harta, dan sengketa-
sengketa sejenis, yang harus diputus menurut hukum Islam, para
pemuka agama memberi keputusan, tetapi gugatan untuk mendapat
pembayaran yang timbul dari keputusan para pemuka agama itu
harus diajukan kepada pengadilan pengadilan biasa.”

7. Staatblad nomor 129 tahun 1854, yang selanjutnya digantikan oleh

Staatblad nomor 2 tahun 1855. Kebijakan tersebut memuat tentang

Reglement op het beleid der regeering van Nederlandsch Indie atau

sering disingkat RR yang pada intinya menghendaki agar godsdientige

wetten atau hukum Islam menjadi dasar pengambilan keputusan hakim

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106

Eropa (Raad van Justitie) atas perkara-perkara bidang perdata dan

perdagangan kaum pribumi dan kaum yang dipersamakan (Tionghoa,

Arab) sebagaimana diputuskan oleh pemuka agama dan adat. selama

tidak bertentangan dengan asas-asas kepatutan dan keadilan yang diakui

umum (Hardjono, 2008:7).

8. Staatbland nomor 152 tahun 1882 yang menjadi dasar peresmian

pengadilan agama atau Priesterraad (secara literal bermakna peradilan

pendeta) di bawah lingkunan Landraad atau pengadilan negeri untuk

mengadili perkara keagamaan sesuai dengan hukum Islam (Hardjono,

2008:7).

Pemerintah kolonial dengan peraturan-peraturan yang berlaku di atas

cenderung tidak ingin mencampuri urusan keagamaan dan membiarkan agar

hukum agama tersebut dijalankan berdasarkan hukum Islam yang dianggap telah

menjadi bagian dari adat istiadat masyarakat pribumi muslim. Maka dapat

disimpulkan bahwa pada masa tersebut, kebijakan di bidang wakaf masih

mengikuti ketentuan yang tercantum dalam kitab-kitab fikih rujukan pada masa

kerajaan Islam.

Meskipun terlihat memberikan kebebasan bagi masyarakat pribumi untuk

mengikuti hukum Islam, namun dalam pandangan Farkhani (2008:166) teori ini

adalah sebagai taktik yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk

memperoleh kepercayaan penduduk pribumi. Penerapan teori ini ditujukan untuk

mengurangi resistensi, terutama dari kalangan ulama dan kaum santri sehingga

ketertiban tetap terjaga.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107

Pada masa selanjutnya, teori hukum yang berkembang adalah teori

Receptie. Teori ini menurut Farkhani (2008:166) ini diterapkan ketika pemerintah

Hinda Belanda merasa semakin kuat kekuasannya. Teori ini menguat setelah

dipelopori oleh Snouck Hugronje yang didasarkan pada hasil penelitiannya di

Aceh dan Tanah Gayo yang menyimpulkan bahwa hukum yang berlaku di dua

daerah tersebut adalah hukum adat, dan hukum Islam tidaklah berlaku hingga

diterima oleh hukum adat (Munir, 2014:6).

Eksistensi teori Receptie sebagai pijakan pemerintah Hindia Belanda

dalam mengatur penerapan hukum Islam di Indonesia diakibatkan oleh sejumlah

faktor. Farkhani (2008:165) menyatakan bahwa teori Receptie menguat sebagai

akibat stagnasi kajian hukum Islam karana para ulama sebagai sentral pelaksanaan

dan kajian hukum Islam banyak yang gugur di medan pertempuran (jihad)

melawan pemerintah Hindia Belanda. Hal ini bersamaan dengan mulai terkikisnya

kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam sebagai pelindung hukum Islam. Kondisi

tersebut semakin diperkuat dengan pemikiran Snouck Hurgronje yang dikutip

Hardjono (2008:9-10) yang menyatakan Islam di Indonesia terbagi menjadi dua,

yaitu:

1. Islam sehagai agama, yang harus disikapi secara toleran oleh negara.

2. Islam sebagai doktrin politik yang harus diberantas oleh negara

meskipun harus dengan cara kekerasan.

Snouck Hugronje dalam kuliah umumnya di hadapan mahasiswa NIBA

(Nederlandsche Indische Bestuurs Academie) Delft tahun 1911 menjabarkan

secara lebih rinci memberikan sejumlah poin terkait sikap yang harus dijalankan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108

pemerintah Hindia Belanda terkait ajaran-ajaran Islam. Pertama, pemerintah

bersikap netral terhadap ajaran Islam yang murni agama. Kedua, masalah

perkawinan dan pembagian warisan dalam Islam mengharuskan adanya

penghormatan dari pemerintah. Ketiga, segala hal berbau Pan-Islamisme tidak

boleh diakomodasi. Dengan kata lain, Islam dikerucutkan hanya pada masalah

ritual dan perdata namun disisihkan dari kebijakan politik (Hardjono, 2008:11).

Implikasi dari teori tersebut adalah perubahan sejumlah ketentuan yang

berkaitan dengan pemberlakuan hukum Islam di wilayah Hindia Belanda.

Perubahan kebijakan tersebut dalam pandangan Hidayat (2014:7) merupakan

suatu gerakan yang disebut “politik hukum yang sadar”, yakni gerakan yang

secara sadar bertujuan mengubah, menata dan mengganti hukum Islam di

Indonesia dengan hukum Belanda karena hukum Islam dianggap kuno dan

terbelakang. Wujud dari gerakan tersebut pada awalnya dilakukan dengan

mengubah tata peraturan hukum Islam yang digeser cakupannya dari keseluruhan

aspek kehidupan masyarakat menjadi terbatas pada perkara keluarga atau Ahwal

Asy-Syakhsiyah (Farkhani, 2008:166). Hal ini tercermin dari sejumlah ketentuan

pemerintah sebagaimana disebutkan oleh Farkhani (2008:166) sebagai berikut:

1. Ketentuan mengenai peradilan agama yang telah diatur sejak 1882.

2. Pengangkatan penghulu sebagai penasehat pada pengadilan umum.

3. Pengawasan terhadap perkawinan dan perceraian bagi orang Islam

yang diatur sejak tahun 1905.

4. Ordonansi Perkawinan di Jawa-Madura yang terbit pada tahun 1929

dan diubah tahun 1931.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109

5. Ordonansi Perkawinan untuk Luar Jawa yang terbit pada tahun 1932

6. Pengawasan terhadap pendidikan Islam.

7. Ordonansi Guru terbit pada tahun 1905 dan diubah tahun 1925

8. Pengawasan terhadap kas masjid yang terbit pada tahun 1893

9. Pengawasan terhadap ibadah haji.

10. Pengelolaan Zakat sebagaimana diatur dalam Bijblad nomor 1892

tanggal 4 Agustus 1893. Peraturan tersebut dihapus karena dana zakat

digunakan untuk melawan penjajah. Penghapusan tersebut diatur

dalam Bijblad nomor 6200 pada tanggal 28 Februari 1905 yang berisi

tentang pelarangan pengelolaan zakat.

Ketentuan pemerintah Hindia Belanda pada masa berikutnya menjadi lebih

keras terhadap hukum Islam. Hukum Islam disingkirkan dari sistem hukum dan

digantikan oleh hukum adat. Keadaan inilah yang menurut Sularno (2008:253)

menjadi sebab adanya konflik dari tiga sistem hukum yang berlaku di Indonesia,

yaitu hukum Islam, hukum adat dan hukum sipil yang berasal dari Barat. Hal ini

dikarenakan secara alami, suatu komunitas dapat menerima adanya hal-hal yang

pada awalnya asing melalui adaptasi dan penyerapan hal baru tersebut.

Penerimaan akan menimbulkan konflik ketika adanya unsur pemaksaan di

dalamnya yang dibalut kepentingan politik kolonial. Padahal menurut Hadjar

(2006:11), hukum Islam dapat bergandengan dengan hukum adat karena dalam

Islam, suatu adat atau kebiasaan lokal dapat diakui sebagai hukum Islam selama

tidak bertentangan dengan syariat Islam sehingga pada dasarnya, hukum adat dan

hukum Islam dapat sejalan.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110

Hukum Islam kemudian secara resmi tersisih dari sistem hukum Hindia

Belanda melalui sejumlah peraturan pemerintah sebagaimana disebutkan oleh

Hardjono (2008) sebagai berikut:

1. Staatblad nomor 204 tahun 1907 yang mengubah pasal 75 RR lama

menjadi “ ...diikuti peraturan yang berkenaan dengan agama dan

kebiasaan mereka”.

2. Staatblad nomor 621 tahun 1919 yang mengganti ketentuan pasal 75

RR lama dengan redaksi “…memperhatikan peraturan-peraturan yang

berkenaan dengan agama dan kebiasaan mereka”.

3. Pasal 134 ayat (2) dari Indische Staatsregeling (IS) yang terbit tahun

1929 yang berisi ketentuan: “Dalam hal terjadi perkara perdata antara

sesama orang Islam akan diselesaikan oleh hakim agama Islam apabila

keadaan tersebut telah diterima oleh hukum Adat mereka dan sejauh

tidak ditentukan lain oleh ordonansi”.

4. Staatblad nomor 116 tahun 1937 menyatakan bahwa “Pengadilan

Agama di Jawa dan Madura hanya berwenang memeriksa perkara

perkawinan saja, sedangkan perkara waris yang selama berabad-abad

menjadi kewenangannya diserahkan kepada Pengadilan Negeri”.

5. Hardjono (2008:12) kemudian menyebutkan bahwa pada tahun 1937,

lahir Staatblad nomor 638 dan 639 yang berisi peresmian Kerapatan

Qadi dan Kerapatan Qadi Besar di Kalimantan Selatan dengan

wewenang yang sama dengan pengadilan agama di Jawa dan Madura,

yakni hanya mengurusi perkara terkait perkawinan, talak dan hal-hal

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111

terkait. Sementara sengketa wakaf sebagai perkara terkait kebendaan

diadili oleh pengadilan negeri. Adapun di luar Jawa, Madura, dan

Kalimantan Selatan maka hukum Islam berlaku tanpa pembatasan. Hal

ini dikarenakan apabila Jawa dan Madura sebagai pusat pergerakan

nasional termasuk umat Islam telah mampu ditaklukkan, maka daerah

lainnya akan lebih mudah dikendalikan oleh pemerintah (Hardjono,

2008:13).

6. Pasal 163 IS jo. Pasal 131 IS yang mengatur adanya unifikasi sistem

hukum dalam negara kolonial Hindia Belanda dengan hanya dua

subsistem hukum yang diakui:

a. Subsistem hukum Eropa bagi kaum Eropa dan Timur Asing

(Tionghoa).

b. Subsistem hukum adat bagi kaum pribumi.

Ketentuan di atas merupakan wujud politik hukum Belanda bernama de

bewuste rechtspolitiek yang ingin mewujudkan adanya sistem hukum

tunggal (Hardjono, 2008:13).

Kehadiran teori receptie beserta beragam aturan pelaksanaan, baik

Staatblad maupun IS secara berangsur menyisihkan hukum Islam dari masyarakat

Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda terlihat berusaha mengerucutkan

permasalahan agama hanya kepada permasalahan ritual dan perkawinan semata.

Ada dua keuntungan yang hendak diraih pemerintah kolonial dari penyisihan

hukum Islam dari bangsa Indonesia:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112

1. Seluruh aturan di atas hingga mencapai klimaks pada Pasal 163 IS jo.

Pasal 131 IS adalah upaya untuk menghambat umat Islam

mengamalkan ajaran agamanya secara utuh. Apabila ajaran Islam

dijalankan secara utuh, maka dikhawatirkan akan menguatkan

perlawanan rakyat pribumi terhadap pemerintah kolonial. Maka

langkah terbaik untuk melemahkan perlawanan rakyat adalah dengan

menjauhkan hukum Islam dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara

(Hardjono, 2008:14).

2. Adanya pembagian golongan masyarakat berdasarkan budayanya, yakni

Eropa, Timur Asing dan Pribumi dalam Pasal 163 IS jo. Pasal 131 IS

dalam dimaksudkan untuk menciptakan suatu sistem ekonomi yang

menguatkan peran Belanda dalam perdagangan internasional. Pribumi

akan bertindak sebagai produsen bahan mentah yang wajib dijual

melalui pedagang perantara dari golongan Timur Asing kepada

golongan Eropa. Golongan Eropa akan mengekspor bahan mentah dan

mengimpor barang lainnya untuk selanjutnya dijual kepada golongan

Timur Asing. Golongan Timur Asing akan berperan kembali sebagai

pedagang perantara untuk menjual barang impor dari importer Eropa

kepada golongan Eropa, Timur Asing dan Pribumi.

Meskipun kebijakan pemerintah kolonial terkait hukum Islam secara

umum terlihat berusaha menyisihkannya dari kehidupan masyarakat namun pada

dasarnya pemerintah kolonial masih memberikan keleluasaan bagi masyarakat

pribumi muslim untuk mengelola aset wakafnya. Pemerintah kolonial dapat

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113

dikatakan netral apabila dikaitkan dengan pengelolaan harta wakaf itu sendiri. Hal

ini tercermin dari sejumlah peraturan berikut:

1. Surat Edaran sekretaris Governemen pertama tanggal 31 Januari 1905,

No. 435, sebagaimana termuat di dalam Bijblad 1905 No. 6196, tentang

Toezicht op den bouw van Muhammadaansche bedehuizen. Surat

edaran berisi ketentuan bahwa

Pemerintah Kolonial tidak bermaksud melarang atau menghalang-


halangi praktek wakaf yang dilakukan oleh umat Islam untuk
memenuhi keperluan keagamaannya. Akan tetapi, untuk
pembangunan tempat-tempat ibadah diperbolehkan apabila benar-
benar dikehendaki oleh kepetingan umum. Surat edaran tersebut
ditujukan kepada kepala daerah di Jawa dan Madura kecuali
daerah Swapraja, untuk melakukan pendataan dan pendaftaran
tanah-tanah atau tempat ibadah Islam yang ada di kabupaten
masing-masing (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:15).

2. Surat Edaran dari sekretaris Governemen tanggal 4 Juni 1931 nomor

1361/A, yang dimuat dalam Bijblad 1931 nomor 125/A tentang

Toezicht van regeerin op Muhammadaansche bedehuizen,

vrijdagdiensten en wakafs. Surat Edaran tersebut memiliki garis besar

sebagai berikut:

Agar Bijblad tahun 1905 nomor 6169 diperhatikan dengan baik.


Untuk mewakafkan harta tetap diperlukan izin Bupati, yang
menilai permohonan itu dari segi tempat harta tetap itu dan
maksud pendirian. Bupati memberi perintah supaya wakaf yang
diizinkannya dimasukkan ke dalam daftar, yang dipelihara oleh
ketua pengadilan agama. Dari semua pendaftaran diberitahukan
kepada Asisten Wedana untuk bahan baginya dalam pembuatan
kepada kantor Landrente (Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
2006:15).

3. Surat Edaran sekretaris Governemen tanggal 24 Desember 1934 nomor

3088/A sebagaimana termuat di dalam Bijblad tahun 1934 No.. 13390

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114

tentang Toezicht van de regeering op Muhammedaansche bedehuizen,

vrijdag diesten en wakafs. Surat edaran ini bersifat “Hanya

mempertegas apa yang disebutkan oleh surat edaran sebelumnya, yang

isinya memberi wewenang kepada Bupati untuk menyelesaikan

perkara, jika terjadi perselisihan atau sengketa tentang tanah-tanah

wakaf tersebut” (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:16).

4. Surat Edaran sekretaris Governemen tanggal 27 Mei 1935 nomor

1273/A sebagaimana termuat dalam Bijblad 1935 nomor 13480. Surat

Edaran ini “Bersifat penegasan terhadap surat-surat edaran sebelumnya,

yaitu khusus mengeai tata cara perwakafan, sebagai realisasi ketentuan

Bijblad nomor 6169/1905 yang menginginkan registrasi dari tanah-

tanah wakaf tersebut” (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:16).

Kebijakan wakaf yang diterbitkan pemerintah kolonial Hinda Belanda

menunjukkan pemahaman pemerintah atas peran wakaf yang besar bagi rakyat

sehingga perlu mengatur wakaf dalam suatu aturan khusus. Akan tetapi, aturan

tersebut tidak lebih dari aturan mengenai administrasi semata dan tidak ada upaya

untuk memberdayakan rakyat melalui wakaf karena aset wakaf hanya digunakan

sebatas ibadah dan pendidikan yang cenderung tidak bernilai ekonomis bagi

pemerintah (Hermawan, 2014:151-152).

Maka, dapat disimpulkan bahwa pada masa kolonial Hindia Belanda,

kebijakan mengenai wakaf memiliki dua wajah:

1. Wakaf sebagai instrumen pengadaan lahan untuk aktivitas keagamaan

dalam pengelolaannya tidak dicampuri oleh pemerintah. Pemerintah

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115

kolonial melalui para bupati mendata tanah wakaf yang telah ada. Ini

tidak terlepas dari pandangan Snouck Hugronje bahwa dalam kegiatan

yang bersifat murni keagamaan, pemerintah haruslah netral. Pada sisi

lain, sikap netral pemerintah menunjukkan tidak adanya ketertarikan

pemerintah untuk memberdayakan rakyat melalui wakaf tersebut.

2. Apabila terjadi sengketa wakaf, khususnya di Jawa, Madura, dan

Kalimantan Selatan maka sengketa tersebut menjadi wewenang

pengadilan negeri (Landraad). Pada tataran sengketa, lahan wakaf

dapat dipandang sebagai aset kebendaan yang memiliki potensi

ekonomi sehingga diakui sebagai yurisdiksi hukum perdata Eropa dan

hukum adat. Pandangan bahwa pribumi harus menghasilkan bahan

mentah usaha ekspor kaum Eropa bersesuaian dengan pemberlakuan

hukum Eropa dan hukum Adat, karena hal ini dapat mempermudah

konversi lahan wakaf berupa tempat ibadah menjadi lahan bernilai

ekonomis.

Mengingat bahwa kebijakan wakaf pada masa kolonial Hindia Belanda

meletakkan wakaf sebagai praktik keagamaan murni dan dominasi mazhab Syafi’i

di masyarakat maka tidaklah heran praktik wakaf pada masa ini tidak jauh

berbeda dengan pada masa kerajaan Islam seperti masjid dan pesantren

(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2015a:51). Akan tetapi, menurut Latief

(2013:125) pada masa kolonial khususnya abad ke-20 praktik wakaf telah

didukung oleh praktik yang modern khususnya yang dijalankan oleh ormas-ormas

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116

Islam seperti Muhammadiyah yang mendirikan sekolah modern di atas lahan yang

diwakafkan.

4.2.3. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa Orde Lama

Kemerdekaan negara Indonesia pada tahun 1945 tidak serta menjadikan

kebijakan di bidang wakaf, sebagaimana hukum Islam lainnya dapat sepenuhnya

berlaku di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari pandangan politik dan hukum saat

itu yang terbelah antara kaum nasionalis dan Islam. Menurut Ibnu Anshori

(1994:84), kondisi perpolitikan di masa Orde Lama didominasi kontroversi antara

wacana negara Islam dan negara Pancasila. Hal ini tidak terlepas bahwa pada

sejak masa menjelang kemerdekaan hingga pemerintahan Orde Lama, unsur-unsur

yang secara jelas mendukung kaum Islam terkesan dibatasi. Salah satu yang

krusial adalah penghapusan tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan syariat

Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dari pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)

1945.

Pada bidang hukum, Hardjono (2008:16) menyebutkan bahwa kondisi

infrastruktur hukum yang masih didominasi oleh warisan kolonial menjadikan

masuknya hukum Islam dalam hukum nasional menjadi sulit. Bahkan, sejak tahun

1945 hingga tahun 1975, masih terdapat dua kubu yang berseberangan dalam

memandang pemberlakuan hukum Islam, yaitu:

1. Golongan yang menginginkan penghapusan teori Receptie terhadap

pemberlakuan hukum Islam di Indonesia atau disebut juga golongan

teori Receptie Exit (Fadholi, 2013:99). Golongan yang dipelopori oleh

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
117

Prof. Hazairin ini menilai bahwa ketentuan Pasal 29 Undang-Undang

Dasar 1945 telah menjadi dasar konstitusional yang kuat untuk

memformalkan hukum Islam di Indonesia.

2. Golongan yang menginginkan agar teori Receptie terhadap hukum

Islam sebagaimana tercantum dalam Pasal 134 IS tetap berlaku dengan

alasan demi adanya kepastian hukum selama belum ada undang-

undang baru yang disahkan.

Perpecahan di atas diperparah oleh kondisi pada masa awal Orde Lama

yang tidak terfokus pada pembentukan aturan perundang-undangan yang berasal

dari buah pemikiran bangsa Indonesia sendiri. Fokus pemerintah pada masa itu

adalah pada pembentukan tata pemerintah yang baik dan penguatan kedaulatan

Indonesia di dunia internasional. Selain itu, pembentukan peraturan perundang-

undangan di Indonesia berjalan lambat karena kondisi “sosial, ekonomi, politik

dan keamanan negara yang masih labil...” (Farkhani, 2008:168).

Meskipun demikian, masuknya hukum Islam dalam kerangka hukum

nasional pada masa Orde Lama dapat terwadahi. Hal ini secara tersirat dimulai

dengan pembentukan Kementerian Agama pada tanggal 3 Januari 1946 (Anshori,

1994:84). Lebih lanjut, Anshori (1994:85) menyatakan bahwa pada tahun 1955,

Wahid Hasyim selaku Menteri Agama merumuskan tugas Kementerian Agama

sebagai berikut:

1. Untuk menjadikan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai prinsip yang

diamalkan dalam kehidupan masyarakat.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118

2. Untuk memastikan bahwa setiap penduduk bebas menganut agama dan

beribadah sesuai agama dan kepercayaannya.

3. Untuk membantu, mendukung, melindungi, dan mempromosikan

seluruh gerakan keagamaan.

Pada tahun 1959, terbitlah Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang

menegaskan bahwa UUD 1945 dijiwai oleh Piagam Jakarta (Kamsi, 2012:8) yang

memuat tujuh kata yang dihapuskan dari Pembukaan UUD 1945. Sumarni

(2012:455) menyebutkan bahwa pernyataan bahwa UUD 1945 dijiwai oleh

Piagam Jakarta yang memuat ketentuan mengenai syariat Islam dalam pandangan

Perdana Menteri Juanda memiliki dua pemaknaan:

1. Pemaknaan secara negatif, yakni tidak boleh ada peraturan perundang-

undangan di Indonesia yang bertentangan dengan syariat Islam.

2. Pemaknaan secara positif, yakni pemeluk agama Islam wajib

melaksanakan syariat Islam sehingga harus dibuat undang-undang

yang mengatur pelaksanaan ajaran Islam di Indonesia.

Kehadiran dekrit tersebut membuka jalan bagi akomodasi ajaran Islam

dalam aturan perundang-undangan, dan wakaf merupakan salah satu ajaran agama

Islam yang diakomodasi dalam peraturan perundang-undangan pada masa Orde

Lama. Kebijakan mengenai wakaf tercantum dalam Undang-Undang nomor 5

tahun 1960 tentang Pokok Agraria (UUPA). Sebelum terbitnya UUPA, telah

diterbitkan petunjuk Menteri Agama tertanggal 22 Desember 1953 tentang

Petunjuk-Petunjuk mengenai Wakaf yang menjadi wewenang Bagian D (Ibadah

Sosial) dari Jawatan Urusan Agama serta Surat Edaran Nomor 5/D/1956 pada

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119

tanggal 8 Oktober 1956 mengenai Prosedur Perwakafan Tanah sebagai peraturan

penyesuaian untuk member kepastian hukum mengenai wakaf bagi negara

Indonesia yang baru merdeka (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2015a:54-55).

Hanya saja, dua peraturan tersebut bukanlah undang-undang dan belum

terintegrasi dalam tertib hukum agraria sehingga ketentuan mengenai wakaf

dimasukkan ke dalam UUPA (Abror, 2014:330).

Ketentuan di dalam UUPA yang mengatur tentang wakaf adalah sebagai

berikut:

1. Pasal 5, yang berbunyi:


Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa
ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional dan negara yang bersandarkan atas
persatuan bangsa dengan sosialisme Indonesia serta dengan
peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini dan dengan
peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan
mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.

2. Pasal 14 ayat (1), yang berbunyi:


Pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia membuat suatu
rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan
bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya untuk keperluan negara, untuk keperluan
peribadatan dan keperluan-keperluan suci lainnya, sesuai dengan
dasar ketuhanan Yang Maha Esa dan seterusnya.

3. Pasal 49 ayat (2) dan (3), yang berbunyi:


(2) Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya
sebagai dimaksud pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai
oleh Negara dengan hak pakai.
(3) Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan
peraturan pemerintah.
Lembaga penyelesaian sengketa wakaf pada masa Orde Lama mulai

mengalami perkembangan dibandingkan pada masa kolonial. Sejak tahun 1937,

sengketa wakaf di Jawa dan Madura diselesaikan oleh pengadilan negeri. Adapun

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120

selain Jawa dan Madura, sengketa mengenai wakaf dijalankan oleh kesultanan

setempat atau masyarakat muslim secara luas apabila tidak terdapat kesultanan

(Anshori, 1994:89). Akan tetapi, sejak 1946 pengadilan agama mulai dibentuk di

bawah kendali Kementerian Agama. Pada tahun 1951, pengadilan di lingkungan

kesultanan dihapuskan dan digantikan oleh pengadilan agama yang mulai

beroperasi di Jawa dan Madura. Kemudian lahir Peraturan Pemerintah nomor 29

dan 45 tahun 1957 yang pada intinya membentuk pengadilan agama yang

berwenang mengurus sengketa hukum Islam, termasuk perwakafan di luar Jawa

dan Madura.

Pembentukan Kementerian Agama dan akomodasi ketentuan wakaf dalam

peraturan perundang-undangan merupakan perwujudan dari pandangan Ibnu

Anshori (1994:92) bahwa Soekarno mengakui Islam sebagai komponen dan

kehidupan bangsa Indonesia. Akan tetapi, potensi konflik yang lebih besar dengan

golongan nasionalis menjadikan upaya formalisasi ajaran Islam dibatasi pada

pembentukan lembaga dan peraturan yang mengakomodasi praktik keagamaan

umat Islam, seperti Kementerian Agama, Peradilan Agama dan UUPA yang

memuat materi terkait wakaf.

Namun, formalisasi pada tataran peraturan perwakafan pada masa ini

belum menyentuh peraturan teknis. Berdasarkan ketentuan pasal 49 ayat (3) yang

telah disebutkan, dapat diambil kesimpulan bahwa teknis pelaksanaan ketentuan

UUPA mengenai wakaf harus diatur lebih lanjut dalam suatu peraturan

pemerintah yang bersifat lebih teknis. Akan tetapi, baru pada masa Orde Baru

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
121

peraturan pemerintah yang dimaksud dapat diterbitkan (Direktorat Pengembangan

Wakaf, 2006:17).

Permasalahan lain pada kebijakan wakaf pada masa Orde Lama adalah

lembaga pengadilan agama yang salah satu wewenangnya menyelesaikan

sengketa wakaf masih didominasi oleh para ulama yang menjadi hakim dan

berpedoman pada mazhab Syafi’i (Anshori, 1994:91). Meskipun mengacu pada

satu mazhab, namun kitab yang fikih yang digunakan ada sejumlah 13 kitab fikih

yang berbeda dan diakui berdasarkan Surat Edaran Biro Pengadilan Agama No.

B/I/735 tertanggal 18 Februari 1958 sehingga keputusan antar pengadilan agama

dapat berbeda pada perkara yang sama sehingga kepastian hukum bagi umat Islam

menjadi tidak tercapai (Omara dan Harahab, 2010:627). Selain itu, pengadilan

agama masih terhalang untuk menjalankan putusannya sendiri karena harus

mendapat restu dari pengadilan negeri setempat berupa executoir verklaring

(Wibowo, 2007:126).

Maka dapat disimpulkan bahwa pada masa Orde Lama, wakaf telah secara

formal memiliki aturan dan lembaga yang lebih baik dibandingkan dengan masa

kolonial. Hal ini ditandai dengan akomodasi aturan wakaf dalam UUPA dan

pengadilan agama yang berwenang menyelesaikan sengketa wakaf. Namun,

sejumlah permasalahan masih ditemui dari kebijakan wakaf pada masa Orde

Lama, yaitu:

1. Konsep wakaf yang masih berkembang masih didominasi oleh mazhab

Syafi’i seperti pada masa kerajaan Islam yang diperuntukkan bagi

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122

kegiatan keagamaan dan pendidikan, seperti masjid, madrasah dan

pesantren.

2. Pengadilan agama sebagai lembaga yang berwenang memutuskan

perkara terkait wakaf masih harus meminta izin kepada pengadilan

negeri untuk menjalankan keputusannya. Pengadilan agama juga

belum dapat memberikan kepastian hukum karena beragamnya kitab

rujukan para hakim dalam memutuskan perkara.

3. Ketiadaan peraturan teknis yang mendukung ketentuan mengenai

wakaf dalam UUPA.

Permasalahan-permasalahan di atas, khususnya ketiadaan aturan teknis

pelaksanaan ketentuan wakaf pada UUPA menjadikan praktik wakaf di

masyarakat tidak banyak berkembang dibandingkan masa sebelumnya. Kondisi

tersebut menunjukkan bahwa peraturan wakaf belum sepenuhnya diterima

masyarakat. Hal ini dikarenakan ketiadaan peraturan teknis dari suatu undang-

undang akan membuat peraturan tersebut tidak mendapatkan penerimaan yang

layak dan efektif dari masyarakat (Rusydi, 2007:5).

4.2.4. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa Orde Baru

Pemerintah Orde Baru didefinisikan sebagai pemerintah di Indonesia

menggantikan pemerintahan Orde Lama pimpinan Presiden Soekarno. Akhir

pemerintahan Orde Lama ditandai krisis yang hebat akibat G30S/PKI. Masa Orde

Baru dimulai dari lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun

1966 yang menjadi dasar pelimpahan wewenang dari Soekarno kepada Soeharto

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
123

untuk memulihkan keadaan negara pasca kudeta PKI dan pada akhirnya

terbentuklah pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto. Orde Baru sendiri

didefinisikan sebagai tatanan politik dan masyarakat Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 yang dijalankan secara murni dan konsekuen (Kamsi,

2012).

Pada awalnya, hubungan antara pemerintah dengan umat Islam termasuk

renggang. Kondisi ini dalam pandangan Kamsi (2012:8) tercermin dari lahirnya

sejumlah peraturan yang membatasi pergerakan umat Islam sebagai berikut:

1. Instruksi Presiden (Inpres) nomor 12 tahun 1968 yang membakukan

Pancasila sebagai dasar negara.

2. Undang-Undang nomor 15 tahun 1969 tentang Pemilihan Umum.

3. Undang-Undang nomor 16 tahun 1969 tentang Susunan dan

Kedudukan Majelis Permusyaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

4. Undang-Undang nomor 3 tahun 1985 tentang Partai Politik dan

Golongan Karya. Pasal 2 ayat (1) dari UU ini menjadi dasar bagi

penetapan asas tunggal Pancasila bagi seluruh partai politik dan

golongan karya di Indonesia. Artinya, tidak boleh ada suatu organisasi

politik di Indonesia yang berasaskan di luar Pancasila, termasuk

berasaskan Islam.

Masa awal Orde Baru juga ditandai oleh adanya sejumlah tekanan dan

intimidasi oleh umat Islam. Tekanan dan intimidasi tersebut berupa pelarangan

jilbab bagi para siswi di sekolah negeri, sensor khutbah Idul Fithri dan Idul Adha,

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
124

dan dihambatnya upaya rehabilitasi pimpinan Masyumi serta pendirian Partai

Islam Indonesia karena trauma akan bangkitnya kekuatan umat Islam di dunia

politik (Kamsi, 2012:8).

Kondisi ketegangan antara umat Islam dan pemerintah Orde Baru mulai

mencair pada sekitar tahun 1974. Hal ini ditandai dengan lahirnya Undang-

Undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengakomodasi

diferensiasi dalam unifikasi hukum nasional dalam satu undang-undang nasional

(Kamsi, 2012:11).

Lebih lanjut, lahirnya undang-undang yang mengakomodasi kepentingan

umat Islam menunjukkan adanya pola akomodatif dari pemerintah Orde Baru

terhadap umat Islam. Hal ini semakin menguat sejak tahun 1983 setelah umat

Islam menerima Pancasila sebagai asas tunggal (Kamsi, 2012:9).

Adanya pola akomodatif pada pemerintahan Orde Baru bersamaan dengan

menguatnya teori-teori yang mendukung berlakunya hukum Islam di Indonesia.

Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teori Receptie A Contrario. Teori ini merupakan keberlanjutan dari

teori Receptie Exit yang digagas Prof. Hazairin sebagai penolakan atas

teori Receptie yang menyingkirkan hukum Islam di Indonesia.

(Fadholi, 2013:99). Teori ini dikembangkan oleh Sayuti Thalib yang

memberikan pemahaman bahwa hukum adat barulah berlaku kalau

tidak bertentangan dengan hukum Islam sehingga disimpulkan bahwa

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125

jiwa dari Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 menghapus Pasal

134 ayat 2 IS (Mardani, 2009:269).

2. Teori Eksistensi yang dikembangkan oleh Ichtijanto (Fadholi,

2013:99). Menurut Mardani (2009:275), teori ini menjelaskan bahwa

hukum Islam telah hadir di Indonesia dan memiliki empat kedudukan

di dalam sistem hukum Indonesia, yaitu:

a. Hukum Islam adalah bagian integral dari hukum nasional Indonesia

b. Hukum Islam diakui kemandirian, kekuatan, wibawa dan diberi

status sebagai hukum nasional.

c. Norma hukum Islam adalah penyaring bagi bahan-bahan penyusun

hukum di Indonesia.

d. Hukum Islam adalah bahan dan unsur utama hukum nasional.

3. Teori Pembaruan yang dikembangkan oleh Busthanul Arifin dan

kawan-kawan (Fadholi, 2013:99).

Pola akomodatif pemerintah Orde Baru dan menguatnya teori-teori hukum

Islam pada akhirnya menjadikan sejumlah peraturan perundang-undangan yang

memuat hukum Islam terus muncul pada masa Orde Baru, tidak terkecuali

peraturan mengenai wakaf. Pada masa Orde Baru, peraturan wakaf yang lahir

pertama kali adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik. Peraturan yang ditetapkan pada 17 Mei 1977 tersebut

merupakan aturan pelaksanaan dari pasal 49 ayat (3) dari UU No. 5 tahun 1960

tentang Pokok Agraria (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:18). Menurut Ali

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126

(2012:101), terdapat sejumlah peraturan turunan dari PP tersebut yang secara rinci

disebutkan oleh Mardani (2009:274) sebagai berikut:

1. Keputusan Menteri Agama No. 73 tahun 1978 tentang Pendelegasian

Wewenang kepada Kepala Kanwil Departemen Agama

Propinsi/Setingkat di seluruh Indonesia untuk

mengangkat/memberhentikan Kepala KUA Kecamatan sebagai

PPAIW.

2. Instruksi bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri masing-

masing No. 1 tahun 1978 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

No.28 tahun 1977.

3. Instruksi Menteri Agama No. 3 tahun 1979 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Keputusan Menteri Agama No. 73 tahun 1978 tentang

Pendelegasian Wewenang kepada Kepala Kanwil Dep. Agama

Propinsi/Setingkat untuk mengangkat/memberhentikan setiap Kepala

KUA Kec. sebagai PPAIW.

4. Peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji No.

D.II/5/Ed/14/1980 tentang Pemakaian Bea Materai dengan lampiran

rekaman Surat Direktorat Jenderal Pajak No. S-629/PJ.331/1080

tentang Ketentuan Menteri Keuangan atas tanda-tanda sebagai

dimaksud dalam Peraturan Menteri Agama No. 1 Th. 1978 tentang

Peraturan Pelaksanaan PP No. 28 Th. 1977.

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 1977 tentang Tata

Cara Pendaftaran Tanah mengenai Perwakafan Tanah Milik.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127

6. Surat Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No.D.II/5/Ed/07/1981

tentang Pendaftaran Perwakafan Tanah Milik.

7. Surat Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D.II/5/Ed/ll/1981

tentang Petunjuk Pengisian nomor pada formulir Perwakafan Tanah

Milik.

Salah satu kemajuan yang terlihat dari pemberlakuan PP mengenai

Perwakafan Tanah Milik adalah upaya untuk mengadministrasikan dan

mendaftarkan aset wakaf tanah melalui Kepala KUA sebagai PPAIW (Pejabat

Pembuat Akta Ikrar Wakaf). Hal ini dapat dipandang sebagai suatu kemajuan

karena wakaf seringkali dilakukan atas dasar kepercayaan sehingga tanah wakaf

dapat jatuh kepada pihak yang tidak berkepentingan dan keberadaan akad

wakafnya tidak bisa dibuktikan secara hukum dan administratif (Syukron,

2011:277).

Selain sejumlah peraturan yang diterbitkan oleh pejabat di tingkat

nasional, sejumlah provinsi juga menerbitkan instruksi gubernur untuk

menjalankan PP wakaf tanah tersebut. Daerah-daerah tersebut sebagaimana

disebutkan oleh Ali (2012:101) adalah sebagai berikut:

1. Nusa Tenggara Barat

2. Sumatera Barat

3. Sumatera Utara

4. Daerah Istimewa Aceh

5. Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128

Pada masa Orde Baru, selain PP mengenai Perwakafan Tanah Milik, lahir

pula UU No. 7 tahun 1989 mengenai Pengadilan Agama. UU tersebut

menegaskan peran pengadilan agama sebagai lembaga yang berwenang

memberikan putusan pada sengketa wakaf. Salah satu perbedaan antara UU

nomor 7 tahun 1989 dengan peraturan perundang-undangan sebelumnya yang

mengatur tentang pengadilan agama adalah UU tersebut mengangkat posisi

pengadilan agama dari sekedar pelengkap lembaga peradilan. Hal ini dikarenakan

pada masa sebelumnya, pengadilan agama tidak dapat menjalankan keputusannya

sendiri kecuali mendapatkan restu dari pengadilan negeri berupa executoir

verklaring (Wibowo, 2007:126). Lahirnya UU tersebut memberikan jalan bagi

penyelesaian wakaf yang lebih sederhana karena melalui satu lembaga peradilan

saja. Selain itu, ssalah satu hal menarik dari fenomena lahirnya UU Pengadilan

Agama adalah inisiatif pemerintah untuk menerbitkan suatu Kompilasi Hukum

Islam.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) merupakan dasar hukum Islam berbentuk

yurisprudensi yang dihasilkan sebagai hasil kerjasama Mahkamah Agung dan

Departemen Agama dengan sejumlah tujuan:

1. Membentuk rujukan hukum positif dan tunggal bagi para hakim agama

untuk menghindari kesewenang-wenangan hakim dalam membuat

keputusan berdasarkan suatu kitab fikih saja (Rini, 2011:32).

2. Memberikan kepastian dan unifikasi hukum keluarga Islam di

Indonesia karena pada masa sebelumnya, beragam kitab fikih yang

digunakan para hakim sehingga keberagaman putusan di antara

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
129

pengadilan agama masih pada perkara yang sama masih sering terjadi

(Omara dan Harahab, 2010:627 dan Herawati, 2011:323-324).

3. Mengisi kekosongan hukum di pengadilan agama terkait perkara

perkawinan, kewarisan dan perwakafan (Herawati, 2011:322).

4. Menjadi hukum terapan di pengadilan agama (Herawati, 2011:326).

5. Menyamakan persepsi dan pandangan umat mengenai penerapan

hukum Islam serta mengurangi masalah khilafiah yang menjadi sumber

perpecahan (Herawati, 2011:327).

6. Mendekatkan umat Islam dengan hukum Islam (Herawati, 2011:327).

7. Menghapus anggapan bahwa hukum Islam adalah masalah pribadi

(private affairs) (Herawait, 2011:328).

Kerjasama di antara dua lembaga negara tersebut dalam penyusunan KHI

tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Ketua

Mahkamah Agung No. 7/KMA/1985 dan No. 25 tahun 1985 pada tanggal 21

Maret 1985 (Hidayat, 2014:19 dan Asy’ari, 2012:236). Pada tahap selanjutnya,

panitia penyusunan KHI dibentuk. Proses perumusan KHI oleh panitia tersebut

melalui sejumlah proses yang menurut Hidayat (2014:20) adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian materi dari kitab-kitab fikih yang mencapai 38 buah kitab

fikih lintas mazhab (Asy’ari, 2012:240-241).

2. Mewawancarai para ulama.

3. Yurisprudensi dari keputusan-keputusan pengadilan agama.

4. Studi perbandingan hukum dengan negara lain, yakni Turki, Maroko

dan Mesir.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
130

5. Lokakarya/seminar materi hukum untuk pengadilan agama

Rancangan KHI yang telah disusun kemudian diseminarkan pada suatu

lokakarya di hadapan para ulama pada tanggal 25 Februari 1988. Pada lokakarya

tersebut, para ulama Indonesia bersepakatan untuk menerima rancangan KHI

tersebut (Herawati, 2011:322). KHI kemudian mendapatkan legalitas melalui

Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 tahun 1991 dan ditindaklanjuti oleh Keputusan

Menteri Agama (Kepmenag) nomor 54 tahun 1991 (Rini, 2011:34). Menurut

Mawardi (1998:3), KHI merupakan seperangkat aturan yang menjadi rujukan bagi

para hakim dalam proses pembuatan keputusan mengenai perkara pernikahan,

waris, dan wakaf seiring lahirnya UU No. 7 tahun 1989 tentang Pengadilan

Agama. Artinya, KHI merupakan sumber pengambilan keputusan bagi para hakim

agama, termasuk di bidang wakaf.

Wakaf diatur pada buku III dari KHI yang terdiri atas 5 bab dan 12 pasal

(pasal 215 sampai dengan pasal 228) (Gunawan, 2015:288). Definisi wakaf

menurut KHI adalah “Perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau

badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan

melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau

kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam” (Haq, 2014:4).

Berdasarkan definisi tersebut, maka KHI mengakomodasi adanya aset

selain tanah untuk dijadikan wakaf, baik benda bergerak maupun benda tidak

bergerak selama tahan lama dan bermanfaat dalam pandangan Islam (Abror,

2014:326). Ini dikarenakan redaksi definisi pada KHI yang menjadikan cakupun

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131

wakaf pada seluruh harta benda seseorang. Aspek definisi wakaf inilah yang

membedakan antara KHI dengan PP No. 28 tahun 1977. Namun, mengingat KHI

adalah rujukan pengambilan keputusan pada ranah yudikatif dan bukan peraturan

teknis tataran eksekutif maka perwakafan di luar wakaf tanah masih belum

berkembang. Hal ini dikuatkan oleh pandangan Hadjar (2006:9) yang

menyimpulkan bahwa KHI pada dasarnya rangkuman pendapat para ulama fikih

sehingga sifatnya adalah normatif dan mendapat pengakuan legal negara melalui

Inpres nomor 1 tahun 1991 tersebut.

Sifat KHI yang cenderung normatif dan non teknis menjadikan KHI

sebagai suatu aturan hukum tidak dapat dijalankan secara optimal karena bentuk

dari KHI yang bukan merupakan suatu peraturan perundang-undangan (Rusydi,

2007:5). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Muttaqien (2005:269) bahwa

KHI yang dilegalkan oleh sebuah Instruksi Presiden hanyalah sebuah perintah dari

presiden kepada menteri yang merupakan bawahannya untuk sesuatu yang

bersifat individual sehingga bukan merupakan peraturan perundang-undangan dan

tidak mengikat semua orang. Rini (2011:34) menyebutkan bahwa pemberlakuan

KHI hanya terbatas kepada instansi-instansi yang dituju melalui Kepmenag nomor

154 tahun 1991 dan tidak seluruh warga negara

Kondisi di atas menunjukkan bahwa faktor politik di masa Orde Baru

belum sepenuhnya mendukung formalisasi hukum Islam, termasuk di bidang

wakaf. Hal ini tercermin dari fakta bahwa meskipun wakaf sebagai ajaran Islam

telah terwadahi oleh beragam peraturan di atas, namun sifat dari kebijakan

tersebut tidaklah mengikat bagi umat Islam. Kamsi (2012:12) menyatakan bahwa

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
132

negara tidaklah mengharuskan masyarakat memilih suatu hukum dalam sengketa

penyelesaian masalah waris, hibah, wasiat, wakaf dan sadaqah sebagaimana

tercermin pada pasal 49 UU nomor 07 tahun 1989.

Maka dapat disimpulkan bahwa pada masa Orde Baru, kebijakan wakaf di

Indonesia mencatat sejumlah kemajuan, yaitu:

1. Lahirnya PP nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik dan

sejumlah peraturan turunannya yang menjadikan praktik wakaf secara

teknis telah diatur oleh negara. Pengaturan teknis tersebut mengarah

pada upaya pendataan dan sertifikasi tanah-tanah wakaf di seluruh

Indonesia agar memudahkan pengelolaan, pemberdayaan dan

memberikan kekuatan hukum bagi tanah-tanah wakaf tersebut

(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2015a:57).

2. Peran pengadilan agama sebagai lembaga penyelesaian sengketa wakaf

diakui secara penuh oleh negara tanpa adanya intervensi dari

pengadilan negeri.

3. Terbitnya KHI sebagai rujukan bagi para hakim agama untuk

memutuskan perkara, termasuk hukum Islam.

Namun, sejumlah permasalahan masih terjadi pada masa Orde Baru terkait

kebijakan wakaf, yaitu:

1. Peraturan teknis wakaf baru menyentuh wakaf tanah sehingga belum

memungkinkan adanya wakaf selain tanah tidak memiliki dasar hukum

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
133

perundang-undangan yang kuat dan tidak bisa diterapkan di

masyarakat.

2. KHI sebagai kitab rujukan hukum tidak berlaku bagi seluruh warga

negara karena sifat pemberlakuannya opsional, terbatas dan bukan

merupakan aturan teknis pelaksanaan wakaf.

4.2.5. Sejarah Kebijakan Wakaf pada Masa Orde Reformasi

Masa Orde Reformasi di Indonesia ditandai dengan jatuhnya pemerintahan

Orde Baru pimpinan Soeharto yang dianggap melarang aspirasi masyarakat atau

dalam bahasa lain dianggap otoriter. Adanya atmosfer kebebasan berpendapat

memunculkan lagi keinginan untuk memasukkan tujuh kata dari Piagam Jakarta

untuk dimasukkan pada Pembukaan UUD 1945 yang diamandemen (Hadjar,

2006:2). Kondisi di atas juga sesuai dengan pendapat Farkhani (2008:171) bahwa

perumusan hukum Islam (termasuk wakaf) pada masa Orde Reformasi tidak

terlepas dari konflik dua aliran, yaitu Islam fundamentalis yang menginginkan

formalisasi dan penerapan ketat hukum Islam dengan Islam moderat yang

memandang cukup mengambil esensi dan makna universal ajaran Islam sebagai

bahan untuk menyusun undang-undang. Akan tetapi, khusus mengenai wakaf

sebagaimana disampaikan oleh Direktorat Pemberdayaan Wakaf (2005) yang

menyebutkan bahwa penyusunan rancangan undang-undang wakaf menjadi

undang-undang disetujui oleh seluruh fraksi di DPR.

Menurut Haq (2014:92), di era reformasi peraturan-peraturan yang muncul

merupakan respon terhadap wacana implementasi wakaf tunai atau wakaf uang

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
134

yang digagas oleh Prof. Abdul Mannan. Praktik wakaf uang yang digagas oleh

Prof. Abdul Mannan melalui Social Islami Bank Limited (SIBL) di Bangladesh

direspon dengan cukup baik di Indonesia, khususnya setelah Prof. Abdul Mannan

menyampaikan seminar tentang wakaf uang pada tahun 2001 di Jakarta (Nawawi,

2013:396). Pemaparan dan praktik wakaf uang dari Prof. Abdul Mannan dan

SIBL merupakan wujud pengembangan dimensi wakaf menjadi tidak hanya

berdimensi ibadah namun juga sosial (Syukron, 2011:274).

Respon atas pemikiran mengenai praktik wakaf uang di Indonesia

kemudian ditandai dengan lahirnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

tentang wakaf uang. Fatwa ini diterbitkan pada tanggal 28 Shafar 1423 H/11 Mei

2002 M sebagai tanggapan atas surat dari Direktur Pengembangan Zakat dan

Wakaf Departemen Agama bernomor: Dt.1.III/5/BA.03.2/2772/2002 tertanggal

26 April 2002 yang berisi tentang permohonan fatwa tentang wakaf uang

(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2005:7).

Fatwa tersebut didasarkan pada pertimbangan maka definisi wakaf yang

dipahami masyarakat sebagaimana tercantum dalam PP No. 28 tahun 1977 dan

KHI masih kaku serta belum dapat mengakomodasi praktik wakaf uang. Oleh

karena MUI memandang perlu menerbitkan fatwa agar wakaf, sebagai instrumen

ekonomi Islam yang memiliki fleksibilitas dapat memberikan kemaslahatan bagi

umat melalui implementasi wakaf uang (Direktorat Pemberdayaan Wakaf,

2005:10).

Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam fatwa tersebut sebagaimana

disampaikan Direktorat Pemberdayaan Wakaf (2005:15) adalah sebagai berikut:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
135

1) Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf Al-Nuqud) adalah wakaf yang

dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum

dalam bentuk uang tunai.

2) Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.

3) Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh).

4) Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal- hal yang

dibolehkan secara syar’iy.

5) Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh

dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.

Sementara dalam pandangan Siregar (2012:287), UU nomor 41 tahun 2004

adalah respon atas terbatasnya cakupan pada peraturan wakaf di masa lalu yang

hanya mencakup wakaf tanah dan diperuntukkan bagi kepentingan ibadah ritual

semata. Lahirnya UU tersebut adalah upaya untuk membuka peluang lahirnya

pengelolaan wakaf secara produktif dan profesional untuk mendukung

kepentingan sosial dan kesejahteraan umat. Pengelolaan wakaf secara produktif

menurut Nawawi (2013:395-396) adalah pengelolaan yang memenuhi sejumlah

kriteria, yaitu:

1. Memenuhi aspek reformis dalam pemahaman wakaf

2. Profesional dalam pengelolaan, manajemen nazhir dan rekrutmen

wakif.

3. Pengelolaan wakaf dengan pendekatan bisnis.

4. Berorientasi pada usaha yang menguntungkan untuk disedekahkan

kepada mauquf ‘alaih.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
136

Oleh karena munculnya dua wacana di atas, Menteri Agama memandang

perlu adanya peraturan khusus terkait wakaf yang mengakomodasi ketentuan

mengenai lembaga khusus untuk menjadi nazhir nasional dan implementasi wakaf

produktif. Pandangan tersebut dituangkan dalam usulan penyusunan undang-

undang wakaf dari Menteri Agama kepada Presiden Megawati Soekarnoputri

melalui surat bernomor: MA/320/2002 tertanggal 5 September 2002 (Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, 2005:16). Usulan tersebut ditindaklanjuti oleh Sekretariat

Negara agar Menteri Agama menyiapkan izin prakarsa pengajuan rancangan UU

wakaf kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2005:20).

Setelah melalui proses pembahasan yang panjang di DPR RI, Undang-

Undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf yang disahkan dan diundangkan

pada tanggal 27 Oktober 2004 oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan

termuat pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 159

(Haq, 2014:92 dan Mardani, 2009:277).

Lebih lanjut, Mardani (2009:278) menyebut bahwa UU Wakaf tersebut

memiliki sejumlah ketentuan baru yang fundamental seperti ketentuan mengenai

nazhir, harta benda yang diwakafkan (mauquf bih), sasaran harta dan manfaat

wakaf (mauquf ‘alaih), dan pembentukan Badan Wakaf Indonesia sebagai nazhir

wakaf nasional. Setelah UU Wakaf terbentuk, pemerintah menerbitkan sejumlah

peraturan pelaksanaan dari UU tersebut sebagaimana disebutkan oleh Direktorat

Pemberdayaan Wakaf (2015b) berikut:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
137

1. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

2. Peraturan Menteri Agama Nomor 4 tahun 2009 tentang Administrasi

Pendaftaran Wakaf Uang.

3. Peraturan Menteri Agama Nomor 73 tahun 2013 tentang Tata Cara

Perwakafan Benda Tidak Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang.

4. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomo 800

tahun 2014 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Agama Nomor 73

tahun 2013 tentang Tata Cara Perwakafan Benda Tidak Bergerak dan

Benda Bergerak Selain Uang.

5. Peraturan Badan Wakaf Indonesia (PBWI) nomor 1 tahun 2009 tentang

Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf

Bergerak Berupa Uang.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa UU Wakaf tersebut dalam memiliki

sejumlah keunggulan dibandingkan peraturan wakaf pada masa sebalumnya

sebagai berikut:

1. Sularno (2008:259) menyebutkan terdapat empat kemajuan dari UU

Wakaf dan aturan pelaksanaannya dibandingkan peraturan perundang-

undangan wakaf pada masa sebelumnya, yaitu:

a. Hukum Islam yang dalam konteks ini adalah wakaf telah menjadi

bagian integral dari sistem hukum nasional.

b. Cakupan benda-benda yang dapat diwakafkan telah meluas tidak

hanya mencakup benda-benda tidak bergerak. Hal ini sejalan dengan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
138

pendapat Mardani (2009:278) bahwa UU wakaf telah

mengakomodasi wakaf benda-benda bergerak seperti uang, logam

mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak

sewa dan lain-lain

c. Ketentuan mengenai nazhir ditambah dengan pengelolaan wakaf

yang harus sesuai dengan penyalurannya.

d. Konsekuensi hukum atas penyimpangan pengelolaan harta benda

wakaf dianggap sebagai tindak pidana. Namun penyelesaiannya

dapat melalui proses arbitrase sebelum menempuh jalur pengadilan

apabila tidak berhasil.

2. Hermawan (2014:156) memandang UU Wakaf memuat perubahan

penting dalam praktik wakaf, yaitu diakomodasinya praktik wakaf

dengan jangka waktu tertentu sebagaimana disebutkan dalam pasal 6.

Ketentuan mengenai wakaf tertentu juga dinyatakan dalam Pasal 3 ayat

(3) bahwa wakaf uang dengan jangka waktu tertentu minimal selama

lima tahun dan minimal senilai Rp 10.000.000.

3. Syam (2015:96) menyebutkan bahwa UU Wakaf menjadikan wakaf

sebagai ibadah yang tidak hanya berdimensi spiritual murni namun

menjadi ibadah sosial.

4. UU Wakaf mengakomodasi danya sejumlah ketentuan berkaitan dengan

wakaf yang berasal dari entitas asing. Pasal 46 dari UU Wakaf

mencantumkan ketentuan bahwa pengelolaan dan pengembangan harta

benda wakaf dari perorangan Warga Negara Asing, organisasi asing,

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
139

dan badan hukum asing yang berskala Nasional atau Internasional, serta

harta benda wakaf terlantar dapat dilakukan oleh BWI (Utama,

2012:517).

5. Hamzani (2014:344) menyatakan UU Wakaf dan PP pelaksananya

merupakan cerminan perkembangan praktik wakaf di masyarakat yang

ditandai adanya hal-hal baru sebagai berikut:

a. Harta benda yang dijadikan sebagai aset wakaf wajib didaftarkan dan

diumumkan untuk menciptakan tertib hukum dan administrasi

wakaf.

b. Meskipun UU dan PP wakaf tidak membedakan antara wakaf ahli

(wakaf untuk kerabat) dan wakaf ghairi (selain kerabat), nemun

wakaf diorientasikan agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

c. Wakaf tidak lagi terbatas pada benda tidak bergerak seperti tanah

dan bangunan, namun wakaf berupa benda bergerak juga diakui,

baik yang berwujud ataupun tidak seperti uang, logam mulia, surat

berharga dan hak kekayaan intelektual. Wakaf uang dapat dilakukan

melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS).

d. Peruntukan wakaf tidak hanya terbatas pada bidang ibadah dan sosial

semata melainkan dapat diperuntukkan bagi kemajuan kesejahteraan

umum melalui peningkatan potensi dan manfaat ekonomi. Wakaf

dapat dikelola dalam rangka memajukan bidang pendidikan,

kesehatan, dan ekonomi melalui prinsip manajemen ekonomi

syariah.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
140

e. Wakaf dapat dilakukan pada jangka waktu tertentu, misalnya untuk

jangka waktu lima tahun. Hal ini untuk mengakomodasi praktik

wakaf di masyarakat yang sering menimbulkan sengketa karena aset

wakaf yang sering ditarik kembali oleh ahli waris dari wakif. Aset

wakaf yang bersifat sementara dapat ditarik kembali setelah jangka

waktu tertentu kecuali pada wakaf tanah yang dijadikan masjid.

f. Penyelesaian sengketa wakaf tidak lagi terbatas hanya pada

pengadilan, namun dapat melalui tiga jalur yaitu mediasi, arbitrase

dan pengadilan.

g. Nazhir merupakan rukun wakaf. Menurut Haq (2014:8), jumhur

ulama berpendapat bahwa rukun wakaf hanyalah empat, yaitu wakif

(pewakaf), mauquf (harta yang diwakafkan), mauquf ‘alaih

(penerima manfaat wakaf), dan shighat (ikrar wakaf) sehingga

nazhir tidaklah dianggap sebagai rukun wakaf. Akan tetapi dalam

pandangan Hamzani (2014:344), nazhir memiliki peran sentral

dalam pengelolaan aset wakaf karena nazhir merupakan pihak yang

“Bertanggung jawab untuk memelihara, menjaga, dan

mengembangkan wakaf agar dapat berfungsi sehingga konsep wakaf

sebagai shadaqah jariyah yang kebaikannya mengalir terus akan

terwujud”.

h. UU Wakaf tahun 2004 dan PP Wakaf tahun 2006 mendorong

pengelolaan aset wakaf secara produktif disertai profesionalisme

nazhir sehingga aset wakaf tidak menjadi terbengkalai dan dapat

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
141

memberikan hasil yang diharapkan (Hamzani, 2014:344).

Pengelolaan wakaf secara produktif dapat dilakukan dengan cara:

pengumpulan, investasi, penenaman modal, produksi,


kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan,
perindustrian, perkembangan teknologi, pembangunan gedung,
apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan,
perkantoran, sarana pendidikan ataupun sarana kesehatan dan
usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariah
(Hamzani, 2014:345).

Selain peraturan yang langsung berkaitan dengan wakaf, pada masa Orde

Reformasi juga lahir Undang-Undang No. 3 tahun 2006 tentang Pengadilan

Agama sebagai pengganti atas Undang-Undang No. 7 tahun 1989. Salah satu hal

penting yang diatur dalam UU di atas adalah pengadilan agama dapat langsung

menyelesaikan permasalahan sengketa perdata apabila subjeknya adalah orang-

orang Islam yang menjadi wewenang pengadilan agama. Sementara apabila

subjek yang berperkara di luar kewenangan pengadilan agama, maka akan

menunggu keputusan pengadilan negeri selama pihak yang berkeberatan memiliki

bukti gugatan di pengadilan negeri (Mardani, 2009:283). Ketentuan ini

menjadikan sengketa wakaf sebagai salah satu wewenang pengadilan agama dapat

lebih cepat diputuskan perkaranya. Ini dapat dipandang sebagai langkah maju

untuk melindungi aset wakaf dari pihak-pihak yang dapat menghentikan

pengelolaan wakaf tersebut.

Secara ringkas, Huda (2012) memberikan sejumlah poin utama terkait arah

pembaruan yang hendak dicapai dari lahirnya UU nomor 41 tahun 2004 tentang

Wakaf dan membedakannya dari peraturan wakaf pada masa sebelumnya, yaitu:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
142

1. Adanya sejumlah perkembangan ketentuan wakaf yang beranjak dari

fikih yang telah lama berlaku, yakni fikih Syafi’i. Perkembangan

ketentuan wakaf yang dimaksud mencakup definisi wakaf, cakupan

harta benda wakaf, serta perubahan dan pengalihan harta benda wakaf

yang telah mengakomodasi ketentuan pada mazhab fikih lain, yakni

Maliki, Hanafi, dan Hambali (Huda, 2012:137-138).

2. Sistem manajemen pengelolaan wakaf menuju sistem yang terintegrasi.

Menurut Huda (2012:139), arah pembaruan ini dapat ditemukan pada

sejumlah ketentuan, yaitu:

a. Pendaftaran dan pengumuman harta wakaf (Pasal 32-39).

b. Pengelolaan dan pengembangan harta wakaf

c. Penyelesaian sengketa ke Pengadilan Agama (Pasal 62)

d. Pembinaan dan Pengawasan (pasal 63-66)

e. Ketentuan pidana dan sanksi administratif (pasal 67-68)

3. Penguatan kapasitas kelembagaan wakaf yang ditandai dengan lahirnya

sejumlah lembaga terkait wakaf, yaitu:

a. Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang berperan sebagai lembaga

nasional otonom di bidang wakaf atau dengan kata lain BWI

berperan sebagai nazhir nasional. Ketentuan mengenai BWI diatur

dalam Pasal 48 hingga Pasal 61 UU Wakaf (Huda, 2012:139).

b. Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU),

yaitu lembaga keuangan syariah yang berperan sebagai penerima

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
143

wakaf uang dengan tujuan mencegah hilangnya pokok harta wakaf

uang saat dikelola (Huda, 2012:139-140).

Sejumlah kemajuan praktik wakaf yang dihasilkan dari munculnya UU

Wakaf beserta peraturan turunannya sebagai berikut:

1. Enam tahun pasca lahirnya UU Wakaf, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono mencanangkan Gerakan Nasional Wakaf Uang pada

tanggal 8 Januari 2010. Gerakan nasional tersebut mengandung amanat

bahwa Badan Wakaf Indonesia (BWI) agar mengelola wakaf uang

dengan tepat, cermat dan transparan bebasis teknologi. Potensi wakaf

uang di Indonesia sangatlah besar karena mayoritas penduduknya

beragama Islam dan dapat dioptimalkan untuk mendorong pembiayaan

syariah di berbagai sektor, seperti penyediaan lapangan pekerjaan,

pembangunan fasilitas kesehatan, pendidikan dan sektor lainnya untuk

menunjang kesejahteraan umat. Melalui gerakan nasional tersebut,

salah satu kemajuan yang diraih adalah pengumpulan wakaf uang di

Indonesia melalui bank syariah telah berhasil mencapai nilai sebesar

Rp 6,276,918,563.08 pada tahun 2012 (Nawawi, 2013:397-398).

2. Kemajuan pengelolaan wakaf pasca lahirnya UU Wakaf pada tahun

2004 juga ditandai dengan lahirnya sejumlah proyek percontohan

wakaf produktif yang didorong oleh Kementerian Agama. Sejumlah

proyek percontohan wakaf produktif tersebut sebagaimana dipaparkan

oleh Nawawi (2013:402-403) adalah sebagai berikut:

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
144

1. Wakaf produktif stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di

Tangerang.

2. Wakaf produktif rumah toko Dar al-Hikam di Cirebon.

3. Wakaf produktif satu unit toko dan enam kamar kos muslim di

Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

4. Wakaf produktif bisnis center muslimin di Kota Pekalongan.

5. Wakaf produktif ruang rawat inap VIP RSI di Kota Malang.

6. Wakaf produktif gedung ruang kegiatan belajar dan penggemukan

sapi Kabupaten Konawe di Sulawesi Tenggara.

7. Wakaf produktif mini market dan konveksi al-Yasini di Kabupaten

Pasuruan.

8. Wakaf produktif penggemukan sapi Anwar Makkawi di Kabupaten

Rembang.

9. Wakaf produktif gedung shopping center di Kota Pekalongan.

10. Wakaf produktif toko sembako dan warnet di Kabupaten

Jembrana, Bali.

11. Wakaf produktif mini market Aminah di Kabupaten Maros

Sulawesi Selatan.

12. Wakaf produktif bisnis center PC NU di Kabupaten Magelang.

13. Wakaf produktif swalayan mini Buntet Pesantren di Cirebon.

14. Wakaf produktif rumah kost muslim di Buleleng Bali.

15. Wakaf produktif gedung balai latihan dan pencerahan qalbu di

Kabupaten Pangkajene Kepulauan di Sulawesi Selatan.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
145

16. Wakaf produktif mini market dan restoran Masjid al-Badar di Kota

Medan

17. Wakaf produktif pembangunan Toserba Yayasan Badan Wakaf

Pondok Modern as-Salam di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

18. Wakaf produktif budidaya peternakan sapi di Kabupaten Gresik,

Jawa Timur.

3. Kementerian Agama juga aktif memberikan bantuan kepada para

nazhir yang tersebar di seluruh Indonesia. Bantuan tersebut terdiri

bantuan pengembangan wakaf produktif dan bantuan pemanfaatan.

Bantuan tersebut telah rutin disalurkan secara rutin oleh Kementerian

Agama sejak tahun 2005. Keseluruhan jumlah bantuan yang disalurkan

hingga tahun 2012 mencapai Rp 48.400.000.000 (Nawawi, 2012:402).

4. Rozalinda (2015) mencatat sejumlah kemajuan wakaf produktif dari

beberapa lembaga pengelola wakaf swasta, seperti Tabung Wakaf

Indonesia dan Pondok Pesantren Gontor Darussalam yang masing-

masing mampu mengelola dana wakaf sebesar Rp 16.000.000.000 dan

Rp 19.000.000.000 setiap tahun yang disalurkan untuk beragam

program di bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi

masyarakat.

5. Ketentuan pidana bagi nazhir yang menyelewengkan penggunaan harta

wakaf dari permintaan wakif untuk kepentingan nazhir pribadi. Siregar

(2012:291) menyatakan bahwa ketentuan ini adalah konsekuensi logis

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
146

dari konsep kepemilikan wakaf yang merupakan hak Allah dan hak

umat (haq al-mujtama’).

4.3. Evaluasi Sejarah Kebijakan Wakaf di Indonesia

4.3.1. Tinjauan Teori Perubahan Kelembagaan

Menurut teori perubahan kelembagaan, perubahan suatu kelembagaan

merupakan interaksi antara penawaran dari wirausaha politik yang menyediakan

kekuasaan mengubah kelembagaan dengan wirausaha ekonomi yang merupakan

sasaran dari kebijakan yang dibuat. Wirausaha politik dari kelembagaan, misalkan

pemerintah ialah pihak yang mendefinisikan tindakan politik yang diizinkan dan

preferensi dalam kelembagaan atau dengan kata lain, pemerintah sebagai

wirausaha politik menyediakan penawaran (supply) bagi perubahan kelembagaan.

Sementara wirausaha ekonomi adalah entitas yang menimbulkan adanya

permintaan (demand) atas perubahan kelembagaan sebagai respon atas perubahan

selera, preferensi, teknologi produksi maupun teknologi sosial (Yustika,

2013:168).

Kelembagaan dalam konteks kebijakan wakaf di Indonesia menunjukkan

adanya perkembangan yang dinamis. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari

kondisi hukum Islam di negara Indonesia. Masuknya wakaf di dalam kerangka

kebijakan nasional selalu bersinggungan dengan pandangan pemerintah terhadap

hukum Islam. Hal ini sejalan dengan pemikiran Mahfud MD bahwa kekuasaan

adalah determinan bagi hukum (Hermawan, 2014:151). Pandangan pemerintah

terhadap hukum Islam dapat dijelaskan melalui pandangan Dien Syamsuddin

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
147

sebagaimana disampaikan oleh Abu Zahra (1999, 45-51) yang membagi

pandangan pemerintah atas tiga paradigma, yaitu:

1. Integrated Paradigm. Paradigma ini bermakna bahwa negara dan

agama menjadi satu sehingga negara merupakan lembaga politik

sekaligus keagamaan yang didasarkan pada kedaulatan Tuhan.

2. Symbiotic Paradigm. Paradigma ini memandang bahwa agama dan

negara adalah dua entitas yang salin berhubungan timbal balik karena

saling memerlukan. Agama membutuhkan negara untuk menjamin

perkembangannya sementara negara membutuhkan agama untuk

menciptakan ketertiban di bawah bimbingan moral dan etika.

3. Secularistic Paradigm. Paradigma ini menolak hubungan antara agama

dan negara, baik secara integral maupun simbiotik.

Perkembangan kebijakan wakaf di Indonesia sejalan dengan fenomena

pergeseran paradigma pada pemerintah dalam memandang hukum Islam. Pada

masa kerajaan Islam, terlihat bahwa negara dan agama adalah satu kesatuan

sehingga peraturan mengenai wakaf tercermin dalam kitab-kitab fikih yang

menjadi rujukan negara dan raja atau sultan umumnya berperan sebagai hakim

tertinggi dalam penyelesaian sengketa wakaf. Pada praktiknya, aset-aset wakaf

seperti pesantren dan masjid berada di dekat dengan keraton.

Sementara pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, pemerintah

menggunakan paradigma sekuler. Kondisi tersebut tidak terlepas dari kondisi

hukum di Eropa yang sekuler atau terlepas dari pengaruh agama. Penerapannya

ialah pemerintah mengambil sikap netral pada aspek-aspek keagamaan yang

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
148

bersifat ritual, termasuk wakaf. Pemerintah Hindia Belanda tercatat hanya

menerbitkan sejumlah surat edaran yang pada intinya melarang intervensi dan

hanya memerintahkan pencatatan administrasi lahan wakaf. Penyelesaian

sengketa wakaf juga diserahkan kepada pengadilan agama lokal kecuali di Jawa

dan Madura yang mengharuskan penyelesaian sengketa pada pengadilan negeri.

Adapun pada masa pasca kemerdekaan, hubungan antara pemerintah

dengan umat Islam secara umum bersifat simbiotik meskipun terdapat sejumlah

pertentangan dalam formalisasi hukum Islam di Indonesia, termasuk mengenai

wakaf. Hal ini tercermin dari lahirnya sejumlah peraturan perundang-undangan

mengenai wakaf seperti UU Pokok Agraria, PP nomor 28 tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik, Kompilasi Hukum Islam dan berpuncak pada UU

nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Negara pada masa pasca kemerdekaan

bersimbiosis dengan umat Islam untuk dapat menjadikan wakaf berperan dalam

pembangunan.

Teori paradigma yang diajukan Dien Syamsuddin di atas dalam pandangan

teori perubahan kelembagaan dapat menjelaskan faktor yang menggerakkan

wirausaha politik, yaitu pemerintah dalam merumuskan kebijakannya di bidang

wakaf. Paradigma integrasi pada masa kerajaan Islam menunjukkan preferensi

untuk menjadikan wakaf dapat berjalan sebagai bagian dari ajaran agama Islam

yang dianut dan bagian dari aktivitas kenegaraan. Keadaan berubah ketika

paradigma yang dianut adalah paradigma sekuler yang membatasi wakaf sebagai

ritual agama dan cukup diadministrasikan saja. Dua keadaan ekstrim di atas

melahirkan jalan tengah berupa paradigma simbiotik pada masa pasca

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
149

kemerdekaan sehingga negara mengakomodasi praktik wakaf dalam peraturan

perundang-undangan. Akomodasi tersebut mengalami pertumbuhan yang lebih

lambat dibandingkan paradigma integrasi namun lebih baik daripada paradigma

sekuler

Sementara itu dari sisi peran wirausaha ekonomi, yang dalam konteks ini

adalah umat Islam sebagai golongan yang mempraktikkan wakaf pada

penyusunan peraturan wakaf bergantung pada pendekatan umat Islam terhadap

pemerintah. Pandangan tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Muslim (2013)

bahwa pola pendekatan umat Islam kepada pemerintah dapat dibagi menjadi tiga

kategori:

1. Pola antagonistik. Pola antagonistik menguat pada masa Orde Lama

dan awal masa Orde Baru (1966-1981). Umat Islam pada masa ini

harus menghadapi tekanan politik yang kuat dari pemerintah. Oleh

karena itu, umat Islam yang diwakili Masyumi pada masa Orde Lama

dan beragam partai politik dan organisasi kemasyarakatan Islam pada

masa Orde Baru cenderung bersifat reaktif sehingga sering

menimbulkan ketegangan dengan pemerintah (Muslim, 2013:125-126).

2. Pola resipokral-kritis. Pola ini ditandai dengan upaya umat Islam,

khususnya kaum santri yang menyadari perlunya strategi yang rasional

untuk membawa kepentingan umat Islam melalui interaksi pemerintah.

Pola ini menguat pada tahun 1982 hingga 1985 yang ditandai dengan

penerimaan umat Islam atas asas tunggal Pancasila dan masuknya

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
150

perwakilan umat Islam pada jabatan struktural Orde Baru (Muslim,

2013:125-126).

3. Pola akomodatif. Pola akomodatif yang mulai berlangsung sejak 1985

mencerminkan hubungan yang harmonis antara negara dan umat Islam

sehingga beragam peraturan perundang-undangan yang memuat ajaran

Islam diterbitkan seperti KHI, UU Pengadilan Agama hingga UU

Wakaf pada masa Orde Reformasi (Muslim, 125-126).

Apabila ditinjau dari perspektif teori perubahan kelembagaan, dapat

disimpulkan bahwa umat Islam adalah komponen penting dalam suksesnya

penyusunan kebijakan wakaf di Indonesia. Hal ini tercermin dari dua elemen

penting yang selama ini berperan dalam penyusunan kebijakan wakaf di

Indonesia, yaitu:

1. Pandangan pemerintah terhadap wakaf sebagai bagian hukum Islam

yang harus mendukung pengembangan wakaf di Indonesia.

2. Keaktifan elemen umat Islam, baik di dalam maupun di luar

pemerintahan memunculkan wacana mengenai pengembangan wakaf di

Indonesia.

Sementara itu, pengembangan kebijakan wakaf di masa mendatang masih

sangat dimungkinkan. Muntaqa (2015:2015) menyebutkan bahwa wakaf

merupakan ajaran Islam yang pembahasannya lebih banyak merupakan hasil

ijtihad atau pemikiran ulama dibandingkan dengan arahan wahyu (tauqifi)

sehingga kebijakan wakaf dapat terus dikembangkan baik dari sisi pengelolaan,

jenis wakaf, syarat, peruntukan dan lain-lain.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
151

Oleh karena itu, para akademisi dan praktisi dari kalangan umat Islam di

bidang wakaf pada masa mendatang harus mendorong wacana dan gagasan

mengenai wakaf yang dapat menunjang pembangunan nasional. Wacana tersebut

juga harus didukung oleh elemen umat Islam yang berada di dalam pemerintahan

juga harus aktif dalam menampung wacana-wacana perwakafan. Sinergi tersebut

penting agar peraturan wakaf yang telah menyentuh aspek perekonomian menjadi

lebih diperhatikan pemerintah sehingga kebijakan wakaf yang lebih baik dapat

dilahirkan.

4.3.2. Tinjauan Teori Hak Kepemilikan

Permasalahan wakaf di Indonesia apabila ditinjau dari sudut pandang teori

hak kepemilikan akan memunculkan sejumlah pembahasan. Pembahasan pertama

adalah berkaitan dengan posisi wakaf dalam teori hak kepemilikan. Muntaqo

(2015:85) menyebut bahwa wakaf merupakan suatu ibadah dengan konsekuensi

memindahkan status kepemilikan suatu harta dari kepemilikan pribadi kepada

kepemilikan Allah dengan tujuan memindahkan manfaat harta tersebut dari

pribadi kepada kemanfaatan bagi masyarakat. Aset wakaf berdasarkan pernyataan

tersebut menunjukkan karakteristik wakaf sebagai suatu skema kepemilikan

bersama. Kepemilikan bersama dalam pandangan Yustika (2013:121) memiliki

dua ketentuan:

1. Hak pemilik dari suatu kepemilikan bersama adalah berupa

pengecualian terhadap non-pemilik. Pada wakaf, Al-‘Utsaimin

(2009:46) menyebut bahwa peruntukan wakaf haruslah sesuai

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
152

persyaratan dari wakif. Kesimpulannya, wakaf dikecualikan manfaatnya

di luar yang dipersyaratkan wakif pada saat telah menjadi harta wakaf

di jalan Allah

2. Pemilik memiliki kewajiban untuk merawat dan mengatur tingkat

pemanfaatan. Kekhususan pada wakaf ialah, kewajiban ini dijalankan

oleh nazhir sebagaimana disebutkan oleh Direktorat Pemberdayaan

Wakaf (2015a:20).

Pembahasan kedua mengenai kebijakan wakaf di Indonesia apabila

ditinjau dari perspektif teori hak kepemilikan dapat dianggap sebagai upaya

pemberian kejelasan atas hak kepemlikan atas suatu aset sehingga akan muncul

insentif untuk mengelola aset tersebut (Yustika, 2013:133). Kemajuan

pengelolaan wakaf akan sangat erat kaitannya dengan kejelasan aturan yang

mengatur wakaf itu sendiri di dalam membuka insentif bagi masyarakat untuk

berwakaf. Dalam konteks wakaf, insentif tersebut tidaklah berasal dari suatu yang

bersifat duniawi melainkan keinginan untuk memiliki pahala yang terus menerus

tidak terputus meskipun orang yang berwakaf telah meninggal sebagaimana hadits

dari sahabat Abu Hurairah dalam Shahih Muslim (al-Mubarakfury, 2012:706)).

Selain insentif akhirat, wakaf dapat juga memberikan manfaat dan insentif secara

ekonomi melalui pengelolaan wakaf secara produktif (Direktorat Pemberdayaan

Wakaf, 2015a:57-58).

Praktik wakaf di Indonesia sejak masa kerajaan Islam hingga masa Orde

Baru didominasi oleh benda tidak bergerak. Hal ini merupakan konsekuensi logis

mengingat mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan mazhab Syafi’i

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
153

(Siregar, 2012:283) dan wakaf selama dipandang hanya pada wakaf benda tidak

bergerak (‘iqar) dan hanya ditujukan bagi kepentingan ibadah murni dan

pendidikan yang bersifat non ekonomi. Karena itulah mayoritas aset wakaf pada

masa itu berupa pemakaman, masjid, dan pesantren. Kondisi tersebut ditunjukkan

oleh sejumlah fakta sebagai berikut:

1. Wakaf pada masa kerajaan Islam umumnya berupa tanah yang

disumbangkan masyarakat maupun negara untuk dibangun masjid dan

pesantren di dekat lingkungan istana. Wakaf semata-mata dipandang

sebagai ibadah murni karena digunakan untuk memenuhi infrastruktur

ibadah ritual (Aini, 2009:56 dan Praja dalam Rozalinda, 2015:236)

2. Pada masa kolonial Hindia Belanda, karena praktik wakaf masih

didominasi oleh mazhab Syafi’i dan minimnya campur tangan negara

maka praktik wakaf yang dipraktikkan masih berupa pemakaman,

masjid, dan pesantren. Akan tetapi, peran wakaf menjadi lebih strategis

karena digunakan oleh sejumlah ormas Islam modern seperti

Muhammadiyah, Pesatuan Islam (Persis), Nahdhatul Ulama (NU), al-

Irsyad dan Mathla’ul Anwar untuk menyediakan layanan pendidikan,

layanan kesehatan dan lembaga sosial bagi keluarga miskin dan yatim

piatu dalam bentuk pendirian sekolah, pesantren, klinik dan panti

asuhan sebagai upaya memberi solusi atas permasalahan kemiskinan di

tengah umat (Latief, 2013:129).

3. Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, praktik wakaf masih didominasi

oleh wakaf tanah yang menjadi instrumen pembangunan infrastruktur

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
154

bagi pelayanan sosial, pendidikan dan keagamaan yang telah dijalankan

beragam ormas Islam sejak masa kolonial Belanda.

Kondisi perwakafan di atas menunjukkan bahwa praktik wakaf di

Indonesia masih didominasi satu mazhab saja. Nawawi (2013:411) dan Siregar

(2012:282) memandang bahwa sempitnya pemahaman wakaf umat Islam di

Indonesia, khususnya fanatisme pada mazhab tertentu menjadi salah satu faktor

penghambat dari perkembangan pengelolaan wakaf di Indonesia. Fakta ini dalam

pandangan Hasanah (2012:67-68) menunjukkan pemahaman masyarakat

mengenai hukum wakaf yang belum cukup baik. Artinya, tidak semua orang

memahami rukun dan syarat wakaf serta maksud dari syariat wakaf tersebut

sehingga pemahaman wakaf menjadi sempit pada benda-benda tidak bergerak,

khususnya tanah dengan peruntukan yang juga terbatas seperti masjid, panti

asuhan dan sekolah.

Praktik wakaf di Indonesia sebelum Orde Reformasi apabila dibandingkan

dengan praktik wakaf yang dijalankan oleh umat Islam sejak masa Nabi

Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tampak berbeda. Sejak masa Rasulullah,

pada dasarnya umat Islam telah menjalankan praktik wakaf dengan beragam

tujuan. Selain untuk kepentingan ibadah dan pendidikan, wakaf juga digunakan

untuk pembangunan fasilitas perkantoran, tempat penginapan hingga terdapat

wakaf hamba sahaya yang ditujukan untuk merawat masjid (Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, 2015a:47). Bahkan wakaf pada masa Kesultanan Turki

Utsmani juga telah digunakan sebagai suatu proses akumulasi modal untuk

disalurkan menjadi kredit bagi masyarakat yang membutuhkan (Cizakca,

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
155

2000:34). Sementara di Indonesia, praktik wakaf sebelum Orde Reformasi

terbatas pada wakaf tanah yang diperuntukkan hanya untuk pembangunan fasilitas

ibadah dan pendidikan.

Oleh karena terbatasnya cakupan harta wakaf pada benda tidak bergerak

dan peruntukannya yang hanya pada ibadah ritual dan pendidikan semata serta

telah beragamnya praktik wakaf yang dijalankan oleh dunia Islam, maka UU

nomor 41 tahun 2004 dalam pandangan Siregar (2012:287) adalah peraturan yang

membuka peluang pengelolaan dan pemberdayaan wakaf secara profesional

dalam rangka mendukung kesejahteraan sosial dan umat. UU Wakaf juga

mengakomodasi sejumlah ketentuan baru yang tidak tercantum pada peraturan

wakaf di masa sebelumnya sehingga praktik wakaf di masyarakat dapat lebih

berkembang seperti wakaf uang dan wakaf temporer. Apabila ditinjau dari

perspektif teori hak kepemilikan, UU Wakaf tersebut memberikan insentif bagi

seseorang untuk berwakaf yang manfaatnya tidak lagi terbatas pada aspek ibadah

dan pendidikan semata, namun menjadi lebih luas telah menyentuh aspek

ekonomi masyarakat.

Meskipun mencatat sejumlah kemajuan, masih terdapat sejumlah

permasalahan dalam manajemen wakaf. Manajemen wakaf yang dijalankan para

nazhir selama ini menurut Hasanah (2012:68-69):

1. Dianggap kurang profesional.

2. Bergantung pada sumbangan masyarakat (zakat, infak, dan sedekah)

karena tidak ada dana operasional bagi nazhir.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
156

3. Harta wakaf banyak yang terlantar dan tidak memberikan manfaat yang

optimal bagi mauquf ‘alaih bahkan ada aset wakaf yang hilang.

Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan wakaf tidak dikelola secara

profesional oleh nazhir, yaitu:

1. Pemahaman bahwa wakaf lebih mengutamakan keabadian daripada

manfaat (Nawawi, 2012:412).

2. Kualitas SDM nazhir yang rendah (Nawawi, 2012:412).

3. Nazhir mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan

umat (Nawawi, 2012:412).

4. Lemahnya pengawasan praktik wakaf di Indonesia sehingga banyak

harta wakaf yang terlantar atau bahkan hilang. Padahal, perkembangan

aset wakaf termasuk wakaf uang pada masa kini menuntut pengawasan

dan audit yang baik agar aset wakaf tersebut terkelola secara amanah

oleh nazhir (Hasanah, 2012:70).

Hal-hal di atas menyebabkan banyak masyarakat yang enggan

mewakafkan hartanya pada sektor produktif karena nazhir dipandang tidak

profesional (Nawawi, 2012:412). Sementara itu, penelitian yang dilakukan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagaimana dikutip oleh Siregar (2012:283)

menyimpulkan bahwa nazhir wakaf masih tradisional. Nazhir wakaf digolongkan

sebagai nazhir tradisional karena adanya sejumlah faktor yang menghambat

pengelolaan wakaf secara profesional, yaitu:

1. Mayoritas wakaf dikelola oleh perorangan (66%) dibandingkan dengan

organisasi (16%) dan badan hukum (18%).

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
157

2. Mayoritas nazhir bekerja sambilan bahkan tidak diupah (92%).

3. Mayoritas aset wakaf berada di daerah pedesaan (59%) dan umumnya

tidak memberikan nilai tambah ekonomi (77%)

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa praktik wakaf tidak hanya minim

insentif bagi para calon wakif namun juga minim insentif bagi para nazhir. Secara

logis, hal inilah yang menjadikan praktik wakaf yang profesional masih sulit

direalisasikan karena minimnya insentif bagi nazhir. Oleh karena itu, kebijakan

wakaf di masa mendatang haruslah memuat sejumlah ketentuan yang mendukung

perbaikan pengelolaan wakaf sebagai berikut:

1. Insentif bagi nazhir. Selama ini nazhir hanya dibolehkan dapat

menerima pendapatan dari keuntungan pengelolaan wakaf. Ketentuan

ini akan menyulitkan bagi nazhir apabila aset wakaf yang dikelolanya

belum mencapai kondisi Break Even Point (BEP), yakni kondisi ketika

pendapatan wakaf telah mampu menutupi modal dan biaya operasional

wakaf sehingga menghasilkan keuntungan. Hal ini dikarenakan

sebelum mencapai kondisi BEP maka tidak ada keuntungan dari aset

wakaf sehingga tidak ada pendapatan bagi nazhir. Skema penggajian

nazhir khususnya di masa BEP amat diperlukan untuk menunjang

kinerja nazhir.

2. Insentif bagi keluarga wakif. Salah satu wujudnya adalah masuknya

wakaf ahli (wakaf keluarga) dalam kebijakan wakaf nasional. Hal ini

dapat dilakukan dengan penyisihan sebagian keuntungan pengelolaan

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
158

wakaf untuk menunjang kehidupan keluarga wakif khususnya apabila

wakif telah meninggal dunia.

3. Pembentukan lembaga pendidikan nazhir untuk meningkatkan kualitas

SDM dan profesionalisme nazhir.

4. Standar pengelolaan wakaf yang lebih rinci agar nazhir memiliki

pedoman yang jelas dan tepat ketika mendapatkan suatu aset wakaf dari

wakif.

5. Pelembagaan pusat informasi wakaf yang dapat diakses masyarakat

agar masyarakat, khususnya wakif dapat memantau kondisi aset-aset

wakaf yang dikelola para nazhir. Pusat informasi tersebut juga dapat

berperan sebagai basis data yang dapat digunakan para peneliti dan

pemerintah untuk mengkaji kinerja nazhir dan referensi pembuatan

kebijakan di bidang wakaf.

6. Ketentuan mengenai pengawasan dan kewajiban pelaporan kinerja

nazhir wakaf kepada masyarakat dan negara melalui BWI harus

diperkuat agar basis data dan pusat informasi wakaf dapat direalisasikan

serta mewujudkan tanggung jawab nazhir sebagai pengelola aset wakaf.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Kebijakan wakaf di Indonesia apabila ditinjau dari perspektif teori

perubahan kelembagaan mengalami perkembangan sebagai akibat

interaksi pemerintah dan umat Islam yang masing-masing berperan

sebagai wirausaha politik dan wirausaha ekonomi sehingga kebijakan

wakaf di masa mendatang akan dapat menjadi berkembang apabila

umat Islam dapat mendorong pemerintah dengan wacana terkait wakaf

sehingga akan lahir kebijakan yang lebih baik. Sementara ditinjau dari

perspektif teori hak kepemilikan, wakaf adalah suatu mekanisme

kepemilikan umum yang telah dipraktikkan umat Islam sejak masa

Rasulullah untuk penyediaan beragam kebutuhan publik. Kebijakan

wakaf pada masa Orde Reformasi membuka insentif bagi masyarakat

untuk mempraktikkan wakaf yang bernilai ekonomis dan tidak lagi

terbatas pada bidang ibadah dan pendidikan sebagaimana pada masa

sebelumnya. Namun sejumlah perbaikan harus dilakukan agar dapat

memberi tambahan insentif bagi masyarakat yang mewakafkan

hartanya maupun mengelola harta wakaf tersebut.

159
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
160

5.2. Saran

1. Untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya perlu mengevaluasi kebijakan wakaf dari perspektif

teori sosial dan tidak terbatas pada aspek fikih semata agar kebijakan

wakaf pada masa mendatang dapat menjadi lebih baik dan berkembang

sesuai perkembangan sosial ekonomi masyarakat namun tetap dalam

bingkai syariat Islam.

2. Untuk Pemerintah

a. Perlu adanya kebijakan yang memberikan insentif bagi masyarakat dan

nazhir agar praktik wakaf semakin meluas dan dikelola secara

profesional.

b. Kebijakan wakaf di masa mendatang harus menguatkan aspek

pengawasan bagi nazhir, kewajiban pelaporan dan akuntabilitas nazhir

c. Pembentukan sistem informasi wakaf nasional dan pusat pendidikan

nazhir juga harus dipertimbangkan oleh pemerintah.

3. Untuk Masyarakat

a. Masyarakat perlu terlibat aktif dalam pengawasan praktik pengelolaan

wakaf yang dilakukan nazhir dapat berjalan secara profesional dan

bertanggung jawab.

b. Masyarakat harus aktif untuk mengkaji wakaf dan menyuarakan

pengembangan konsep wakaf yang modern sehingga praktik wakaf

dapat bersinergi dengan pembangunan nasional.

4. Untuk Praktisi Wakaf

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
161

a. Manajemen Sumber Daya Insani (SDI) dan akuntabilitas pengelolaan

oleh nazhir sebagai praktisi wakaf perlu ditingkatkan untuk

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan wakaf

sehingga aset wakaf nasional dapat terus berkembang.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Luqman Haji dan Nima Jihatea. 2007. Bermazhab dan Fanatik Mazhab:

Satu Sorotan dalam Kerangka Amalan Bermazhab Syafi’i Masyarakat

Melayu. Jurnal Fiqh, No. 4: 103-118.

Abror, Khoirul. 2014. Dinamika Perwakafan dalam Pemikiran Hukum Islam,

Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia dan Negara-Negara Muslim. Al-

‘Adalah, Vol. XII, No. 2 (12): 321-331.

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung

Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:

Rajawali Press.

Aini, Nurul. 2009. Pesantren, Organisasi Modern Islam di Masa Penjajahan.

Jurnal Darussalam, Vol. 8, No. 1 (6): 47-64.

Aji, Didik Kusno. 2014. Mazhab Kaum Santri (Implementasi Mazhab Syafi’i di

Pondok Pesantren Roudhotuth Tholibin Seputuh Surabaya Lampung Tengah).

Nizam, Vol. 4, No. 1 (1): 27-43.

Al-Mubarakfury, Shafiyurrahman. 2012. Syarah Bulughul Maram. Terjemahan

oleh Ahmad Syaikhu. Jogjakarta: Raja Publishing.

162
SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
163

Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2005. Panduan Wakaf, Hibah, dan Wasiat

Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah. Terjemahan oleh Abu Hudzaifah. 2009.

Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Ali, Mohammad Daud. 2012. Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. Jakarta:

UI Press.

Ambary, Hasan Muarif. 2001. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan

Historis Islam Indonesia, cetakan II. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Anshori, Abdul Gafur. 2008. “Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah

di Indonesia dan Implikasinya bagi Praktik Perbankan Nasional”. La Riba,

Vol. II, No. 2 (12): 159-172.

Anshori, Ibnu. 1994. Mustafa Kemal and Sukarno: A Comparison of Views

Regarding Relations between State and Religion. Tesis tidak diterbitkan.

Institute of Islamic Studies, McGill Unversity.

Arifin, Bustanul. 2005. Ekonomi Kelembagaan Pangan. Jakarta: LP3ES.

Asy’ari, Moh. 2012. Kompilasi Hukum Islam sebagai Fiqh Lintas Madzhab di

Indonesia. Al-Ihkam, Vol. 7, No. 2 (12): 234-246.

Cizakca, Murat. 2000. A History of Philanthropic Foundations: The Islamic

World From The Seventh Century To The Present, Eighth Draft. Istanbul:

Bogazici University.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
164

Bustamam-Ahmad, Kamaruzzaman. 2002. Islam Historis Dinamika Studi Islam di

Indonesia. Yogyakarta: Galang Press.

Deguiihem-Schoem, Ranbi Carolyn. 1986. History of Waqf and Case Studies from

Damascus in Late Ottoman and French Mandatory Times. Disertasi tidak

diterbitkan.Tanpa Fakultas, New York University.

Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2006. Perkembangan Pengelolaan Wakaf di

Indonesia. Jakarta: Departemen Agama RI.

___________________________. 2005. Proses Lahirnya Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Jakarta: Departemen Agama RI.

___________________________. 2007a. Fiqih Wakaf. Jakarta: Departemen

Agama RI.

___________________________. 2007b. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai.

Jakarta: Departemen Agama RI.

___________________________. 2015a. Dinamika Perwakafan di Indonesia dan

Berbagai Belahan Dunia. Jakarta: Departemen Agama RI.

___________________________. 2015b. Himpunan Peraturan Perundang-

Undangan Tentang Wakaf. Jakarta: Departemen Agama RI.

___________________________. 2015c. Himpunan Peraturan Badan Wakaf

Indonesia. Jakarta: Departemen Agama RI.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
165

Fadloli, Farid. 2013. Pergulatan Islamisasi Hukum di Indonesia (Sebuah Tinjauan

Historis). Al-‘Adalah, Vol. XI, No. 1 (1): 95-106.

Farkhani. 2008. Sejarah Formalisasi Syari’at Islam di Indonesia. Ishraqi, Vol. IV,

No. 2 (7): 160-175.

Fauzia, Amelia. 2008. Faith and the State: a History of Islamic Philanthropy in

Indonesia. Disertasi tidak diterbitkan. Melbourne Faculty of Arts University

of Melbourne.

Gunawan, Edi. 2015. Pembaruan Hukum Islam dalam Kompilasi Hukum Islam.

Hunafa Jurnal Studi Islamika, Vol. 12, No. 1 (12): 281-306.

Hadjar, Ibnu. 2006. Syariat Islam dan Hukum Positif di Indonesia. Al-Mawarid,

Edisi XVI: 1-15.

Hamzani, Achmad Irwan. 2014. Kontekstualitas Hukum Islam di Indonesia; Studi

terhadap Hukum Wakaf. Jurnal MMH, Jilid 43 No. 3: 340-347.

Hasanah, Uswatun. 2012. Urgensi Pengawasan dalam Pengelolaan Wakaf

Produktif. Al-Ahkam, Vol. 22, No. 1 (4): 61-80.

Haq, A. Faishal. 2014. Hukum Perwakafan di Indonesia. Sidoarjo: CV. Dwiputra

Pustaka Jaya.

Harahab, Yulkarnain dan Andy Omara. 2010. Kompilasi Hukum Islam dalam

Perspektif Hukum Perundang-Undangan. Mimbar Hukum, Vol. 22, No. 3

(10): 625-644.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
166

Hardjono, Imam. 2008. Hukum Islam di Indonesia dalam Perspektif Sejarah

Hukum. Suhuf, Vol. 20, No. 1 (5): 1-22.

Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1981. Asian Village at the Crossroads. An

Economic Approach to Institutional Change. Tokyo: University of Tokyo

Press.

Herawati, Andi. 2011. Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai Hasil Ijtihad

Ulama Indonesia. Jurnal Studi Islamika, Vol. 8, No. 2 (12): 321-340.

Hermawan, Wawan. 2014. Politik Hukum Wakaf di Indonesia. Jurnal Ta’lim,

Vol. 12, No. 2 (12): 147-161.

Hidayat, Fatah. 2014. Dinamika Perkembangan Hukum Keluarga di Indonesia. An

Nisa’a, Vol. 9, No. 2, (12): 1-22.

Hilmi, Hasbullah. 2012. Dinamika Pengelolaan Wakaf Uang: Studi Sosio-Legal

Perilaku Pengelolaan Wakaf Uang Pasca Pemberlakuan UU No. 41 Tahun

2004 Tentang Wakaf. Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan

Kemanusiaan, Vol. 12, No. 2 (12): 123-143.

Huda, Miftahul. 2012. Arah Pembaruan Hukum Wakaf di Indonesia. Ulumuna

Jurnal Studi Keislaman, Vol. 16, No. 1 (6): 121-142.

Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner Bidang Sosial, Bidaya,

Filsafat, Seni, Agama, dan Humaniora. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
167

Kamsi. 2012. Politik Hukum Islam pada Masa Orde Baru. Ishraqi, Vol. 10, No. 1

(6): 1-13.

Kartodirdjo, Sartono. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Tiara

Kencana.

Latief, Hilman. 2013. Filantropi Islam dan Pendidikan di Indonesia. Jurnal MP,

Vol. XXVIII, No. 1: 123-139.

Mardani. 2009. Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional. Ijtihad,

Jurnal Hukum, Vol. 16, No. 2 (4): 268-288.

Mawardi, Ahmad Imam. 1998. Socio-Political Background of The Enactment of

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Montreal

Institute of Islamic Studies McGill University.

Miftah, A. A. 2009 Pembaharuan Zakat untuk Pengentasan Kemiskinan di

Indonesia. Innovatio, Vol. VIII, No. 2 (7): 313-330.

Mulalic, Muhidin. 2003. Al-Tabari: The Conception of History. Afkar-Bil, Vol. 4:

183-202.

Munir, Sirojul. 2014. Pengaruh Hukum Islam terhadap Politik Hukum di

Indonesia. Istinbath, Vol. 13, No. 1 (12): 1-25.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
168

Muntaqo, Firman. 2015. Problematikan dan Prospek Wakaf Produktif di

Indonesia. Al-Ahkam, Vol. 25, No. 1 (4): 83-108.

Muslim. 2013. Perkembangan Studi Hukum Islam di Indonesia. Al –‘Adalah, Vol.

XI, No. 1 (1): 121-136.

Muttaqien, Dadan. 2005. Telaah terhadap Draf KHI Perspektif Sejarah Sosial

Hukum. Al-Mawarid, Edisi XIV: 267-283.

Nawawi. 2012. Implementasi Wakaf Produktif di Indonesia Pasca Berlakunya UU

No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Al-Tahrir, Vol. 13, No. 2 (12): 393-415.

Nawawi, Ismail. 2009. Ekonomi Kelembagaan Syariah. Surabaya: CV. Media

Nusantara.

Nielsen, Klaus dan Bjorn Johnson. 1998. Institutions and Economic Change.

Cheltenham: Edward Elgar Publishing Limited.

Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Rachman, Abd. 1996. Nawawi al-Bantani: An Intellectual Master of Pesantren

Tradition. Studi Islamika, Vol. 3, No. 3: 81-114.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

2015. Jakarta: Diperbanyak oleh Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

_______________. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun

2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 41 Tahun 20014 Tentang

Wakaf. 2015. Jakarta: Diperbanyak oleh Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
169

_______________. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2009 Tentang Administrasi Wakaf Uang. 2015. Jakarta: Diperbanyak

oleh Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

_______________. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 73

Tahun 2013 Tentang Tata Cara Perwakafan Benda Tidak Bergerak dan

Benda Bergerak Selain Uang. 2015. Jakarta: Diperbanyak oleh Direktorat

Pemberdayaan Wakaf.

_______________. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Nomor 8000 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Agama

Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Perwakafan

Benda Tidak Bergerak dan Benda Bergerak Selain Uang. 2015. Jakarta:

Diperbanyak oleh Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

_______________. Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 1 Tahun 2009

Tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf

Berupa Uang. 2015. Jakarta: Diperbanyak oleh Direktorat Pemberdayaan

Wakaf.

Rini, Yufi Wiyos. 2011. Pandangan Politik Hukum Islam terhadap KHI di

Indonesia. Asas, Vol. 3, No. 1 (1): 30-39.

Rodgers, Gerry (Ed.). 1994. Workers, Institutions, and Economic Growth in Asia.

Jenewa: International Institute for Labour Studies.

Rozalinda. 2015. Manajemen Wakaf Produktif. Depok: Rajawali Press.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
170

Rusydi, M. 2007. Formalisasi Hukum Ekonomi Islam: Peluang dan Tantangan

(Menyikapi UU No. 3 Tahun 2006). Al-Mawarid Edisi XVII: 1-14.

Sabiq, Sayyid. Tanpa Tahun. Fikih Sunnah 5. Terjemahan oleh Abdurrahim dan

Masrukhin. 2009. Jakarta: Cakrawala Publishing.

Salahuddin, Muh. 2005. Mahkamah Syar’iyyah di Kesultanan Bima: Wujud

Dialektika Hukum antara Islam dan Adat. Ulumuna, Vol. IX, No. 15 (1): 188-

200.

Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Siregar, Ibrahim. 2012. Pembaruan Hukum Perwakafan di Indonesia. Tsaqafah,

Vol. 8, No. 2 (10): 273-294.

Sularno, M. 2008. Dinamika Hukum Islam Bidang Keluarga di Indonesia. Al-

Mawarid, Vol. XVIII: 249-261.

Sulasman. 2014. Metodologi Penelitian Sejarah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sumarni. 2012. Kedudukan Hukum Islam di dalam Negara Republik Indonesia.

Al-‘Adalah, Vol. X, No. 4 (7): 447-458.

Syam, Syafruddin. 2015. Metodologi Pemikiran Hukum Islam tentang Wakaf

(Studi Analisis Yuridis Relasi antara Hukum Agama dan Negara). Al-

Manahij, Vol. IX, No. 1 (6): 91-110.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
171

Syamsoni, Ujang Ruhyat. 2015. Taqnin Al-Ahkam (Legislasi Hukum Islam ke

dalam Hukum Nasional). Nur-El-Islam, Vol. 3, No. 1 (5): 168-193.

Syukron, Ahmad. 2011. Rekonstruksi Hukum Islam: Kajian Historis atas Urgensi

Pelembagaan Wakaf Produktif di Indonesia. Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 2

(11): 267-285.

Tim Kemenag. 2016. Data Wakaf Tanah, (Online),

(http://simbi.kemenag.go.id/siwak/, diakses pada tanggal 19 Juli 2016).

Tim Kemenag. “Data Wakaf Tanah” pada http://simbi.kemenag.go.id/siwak/,

diakses pada tanggal 26 Maret 2015.

Tim Prima Pena. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Gitamedia

Press.

Tohari, Chamim. 2015. Fiqh Keindonesiaan: Transformasi Hukum Islam dalam

Sistem Tata Hukum di Indonesia. Analisis, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 15,

No. 2 (12): 403-432.

Uha, Ismail Nawawi. 2013. Manajemen Zakat dan Wakaf. Jakarta: VIV Press.

Utama, Sofyan Mei. 2012. Kepastian Hukum Wakaf Uang di Indonesia. Jurnal

Wawasan Hukum, Vol. 26, No. 1 (2): 511-520.

Wahid, Nusron. 2014. Keuangan Inklusif. Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
172

Watenpaugh, Heghnar. 1999. The Image of an Ottoman City: Imperial

Architecture and the Representation of Urban Life in Aleppo in the Sixteenth

and Seventeenth Centuries. Disertasi tidak diterbitkan. Los Angeles Tanpa

Fakultas University of California.

Wibowo, Ari. 2012. Perkembangan Eksistensi Peradilan Agama di Indonesia

Menuju Peradilan Satu Atap. Al-Mawarid, Edisi XVII: 125-139.

Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan, Paradigma, Teori, dan

Kebijakan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Zahra, Abu (Ed.). 1999. Politik Demi Tuhan Nasionalisme Religius di Indonesia.

Bandung: Pustaka Hidayah.

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN 1

TABEL GARIS WAKTU SEJARAH KEBIJAKAN WAKAF DI


INDONESIA

Tahun Peristiwa Keterangan


1628 M Terbitnya kitab Sirath al Kita mazhab Syafi’i dan pionir
Mustaqim karya Nurudin ar- kitab fikih Syafi’i yang menyebar
Raniry di seluruh Indonesia
1642 M Terbitnya Statuta Batavia Konstitusi yang diterbitkan VOC
yang di dalamnya mengakui hak
umat Islam untuk berhukum
dengan hukum Islam
1747 M Terbitnya Compendium der Sebuah kodifikasi hukum Islam di
Voornamste Javaanche Wetten Semarang yang didasarkan pada
Naukeurig Getrokken Uit Het kitab Al-Muharrar karya Imam
Mohammedaanche Wetboek Rafi’i
Mogharrer
1854 M Terbitnya Reglement op het Ketentuan yang menyatakan
beleid der regeering van bahwa hakim Belanda harus
Nederlandsch Indie atau RR mengacu pada hukum Islam yang
dikemukakan ulama dalam
sengketa di antara umat Islam
1882 M Pendirian Priesterraad atau
pengadilan agama bagi umat
Islam oleh Belanda
1905 M Terbitnya Surat Edaran Peraturan pertama pemerintah
sekretaris Governemen No. 435 kolonial Hindia Belanda yang
tentang Toezicht op den bouw mulai mengatur administrasi
van Muhammadaansche wakaf
bedehuizen
1911 M Kuliah umum Snouck Hugronje Kuliah umum yang menginspirasi
di hadapan mahasiswa NIBA penerapan teori Receptie oleh
(Nederlandsche Indische pemerintah Hindia Belanda
Bestuurs Academie) Delft
1929 M Terbitnya Indische Ketentuan dalam Pasal 134 ayat
Staatsregeling (IS) (2) menjadikan pemberlakuan
hukum Islam harus didasarkan
pada hukum adat.
1931 M Terbitnya Surat Edaran dari Peraturan mengenai wakaf yang
sekretaris Governemen nomor menegaskan surat edaran pertama
1361/A tentang Toezicht van
regeerin op Muhammadaansche
bedehuizen, vrijdagdiensten en

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

wakafs
1934 M Terbitnya Surat Edaran Pemberian wewenang kepada para
sekretaris Governemen nomor bupati untuk menengahi sengketa
3088/A tentang Toezicht van de wakaf
regeering op
Muhammedaansche bedehuizen,
vrijdag diesten en wakafs.
1937 M Terbitnya Staatblad nomor 116, Pengadilan Agama di Jawa,
638 dan 639 yang masing- Madura, dan Kalimantan Selatan
masing berisi ketentuan kewenangannya dibatasi hanya
mengenai Pengadilan Agama di pada bidang perkawinan saja.
Jawa dan Madura serta
Kerapatan Qadi di Kalimantan
Selatan.
1946 M Pendirian Kementerian Agama Kementerian yang bertugas
Republik Indonesia menangani permasalahan terkait
umat beragama di Indonesia.
Berkaitan dengan umat Islam,
urusan wakaf juga menjadi bidang
tugas kementerian ini.
1953 M Terbitnya petunjuk Menteri Wakaf menjadi wewenang Bagian
Agama tertanggal 22 Desember D (Ibadah Sosial) dari Jawatan
1953 tentang Petunjuk-Petunjuk Urusan Agama
mengenai Wakaf
1956 M Terbitnya Surat Edaran Menteri Surat edaran berkaitan dengan
Agama Nomor 5/D/1956 administrasi wakaf
1957 M Terbitnya Peraturan Pemerintah Pembentukan kembali pengadilan
Nomor 29 dan Peraturan agama di Jawa dan Madura serta
Pemerintah Nomor 45 tahun pengukuhan pengadilan agama di
1957 luar Jawa dan Madura untuk
mengadili perkara umat Islam,
termasuk wakaf
1959 M Lahirnya Dekrit Presiden Salah satu butir dekrit adalah
Pancasila diberlakukan kembali
sebagai dasar negara yang dijiwai
Piagam Jakarta
1960 M Terbitnya Undang-Undang Ketentuan mengenai wakaf
Nomor 5 tahun 1960 tentang tercantum dalam Pasal 5, Pasal 14
Pokok Agraria (UUPA) dan Pasal 49
1977 M Terbitnya Peraturan Pemerintah Peraturan pelaksanaan ketentuan
(PP) Nomor 28 tahun 1977 wakaf dalam UUPA dengan
tentang Perwakafan Tanah Milik penekanan pada penertiban dan
registrasi wakaf tanah di seluruh
Indonesia melalui Kantor Urusan
Agama (KUA)
1989 M Terbitnya Undang-Undang Pengadilan Agama dapat

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Nomor 7 tahun 1989 tentang melakukan eksekusi putusan di


Pengadilan Agama bidang wakaf dan lainnya tanpa
perlu meminta restu Pengadilan
Negeri
1991 M Legalisasi Kompilasi Hukum Buku panduan hakim agama
Islam (KHI) melalui Instruksi dalam memeutuskan perkara di
Presiden (Inpres) Nomor 1 tahun pengadilan negeri. Wakaf diatur
1991 pada Buku III KHI
2002 M Terbitnya Fatwa MUI tentang
Kebolehan Wakaf Uang
2004 M Terbitnya Undang-Undang Undang-Undang pertama yang
Nomor 41 tahun 2004 tentang secara khusus mengatur tentang
Wakaf wakaf dengan adanya sejumlah
ketentuan baru seperti wakaf uang
dan wakaf temporer yang
diarahkan menuju pengelolaan
wakaf secara produktif
2006 M Terbitnya PP Nomor 42 tahun Peraturan pelaksanaan dari UU
2006 tentang Pelaksanaan Wakaf yang sebelumnya telah
Undang-Undang Nomor 41 terbit
tahun 2004 tentang Wakaf
2007 M Pendirian Badan Wakaf BWI merupakan lembaga negara
Indonesia (BWI) independen yang berwenang
sebagai regulator dan nazhir
wakaf nasional
2010 M Pencanangan Gerakan Nasional
Wakaf Uang oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN 2

TABEL PEMETAAN LITERATUR

No Nama Penulis Judul Jenis Tahun Nama Fokus


. Literatur Penerbit/Nama Pembahasan
Jurnal
1. A. A. Miftah Pembaharuan Zakat untuk Jurnal 2009 Innovatio Zakat di
Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
Indonesia
2. A. Faishal Haq Hukum Perwakafan di Buku 2014 CV. Dwiputra Fikih dan
Indonesia Pustaka Jaya Hukum
Wakaf
3. Abd Rachman Nawawi al-Bantani: An Jurnal 1996 Nawawi al- Biografi
Intellectual Master of Bantani: An Syaikh
Pesantren Tradition Intellectual Nawawi Al-
Master of Bantani
Pesantren
Tradition
4. Abdul Gafur Sejarah Perkembangan Jurnal 2008 La Riba Sejarah
Anshori Hukum Perbankan Syariah di Hukum
Indonesia dan Implikasinya Perbankan
bagi Praktik Perbankan Syariah di
Nasional Indonesia
5. Abu Zahra Politik Demi Tuhan Buku 1999 Pustaka Politik dan
(Ed.) Nasionalisme Religius di Hidayah Agama
Indonesia
6. Achmad Irwan Kontekstualitas Hukum Islam Jurnal 2014 Jurnal MMH Hukum
Hamzani di Indonesia; Studi terhadap Wakaf
Hukum Wakaf Indonesia
7. Afrizal Metode Penelitian Kualitatif: Buku 2014 Rajawali Press Metodologi
Sebuah Upaya Mendukung Penelitian
Penggunaan Penelitian Kualitatif
Kualitatif dalam Berbagai
Disiplin Ilmu.
8. Ahmad Erani Ekonomi Kelembagaan, Buku 2013 Penerbit Ekonomi
Yustika Paradigma, Teori, dan Erlangga Kelembagaa
Kebijakan n
9. Ahmad Imam Socio-Political Background Tesis 1998 McGill Kompilasi
Mawardi of The Enactment of University Hukum
Kompilasi Hukum Islam di Islam
Indonesia
10. Ahmad Rekonstruksi Hukum Islam: Jurnal 2011 Jurnal Hukum

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Syukron Kajian Historis atas Urgensi Penelitian Islam,


Pelembagaan Wakaf Hukum
Produktif di Indonesia Wakaf
11. Amelia Fauzia Faith and the State: a History Disertasi 2008 University of Sejarah
of Islamic Philanthropy in Melbourne Zakat dan
Indonesia Wakaf
Indonesia
12. Andi Herawati Kompilasi Hukum Islam Jurnal 2011 Jurnal Studi Kompilasi
(KHI) sebagai Hasil Ijtihad Islamika Hukum
Ulama Indonesia Islam
13. Andi Prastowo Metode Penelitian Kualitatif. Buku 2014 Ar Ruzz Media Metodologi
Penelitian
Kualitatif
14. Ari Wibowo Perkembangan Eksistensi Jurnal 2012 Al-Mawarid Peradilan
Peradilan Agama di Indonesia Agama di
Menuju Peradilan Satu Atap Indonesia
15. Bustanul Ekonomi Kelembagaan Buku 2005 LP3ES Ekonomi
Arifin Pangan. Kelembagaa
n, Sektor
Pangan
16. Chamim Fiqh Keindonesiaan: Jurnal 2015 Analisis, Jurnal Fikih,
Tohari Transformasi Hukum Islam Studi Hukum
dalam Sistem Tata Hukum di Keislaman Islam
Indonesia
17. Dadan Telaah terhadap Draf KHI Jurnal 2005 Al-Mawarid Kompilasi
Muttaqien Perspektif Sejarah Sosial Hukum
Hukum Islam
18. Didik Kusno Mazhab Kaum Santri Jurnal 2014 Nizam Penerapan
Aji (Implementasi Mazhab Mazhab
Syafi’i di Pondok Pesantren Syafi’i
Roudhotuth Tholibin Seputuh
Surabaya Lampung Tengah)
19. Direktorat Perkembangan Pengelolaan Buku 2006 Departemen Wakaf di
Pemberdayaan Wakaf di Indonesia Agama RI Indonesia
Wakaf
20. Direktorat Proses Lahirnya Undang- Buku 2005 Departemen Sejarah
Pemberdayaan Undang Nomor 41 Tahun Agama RI lahirnya UU
Wakaf 2004 tentang Wakaf Wakaf
21. Direktorat Fiqih Wakaf Buku 2007 Departemen Fikih Wakaf
Pemberdayaan Agama RI
Wakaf
22. Direktorat Pedoman Pengelolaan Wakaf Buku 2007 Departemen Pengelolaan
Pemberdayaan Tunai Agama RI Wakaf Uang
Wakaf
23. Direktorat Dinamika Perwakafan di Buku 2015 Departemen Sejarah
Pemberdayaan Indonesia dan Berbagai Agama RI Wakaf

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Wakaf Belahan Dunia


24. Direktorat Himpunan Peraturan Buku 2015 Departemen Kumpulan
Pemberdayaan Perundang-Undangan Agama RI Peraturan
Wakaf Tentang Wakaf Perundang-
Undangan
Wakaf
25. Direktorat Himpunan Peraturan Badan Buku 2015 Departemen Himpunan
Pemberdayaan Wakaf Indonesia. Agama RI Peraturan
Wakaf BWI
26. Djam’an Satori Metodologi Penelitian Buku 2014 Alfabeta Metodologi
dan A’an Kualitatif Penelitian
Komariah Kualitatif
27. Edi Gunawan Pembaruan Hukum Islam Jurnal 2015 Hunafa Jurnal Kompilasi
dalam Kompilasi Hukum Studi Islamika Hukum
Islam Islam
28. Farid Fadloli Pergulatan Islamisasi Hukum Jurnal 2013 Al-‘Adalah Sejarah
di Indonesia (Sebuah Hukum
Tinjauan Historis) Islam
Indonesia
29. Farkhani Sejarah Formalisasi Syari’at Jurnal 2008 Ishraqi Sejarah
Islam di Indonesia Hukum
Islam
Indonesia
30. Fatah Hidayat Dinamika Perkembangan Jurnal 2014 An Nisa’a Hukum
Hukum Keluarga di Indonesia Keluarga di
Indonesia
31. Firman Problematika dan Prospek Jurnal 2015 Al-Ahkam Wakaf
Muntaqo Wakaf Produktif di Indonesia Produktif
32. Gerry Rodgers Workers, Institutions, and Buku 1994 International Ekonomi
(Ed.) Economic Growth in Asia Institute for Kelembagaa
Labour Studies n
33. Hasan Muarif Menemukan Peradaban: Jejak Buku 2001 Logos Wacana Sejarah dan
Ambary Arkeologis dan Historis Islam Ilmu Arkeologi
Indonesia, cetakan II Islam
Indonesia
34. Hasbullah Dinamika Pengelolaan Wakaf Jurnal 2012 Ijtihad, Jurnal Wakaf Uang
Hilmi Uang: Studi Sosio-Legal Wacana Hukum di Indonesia
Perilaku Pengelolaan Wakaf Islam dan
Uang Pasca Pemberlakuan Kemanusiaan
UU No. 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf
35. Heghnar The Image of an Ottoman Disertasi 1999 University of Sejarah Kota
Watenpaugh City: Imperial Architecture California Aleppo
and the Representation of
Urban Life in Aleppo in the
Sixteenth and Seventeenth

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Centuries
36. Hilman Latief Filantropi Islam dan Jurnal 2013 Jurnal MP Filantropi
Pendidikan di Indonesia Islam,
Pendidikan
37. Ibnu Anshori Mustafa Kemal and Sukarno: Tesis 1994 McGill Perbandinga
A Comparison of Views Unversity n Pemikiran
Regarding Relations between Mustafa
State and Religion Kemal
Ataturk dan
Sukarno
38. Ibnu Hadjar Syariat Islam dan Hukum Jurnal 2006 Al-Mawarid Sejarah
Positif di Indonesia Hukum
Islam
Indonesia
39. Ibrahim Pembaruan Hukum Jurnal 2012 Jurnal Tsaqafah Hukum
Siregar Perwakafan di Indonesia Wakaf
40. Imam Hukum Islam di Indonesia Jurnal 2008 Suhuf Sejarah
Hardjono dalam Perspektif Sejarah Hukum
Hukum Islam
Indonesia
41. Ismail Nawawi Ekonomi Kelembagaan Buku 2009 CV. Media Ekonomi
Syariah. Nusantara Kelembagaa
n Syariah
42. Ismail Nawawi Manajemen Zakat dan Wakaf Buku 2013 VIV Press Pengelolaan
Uha Zakat dan
Wakaf
43. Kaelan Metode Penelitian Kualitatif Buku 2012 Penerbit Metodologi
Interdisipliner Bidang Sosial, Paradigma Penelitian
Bidaya, Filsafat, Seni, Kualitatif
Agama, dan Humaniora
44. Kamaruzzama Islam Historis Dinamika Buku 2002 Galang Press Sejarah
n Bustamam- Studi Islam di Indonesia Islam
Ahmad Indonesia,
Studi Islam
45. Kamsi Politik Hukum Islam pada Jurnal 2012 Ishraqi Politik
Masa Orde Baru Hukum
Islam
46. Khoirul Abror Dinamika Perwakafan dalam Jurnal 2014 Al-‘Adalah Wakaf,
Pemikiran Hukum Islam, Hukum
Peraturan Perundang- Islam
Undangan di Indonesia dan Indonesia
Negara-Negara Muslim.
47. Klaus Nielsen Institutions and Economic Buku 1998 Edward Elgar Ekonomi
dan Bjorn Change. Publishing Kelembagaa
Johnson. Limited n
48. Kuntowijoyo Pengantar Ilmu Sejarah Buku 2013 Penerbit Tiara Ilmu Sejarah

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kencana
49. Luqman Haji Bermazhab dan Fanatik Jurnal 2007 Jurnal Fiqh Fikih Syafi’i
Abdullah dan Mazhab: Satu Sorotan dalam di Tanah
Nima Jihatea Kerangka Amalan Melayu
Bermazhab Syafi’i (Indonesia
Masyarakat Melayu. dan
Malaysia)
50. M. Rusydi Formalisasi Hukum Ekonomi Jurnal 2007 Al-Mawarid Hukum
Islam: Peluang dan Ekonomi
Tantangan (Menyikapi UU Syariah
No. 3 Tahun 2006)
51. M. Sularno Dinamika Hukum Islam Jurnal 2008 Jurnal Al- Hukum
Bidang Keluarga di Indonesia Mawarid Islam,
Hukum
Keluarga
52. Mardani Kedudukan Hukum Islam Jurnal 2009 Ijtihad, Jurnal Hukum
dalam Sistem Hukum Hukum Islam,
Nasional Hukum
Nasional
53. Miftahul Huda Arah Pembaruan Hukum Jurnal 2012 Ulumuna Jurnal Hukum
Wakaf di Indonesia Studi Wakaf
Keislaman
54. Moh. Asy’ari Kompilasi Hukum Islam Jurnal 2012 Al Ihkam Kompilasi
sebagai Fiqh Lintas Madzhab Hukum
di Indonesia Islam, Fikih
55. Mohammad Sistem Ekonomi Islam, Zakat Buku 2012 UI Press Zakat dan
Daud Ali dan Wakaf Wakaf
56. Muhammad Panduan Wakaf, Hibah, dan Buku 2005 Pustaka Imam Fikih Wakaf,
bin Shalih Al- Wasiat Menurut Al-Qur’an Asy-Syafi’i Hibah, dan
‘Utsaimin dan As-Sunnah Wasiat
57. Muhidin Al-Tabari: The Conception of Jurnal 2003 Afkar-Bil Ilmu Sejarah,
Mulalic History Pemikiran
Imam Al-
Thabari
58. Muh Mahkamah Syar’iyyah di Jurnal 2005 Jurnal Ulumuna Sejarah
Salahuddin Kesultanan Bima: Wujud Pengadilan
Dialektika Hukum antara Agama
Islam dan Adat
59. Murat Cizakca A History of Philanthropic Buku 2000 Bogazici Sejarah
Foundations: The Islamic University Wakaf Dunia
World From The Seventh Islam
Century To The Present,
Eighth Draft
60. Muslim Perkembangan Studi Hukum Jurnal 2013 Al –‘Adalah Hukum
Islam di Indonesia Islam
61. Nawawi Implementasi Wakaf Jurnal 2012 Jurnal Al- Wakaf

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Produktif di Indonesia Pasca Tahrir Produktif


Berlakunya UU No. 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf.
62. Nurul Aini Pesantren, Organisasi Modern Jurnal 2009 Jurnal Pesantren di
Islam di Masa Penjajahan Darussalam Indonesia
pada masa
penjajahan
63. Nusron Wahid Keuangan Inklusif Buku 2014 Kepustakaan Keuangan
Populer Mikro
Gramedia
64. Ranbi Carolyn History of Waqf and Case Disertasi 1986 New York Sejarah
Deguiihem- Studies from Damascus in University Wakaf di
Schoem. Late Ottoman and French Kota
Mandatory Times. Damaskus
65. Rozalinda Manajemen Wakaf Produktif Buku 2015 Rajawali Press Wakaf
Produktif
66. Sartono Pendekatan Ilmu Sosial Buku 1993 Gramedia Metodologi
Kartodirdjo dalam Metodologi Sejarah Pustaka Utama Penelitian
Sejarah
67. Sayyid Sabiq Fikih Sunnah 5 Buku TT Cakrawala Fikih
Publishing
68. Shafiyurrahma Syarah Bulughul Maram Buku 2012 Raja Kumpulan
n Al- Publishing. Hadits dan
Mubarakfury Fikih
69. Sirojul Munir Pengaruh Hukum Islam Jurnal 2014 Istinbath Hukum
terhadap Politik Hukum di Islam, Politik
Indonesia Hukum
70. Sofyan Mei Kepastian Hukum Wakaf Jurnal 2012 Jurnal Hukum
Utama Uang di Indonesia Wawasan Wakaf
Hukum
71. Sulasman Metodologi Penelitian Buku 2014 CV. Pustaka Metodologi
Sejarah Setia Penelitian
Sejarah
72. Sumani Kedudukan Hukum Islam di Jurnal 2012 Jurnal Al- Hukum
dalam Negara Republik ‘Adalah Islam di
Indonesia Indonesia
73. Syafruddin Metodologi Pemikiran Jurnal 2015 Jurnal Al- Hukum
Syam Hukum Islam tentang Wakaf Manahij Islam, Wakaf
(Studi Analisis Yuridis Relasi
antara Hukum Agama dan
Negara)
74. Tim Prima Kamus Besar Bahasa Buku 2012 Gitamedia Kamus
Pena Indonesia Press Bahasa
Indonesia
75. Ujang Ruhyat Taqnin Al-Ahkam (Legislasi Jurnal 2015 Jurnal Nur-El- Formalisasi
Syamsoni Hukum Islam ke dalam Islam Hukum

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hukum Nasional) Islam


76. Uswatun Urgensi Pengawasan dalam Jurnal 2012 Al-Ahkam Tata Kelola
Hasanah Pengelolaan Wakaf Produktif Wakaf
Produktif
77. Wawan Politik Hukum Wakaf di Jurnal 2014 Jurnal Ta’lim Politik
Hermawan Indonesia Hukum,
Hukum
Wakaf
78. Yufi Wiyos Pandangan Politik Hukum Jurnal 2011 Jurnal Asas Politik
Rini Islam terhadap KHI di Hukum
Indonesia Islam
79. Yujiro Hayami Asian Village at the Buku 1981 Tokyo: Ekonomi
dan Masao Crossroads. An Economic University of Kelembagaa
Kikuchi Approach to Institutional Tokyo Press n, Ekonomi
Change Pedesaan
80 Yulkarnain Kompilasi Hukum Islam Jurnal 2010 Mimbar Hukum Kompilasi
Harahab dan dalam Perspektif Hukum Hukum
Andy Omara Perundang-Undangan Islam

SKRIPSI SEJARAH DAN EVALUASI.... IMAM WAHYUDI INDRAWAN

Anda mungkin juga menyukai