Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.

2 Oktober 2014, 133-138

DUKUNGAN SOSIAL DAN POST-TRAUMATIC STRESS DISORDER


PADA REMAJA PENYINTAS GUNUNG MERAPI
Fatwa Tentama

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan


Jl. Kapas 9, Semaki Yogyakarta

fatwa_ten10@yahoo.com

Abstract
The greatest eruption of the Mount Merapi took place in the past four-years. Various psychological problems
were reported since then, one of which was post-traumatic stress disorder (PTSD). The survivors of Mt. Merapi
eruption needed social support from the significant others. This study aims to empirically test the correlation
between social support and PTSD on adolecescents survivor of Mt. Merapi’s eruption. Thirty junior high school
students of SMP Negeri I Turi, Sleman, Yogyakarta, aged 12-15 years participated the study. Two scales were
used to collect data: the Post-traumatic Stress Disorder Scale (15 items; α = 0.89) and Social Support Scale (16
items; α = 0.88). The results of product moment correlation analysis of Pearson revealed a negative significant
correlation between social support and PTSD (r = -0.42; p = 0.02). This finding indicated that the less social
support adolescent has received, the more severe they reported post-traumatic stress disorders.

Keywords: social support, post-traumatic stress disorder, Mount Merapi, adolescent, survivor

Abstrak

Gunung Merapi mengalami erupsi yang paling besar dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Berbagai
permasalahan psikologis muncul pasca meletusnya gunung Merapi, salah satunya gangguan stress pasca trauma
(post-traumatic stress disorder/PTSD). Penyintas bencana meletusnya gunung Merapi membutuhkan dukungan
sosial dari orang-orang terdekatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara
dukungan sosial dengan PTSD pada remaja penyintas bencana gunung Merapi. Subjek penelitian ini adalah 30
siswa/siswi SMP Negeri I Turi Sleman Yogyakarta yang berusia antara 12-15 tahun. Pemilihan subjek penelitian
dilakukan berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah
Skala Gangguan Stres Pasca Trauma (15 aitem; α = 0,89) dan Skala Dukungan Sosial (16 aitem; α = 0,88). Hasil
analisis korelasi product moment dari Pearson menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara
dukungan sosial dengan PTSD (r = -0.42; p = 0.02). Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah dukungan
sosial yang dimiliki remaja, semakin tinggi gangguan stress pasca trauma yang dialami remaja.

Kata kunci: dukungan sosial, gangguan stress pasca trauma, gunung Merapi, remaja, penyintas

PENDAHULUAN disayangi, tempat tinggal, harta bendanya


(sandang, papan dll) bahkan pekerjaan
Pada 25 Oktober 2010 terjadi bencana alam sehari-hari yang selama ini dilakukan untuk
erupsi atau meletusnya gunung Merapi mencukupi kebutuhan hidup keluarga
yang terletak di perbatasan antara Jawa membuat pengungsi putus asa memikirkan
Tengah dan Yogyakarta yang menyebabkan nasib masa depan yang harus dimulai dari
ratusan orang meninggal dunia. Pada saat awal lagi. Gunung berapi paling aktif di
sekarang ini yang tersisa dari peristiwa Indonesia ini telah meluluh lantakkan
tersebut hanyalah para penyintas yang telah sebagian besar Kabupaten Sleman bagian
kehilangan keluarga dan saudara yang utara dan menelan banyak korban.

133
Dukungan sosial dan post-traumatic stress disorder pada remaja penyintas Gunung Merapi 134

Kematian, ketakutan, suasana yang Pengaruh trauma dan kejadian traumatik


mencekam (hujan abu vulkanik, hujan yang berkelanjutan yang dialami individu
lumpur/pasir bahkan batu, suara gemuruh akan memicu terjadinya stress, sebab dalam
dalam perut gunung merapi), ancaman lahar suatu kejadian traumatik banyak terdapat
dingin dan kekawatiran terhadap masa stressor sebagai pemicu stress dan jika
depan dirasakan oleh para penyintas. dialami berkepanjangan akan menimbulkan
gangguan stress pasca-trauma merupakan
Berbagai permasalahan muncul pasca reaksi berkepanjangan dari trauma yang
terjadinya peristiwa meletusnya gunung dialami individu (Smet, 1994). Hasil
Merapi pada para penyintas bencana, baik survey yang ada menunjukkan bahwa 20%
masalah ekonomi, sosial, kesehatan bahkan individu yang mengalami peristiwa
sampai kepada permasalahan psikologis. traumatik akan mengalami PTSD (van
Namun pengaruh yang tampak dari Etten & Taylor, 1998). Gangguan stres
peristiwa pasca meletusnya gunung merapi pasca trauma (PTSD) kemungkinan
ini dapat terlihat pada masalah psikologis berlangsung berbulan-bulan, bertahun-
pada para penyintas karena mereka sangat tahun atau sampai beberapa dekade dan
rentan mengalami gangguan-gangguan mungkin baru muncul setelah beberapa
tersebut. Inilah yang kemudian yang dapat bulan atau tahun setelah adanya pemaparan
memicu datangnya berbagai macam terhadap peristiwa traumatik (Zlotnick
gangguan psikologis seperti kecemasan, dalam Durand & Barlow, 2006).
trauma, bahkan ke tingkatan yang lebih
parah seperti gangguan stress pasca trauma PTSD merupakan kelainan psikologis yang
atau post-traumatic stress disorder (PTSD). umum diteliti setelah terjadinya bencana.
PTSD dicirikan dengan adanya gangguan
Parkinson (2000) menjelaskan bahwa ingatan secara permanen terkait kejadian
peristiwa traumatis dapat terjadi pada saat traumatik, perilaku menghindar dari
bencana terjadi hingga bencana telah rangsangan terkait trauma, dan mengalami
berlalu, dalam kondisi terakhir ini yang gangguan meningkat terus-menerus
disebut dengan PTSD, artinya bahwa (American Psychiatric Association, 1994).
peristiwa berkepanjangan yang dialami dari Salah satu penyintas yang mengalami
bencana meletusnya gunung merapi dan PTSD adalah remaja, dimana mereka secara
dampak yang diakibatkan yang saat ini langsung mengalami dan merasakan
dirasakan para penyintas tentu saja peristiwa tersebut. Deteksi dini terhadap
meninggalkan kesan yang mendalam pada efek dari kejadian traumatik tersebut harus
ingatan para penyintas dan kesan tersebut segera dilakukan mengingat bahwa masa
akan menimbulkan persoalan baru dengan remaja merupakan suatu masa yang masih
munculnya berbagai macam gangguan labil dan rentan terhadap berbagai masalah.
psikologis Kenyataan yang ada di lapangan Stres pasca trauma yaitu stres yang
menunjukkan masih banyak terdapat mengikuti peristiwa trauma (Rothschild,
penyintas bencana meletusnya gunung 2000). Remaja dalam kasus ini merupakan
Merapi yang mengalami trauma penyintas yang harus menghadapi peristiwa
berkepanjangan setelah peristiwa bencana kematian keluarga, ketakutan, ancaman,
tersebut. Trauma yang ditinggalkan akan kehilangan harta benda (pakaian, rumah,
terus hidup dalam diri penyintas yang fasilitas hidup, dll) dan kehilangan
mengalami langsung peristiwa mengerikan lingkungan sosialnya. Kondisi tersebut
tersebut. Tanpa penanganan kejiwaan secara dapat menimbulkan kesedihan, kecemasan,
terpadu maka akan muncul kecenderungan kebingungan, bahkan gangguan-gangguan
PTSD. jiwa yang lebih berat.

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.2 Oktober 2014, 133-138


135 Tentama

Reaksi gangguan stres pasca-trauma (mudah marah, mudah tersinggung, sedih


(PTSD) dimulai saat remaja mengalami yang berlarut larut), kesulitan untuk
tekanan-tekanan psikologis secara hebat berkonsentrasi atau berpikir jernih
dari sumber tekanan yang berada di luar (melamun saat pelajaran), ketakutan,
jangkauan pengalaman yang biasa menyendiri, sering mengalami mimpi buruk
dialaminya atau adanya extreme stressor dan gangguan tidur. Hal ini disebabkan
(Ranimpi, 2003). Adapun yang termasuk karena mereka merasakan, menyaksikan
extreme stressor antara lain kecelakaan langsung kehilangan orang terdekat seperti
serius atau bencana alam, pemerkosaan atau teman, orang tua dan sanak saudara, serta
tindak kriminal yang disertai dengan kehilangan harta benda. Siswa-siswa
kekerasan, peperangan terbuka, pelecehan tersebut juga mengatakan bahwa mereka
seksual pada anak-anak, menyaksikan membutuhkan dukungan dari orang tua di
peristiwa traumatik, dan kematian tiba-tiba rumah, guru di sekolah dan sesama teman-
dari orang-orang yang sangat dicintai (Foa teman mereka agar bisa melupakan
dkk, 1999). Poerwandari (2006) peristiwa mengerikan itu dan tidak berlarut
mengungkapkan ciri-ciri remaja yang dalam kesedihan dan ketakutan.
mengalami PTSD diantaranya kesulitan
mengendalikan emosi/perasaan (mudah Dukungan sosial menjadi sangat berharga
marah, mudah tersinggung, sedih yang dan penting bagi remaja ketika mengalami
berlarut larut), kesulitan untuk PTSD karena remaja membutuhkan orang-
berkonsentrasi atau berpikir jernih orang terdekat yang dapat dipercaya untuk
(melamun), ketakutan, mimpi buruk, membantu dalam mengatasi gangguan
gangguan tidur, ingatan peristiwa masa lalu tersebut. Remaja yang mengalami PTSD
yang mencengkeram, gangguan makan, diharapkan dengan adanya dukungan sosial
merasa terganggu bila diingatkan. Dengan dari orang tua, guru, saudara, teman sebaya,
demikian peristiwa meletusnya gunung dan lingkungan masyarakat akan
Merapi merupakan stressor yang dapat menjadikan remaja memiliki kepercayaan
mengakibatkan munculnya PTSD. diri yang baik, merasa diterima, merasa
diperhatikan, merasa diakui, dan dapat
Kerentanan terhadap PTSD kemungkinan kembali hidup secara normal.
tergantung pada faktor-faktor seperti
resiliensi dan kerentanan terhadap efek Bastaman (1996) mendefinisikan dukungan
trauma, riwayat penganiayaan seksual pada sosial sebagai hadirnya orang-orang tertentu
masa kanak-kanak, keparahan trauma, yang secara pribadi memberikan nasehat,
derajat pemaparan, ketersediaan dukungan memotivasi, mengarahkan, memberi
sosial, penggunaan respon coping aktif semangat, dan menunjukkan jalan keluar
dalam menghadapi stressor traumatis, dan ketika sedang mengalami masalah dan pada
perasaan malu (Nevid dkk, 2005). Pada saat mengalami kendala dalam melakukan
kasus ini, dukungan sosial menjadi salah kegiatan secara terarah untuk mencapai
satu faktor yang dimungkinkan tujuan. Dukungan sosial merupakan
mempengaruhi PTSD. transaksi interpersonal yang ditunjukkan
dengan memberikan bantuan kepada
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara individu yang lain dan bantuan itu diperoleh
awal yang dilakukan, diperoleh data bahwa dari orang yang berarti bagi individu yang
beberapa siswa SMP Negeri 1 Turi bersangkutan. Dukungan didapatkan dari
memiliki perilaku yang menunjukkan hubungan sosial yang akrab atau dari
mengalami gangguan PTSD seperti keberadaan mereka yang membuat individu
kesulitan mengendalikan emosi/perasaan merasa diperhatikan, dinilai, dan dicintai

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.2 Oktober 2014, 133-138


Dukungan sosial dan post-traumatic stress disorder pada remaja penyintas Gunung Merapi 136

(Sarason dkk, 1990). Caplin (dalam Yuliani, Beberapa contoh itemnya adalah: “Saya
2002) menggambarkan dukungan sosial mengalami mimpi buruk tentang letusan
sebagai hubungan secara formal atau Gunung Merapi”; “Saya sekarang lebih
informal yang baik antara seorang individu suka menyendiri pasca letusan Gunung
dengan individu yang lain dalam Merapi”; “Saya mudah terkejut”. Dari hasil
lingkungannya. Berbagai dukungan yang analisis uji coba terhadap 42 aitem Skala
diperoleh individu dari keluarga, teman, Gangguan Stres Pasca Trauma diperoleh 15
dan orang lain berhubungan dengan tingkat aitem valid dengan koefisien reliabilitas (α)
kesejahteraan individu. sebesar 0,892 dan rentang indeks daya beda
aitem (rit) antara 0,379 sampai 0,751.
Dukungan sosial dari orang tua, saudara,
guru dan teman sebaya saat ini menjadi hal Dukungan sosial diungkap menggunakan
yang sangat penting dan bermanfaat bagi Skala Dukungan Sosial yang mengacu pada
siswa-siswa SMP Negeri 1 Turi Sleman aspek-aspek dukungan sosial menurut
yang mengalami PTSD. Para remaja House dan Khan (Smet, 1994) yaitu
tersebut membutuhkan orang-orang yang perhatian emosi, informasi, instrumental,
dapat dipercaya untuk membantu dalam dan penilaian positif. Contoh itemnya
mengatasi masalah PTSD yang dialami. adalah: “Saya kurang mendapat perhatian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dari keluarga saya”; “Orang lain tidak
hubungan antara dukungan sosial dan peduli ketika saya memiliki masalah”;
gangguan stres pasca-trauma (PTSD) pada “Dukungan teman-teman di sekolah
remaja penyintas letusan gunung Merapi. membuat saya semakin semangat”; “Saya
merasa sedih karena penilaian yang jelek
terhadap saya”. Dari hasil analisis uji coba
METODE terhadap 40 aitem Skala Dukungan Sosial
diperoleh 16 aitem valid dengan koefisien
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 reliabilitas (α) sebesar 0,875 dan rentang
Turi Sleman Yogyakarta. Subjek penelitian indeks daya beda aitem (rit) antara 0,292
berjumlah 30 orang siswa/i SMP Negeri 1
sampai 0,789.
Turi, Sleman. Pemilihan subjek penelitian
dilakukan berdasarkan karakteristik-
Kedua skala yang digunakan berbentuk
karakteristik berikut ini:
skala likert. Masing-masing aitem dari
a. Berjenis kelamin laki-laki dan
kedua skala mempunyai empat alternatif
perempuan
jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai
b. Mengalami gangguan stres pasca-
(S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai
trauma
(STS) yang terdiri dari pernyataan
c. Mengalami secara langsung peristiwa
favorabel dan unfavorabel.
bencana gunung Merapi.
d. Bertempat tinggal di daerah yang
Analisis data menggunakan teknik korelasi
terkena dampak langsung bencana
product moment dari Pearson untuk
gunung Merapi.
mengetahui hubungan antara dukungan
Gangguan stres pasca trauma (PTSD)
sosial dan PTSD pada remaja penyintas
diungkap menggunakan Skala Gangguan
meletusnya gunung Merapi.
Stres Pasca Trauma yang disusun
berdasarkan aspek-aspek menurut DSM-IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(1994) dan Sidran Traumatic Stress
Foundation (2003), yaitu intrusive re-
Hasil analisis data menunjukkan adanya
experiencing, avoidance, dan arousal.
korelasi negatif yang signifikan antara

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.2 Oktober 2014, 133-138


137 Tentama

dukungan sosial dan gangguan stres pasca Hasil wawancara di lapangan semakin
trauma (r = -0,418; p = 0,024). Artinya, memperkuat hasil penelitian ini yang
semakin tinggi dukungan sosial yang mengatakan bahwa beberapa siswa SMP
diterima remaja, maka semakin rendah Negeri 1 Turi memiliki perilaku yang
gangguan stres pasca trauma yang dialami; menunjukkan mengalami gangguan PTSD,
dan sebaliknya, semakin rendah dukungan seperti kesulitan mengendalikan
sosial yang diterima remaja, maka semakin emosi/perasaan (mudah marah, mudah
tinggi gangguan stres pasca trauma yang tersinggung, sedih yang berlarut larut),
dialami. kesulitan untuk berkonsentrasi atau berpikir
jernih (melamun saat pelajaran), ketakutan,
Temuan dalam penelitian ini mendukung menyendiri, sering mengalami mimpi buruk
pendapat para ahli sebelumnya, bahwa dan gangguan tidur. Hal ini disebabkan
salah satu faktor yang mempengaruhi Post- karena mereka merasakan, menyaksikan
Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah langsung kehilangan orang terdekat seperti
tersedianya dukungan sosial (Nevid dkk, teman, orang tua dan sanak saudara, serta
2005). Bastaman (1996) mendefinisikan kehilangan harta benda. Siswa-siswa
dukungan sosial sebagai hadirnya orang- tersebut juga mengatakan bahwa mereka
orang tertentu yang secara pribadi membutuhkan dorongan dari orang tua di
memberikan nasehat, memotivasi, rumah, guru di sekolah dan sesama teman-
mengarahkan, memberi semangat, dan teman mereka agar bisa melupakan
menunjukkan jalan keluar ketika sedang peristiwa mengerikan itu dan tidak berlarut
mengalami masalah dan pada saat dalam kesedihan dan ketakutan.
mengalami kendala dalam melakukan
kegiatan secara terarah untuk mencapai
tujuan. Caplin (dalam Yuliani, 2002) KESIMPULAN
menggambarkan dukungan sosial sebagai
hubungan secara formal atau informal yang Berdasarkan hasil analisis data dapat
baik antara seorang individu dengan disimpulkan bahwa ada hubungan negatif
individu yang lain dalam lingkungannya. yang signifikan antara dukungan sosial
Berbagai dukungan sosial yang diperoleh dengan gangguan stres pasca trauma
individu dari keluarga, teman, dan orang (PTSD) pada siswa-siswi SMP Negeri 1
lain berhubungan dengan tingkat Turi Sleman Yogyakarta. Semakin tinggi
kesejahteraan individu tersebut. dukungan sosial yang diterima remaja,
maka semakin rendah gangguan stres pasca
Dukungan sosial berhubungan dengan trauma yang dialami; dan sebaliknya,
sejauhmana individu melakukan interaksi semakin rendah dukungan sosial yang
atau transaksi interpersonal dalam diterima remaja, maka semakin tinggi
lingkungannya, semakin individu memiliki gangguan stres pasca trauma yang dialami.
sekelompok orang yang kuat dan suportif,
semakin luas dan mendalam jaringan sosial DAFTAR PUSTAKA
maka kemungkinan untuk mengembangkan
gangguan stres pasca trauma akan jauh American Psyciatric Association. (1994).
lebih kecil (Caroll dkk dalam Durand & Diagnostic and statistical manual of
Barlow, 2006). Dengan demikian dukungan mental disorder. Fourth Edition.
sosial berkaitan dengan cara individu Washington DC: Author.
mengontrol dan menekan munculnya
tekanan atau stres berkelanjutan yang Bastaman, H. D. (1996). Meraih hidup
dialaminya. bermakna. Jakarta: Paramadina

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.2 Oktober 2014, 133-138


Dukungan sosial dan post-traumatic stress disorder pada remaja penyintas Gunung Merapi 138

Durand, V. M. & Barlow, D. H. (2006). Rothschild, B. (2000). The body


Psikologi abnormal. Fourth Edition. remembers: The psychophysiology of
Penerjemah: H. P. Soetjipto & S. M. trauma and trauma treatment. New
Soedtjipto. Yogyakarta: Pustaka York: W. W. Norton & Company.
Pelajar.
Sarason, B. R., Sarason, G. I., & Piece, G.
Foa, E. B., Davidson, J. R. T., & Frances, R. (1990). Social support: An
A. (1999). The expert consensus interactional view. Washington DC:
guideline series: Treatment of post- John Willey and Sons.
traumatic stress disorder. Journal of
Clinical Psychiatry, 60, Supplement Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan.
16, 3-76. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Goleman, D. (1999). Kecerdasan emosi
untuk mencapai puncak prestasi. The Sidran Institute. (2003). What is post-
Penerjemah: Widodo, A.T.K. Jakarta: traumatic stress disorder?. Diambil
Gramedia Pustaka Utama. dari
http://www.sidran.org/resources/for-
Hadi, S. (2000). Analisis butir untuk survivors-and-loved-ones/what-is-
instrumen angket, tes dan skala post-traumatic-stress-disorder-ptsd/
dengan BASICA. Yogyakarta: Andi
Offset. The Sidran Institute. (2003). What is
psychological trauma?. Diambil dari
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. http://www.sidran.org/resources/for-
(2005). Psikologi abnormal. Edisi survivors-and-loved-ones/what-is-
Kelima Jilid 1. Penerjemah: Tim psychological-trauma/
Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia. Jakarta: Erlangga. Van Etten, M. L. & Taylor, S. (1998).
Comparative efficacy of treatments of
Parkinson, F. (2000). Post trauma stress: A posttraumatic Stress Disorder: A
personal guide to reduce the long- meta-analysis. Clinical Psychology &
term effects and hidden damage Psychotherapy, 5, 125-144.
caused by violence and disaster.
Arizona: Fisher Book. Yuliani, F. (2002). Hubungan antara
dukungan sosial dengan kepercayaan
Poerwandari, K. (2006). Stres, trauma, dan diri. Skripsi (tidak diterbitkan).
stres pasca trauma. Diambil dari Yogyakarta: Fakultas Psikologi
http://www.pulih.or.id/?lang=&page= Universitas Ahmad Dahlan.
self&id=115

Ranimpi, Y. Y. (2003). Konflik sosial dan


PTSD: Suatu pendekatan teoritis.
Jurnal Psikologi Indonesia Anima,
18(2), 171-178.

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.2 Oktober 2014, 133-138

Anda mungkin juga menyukai