Anda di halaman 1dari 5

LTM KD2

PRAMITA ANINDITA V / 1306489331


- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM TERMOREGULASI
- MACAM DAN PENYEBAB GANGGUAN SISTEM
TERMOREGULASI

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk


mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolerir.
Mekanisme Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu
tubuh dapat di pertahankan secara konstan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem termoregulasi yaitu :


1.Variasi diurnal
Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang
tidur pada malam hari dan bangun pagi, sedangkan tertinggi pada sore/awal
malam.
2. Kerja jasmani/ aktivitas fisik
Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja
yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat
mencapai 400C.
3. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada
wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh
wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,50C.
4. Usia individu
Usia semakin tua, suhu tubuh terasa lebih dingin. Orang tua biasanya mempunyai
temperature rendah sekitar 36,40c.
5. Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan
yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan
hambatan penguapan keringat, sehingga panas tertahan di dalam tubuh.
Macam-macam gangguan sistem termoregulasi, antara lain:
1. Hipertermi/demam
Hipertermi ialah kelainan peningkatan temperature tubuh tanpa merubah
set point di sentral termoregulasi. Hipertermi terjadi karena mekanisme
pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran
kelebihan produksi panas, yang menyebabkan peningkatan suhu abnormal.
Demam ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal akibat stres
fisiologis seperti alergi, trauma jaringan, dehidrasi, lesi SSP atau infeksi bakteri
atau virus. Demam termasuk pertahanan nonspesifik terhadap infeksi.
Infeksi atau peradagan

Makrofag

Pelepasan pirogen endogen

Prostaglandin

Peningkatan titik patokan hipotalamus

Inisiasi respon dingin

Peningkatan produksi panas, penurunan produksi panas

Demam
(Sherwood, Lauralee.2009. Fisiologi Manusia. Jakarta:EGC)

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya demam ialah:


Sebagai akibat dari infeksi / peradangan dan respon terhadap invasi mikroba, sel-
sel darah putih tertentu mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal pirogen
endogen yang memiliki banyak efek untuk melawan infeksi.
Olahraga yang berkepanjangan sebagai konsekuensi fisik adanya beban panas
yang sangat besar yang dihasilkan oleh otot-otot yang berolah raga, suhu tubuh
meningkat selama tahap – tahap awal olah raga karena penambahan panas
melebihi pengeluarannya.
Produksi panas berlebihan berkaitan dengan peningkatan berlebihan kadar
epinefrin / hormon tiroid dalam darah yang masing-masing terjadi akibat disfungsi
medulla adrenal / kelenjar tiroid kedua hormon tersebut, meningkatkan suhu inti
dengan meningkatkan seluruh aktifitas metabolisme dan produksi panas.
Malfungsi pusat kontrol hipotalamus, lesi-lesi otak tertentu sebagai contoh
merusak kapasitas regulatorik normal thermostat hipotalamus.
Beberapa macam bentuk hipertermi, ialah:
- Heat Exhaustion
Adalah mekanisme pengeluaran panas yang berlebihan, yang menyebabkan
vasodilatasi, berkeringat, dehidrasi, mengurangi volume plasma, hipotensi,
mengurangi cardiac output, dan takikardi (kolaps/pingsan). Gejala meliputi lemas,
bingung, muntah.
- Heat Stroke
Adalah kerusakan total mekanisme termoregulasi hipotalamus. Gejala seperti
temperature yang sangat tinggi, berkeringat, nadi cepat, pusing, agitasi, bahkan
koma. Komplikasi yang dapat terjadi edema serebral, degenerasi CNS,
pembengkakan dendrite, nekrosis tubulus renal, gagal hati dengan delirium, koma
bahkan kematian jika tidak teratasi.
- Heat cramps
Adalah kejang/kram pada abdomen dan ekstremitas yang diikuti dengan
berkeringat dan kehilangan sodium. Biasanya terjadi pada orang yang tidak kuat
terhadap panas/bekerja di lingkungan yang sangat panas.
- Maligna hipertermi
Adalah kerusakan total akibat gangguan otot dengan gejala berubahnya fungsi
kalsium di sel otot, metabolisme berlebih, kontraksi otot yang tidak terkoordinasi,
peningkatan konsumsi oksigen, peningkatan produksi acid. Beberapa obat anestesi
inhalasi (halotan, enfluran, isofluran) dan pelemas otot
depolarisasi(suksametonium klorida) menimbulkan pelepasan Ca2+ tiba-tiba dan
berlebihan sehingga terjadi kontraksi otot menyeluruh dan tidak terkoordinasi,
dengan pemakaian oksigen yang sangat tinggi, selanjutnya terjadi asidosis,
peningkatan suhu tubuh dengan takikardi dan disritmia, hipotensi, dan tanda-tanda
koma (tidak sadar, tidak ada reflex, flat EEG, bahkan apneu).
- Drug fever
Obat dapat menyebabkan demam melalui beberapa mekanisme, seperti beraksi
seperti pirogen langsung, melukai jaringan, bahkan menyerang sistem imun.
Penyebab umumnya ialah reaksi hipersensitif yang berkembang beberapa minggu
setelah mengkonsumsi obat. Orang yang terkena drug fever biasanya mengalami
gejala reaksi hipersensitif lainnya seperti athralgia, urtikaria, mialgia, rash, dan
gangguan gastrointestinal.

2. Hipotermia
Adalah penurunan suhu tubuh terjadi apabila pendinginan tubuh secara
umum mengalahkan kemampuan mekanisme pembentukan panas dan konservasi
panas mengimbangi pengeluaran panas yang berlebihan.
Gejala hipotermi dapat dibagi menjadi 3 stadium:
a. Stadium perangsangan (Hipotermi ringan 32-350c)
Terjadi tremor otot hingga maksimal, akibatnya kecepatan metabolism
basal sangat meningkat, semua sumber glukosa dipakai dan penggunaan
oksigen meningkat. Takikardi dan vasodilatasi menimbulkan peningkatan
tekanan darah. Pasien yang berada dalam kesadaran penuh, lalu menjadi
bingung dan apatis.
b. Stadium kelelahan (hipotermi sedang 32-280c)
Sumber glukosa tidak ada lagi, terjadi bradikardi, aritmia, dan depresi
pernafasan. Pasien mulai berhalusinasi dan berperilaku menyimpang,
segera tidak sadar dan tidak dapat lagi merasakan nyeri.
c. Stadium paralisis (hipotermi berat <280c)
Pasien dalam keadaan koma, reflex pupil hilang, fibrilasi ventrikel, asistol
dan apneu. Semakin rendah penurunan suhu yang terjadi sampai aliran
darah ke otak terhenti, semakin lama otak bisa mentoleransi terhentinya
sirkulasi.
Hipotermi terbagi menjadi dua:
- Hipotermi accidental
Hipotermi yang terjadi secara tiba-tiba, dimana suhu dibawah 35 0c seperti dari air
yang dingin, lingkungan yang dingin. Biasa terjadi pada anak muda dan lansia.
Factor resiko :hipertiroid, hipopituarisme, malnutrisi, Parkinson, rheumatoid
arthritis, dan kegagalan kontrol sistem termoregulasi yang berasal dari cerebral
injury, ketoasidosis, uremia, sepsis, dan overdosis.
- Hipotermi terapeutik
Perjalanannya lebih lambat seperti pada pembedahan jantung ketika jantung akan
dihentikan sementara, akan terjadi fibrilasi ventrikel dan cardiac arrest.

Gangguan hipotermi yang lainnya, ialah frosbite: pendinginan berlebihan


salah satu bagian tubuh sampai ke tahap timbulnya kerusakan jaringan di daerah
tersebut, kerusakan disebabkan akibat pembentukan Kristal es atau tidak adanya
air dalam bentuk cair. Frosbite dapat terjadi:
- Derajat I (diawali pucat, kehilangan sensasi, pembengkakan dan nyeri
timbul setelah pemanasan kembali)
- Derajat II ( pembentukan bula setelah 12-24 jam yang diikuti dengan
penyembuhan)
- Derajat III (setelah beberapa hari dan minggu, terjadi nekrosis jaringan
yang luas disertai penyembuhan jaringan parut)

Daftar Pustaka
Huether, Sue E dan McCance, Kathryn.2012. Understanding pathophysiology.
Fifth edition. St. Mouri:Mosby
Porth Matson, Carol dan Matfin, Glenn. 2009. Pathophysiology concepts of
altered health states. Eight edition. Philadelphia:Lippincot
Sherwood, Lauralee.2009. Fisiologi manusia dari sel ke system. Edisi 6.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai