Anda di halaman 1dari 7

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN PENGOLAHAN LIMBAH


BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RS SWASTA KOTA JOGJA

Muchsin Maulana1, Hari Kusnanto2, Agus Suwarni3


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat UAD email: mm311086@gmail.com
2
Fakultas Kedokteran Pasca Sarjana IKM UGM
3
Poltekes Kemenkes Yogyakarta

Abstrak
Penelitian ini mengambil objek tentang limbah bahan berbahaya dan beracun di Rumah Sakit.
Rumah Sakit Swasta Kota Jogja merupakan Rumah Sakit yang menghasilkan Limbah medis
dan salah satu yang berbahaya adalah limbah bahan berbahaya dan beracun dalam setiap
operasinya, sehingga disisni peneliti berusaha mengeksplorasi sejauh mana pengelolaan
limbah yang di hasilkan di Rumah Sakit Swasta Kota Jogja, baik dalam Standart Operating
procedure, Sumber Daya Manusia, maupun pengolahan limbah yang dihasilkan. Penelitian ini
menggunakan rancangan studi kasus deskriptif kualitatif dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, Unit analisis dalam penelitian
ini adalah pengelolaan limbah padat medis dan limbah bahan berbahaya dan beracun Rumah
Sakit Swasta Kota Jogja. Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun di Rumah Sakit
Swasta Kota Jogja harus diperbaiki dikarenakan Proses pembakaran limbah Infeksius
dilakukan oleh pihak ke-tiga yaitu PT Jasa medivest sedangkan limbah B3 dilakukan oleh
pihak ke-tiga yaitu PT Arah. Hal ini dikarenakan posisi di Rumah Sakit Swasta Kota Jogja
yang berada di Kota dan berhimpitan dengan perumahan warga dan perkatoran sehingga
sangat menggangu jika proses pembakaran limbah dilakukan. Pengolahan limbah padat medis
Rumah Sakit Swasta Kota Jogja kurang efektif dikarenakan belum mempunyai Insinerator,
serta menyerahkan proses pembakarannya limbah infeksius oleh pihak ke-tiga (PT Jasa
medivest), ssedangkan limbah B3 oleh pihak ke-tiga (PT Arah).

Kata Kunci: Pengolahan, Limbah Padat medis, Rumah Sakit Swasta Kota Jogja.

PENDAHULUAN sebagai salah satu penghasil limbah


Rumah Sakit sebagai sarana terbesar, potensial menimbulkan
pelayanan kesehatan tempat pencemaran bagi lingkungan sekitarnya
berkumpulnya orang sakit maupun orang yang akan merugikan masyarakat bahkan
sehat, dapat menjadi tempat penularan Rumah Sakit itu sendiri (Adisasmito,
penyakit serta memungkinkan terjadinya 2008).
pencemaran lingkungan dan gangguan Beberapa kelompok masyarakat
kesehatan (KEMENKES, 2004). yang mempunyai risiko untuk mendapat
Pengelolaan lingkungan Rumah Sakit gangguan karena buangan Rumah Sakit.
sekarang ini bukan lagi satu bagian parsial Pertama, pasien yang datang ke Rumah
yang konsumtif, tetapi merupakan satu Sakit untuk memperoleh pertolongan
rangkaian siklus dan strategi manajemen pengobatan dan perawatan Rumah Sakit.
Rumah Sakit untuk mengembangkan Kelompok ini merupakan kelompok yang
kapasitas pengelolaan lingkungan Rumah paling rentan. Kedua, karyawan Rumah
Sakit sehingga memberikan manfaat Sakit dalam melaksanakan tugas sehari-
langsung maupun tidak langsung terhadap harinya selalu kontak dengan orang sakit
peningkatan kualitas pelayanan Rumah yang merupakan sumber agen penyakit.
Sakit secara menyeluruh. Pengelolaan Ketiga, pengunjung / pengantar orang sakit
lingkungan Rumah Sakit memiliki yang berkunjung ke Rumah Sakit, risiko
permasalahan yang kompleks. Salah terkena gangguan kesehatan akan semakin
satunya adalah permasalahan limbah besar. Keempat, masyarakat yang
Rumah Sakit yang sangat sensitif dengan bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-
peraturan Pemerintah. Rumah Sakit lebih lagi bila Rumah Sakit membuang

THE 5TH URECOL PROCEEDING 184 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

hasil buangan Rumah Sakit tidak METODE PENELITIAN


sebagaimana mestinya ke lingkungan Jenis penelitian ini adalah
sekitarnya. Akibatnya adalah mutu kualitatif dengan metode penelitian
lingkungan menjadi turun kualitasnya, deskriptif dengan tujuan utama untuk
dengan akibat lanjutannya adalah membuat gambaran atau deskripsi
menurunnya derajat kesehatan masyarakat tentang suatu keadaan secara objektif
di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, (Notoadmojo, 2005). Unit analisis
Rumah Sakit wajib melaksanakan dalam penelitian ini adalah manajemen
pengelolaan buangan Rumah Sakit yang pengolahan limbah padat di Rumah
baik dan benar dengan melaksanakan Sakit Swasta Kota Jogja. Subjek
kegiatan sanitasi Rumah Sakit (WHO, penelitian ini adalah Kepala Instalasi
2005). Kesehatan Lingkungan, Kepala Sub
Menurut Bondan Agus Suryanto Bagian, Staf Urusan Lingkungan,
(KaDinKes Prop. DIY) sebanyak 64 Petugas Pengolahan Limbah serta
persen dari 14 Rumah Sakit (RS) khusus di dokumen dan laporan terkait dengan
DIY tidak mengelola limbah dengan baik limbah padat di Rumah Sakit Swasta
dan aman. Hanya 36 persen RS khusus di Kota Jogja.
DIY yang mengelola limbah dengan baik
dan aman. RS umum di DIY yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berjumlah 16 RS, yang mengelola limbah 3.1. HASIL
dengan baik dan aman sekitar 50 persen, 3.1.1. Sumber Daya Manusia di
sedangkan yang tidak memenuhi syarat Instalasi Sanitasi dan Lingkungan
pengelolaan limbah juga 50 persen. RS Berdasarkan hasil wawancara yang
besar yang ada di DIY seperti RS Dr dilakukan pada Kepala Instalasi Sanitasi
Sardjito, RS Panti Rapih, RS Bethesda, dan dan Lingkungan di Rumah Sakit Swasta
RSUD Wirosaban masuk kriteria RS yang Kota Jogja bahwa sumber daya manusia
mengelola limbah dengan baik dan aman dapat dibedakan, sumber daya manusia
(JOGLOSEMAR, 2009) yang bekerja di Instalasi Kesehatan
Penelitian ini merupakan Lingkungan dan sumber daya manusia
pengembangan dari beberapa penelitian yang langsung berhadapan dengan limbah
tentang limbah rumah sakit yang pernah padat Rumah Sakit (petugas pengolahan
peneliti lakukan sebelumnya, dalam hal ini limbah). Sumber daya manusia yang
peneliti mengambil objek yang belum bekerja di Instalasi Kesehatan Lingkungan
pernah peneliti teliti yaitu tentang limbah yaitu Kepala Instalasi Kesehatan
bahan berbahaya dan beracun di Rumah Lingkungan.
Sakit. Rumah Sakit Swasta Kota Jogja
merupakan Rumah Sakit yang Sumber Daya Manusia dalam
menghasilkan Limbah medis dan salah satu pengolahan limbah padat di Rumah Sakit
yang berbahaya adalah limbah bahan Swasta Kota Jogja berdasarkan jenis
berbahaya dan beracun dalam setiap jabatan dan tugas, pendidikan serta jumlah
operasinya, sehingga disisni peneliti tenaga yang bekerja sebagai berikut:
berusaha mengeksplorasi sejauh mana
pengelolaan limbah yang di hasilkan di
Rumah Sakit Swasta Kota Jogja, baik
dalam Standart Operating procedure,
Sumber Daya Manusia, maupun
pengolahan limbah yang dihasilkan.

THE 5TH URECOL PROCEEDING 185 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Tabel. 1 Sumber Daya Manusia dalam Pengolahan Limbah Padat di RS Swasta Kota Jogja.
Jumlah
No Jenis Jabatan dan Tugas Pendidikan
(orang)
1. Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan D3/AMKL 1
2. Petugas pengolahan Limbah (PPL):
o Petugas Limbah Medis dan Non Medis SMA 6

Hasil wawancara dengan Kepala pembayaran swadana dari Rumah


Instalasi Sanitasi dan Kesehatan Sakit”.
Lingkungan di Rumah Sakit Swasta Kota 3.1.2. Proses Pengelolaan Limbah
Jogja bahwa: Padat Medis dan Bahan
Bu, jumlah petugas pengolahan Berbahaya dan Beracun
limbahnya ada berapa ya?
Proses pengolahan limbah padat
“Jumlah PPL ada 6 orang mas, trus
yang dilakukan oleh Rumah Sakit Swasta
pendidikan mereka 6 orang tamatan
Kota Jogja mengacu pada Keputusan
SMA, mmm… untuk petugasnya sama
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Mas anatara limbah medis dan non-
Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
medis serta limbah b3 juga sama..
tentang Persyaratan Kesehatan
Petugasnya itu, satu karyawan tetap
Lingkungan Rumah Sakit, yang telah di
dan lima orang karyawan/cleaning
sesuaikan dengan kondisi lapangan di
service kontrak mas, dengan
Rumah Sakit Swasta Kota Jogja, yaitu:
3.1.2.1. Proses Pengolahan Limbah Padat Medis

Semua Unit Pelayanan


Medis

Infeksius Spuit Non Infeksius

Bak Sampak Safety Bok Bak sampah


Infeksius Diambil Petugas Non Infeksius
Diambil petugas Ketika Sudah Diambil petugas
3 x sehari Penuh 3 x sehari

TPS TPSUMUM

Diangkut PT ARAH Diangkut


ENVIRONMENTAL KIMPRASWIL ke TPA

Gambar 1. Proses Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non-medis yang


dilakukan oleh Petugas Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Swasta Kota Jogja
Yogyakarta.
THE 5TH URECOL PROCEEDING 186 ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Kantong plastik diangkat setiap hari atau bila
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan di sudah penuh terisi limbah. Kantong plastik
Rumah Sakit Swasta Kota Jogja: kuning tersebut diikat kemudian dimasukkan
Bu, alur pengambilan limbah Medis dan kedalam wadah sementara pengangkut secara
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di tertutup. Limbah jarum suntik dimasukkan
Rumah Sakit dimulai dari mana ya ? kedalam box warna kuning, yang proses
“ kalau pengangkutan limbah medis pergantiannya atau jika sudah penuh
padat itu dimulai dari gedung baru Mas, langsung pada saat PPL mengambil limbah
…truss langsung kebagian depan, jarum suntik, sekaligus mengganti dengan
kemudian laboratorium farmasi Mas,… safety box yang baru.
mmm yang terakhir dibagian Nifas atau Benda-benda tajam (jarum suntik)
bagian anak, trus bagian anak Mas”. ditampung pada tempat khusus (safety box).
Setelah semua limbah padat medis diangkut,
PEMBAHASAN kemudian dibawa ke Tempat Penampungan
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sementara (TPS), yang berada di belakang
Sakit Swasta Kota Jogja, pembahasan dalam Rumah Sakit. Proses selanjutnya dilakukan
penelitian ini yaitu : pemusnahan dengan cara membakar, yang
3.2.1. Pengolahan Limbah Padat medis di dilakukan oleh pihak ke-tiga (PT Arah
Rumah Sakit Swasta Kota Jogja. Environmental) untuk limbah bahan
Deskripsi pengolahan limbah padat berbahaya dan beracun (B3) selanjutnya
medis berdasarkan pengamatan dan dimasukkan kedalam Box mobil tertutup,
wawancara dengan Kepala Instalasi yang mana sebelumnya dilakukan
lingkungan di Rumah Sakit Swasta Kota penimbangan untuk mengetahui berat.
Jogja sebagai berikut: Perlakuan ini dilaksanakan dikarenakan
Pada pukul 06.00 WIB dan 13.00 WIB, Rumah Sakit Swasta Kota Jogja yang dekat
serta pukul 20.00 petugas pengelolaan limbah dengan pusat keramaian dan pemukiman
(PPL) mempersiapkan alat pelindung diri penduduk, tidak dimungkinkan untuk
(APD), mulai dari masker, sarung tangan, melakukan pembakaran dengan
apron, baju dan celana, sepatu, serta menggunakan incinerator.
mempersiapkan container atau wadah Deskripsi proses pengolahan limbah
sementara untuk nanti dibawa ke TPS Rumah padat medis Rumah Sakit Swasta Kota Jogja
Sakit. hampir sama dengan penelitian Alamsyah
Proses selanjutnya yaitu dimulai Pada 2007, bahwa pemisahan dan pengurangan
pukul 06.10 WIB dan 13.10 WIB, serta pukul limbah yang sejenis dan reduksi volume
20.10, pengangkutan limbah medis padat limbah merupakan persyaratan keamanan
yang bersumber dari gedung baru, kemudian yang penting bagi petugas pembuang
bagian depan, laboratorium farmasi, bagian sampah. Sarana penampungan limbah
Nifas atau bagian Ibu kemudian bagian anak. infeksius harus memadai baik letak, maupun
Limbah Rumah Sakit yang terdiri dari limbah hygienisnya. Penelitian Rao et all 2004, di
infeksius, limbah pantologi, limbah benda lima Rumah Sakit memaparkan, bahwa
tajam, limbah farmasi dan limbah sitotoksik Rumah Sakit dan Praktek perawat yang
serta limbah bahan berbahaya dan beracun. terdaftar di fasilitas ini berada di bawah
Tempat limbah padat medis terpisah dari pengawasan konstan dan dihukum dengan
tempat limbah padat non medis. pengadaan denda, jika setiap plastik sekali
Tempat sampah medis diberi lapisan pakai atau benda tajam yang ditemukan di tas
plastik sampah medis serta limbah B3 (dalam kuning, dipaksa di cek kembali limbah
hal ini limbah medis dan B3 sementara masih mereka karena dapat mengakibatkan cedera
di gabung) warna kuning dengan logo dan pada petugas kesehatan. Penelitian Blenkarn
tulisan infeksius atau limbah infeksi. Limbah 2006, Idealnya wadah sampah individu harus
padat infeksius, patologi, sitotoksik, farmasi dibawa ke gerobak massal, oleh staf yang
dan kimia dibuang pada tempat sampah yang menggunakan pakaian kerja yang tepat yang
berwarna kuning atau bertuliskan tempat mencakup pakai celemek dan sarung tangan,
sampah medis atau limbah infeksius.

THE 5TH URECOL PROCEEDING 187 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

sarung tangan harus dibakar dan dibuang yang bersumber dari gedung baru, kemudian
pada saat penyelesaian tugas. bagian depan, laboratorium farmasi, bagian
Penelitian Alamsyah 2007, Nifas atau bagian Ibu kemudian bagian anak.
menyatakan bahwa pembuangan sampah Limbah Rumah Sakit yang terdiri dari limbah
medis kedalam kantong yang seharusnya infeksius, limbah pantologi, limbah benda
untuk sampah dapur mengakibatkan sangat tajam, limbah farmasi dan limbah sitotoksik
berbahaya, bila sampah tersebut mengandung serta limbah bahan berbahaya dan beracun.
bahan yang menular maka akan terjadi Tempat limbah padat medis terpisah dari
penularan penyakit yang tidak diinginkan. tempat limbah padat non medis.
Penelitian Hasan et al (2008) di dua Rumah Tempat sampah medis diberi lapisan
Sakit besar di Dhaka City (DMCH dan plastik sampah medis serta limbah B3 (dalam
BMCH) umumnya ditemukan bahwa hal ini limbah medis dan B3 sementara masih
pembuang limbah ke dalam keranjang tanpa di gabung) warna kuning dengan logo dan
dipisahkan. Perilaku Ini menimbulkan risiko tulisan infeksius atau limbah infeksi. Limbah
kesehatan yang serius kepada para petugas padat infeksius, patologi, sitotoksik, farmasi
penanganan limbah, untuk para pemulung di dan kimia dibuang pada tempat sampah yang
tempat pembuangan dan kepada masyarakat berwarna kuning atau bertuliskan tempat
pada umumnya. Konsekuensi dari praktek ini sampah medis atau limbah infeksius.
yaitu mencemari air permukaan dan air tanah Kantong plastik diangkat setiap hari atau bila
sumber daya di sekitar tempat pembuangan. sudah penuh terisi limbah. Kantong plastik
Francisco and Casaday (1991) cit Coronel kuning tersebut diikat kemudian dimasukkan
(2002) memaparkan bahwa limbah medis kedalam wadah sementara pengangkut secara
yang tidak diolah dapat menyebabkan tertutup. Limbah jarum suntik dimasukkan
pencemaran lingkungan yang menyebabkan kedalam box warna kuning, yang proses
masalah estetika dan mungkin menjadi pergantiannya atau jika sudah penuh
pembicaraan di media. langsung pada saat PPL mengambil limbah
Insinerator yang dirancang dengan baik jarum suntik, sekaligus mengganti dengan
benar-benar harus membakar sampah dengan safety box yang baru.
meninggalkan sisa dalam bentuk abu dan Benda-benda tajam (jarum suntik)
harus dilengkapi dengan scrubber untuk ditampung pada tempat khusus (safety box).
menjebak polutan udara beracun yang Setelah semua limbah padat medis diangkut,
dilepaskan (Ali, et al, 2010). (Akter et al 2002 kemudian dibawa ke Tempat Penampungan
cit Phengxay et al 2005) menyatakan jika Sementara (TPS), yang berada di belakang
limbah yang dibuang tanpa pengolahan awal Rumah Sakit. Proses selanjutnya dilakukan
(masih tersimpan zat kimia, disinfeksi, pemusnahan dengan cara membakar, yang
otoklaf uap) dan tidak sempurna dibakar, dilakukan oleh pihak ke-tiga (PT Arah
maka masih mungkin mengandung Environmental) untuk limbah bahan
mikroorganisme yang berpotensi berbahaya dan beracun (B3) selanjutnya
membahayakan. dimasukkan kedalam Box mobil tertutup,
3.2.2. Pengolahan Limbah Bahan yang mana sebelumnya dilakukan
Berbahaya dan Beracun di Rumah Sakit penimbangan untuk mengetahui berat.
Swasta Kota Jogja. Perlakuan ini dilaksanakan dikarenakan
Pada pukul 06.00 WIB dan 13.00 WIB, Rumah Sakit Swasta Kota Jogja yang dekat
serta pukul 20.00 petugas pengelolaan limbah dengan pusat keramaian dan pemukiman
(PPL) mempersiapkan alat pelindung diri penduduk, tidak dimungkinkan untuk
(APD), mulai dari masker, sarung tangan, melakukan pembakaran dengan
apron, baju dan celana, sepatu, serta menggunakan incinerator.
mempersiapkan container atau wadah Kementerian Sekertaris Negara dalam
sementara untuk nanti dibawa ke TPS Rumah Peraturan Pemerintah Nomor 01 Tahun 2014
Sakit. menyatakan Setiap Orang yang
Proses selanjutnya yaitu dimulai Pada menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan
pukul 06.10 WIB dan 13.10 WIB, serta pukul Penyimpanan Limbah B3. Setiyono (2001),
20.10, pengangkutan limbah medis padat Dampak yang ditimbulkan oleh limbah B3

THE 5TH URECOL PROCEEDING 188 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

yang dibuang langsung ke lingkungan sangat dikarenakan di Rumah Sakit Swasta Kota
besar dan dapat bersifat akumulatif, sehingga Jogja belum mempunyai Insinerator, sebab
dampak tersebut akan berantai mengikuti posisi di Rumah Sakit Swasta Kota Jogja
proses pengangkutan (sirkulasi) bahan dan yang berada di Kota dan berhimpitan dengan
jaring-jaring rantai makanan. Untuk perumahan warga dan perkatoran sehingga
mencapai sasaran dalam pengelolaan limbah sangat menggangu jika proses pembakaran
perlu di buat dan diterapkan suatu sistem atau pemusnahan dilakukan.
pengelolaan yang baik, terutama pada sektor-
sektor kegiatan yang sangat berpotensi KESIMPULAN DAN SARAN
menghasilkan limbah B3. Salah satu sektor 3.2. HASIL
kegiatan yang sangat berpotensi
menghasilkan limbah B3 adalah sektor Penelitian ini menunjukkan sebuah
industri. Sampai saat ini sektor industri kasus tentang pengelolaan limbah padat
merupakan salah satu penyumbang bahan Rumah Sakit. hasil penelitian menunjukkan
pencemar yang terbesar di kota-kota besar di bukti sebagai berikut:
Indonesia yang mengandalkan kegiatan Rumah Sakit Swasta Kota Jogja sudah
perekonomiannya dari industri. Untuk mempunyai Standart Operating Procedure
menghindari terjadinya pencemaran yang (SOP) yang mengacu pada mengacu pada
ditimbulkan dari sektor industri, maka Keputusan Menteri Kesehatan Republik
diperlukan suatu sistem yang baik untuk Indonesia Nomor
melakukan pengawasan dan pengelolaan 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
limbah industri, terutama limbah B3-nya. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
3.2.3 Pembuangan Limbah Padat di Sakit. Pengolahan limbah padat medis
Rumah Sakit Swasta Kota Jogja Rumah Sakit Swasta Kota Jogja kurang
Pembuangan limbah padat non-medis efektif dikarenakan belum mempunyai
yang dilakukan Rumah Sakit Swasta Kota Insinerator, serta menyerahkan proses
Jogja dilakukan oleh petugas, di taruh pada pembakarannya limbah infeksius oleh pihak
tempat peampungan sementara yang ke-tiga (PT Jasa medivest), ssedangkan
kemudian diangkut oleh mobil ke TPST limbah B3 oleh pihak ke-tiga (PT Arah).
Piyungan. Sedangkan untuk limbah padat Pengolahan limbah bahan berbahaya
medis dan limbah bahan berbahaya dan dan beracun di Rumah Sakit Swasta Kota
beracun, bahwa pengolahan limbah padat Jogja harus diperbaiki dikarenakan Proses
medis yang dilakukan di Rumah Sakit Swasta pembakaran limbah Infeksius dilakukan oleh
Kota Jogja masih perlu diperbaiki dan di pihak ke-tiga yaitu PT Jasa medivest
sempurnakan. Kementerian Sekertaris sedangkan limbah B3 dilakukan oleh pihak
Negara dalam Peraturan Pemerintah Nomor ke-tiga yaitu PT Arah. Hal ini dikarenakan
18 Tahun 1999 menyatakan Setiap orang posisi di Rumah Sakit Swasta Kota Jogja
yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang berada di Kota dan berhimpitan dengan
yang menggunakan bahan berbahaya dan perumahan warga dan perkatoran sehingga
beracun dan/atau menghasilkan limbah B3 sangat menggangu jika proses pembakaran
wajib melakukan reduksi limbah B3, limbah dilakukan.
mengolah limbah B3 dan/atau menimbun 3.3. SARAN
limbah B3. Setiap orang yang menghasilkan Perlunya penyempurnaan Standar
limbah B3 wajib mengolah limbah B3 yang Operating Prosedur dari proses pengolahan
dihasilkannya sesuai dengan teknologi yang limbah Rumah Sakit Swasta Kota Jogja.
ada dan jika tidak mampu diolah di dalam Perlu adanya petunujuk pelaksanan dan
negeri dapat diekspor ke negara lain yang petunjuk teknis terkait pengelolaan limbah di
memiliki teknologi pengolahan limbah B3. Rumah Sakit Swasta Kota Jogja. Perlunya
Proses pembakaran limbah Infeksius penyempurnaan proses pengelolaan limbah
dilakukan oleh pihak ke-tiga yaitu PT Jasa Rumah Sakit Swasta Kota Jogja.
medivest sedangkan limbah B3 dilakukan
oleh pihak ke-tiga yaitu PT Arah. Hal ini

THE 5TH URECOL PROCEEDING 189 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Bangladesh. BMC Public Health.


8:36 doi:10.1186/1471-2458-8-36
REFERENSI
Joglosemar, (2009) 64% RS Khusus Tak
Adisasmito. (2008) Audit Lingkungan Rumah Kelola Limbah. Rabu, 18/11/2009.
Sakit. Raja Grapindo Persada. [Internet]. Tersedia dalam:
Jakarta http://joglosemar.co.id/joglosemar-
Alamsyah, B., (2007) Pengelolaan Limbah di cetak/2009/IPTEK/index.html.
Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang Maulana, M., (2011) Manajemen
untuk Memenuhi Baku Mutu Pengolahan Limbah Rumah Sakit
Lingkungan. Tesis, UNDIP.
Jogja. Tesis, UGM. Yogyakarta
Semarang.
Ali, G., Nitivattananon, V., Molla, N, A., & Notoatmodjo, S., (2005) Metodologi
Hussain, A. (2010) Waste Penelitian Kesehatan. Cetakan
Management: A Case of Thammasat Ketiga. PT Rineka Cipta. Jakarta
Hospital, Thailand. World Academy
Phengxay, S., Okumura, J., Miyoshi, M.,
of Science, Engineering and
Technology. Vol 64 Sakisaka, K., & Kuroiwa, C. (2005)
Health-care waste management in
Blenkharn, J, I. (2006) Potential compromise Lao PDR: a case study. Waste
of hospital hygiene by clinical waste Management Research. 23: 571–581
carts. Journal of Hospital Infection.
Vol 63, 423e427 Rao, L, C, S., Ranyal, W, C, R., Bhatia, L, C,
S., & Sharma, L, C, V. (2004)
Coronel, B., Duroselley, P., Behry, H., Biomedical Waste Management : An
Moskovtchenko, J, F., & Freneyy, J. Infrastructural Survey of Hospitals.
(2002) In situ decontamination of Contemporary Issue. MJAFI; 60 :
medical wastes using oxidative 379-382
agents: a 16-month study in a
Setiyono., 2001, Dasar hukum Pengelolaan
polyvalent intensive care unit.
Journal of Hospital Infection. Vol Limbah Bahan Berbahaya dan
50: 207±212 Beracun : Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol.2, No. 1, Januari
Departemen Kesehatan., (2004) Nomor: 2001 : 72-77
1204/MENKES/SK/X/2004.
World Health Organization., (2005)
Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Pengelolaan Limbah Aman Layanan
Rumah Sakit. Dirjen PPM&PL
Depkes RI. Jakarta. Kesehatan. Cetakan Pertama. EGC.
Jakarta
Kementerian Lingkungan Hidup., (2014)
Peraturan Pemerintah. RI. Nomor.
101 Tahun 2014. Tentang
Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Kementerian Sekertaris Negara., (1999)
Peraturan Pemerintah. RI. Nomor. 18
Tahun 1999. Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Hasan, M, M., Ahmed, S, A., Rahman, K, A.,
& Biswas, T, K. (2008) Pattern of
Medical Waste Management:
Existing Scenario in Dhaka City,

THE 5TH URECOL PROCEEDING 190 ISBN 978-979-3812-42-7

Anda mungkin juga menyukai