Anda di halaman 1dari 13

ETIKA PROFESI DAN UNDANG-UNDANG

KASUS KAJIAN ETIKA

Dosen Pengampu
Dra. Pudiastuti. RSP, MM, Apt

Disusun Oleh:
Kelompok B4
Oksela Budi Setyarti (1820364053)
Pelangi Baidara Ruhuy Liseptin (1820364054)
Putu Widya Cahyani (1820364055)
Rahayu Setyowati (1820364056)
Rasyid Dananjaya (1820364057)

PROGRAM PROFESI APOTEKER XXXVI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana kesehatan juga menunjang tercapainya kesehatan yang optimal
dalam masyarakat. Salah satu sarana kesehatan yang penting adalah apotek
yang merupakan tempat menyalurkan obat atau alat – alat kesehatan secara
langsung kepada masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002, Apotek adalah sarana kesehatan, tempat
pengabdian profesi seorang apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan kefarmasian kepada masyarakat.
Apotek sebagai unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat hendaklah menyediakan dan menyalurkan obat – obatan dan
alat – alat kesehatan tersebut secara merata dengan harga terjangkau oleh
masyarakat serta mutu yang terjamin.
Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Berdasarkan peraturan
pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009, pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Adanya paradigma baru mengenai konsep pelayanan
kefarmasian yang pada masa sebelumnya hanya terfokus pada pengolaan
obat (drug oriented) sekarang ini telah beralih menjadi pelayanan yang
bersifat patient-oriented yaitu pelayanan menyeluruh terhadap pasien
melalui kegiatan Pharmaceutical Care. Pharmaceutical Care atau yang
disebut juga Asuhan Kefarmasian bertujuan untuk memastikan pasien
mendapat terapi obat rasional (aman, tepat, dan cost effective) serta
memastikan bahwa terapi yang diberikan adalah yang diinginkan pasien,

1
dengan tujuan akhir untuk memperoleh outcome yang dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Menyadari pentingnya peranan seorang Apoteker yang professional
yang memiliki landasan praktik profesi yaitu ilmu kefarmasian,hukum dan
etika profesi yang mutlak dibutuhkan dalam usaha untuk meningkatkan
upaya kesehatan di tengah masyarakat, maka sebagai seorang Apoteker
harus memiliki bekal ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang cukup di
bidang kefarmasian baik dalam teori maupun praktek. Dalam pengabdian
profesinya seorang apoteker harus berpedoman pada satu ikatan moral
yaitu kode etik apoteker terdiri dari kewajiban umum, kewajiban terhadap
masyarakat, kewajiban terhadap apoteker lain (sejawat) dan kewajiban
terhadap tenaga kesehatan lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari etika profesi?
2. Apa definisi dari profesi Apoteker?
3. Apa saja kode etik profesi Apoteker?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari etika profesi
2. Mengetahui definisi dari profesi Apoteker
3. Mengetahui kode etik profesi Apoteker

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Etika
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa
Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga
adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan
yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Etika dan moral dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu
moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan
etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Ada dua
macam etika dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia:
1. Etika Deskriptif
Etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap
yang mau diambil.
2. Etika Normatif
Etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan.
B. Pengertian Profesi
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi”
selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh
seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut

3
profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini
mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi
tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu
persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus
untuk itu. Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah
dimengerti oleh masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti
menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi
sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus
dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan
tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus
diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa
pekerjaan dan profesi adalah sama. Secara umum ada beberapa ciri atau
sifat pada profesi, yaitu:
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman
yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat.
C. Pengertian Etika Profesi
Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan
pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat. Kode etik profesi adalah sistem norma,
nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa
yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan
kode etik yaitu agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada

4
pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak professional. Prinsip dasar di dalam etika profesi
yaitu:
1. Tanggung jawab
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan.
3. Prinsip ini menuntut untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
4. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa
profesionalnya, kompetensi dan ketekunan.
5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi
profesi.
6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi.
D. Profesi Apoteker
Apoteker adalah suatu profesi dibidang Kesehatan, apoteker dapat
dikatakan sebagai pekerjaan kefarmasian yang diperoleh dari suatu negara
sebagai otoritas keahlian sehingga perlu adanya sumpah dalam hal
profesionalitas. Seorang apoteker sebelum menjalankan praktek profesinya
harus mengucapkan sumpah/janji (PP No.20/ 1962). Selanjutnya
meregistrasikan diri kepada pemerintah melalui Departemen Kesehatan,
serta mendapatkan Surat Izin Kerja, barulah yang bersangkutan sah untuk
berpraktek di seluruh wilayah Indonesia.
E. Ciri- Ciri Profesi Apoteker
1. Memiliki tubuh pengetahuan kefarmasian yang berbatas jelas
2. Pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi
farmasi.
3. Memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang profesi
Apoteker.

5
4. Memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat
otonom yakni IAI
5. Memberlakukan kode etik Apoteker.
6. Memiliki motivasi altruistic dalam memberikan pelayanan
kefarmasian.
7. Proses pembelajaran seumur hidup.
8. Mendapat jasa profesi.
F. Kode Etik Apoteker
MUKADIMAH
Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya
serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan
bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa. Apoteker di dalam
pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang
teguh kepada sumpah/janji Apoteker. Menyadari akan hal tersebut
Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan
moral yaitu :
BAB I - KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah / Janji Apoteker.
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati
dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

6
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi
orang lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang
farmasi pada khususnya.

BAB II - KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN


Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien
dan melindungi makhluk hidup insani.

BAB III - KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN


SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana
ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati
untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

7
meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam
memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal
rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

BAB IV - KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT


PETUGAS KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau
perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain.

BAB V - PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan
kode etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya
sehari-hari.

Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar
atau tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib
mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi
farmasi yang menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 08 Desember 2009

8
BAB III
KASUS dan PEMBAHASAN
KASUS 2
Pada hari libur Apotik X tutup karena tanggal merah, sehingga Apoteker dan TTK
tidak datang ke Apotik. Oleh Istri Pemilik Sarana Apotik (PSA) dibuka dan
melakukan pelayanan kefarmasian. Kemudian datang seorang laki-laki berumur
56 tahun datang ke Apotik dan menyerahkan resep dengan pasien yang sakit
angina, dan dilayani sesuai yang tertulis di dalam resep tsboleh Istri PSA ternyata
terdapat duplikasi dan dosis berlebihan. Dua hari berikutnya pasien meninggal
dunia.

KAJIAN ETIKA
1. Kajian Normatif
a. PSA Salah, karena PSA tetap melakukan pelayanan kefarmasian yaitu
penyerahan obat resep tanpa sepengetahuan Apoteker
b. Apoteker Salah, Hal ini jelas bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah 25 Tahun 1980 yang menyatakan bahwa, salah satu tugas
atau fungsi Apotek adalah tempat pengabdian profesi seorang
Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, oleh karena itu
apotek yang pada waktu buka tidak ada apotekernya melanggar
ketentuan ini.
c. Apoteker Salah, karena Apoteker sebelumnya belum melakukan
konfirmasi dan perjanjian, apabila Apoteker tidak ada di Apotik maka
Apotik harus tutup atau tidak bisa melakukan pelayanan kefarmasian.

Kesimpulan : Apoteker Harus Bertanggungjawab

2. Kajian Deskriptif
a. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia menjelaskan
bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau

9
jasa; hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan
barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila
barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya.  Sehingga Apoteker
dan PSA bersalah
b. Seorang Apoteker bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
apotek yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik
modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek.  Sehingga
Apoteker bertanggungjawab atas Apotek dan Manajemen di
Apoteknya.
c. Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus
memenuhinya dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab. Jika
apoteker bersalah tidak memenuhi kewajiban itu, menjadi alasan
baginya untuk dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian
yang timbul sehubungan dengan tidak dipenuhinya kewajiban itu,
artinya apoteker harus bertanggung jawab secara hukum atas
kesalahan atau kelalaiannya dalam menjalankan kewajibannya. 
Sehingga, Apabila Apoteker dituntut oleh keluarga korban
(konsumen) maka Apoteker harus bertanggungjawab

Kesimpulan : Apoteker harus bertanggungjawab

3. Kajian Konseptual
a. Apabila keluarga korban menuntut maka Apoteker harus
bertanggungjawab
b. Apabila Apoteker mengelak karena kejadian tersebut dilakukan oleh
PSA, maka PSA dapat menjelaskan bahwa semua kegiatan yang
dilakukan Apotek adalah tanggungjawab Apoteker, kecuali
sebelumnya telah terjadi kesepakatan antar Apoteker dengan PSA.

10
c. Apabila dalam menjalankan profesinya tenaga kesehatan (Apoteker)
diduga melakukan kelalaian, maka kelalaian tersebut harus
diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

Kesimpulan : Apoteker harus bertanggungjawab dan melakukan


mediasi kepada pihak korban terlebih dahulu

KESIMPULAN
1. Seorang Apoteker bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek
yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika
bekerja sama dengan pemilik sarana apotek.
2. Seorang Apoteker harus melakukan sejumlah perjanjian tertulis dan bersifat
resmi kepada PSA terhadap segala macam bentuk kegiatan pelayanan di
Apotik. Selain itu perjanjian yang dilakukan merupakan hak Apoteker untuk
menghindari kejadian yang tidak diinginkan di Apotik.
3. Apabila dalam menjalankan profesinya tenaga kesehatan (Apoteker) diduga
melakukan kelalaian, maka kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih
dahulu melalui mediasi untuk meminimalisir permasalahan yang lebih besar
sampai ke ranah hukum.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Kode Etik dan Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia, Jakarta: Majelis
Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat Ikatan Apoteker Indonesia,
2015
Anonim, Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient
Safety), Jakarta :Departemen Kesehatan RI, 2008
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2009, Kode Etik Apoteker Indonesia dan
Implementasi-Jabaran Kode Etik, Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai