Dari data diatas terdapat 49 pasien pulang dari Bangsal Penyakit dalam
dengan 32 pasien yang memperoleh terapi Antibiotika diketahui bahwa
penggunaan antibiotik di Bangsal penyakit dalam RSMS pada kategori 0
berjumlah 17 artinya dari 32 pasien terdapat 17 kasus yang menggunakan
antibiotik secara tepat atau bijak.
Kategori II A tidak terdapat kasus, artinya tidak ada penggunaan
antibiotik tidak tepat dosis. Kategori II B tidak terdapat kasus, artinya tidak ada
penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian. Kategori II C tidak terdapat
kasus, artinya tidak ada penggunaan antibiotik tidak tepat cara atau rute
pemberian.
Kategori III A berjumlah 1 artinya dari 32 pasien terdapat 1 kasus yang
pemberian antibiotik terlalu lama. Kategori III B tidak terdapat kasus, artinya
tidak ada pemberian antibiotik terlalu singkat.
Kategori IV A berjumlah 2 artinya dari 32 pasien terdapat 2 kasus,
penggunaan antibiotik yang tidak tepat karena ada antibiotik lain yang lebih
efektif. Peresepan antibiotik termasuk dalam kategori IVA apabila antibiotik yang
dipilih memiliki efektifitas rendah dan ada pilihan antibiotik lain yang lebih efektif
untuk dijadikan sebagai pilihan terapi. Kategori IV B tidak terdapat kasus, artinya
tidak ada penggunaan antibiotik lain yang kurang toksik atau lebih aman. Kategori
IV C tidak terdapat kasus yang menggunakan antibiotik lain yang lebih murah.
Kategori IV D tidak terdapat kasus yang menggunakan antibiotik lain yang
spektrum anti bakterinya lebih sempit.
Kategori V berjumlah 12 artinya dari 49 pasien terdapat 12 kasus yang
menggunakan antibiotik yang tidak ada indikasi penggunaannya. Kategori
pengobatan tanpa indikasi. Pengobatan tanpa indikasi yang dimaksud adalah
pemberian antibiotik saat tidak menunjukkan adanya infeksi. Kategori VI tidak
terdapat kasus antibiotik dari data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat
dievaluasi. Berikut gambar hasil persentase penggunaan antibiotik di Bangsal
Cendana.
Persentase metode Gyssens
60.00% 53.12%
50.00%
37.50%
Persentase
40.00%
30.00%
20.00%
10.00% 6.25%
3.12%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0.00%
0 1 2a 2b 2c 3a 3b 4a 4b 4c 4d 5 6
Kategori
DDD
LEVOFLOXAXIN 2.34
METRONIDAZOL PO 0.50
METRONIDAZOL IV 1.00
STREPTOMYCIN 1.00
AZITROMICYN 4.01
MOXIFLOXAXIN 3.68
AMPICILLIN 0.17
PIPEMIDIC ACID 5.35
CEFIXIME 4.50
CEFTRIAXONE 30.27
Dari data pada tabel diatas terlihat bahwa penggunaan antibiotik paling
sering adalah Ceftriaxone dengan nilai 30,27 % dibandingkan dengan penggunaan
antibotik lain seperti Cefixim dengan nilai 4,5 %, Pipemidic Acid 5,35 %,
Ampicillin 0,7 %, Moxifloxaxin 3,68 %, Azithromycin 4,01%, Streptomycin 1%,
Metronidazole iv 1%, Metronidazole po 0,5 dan Levofloxaxin 2,34 %.
C. Evaluasi Penggunaan Antibiotik secara Kualitatif dengan Metode
Gyssens di Bangsal Perawatan Bedah
Data didapatkan atau dikumpulkan secara prospektif dari catatan rekam
medis pasien pulang kemudian dicatat pada format yang telah disediakan.
Berdasarkan hasil penelitian di Bangsal Bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
didapatkan jumlah sampel sebanyak 39 pasien yang mendapatkan terapi
antibiotik, selanjutnya diolah dan didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Data Diagnosa Pasien di Bangsal Bedah
Diagnosa Tindakan bedah Jumlah
Removal of fraktur plate Removal plate 1
Infeksi gigi Surgical extraction of tooth 3
Wasir Hemmprrhoids hemmorhoidectomy NOS 1
Open wound of other of Debridement dan rekonstruksi flap 1
head
Chronik tonsillitis Tonsillectomy without adenoidectomy 1
Fracture of mandible Reduction of facial fracture 2
Gangren fulcar - 1
Bibir sumbing unilateral Labioplasti 1
Mechanical Complication 1
Ventricula Intracranial
Osteoathritis Blok saraf tepi 1
CKD stage 5 Hemodyalisis 1
Injury Of Spleen dan Laparatomi splenektomi 1
Anemia
Gangren, Amputasi Amputasi below knee sinistra 1
Fracture Of skull and Other surgical extraction of tooth 1
Facial Bons Parts
Unspecified
Entropion and Triachiasis -
Of Eyetid
Other Diseases Of Vocal -
Cords
Abses Cellulitis et Other surgical extraction of tooth 1
Submandibula + Impact 38
Brain, Infrateritorial - 1
Closed frakture of lower Reposisi gips 1
end of humerus
Senile cataract -
Impacted teeth Odontektomi 1
Infection following Nonexcisional debridement of wound, 1
aprocedure infection or burn
Hernia Scrotalis Hernioraphy 1
Neoplasm of uncertain or Endoscopy dan biopsi massa nasal 2
unknwn behaviour of other
specified sites
Brain, supratentorial Konservatif, hcts kontras (+) 1
Contusio cerebri Konservatif, medikamentosa 1
Noninfective disorder of Insisi drainase abses preaurikula dextra 1
pinna
Impacted teeth Other surgical extraction of tooth 1
Fracture lower end of Reposisi gips 1
radius closed
Scrotal Varices Varicocelectomy 1
Fraktur of nasal bones - 1
Neoplasma ganas dari Endoscopy dan biopsi massa NF SIN 1
nesopharing
STT digiti II manus I, Eksisi biopsi 1
ulcer,DM
Spinal Stenosis, TBC -
ICH occipital dextra Konservatif 1
Hidrocepalus Post VP Shunt 1
Traumatic subdural Kraniotomi 1
Abses serebri Kraniotomi abses DD tumor metastase 1
CPA tumor sups. Festibular -
sichwanoma
Cerebral meningitis Kraniotomi eksisi tumor 1
Injury of nerves and spinal -
card at thorak lever
Pleura, efusion not eish Insertion of intercostal catheter for 1
where clasified drainage
Contusio cerebri dan focal Krainiotomi 1
brain injury
Comisio cerebri Kraniotomi 1
Spinal stenosis Konservatif, MRI lumbal (+) 1
Tindakan bedah Jumlah Presentase
Bedah orthopedi 4 9,52%
Bedah mulut 10 23,80%
Telinga hidung tenggorokan bedah kepala dan leher 5 11,90 %
Bedah saraf 8 19,04 %
Bedah umum 13 30,95%
Bedah mata 2 4,76%
Total 42
Dari data diatas terdapat 39 pasien pulang dari Bangsal Bedah dan
diketahui bahwa penggunaan antibiotik di Bangsal Bedah RSMS pada kategori 0
berjumlah 11 artinya dari 39 pasien terdapat 11 kasus yang menggunakan
antibiotik secara tepat atau bijak. Kategori I tidak terdapat kasus, artinya
penggunaan antibiotik tidak tepat waktu.
Kategori II A tidak terdapat kasus, artinya penggunakan antibiotik tidak
tepat dosis. Kategori II B tidak terdapat kasus, artinya tidak ada penggunaan
antibiotik tidak tepat interval pemberian. Kategori II C tidak terdapat kasus,
artinya tidak ada penggunaan antibiotik tidak tepat cara atau rute pemberian.
Kategori III A tidak terdapat kasus, artinya tidak ada pemberian antibiotik
terlalu lama. Kategori III B tidak terdapat kasus, artinya tidak ada pemberian
antibiotik terlalu singkat.
Pada kategori IVA berjumlah 7 artinya dari 39 pasien terdapat 7 kasus
yang menggunakan antibiotik dimana antibiotik yang digunakan belum efektif di
karenakan ada alternatif antibiotik yang lebih efektif. Kategori IV B tidak terdapat
kasus, artinya tidak ada penggunaan antibiotik lain yang kurang toksik atau lebih
aman. Kategori IV C tidak terdapat kasus yang menggunakan antibiotik lain yang
lebih murah. Kategori IV D tidak terdapat kasus yang menggunakan antibiotik
lain yang spektrum anti bakterinya lebih sempit.
Kategori V berjumlah 21 artinya dari 39 pasien terdapat 21 kasus yang
menggunakan antibiotik tidak sesuai indikasi. Kategori pengobatan tanpa indikasi.
Pengobatan tanpa indikasi yang dimaksud adalah pemberian antibiotik saat tidak
menunjukkan adanya infeksi. Kategori VI tidak ada kasus, artinya penggunaan
antibiotik dari data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat dievaluasi.
Dikarenakan pasien pulang terlalu cepat atas permintaan sendiri.
Berikut gambar hasil persentase penggunaan antibiotik di Bangsal Bedah.
Presentase Gyssens
60.00%
53.84%
50.00%
40.00%
28.20%
30.00%
17.94%
20.00%
10.00%
0.00% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0 I IIA IIB IIC IIIA IIIB IVA IVB IVC IVD V VI
Ceftriaxone IV 2 13 6,56
Cefazolin IV 3 2,65 1,33
Cefadroxil PO 2 2,5 1,26
Clindamycin PO 1,2 2,5 1,26
Cefixime 0,4 7 3,53
Cefatoxim IV 4 0,01 0,005
Amoxisilin PO 1 1,5 0,75
Gentamicin IV 0,24 1 0,5
Levofloxacin IV 0,5 4 2,02
Metronidazol IV 1,5 1,25 0,631
Ciprofloxacin PO 1 2 1,01
DDD
metronidazol iv 0.631
levofloksasin iv 2.02
ciprofloksasin po 1.01
gentamisin iv 0.5
Amoksisilin po 0.75
cefatoksim iv 0.005
cefixim po 3.53
clindamicin po 1.26
cefadroxil po 1.26
cefazolin iv 1.33
ceftriaxon iv 6.56
0 1 2 3 4 5 6 7
Mahmudah, F., Sri, A.S., Sri, H., 2016, Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan
ATC/DDD dan DU 90% di Bagian Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit
di Bandung, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Vol. 5 No. 4 hlm 293-298.
Sari, A., Indah, S., 2016, Studi Penggunaan Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di
RS. PKU Muhammadiyah Yoyakarta dengan Metode Defined Daily Dose
(DDD), Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 151-162.
Syarif, A., Estuningtyas, A., Setiawati, A., Muchtar, A., Arif, A., Bahry, B.,
Suyatna, F.D., et al., 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
The Amrin Study Group, 2005, Antimicrobial resistance, Penyakit Dalam usage
and infection control; a self assessment program for Indonesian hospitals,
Jakarta, Directorate General of Medical Care
Lampiran 2. Hasil penilaian dikategorikan berdasarkan Gyssen IC, 2005
Kategori 0 : Penggunaan antibiotik tepat/bijak
Kategori I : Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu
Kategori IIA : Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis
Kategori IIB : Penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian
Kategori IIC : Penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute pemberian
Kategori IIIA : Penggunaan antibiotik terlalu lama
Kategori IIIB : Penggunaan antibiotik terlalu singkat
Kategori IVA : Ada antibiotik lain yang lebih efektif
Kategori IVB : Ada antibiotik lain yang kurang toksik/lebih aman
Kategori IVC : Ada antibiotik lain yang lebih murah
: Ada antibiotik lain yang spektrum antibakterinya lebih
Kategori IVD
Sempit
Kategori V : Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik
: Data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat
Kategori VI
Dievaluasi
(Kemenkes,2011)
Lampiran 3. Diagram Alur Gyssens
Mulai
Y
N Stop
AB diindikasikan V
Y
Y
Alternatif Lebih Efektif IV
N a
Y
Alternatif Lebih Tidak Toksik IV
N b