Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MINGGU KE I

MONITORING FARMASI KLINIS DI BANGSAL MAWAR


RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
(CKD DENGAN SINDROM UREMIKUM MASSA INTRA ABDOMEN)

Disusun Oleh :

1. Pelangi Baidara Ruhuy Liseptin USB 1820364054

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
PERIODE 01 FEBRUARI – 30 MARET 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Chronic Kidney Disease adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible serta umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Penderita gagal ginjal memerlukan terapi pengganti ginjal yang
tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009). Gagal ginjal kronis (Chronic
Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan
uremia. Uremia adalah suatu keadaan dimana urea dan limbah nitrogen yang beredar dalam
darah yang merupakan komplikasi akibat tidak dilakukannya dialisis atau transplantasi ginjal
(Nursalam, 2006).
B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
Susceptibility Factors adalah faktor yang terkait peningkatan resiko CKD tetapi tidak
terbukti secara langsung menyebabkan CKD. Faktor-faktor ini umumnya tidak bisa
dimodifikasi dengan terapi farmakologis atau modifikasi gaya hidup
Initiation Factors faktor yang secara langsung menyebabkan CKD. Faktor-faktor ini
dimodifikasi dengan terapi farmakologis. Contoh: Hipertensi, diabetes mellitus, ISK.
Progression Factors faktor yang berakibat pada penurunan fungsi ginjal lebih cepat.
Faktor ini dapat dimodifikasi dengan terapi farmakologi atau modifikasi gaya hidup.
Sesuai rekomendasi The National kidney Foundation Kidney Disease Improving Global
Outcomes (NKF-KDIGO) tahun 2012 terdapat 5 klasifikasi CKD berdasarkan nilai GFR,
menunjukan seberapa besar fungsi ginjal yang dimiliki oleh pasien sekaligus sebagai dasar
penentuan terapi oleh dokter. Semakin parah CKD yang dialami, maka nilai GFRnya akan
semakin kecil (National Kidney Foundation, 2010).
C. PATOGENESIS
Kerusakan ginjal secara kronik menyebabkan hilangnya nefron secara ireversibel.
Akibatnya, kerja ginjal hanya ditanggung oleh nefron yang tersisa, terjadi peningkatan
tekanan filtrasi glomerolus dan hiperfiltrasi. Peningkatan tekanan yang melebihi
kemampuan nefron ini memicu terjadinya fibrosis dan sklerosis sehingga pada akhirnya
laju destruksi nefron meningkat dan mempercepat progresivitas menjadi uremia. Uremia
adalah kumpulan gejala yang terjadi bila fungsi renal yang tersisa tidak mampu memenuhi
kerjanya.
Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional
nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan
aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh
proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti
dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak
aktif lagi.
D. MANIFESTASI KLINIK
Chronic Kidney Disease biasanya merupakan penyakit tersembunyi tidak seperti
penyakit kronis lainnya seperti gagal jantung, chronic obstructive lung disease. Pada
kondisi CKD tidak memperlihatkan tanda-tanda berbahaya untuk diagnosis, hampir tidak
pernah muncul pada stage awal dan beberapa pasien mengalami prognosis yang berjalan
dengan lambat (Arici, 2014).
Gejala umum terkait dengan stadium 1 sampai 4 meliputi edema, sesak nafas,
palpitasi, kram dan nyeri otot, depresi, kecemasan, kelelahan, dan disfungsi seksual.
Tanda-tanda diantaranya :
 Kardiovaskular-pulmonal: Edema dan hipertensi yang memburuk, Bukti elektrokardiografi
hipertrofi ventrikel kiri, aritmia, hiperhomosisteinemia, dan dislipidemia
 Gastrointestinal: Penyakit refluks gastroesofagus, penurunan berat badan
 Endokrin: Hiperparatiroidisme sekunder, penurunan vitamin D aktivasi, β2-mikroglobulin
deposisi, dan asam urat
 Hematologis: Anemia CKD, defisiensi besi, dan perdarahan
 Cairan / elektrolit: Hiperon atau hiponatremia, hiperkalemia, dan asidosis metabolik
(Dipiro, 2008).
E. PENATALAKSANAAN TERAPI
Tujuan yang diharapkan dari terapi CKD adalah memperlambat perkembangan CKD,
minimalisasi perkembangan atau keparahan komplikasi. Penanganan CKD dapat dilakukan
melalui terapi farmakologi dan non-farmakologi. Strategi terapi yang digunakan dipilih
berdasarkan ada atau tidak adanya diabetes pada pasien. Terapi farmakologi untuk CKD
bergantung pada penyakit penyertanya, diantaranya:
Terapi hipertensi
 Kontrol tekanan darah yang memadai dan dapat mengurangi laju penurunan GFR dan
albuminuria pada pasien dengan atau tanpa diabetes.
 Terapi antihipertensi untuk pasien CKD dengan diabetes atau tanpa diabetes sebaiknya
diawali dengan pemberian inhibitar ACE (angiotensin-converting enzyme) atau bloker
reseptor angiotensin II. Bloker kanal kalsium nondihidropiridin biasanya digunakan sebagai
obat antiproteinuria lini kedua apabila penggunaan inhibitor ACE atau ARB tidak dapat
ditoleransi.
 Klirens inhibitor ACE menurun pada kondisi CKD, sehingga sebaiknya terapi dimulai
dengan pemberian dosis terendah yang memungkinkan diikuti dengan titrasi meningkat untuk
mencapai target tekanan darah dan sebagai tambahan, mengurangi proteinuria.
 GFR umumnya menurun 25% sampai 30% dalam 3 sampai 7 hari setelah memulai terapi
dengan ACEI karena obat golongan tersebut mengurangi tekanan intraglomerular.
Peningkatan perlahan kreatinin serum lebih dari 30% setelah inisiasi terapi dapat dapat terjadi
akibat inhibitor ACE dan penghentian penggunaan sangat disarankan. Kadar serum
potassium sebaiknya dimonitor untuk mendeteksi perkembangan hiperkalemia setelah insiasi
atau peningkatan dosis ACEI.
Dipiro 9 th Ed
Terapi anemia
Anemia pada CKD menurut KDIGO: Hemoglobin (Hb) < 13 g / dL (130 g / L; 8.07 mmol /
L) untuk pria dewasa dan kurang dari 12 g / dL (120 g / L; 7,45 mmol / L) untuk wanita
dewasa.
- Anemia yang berkaitan dengan gagal ginjal kronik ditangani dengan pemberian eritropoietin
manusia rekombinan (Epogen). Terapi eritropoietin diberikan agar pasien dapat mencapai
nilai hematokrit antara 33%-38% dan hemoglobin sekitar 12 mg/dL.
- Eritropoietin diberikan secara IV atau subkutan 3 kali seminggu pada pasien gagal ginjal
kronik. Perlu waktu 2-6 minggu sampai nilai hematokrit naik.
- Suplemen besi dapat diberikan berguna untuk memenehi persediaan besi.
Penanganan Hiperkalemia dan Asidosis Metabolik
 Kalsium glukonas 10%, 10 mL dalam waktu 10 menit intravena.
 Bikarbonas natrikus 50-150 mEq intravena dalam waktu 15-30 menit.
 Insulin dan glukosa : 6 unit insulin dan glukosa 50 g dalam waktu 1 jam.
 Kayexalate (resin pengikat kalium) 25-50 gr oral atau rektal. Jika terapi farmakologi diatas
tidak menunjukkan hasil yang signifikan, maka jalan terakhir adalah dengan melakukan
dialisis.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
- Evaluasi pembatasan diet protein :
Rekomendasi The National Kidney Foundation : asupan protein pd px dg GFR
< 25 ml/menit = 0,6 g/kg/hari
- Pembatasan diet garam
diet garam dpt meningkatkan BP, GFR, dan menurunkan aliran plasma ginjal
- Diet rendah kolesterol dan lemak
membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi.
Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolesterol dalm dinding pembuluh darah. Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar
kolesterol darah dan menurunkan berat badan bagi penderita yang
kegemukan/obesitas. Beberapa yang perlu diperhatikan dalam mengatur diet :
1. hindari penggunaan lemak hewan, margarine, mentega, terutama makanan yang
digoreng dengan minyak
2. batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya
3. batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
- Olahraga
Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah, paling tidak 30 menit/hari beberapa
hari dalam seminggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau
olahraga aerobic, jogging, jalan kaki dan menggunakan sepeda dapat menurunkan
tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat
badan (Depkes, 2006).
- Mengurangi berat badan
Terdapat hubungan antara perubahan berat badan dan perubahana tekanan darah
sekitar 25/15 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan (Suwarso, 2010).
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral. Buah yang banyak
mengandung kalium dapat menurunkan tekanan darah yang ringan. Selain itu kalium
juga untuk mengganti kehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.
- Nutrisi
- Menghindari rokok.
BAB II

REKONSILIASI

RM
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Nama : NN, NY Nomor RM :


0 2 0 8 4 5 2 1
Tanggal lahir/Umur : 06-10-1970 /49 th BB : 49 TB : 164
Ruang : Mawar
Tgl MRS : 05/02/2019 Tanggal KRS : -

REKONSILIASI OBAT
Dari : IGD tgl : 05/02/19 Ke : Mawar tgl : 06/02/2019
Nama Obat, Bentuk
Sediaan & Kekuatan Jml Aturan Dilanjutkan pada Dilanjutkan pada
No Ket
(termasuk Jamu, Obat Pakai saat rawat inap ? saat pulang ?
Supplemen, OTC, dll)
1 Infus Nacl 0,9% 20 tpm √ Ya  Tidak  Ya  Tidak
2 Inj. Ranitidin 2 x 50 mg √ Ya  Tidak  Ya  Tidak
3 Inj. Ondansentron 3 x 4 mg √ Ya  Tidak  Ya  Tidak
4 Valsartan 1 x 160 mg √ Ya  Tidak  Ya  Tidak
5 Captopril 25 mg  Ya √ Tidak  Ya  Tidak
6 Bicnat 3 x 1 cap √ Ya  Tidak  Ya  Tidak
7 Inj. ceftriaxon 2 x 1 gr √ Ya  Tidak  Ya  Tidak
8 amlodipine 1 x 10 mg √ Ya  Tidak  Ya  Tidak
9 Drip perdipin 7,5 cc/jam  Ya √ Tidak  Ya  Tidak

Obat sudah diserahkan kepada perawat/farmasi tanggal .................................... Paraf ...................


Obat sudah diserahkan kepada pasien tanggal .................................................... Paraf ...................

Petugas Rekonsiliasi

(..................................................)
PTO

RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO RM


INSTALASI FARMASI

Nama : NN, NY Nomor RM : 0 2 0 8 4 5 2 1

Tgl lahir/Umur : 6/10/1970 BB : 49 kg; TB : 150 cm; Kamar : MAWAR


(49th)
RPM :- RPD :-
DPJP : Aditya Warman, dr, Sp.PD, KGH
Diagnosis : Hypertension & Intra-Abdominal And Pelvic Swelling, Mass And Lump
Merokok :- batang/hr; Kopi :- gelas/hr; Lainnya : - Alergi : -
RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT HARIAN

Diisi oleh Apoteker yang merawat :


Parameter Penyakit / Tanggal Nilai Normal 5-2-2019 7-2-2019 8-2-2019 9-2-2019 11-2-2019 12-2-2019
Tanda Vital

Tekanan Darah (mm Hg) 120/80 219/130 170/90 170/100 130/90 170/100 100/70
Nadi (kali per menit) 60-100 x 136 x 78 x 92 x 78 x 84 x 84 x
Suhu Badan (oC) 36 37,2 36 36,7 36 37 37
Respirasi (kali per menit) 12-20 x 30 x 20 x 24 x 20 x 20 x 20 x

Nyeri perut +++ ++ ++ ++ + +


Lemas +++ ++ + + + +
KELUHAN

Mual muntah +++ ++ ++ ++ + +


Pusing +++ ++ ++ + + +
Nyeri pada benjolan +++ ++ ++ + + +
Nyeri pada kaki kanan +++ ++ ++ ++ + +

Laboratorium Rutin / Tanggal Nilai Normal 5-2-2019 7-2-2019 8-2-2019 9-2-2019 11-2-2019 12-2-2019
Hb 11,7-15,5 L 11,5
Leukosit 3600-11000 H 18130
LABORATORIUM RUTIN

MCV 80,6 80-100


MCH 26-34 L 25,4
MCHC 32-36 L 31,5
RDW 11,5-14,5 H 18,6
Eosinofil 2-4 L 0,5
Batang 3-5 L 0,7
Segmen 50-70 H 79,6
Limfosit 25-40 L 15,8
Serum darah 14,98-38,52 H 202,22
Kreatinin darah 0,55-1,02 H 11,36
Kalium 3,4-4,5 H 4,9
Terapi Aturan Pakai
Furosemid 3x1 amp √ √ √ √ √ √
PARENTERAL

Ceftriakson 2 x 1 amp - √ √ √ √ √
Ranitidin 2 x 50 mg IV - √ √ √ √ √
Ondansentron 3 x 4 mg IV - √ √ √ √ √
Valsartan 1 x 160 mg - √ √ √ √ √
Bicnat 3 x 1 tab - √ √ √ √ √
RUTE ORAL

Amlodipin 1 x 10 mg - √ √ √ √ √

Inj. D40% + Insulin 2fl + 10 unit √ - - - - -


√ √ √ √ √
I.V.F.D.

Nacl 0.9% 10 tpm


HD - √ - - - -

BB : Berat Badan; TB : Tinggi Badan; RPM : Riwayat Penyakit saat MRS; RPD : Riwayat Penyakit Dahulu
SOAP

RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO RM


INSTALASI FARMASI
Nama : NENOH, NY Nomor RM :
0 2 0 8 4 5 2 1
Tgl lahir/Umur : 02-10-1970/49 th
BB : 49 kg; TB : 150 cm; Kamar : MAWAR
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (2)
Tanggal Asuhan Kefarmasian
& Jam
Subjektif Objektif Assessment (DRP) Planning
5-2-2019 Pasien post pingsan TD : 219/130 mmHg 1. Pasien mengalami mual 1. Rekomendasi pemberian obat
dirumah, HR : 136x/menit muntah dan terapi belum golongan H2-blocker (Ranitidin
ditemukan tidak Suhu : 37,2°C diberikan 2x150 mg) dan antiemetik
sadar, mual muntah RR : 30x/menit 2. Pasien mengalami nyeri (ondansetron 3x4 mg)
setiap makan Hb : 11,5 mg/dl sehingga perlu tambahan 2. Rekomendasi pemberian obat
minum, terdapat Leukosit : 18130 U/L terapi golongan analgesik untuk
benjolan di perut Serum darah : 202,22 mg/dl 3. Potensi ESO dari meredakan nyeri
sampai selakangan Kreatinin : 11,36 mg/dl furosemid: hipokalemia 3. Monitoring tanda-tanda vital
Kalium : 4,9 mEq/L (TD, HR, RR), elektrolit rutin
kalium, ureum, dan kreatinin
Obat: darah post HD; hb; leukosit.
Inj furosemid
Inj D40% 2 fl + insulin 10
unit

7-2-2019 Nyeri perut, TD : 170/90 mmHg 1. Indikasi keluhan nyeri di 1. Rekomendasi pemberian
pusing, HR : 78x/menit kaki belum teratasi tramadol 2x50 mg prn nyeri
lemas,mual, Suhu : 36°C 2. pemberian Inj ranitidin 2. Rekomendasi adjument dose inj
terdapat benjolan di RR : 20x/menit 2x1 ampul pada Clcr 4,73 ranitidine 1x50 mg
perut, sesak nafas ml/menit belum sesuai 3. Monitoring tanda-tanda vital
berkurang, nyeri di Obat : 3. Potensi interaksi obat (TD, HR, RR), elektrolit rutin
kaki kanan dan Infus Nacl 0,9% 10 tpm furosemide+valsartan kalium, ureum, dan kreatinin
bengkak Inj ceftriakson 2x1 (imbalance kalium) darah post HD; hb; leukosit.
Inj ranitidin 2x50 mg
Inj ondansentron 3x4 mg
Valsartan 1x160 mg
Furosemid 1 amp/8 jam
Bicnat 3x1
Amlodipine 1x10 mg
HD
8-2-2019 Pusing berkurang, TD : 170/100 mmHg 1. Indikasi keluhan nyeri di 1. Rekomendasi pemberian
mual, sesak nafas HR : 92x/menit kaki belum teratasi tramadol 2x50 mg prn nyeri
berkurang, nyeri di Suhu : 36,7°C 2. Potensi interaksi obat 2. Monitoring tanda-tanda vital
kaki kanan dan RR : 24x/menit furosemide+valsartan (TD, HR, RR), elektrolit rutin
bengkak (imbalance kalium) kalium, ureum, dan kreatinin
Obat: darah post HD; hb; leukosit.
Infus Nacl 0,9% 10 tpm
Inj ceftriakson 2x1
Inj ranitidin 2x50 mg
Inj ondansentron 3x4 mg
Valsartan 1x160 mg
Furosemid 1 amp/8 jam
Bicnat 3x1
Amlodipine 1x10 mg
9-2-2019 Tidak pusing, TD : 110/70 mmHg 1. Indikasi keluhan nyeri di 1. Rekomendasi pemberian
mual, tidak sesak HR : 82x/menit kaki belum teratasi tramadol 2x50 mg prn nyeri
nafas, nyeri di kaki Suhu : 36,6°C 2. Potensi interaksi obat 3. Monitoring tanda-tanda vital
kanan dan bengkak, RR : 20x/menit furosemide+valsartan (TD, HR, RR), elektrolit rutin
bab dan urinasi (imbalance kalium) kalium, ureum, dan kreatinin
sedikit Obat: darah post HD; hb; leukosit.
Infus Nacl 0,9% 10 tpm
Inj ceftriakson 2x1
Inj ranitidin 2x50 mg
Inj ondansentron 3x4 mg
Valsartan 1x160 mg
Furosemid 1 amp/8 jam
Bicnat 3x1
Amlodipine 1x10 mg
11-2-2019 Nyeri kaki sebelah TD : 170/100 mmHg 1. Indikasi keluhan kaki 1. Rekomendasi pemberian
kanan, mual, HR : 84x/menit nyeri belum teratasi tramadol 2x50 mg prn nyeri
pusing, lemas, Suhu : 37°C 2. Potensi interaksi obat 3. Monitoring tanda-tanda vital
terdapat benjolan di RR : 20x/menit furosemide+valsartan (TD, HR, RR), elektrolit rutin
perut (imbalance kalium) kalium, ureum, dan kreatinin
Obat: darah post HD; hb; leukosit.
Infus Nacl 0,9% 10 tpm
Inj ceftriakson 2x1
Inj ranitidin 2x50 mg
Inj ondansentron 3x4 mg
Valsartan 1x160 mg
Furosemid 1 amp/8 jam
Bicnat 3x1
Amlodipine 1x10 mg
12-2-2019 Mual muntah, TD : 100/70 mmHg 1. Indikasi keluhan kaki 1. Rekomendasi pemberian
terdapat benjolan di HR : 78x/menit nyeri belum teratasi tramadol 2x50 mg prn nyeri
perut, nyeri pada Suhu : 37°C 2. Potensi interaksi obat 3. Monitoring tanda-tanda vital
kaki kanan RR : 20x/menit furosemide+valsartan (TD, HR, RR), elektrolit rutin
(imbalance kalium) kalium, ureum, dan kreatinin
Obat: darah post HD; hb; leukosit.
Infus Nacl 0,9% 10 tpm
Inj ceftriakson 2x1
Inj ranitidin 2x50 mg
Inj ondansentron 3x4 mg
Valsartan 1x160 mg
Furosemid 1 amp/8 jam
Bicnat 3x1
Amlodipine 1x10 mg
BAB III
PEMBAHASAN

NY. NN pada tanggal 05 Februari 2019 datang ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo dengan keluhan pasien pasca pingsan dirumah, di temukan tidak sadar, mual dan
muntah setiap makan dan minum, setiba di IGD pasien sadarkan diri dan terdapat benjolan di
bagian perut sampai selakangan. Tanda-tanda vital pasien pada saat masuk IGD antara lain
tekanan darah 219/130 mmHg, nadi 136 kali/menit, suhu badan 37,2°C, laju pernafasan 30
kali/menit, pasien tersebut mendapatkan obat Inj furosemid dan Inj D40% 2 fl + insulin 10
unit di IGD guna untuk indikasi hiperkalemia, insulin dengan kerja memindahkan/
memasukkan kalium ke dalam sel dan D40% untuk menggantikan kadar gula agar tidak
terjadi hipoglikemik karena insulin. Dokter kemudian menyarankan pasien untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut, sehingga pasien dipindahkan ke Bangsal Mawar. Data
pemeriksaan laboratorium antara lain Hb : 11,5 mg/dl, Leukosit : 18130 U/L, Serum darah :
202,22 mg/dl, Kreatinin : 11,36 mg/dl, Kalium : 4,9 mEq/L.
Pasien dengan gagal ginjal sering mengalami gejala klinis yang berkaitan dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, anemia, malnutrisi, dan gangguan gastrointestinal.
Salah satu dari komplikasi gagal ginjal tersebut adalah Sindrom uremikum yaitu kelainan
otak organik yang terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut maupun kronik. Biasanya
dengan nilai kadar creatinine clearance menurun dan tetap di bawah 15 mL/mnt. Creatinine
clearance berdasarkan hasil perhitungan pada pasien ini adalah sebesar 4,63 mL/mnt.
Di awal masuk ruang perawatan, pasien mengeluhkan nyeri perut, pusing,
lemas,mual, terdapat benjolan di perut, sesak nafas, nyeri di kaki kanan dan bengkak. Obat
yang dapat diberikan kepada pasien pada saat diruang perawatan bangsal Mawar pada tanggal
07 februari 2019 diantaranya; IVFD Nacl 0,9% 10 tpm, Inj ceftriakson 2x1, Inj ranitidin 2x50
mg, Inj ondansentron 3x4 mg, Valsartan 1x160 mg, Furosemid 1 amp/8 jam, Bicnat 3x1,
Amlodipine 1x10 mg dan HD 1x; HD 3 jam QB UFG 1-2 L Heparin standar ko bedah umum.
Setelah dilakukan Assesment didapatkan indikasi keluhan nyeri di kaki belum teratasi,
pemberian Inj ranitidin 2x1 ampul pada Clcr 4,63 ml/menit belum sesuai, Potensi interaksi
obat furosemide+valsartan (imbalance kalium). Sehingga direkomendasikan pemberian
tramadol 2x50 mg prn untuk mengatasi nyeri, rekomendasi adjument dose inj ranitidine
menjadi 1x50 mg, dan melakukan monitoring tanda-tanda vital (TD, HR, RR), elektrolit rutin
kalium, ureum, dan kreatinin darah post HD; hb; leukosit.
Pada tanggal 08 februari 2019 pasien mengeluhkan Pusing berkurang, mual, sesak
nafas berkurang, nyeri di kaki kanan dan bengkak, dengan tanda-tanda vital TD : 170/100
mmHg, HR : 92x/menit, Suhu : 36,7°C, RR : 24x/menit. Dari terapi yang diberikan pada hari
sebelumnya masih terdapat Indikasi keluhan nyeri di kaki belum teratasi, dan tetap
direkomendasikan pemberian tramadol 2x50 mg prn nyeri dan tetap dilakukan monitoring.
Pemilihan analgesic yang diberikan tramadol karena skala nyeri pada pasien ini adalah 6 dan
merupakan obat yang paling aman dengan minim kemungkinan interaksi yang terjadi.
Data subjektif pasien pada tanggal 09 februari 2019 hingga 12 februari keluhan
berangsur membaik tidak pusing, mual, tidak sesak nafas, nyeri di kaki kanan dan bengkak,
bab dan urinasi sedikit, dengan data lab TD pada tgl 12 februari 100/70 mmHg dengan
indikasi keluhan nyeri di kaki pasien masih belum teratasi dan terjadi potensi interaksi obat
pada terapi hipertensi yaitu furosemide+valsartan (imbalance kalium), dan potensi ESO
hipotensi karena tekanan darah pasien sudah normal pada hari ke-4 pasien dirawat diruang
perawatan Mawar.
Pemberian cairan infus Nacl 0,9% dengan dosis 10 tpm berdasarkan perhitungan
sudah sesuai dengan manajemen cairan pasien CKD dengan kebutuhan elektrolit natrium 80
– 110 mmol/hari dan kebutuhan cairan 500-750 ml max 1 L/hari.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Pada saat pasien masuk IGD terdapat benjolan di perut sampai selakangan, kemudian
menjadi indikasi keluhan nyeri di kaki kanan belum teratasi dan bengkak,
rekomendasi pemberian tramadol 2x50 mg prn nyeri.
2. Monitoring potensi interaksi dari kombinasi obat antihipertensi yang diberikan yaitu
furosemide+valsartan (imbalance kalium)
3. Rekomendasi adjument dose inj ranitidine menjadi 1x50 mg pada Clcr 4,63 ml/menit
4. Manajemen kebutuhan cairan/hari pada pasien dengan jumlah cairan 500-750 ml/hari
5. Monitoring tanda-tanda vital (TD, HR, RR), elektrolit rutin kalium, ureum, dan
kreatinin darah post HD; hb; leukosit.
DAFTAR PUSTAKA

Charles, F., et al. 2009. Drug Information Handbook ed 17. Lexi-comp : Amerika.
Dipiro, J., Talbert R. 2008. A Pathophysiologic Approach ed 7. Pharmacotherapy.
Mc.Graw-Hill companies : New York.
Medscape https://reference.medscape.com/
KDIGO. 2013. Clinical Practice Guideline for Lipid Management in Chronic Kidney
Disease. Official Journal of the International Society of Nephrology. VOL 3 | ISSUE
3 | NOVEMBER 2013. P.276-278
National Kidney Foundation. 2002. KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney
Disease: Evaluation, Clasification and Stratification.

Anda mungkin juga menyukai