Anda di halaman 1dari 52

Model-Model Pembelajaran

Model-Model Pembelajaran

KATA PENGANTAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah


menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 di SMA yang akan dilakukan
secara bertahap mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015 sampai dengan tahun
pelajaran 2018/2019. Pada tahun pelajaran 2015/2016 jumlah SMA yang
melaksanakan Kurikulum 2013 sebanyak 2.151 SMA. Selanjutnya untuk tahun
pelajaran 2016/2017, implementasi Kurikulum 2013 diperluas di seluruh
kabupaten/kota menjadi 3.212 SMA atau sekitar 25%. Penambahan jumlah SMA
pelaksana Kurikulum 2013 pada tahun tersebut sebanyak 2.049 SMA. Sepanjang
implementasi secara bertahap tersebut akan dilakukan evaluasi, perbaikan konsep dan
strategi implementasi Kurikulum 2013 agar siap untuk dilaksanakan secara
menyeluruh di semua SMA.

Sejalan dengan perkembangan kebijakan pelaksanaan kurikulum, Direktorat Pembinaan


SMA sesuai dengan tugas dan fungsinya akan terus melakukan fasilitasi pembinaan
pelaksanaan kurikulum antara lain penyusunan naskah pendukung kurikulum. Pada
tahun 2015 Direktorat Pembinaan SMA telah mereviu dan menyusun naskah-naskah
pembelajaran, penilaian dan manajemen kurikulum, sebagai berikut Panduan
Pengembangan KTSP, Panduan Pengembangan Silabus, Panduan Pengembangan RPP,
Model-Model Pembelajaran, Panduan Pengembangan Penilaian, Model Pembelajaran dan
Penilaian Projek, Model Pelaksanaan Remedial Dan Pengayaan, Model Penyelenggaraan
SKS, Model Penyelenggaraan Aktualisasi Mata Pelajaran Dalam Kegiatan Kepramukaan,
Model Penyelengaraan Peminatan, Model Penyelenggaraan Pendalaman Minat, Panduan
Pengembangan Muatan Lokal, Model Penyelenggaraan Kewirausahaan, Panduan Transisi
Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006, dan Panduan Pengisian Aplikasi Rapor. Naskah ini
dikembangkan sebagai acuan bagi sekolah dalam mengelola pelaksanaan kurikulum dan
acuan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.

Naskah-naskah tersebut akan terus dikembangkan, sehingga ketika diterapkan di sekolah


perlu ditelaah dan dikaji kelebihan dan kekurangannya sehingga dimasa yang akan
datang menjadi lebih operasional. Oleh karena itu penting bagi sekolah senantiasa terus
memberi masukan untuk penyempurnaan naskah-naskah tersebut. Naskah
dikembangkan oleh tim pengembang yang terdiri dari unsur staf Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan prinsip dari kita, oleh kita,
dan untuk kita.

Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan naskah-naskah
ini kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Juni 2016

Direktur Pembinaan SMA

TTD

Drs. Purwadi Sutanto, M.Si.


NIP. 196104041985031003

@2016, Direktorat Pembinaan SMA ii


Model-Model Pembelajaran

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup .................................................................................................................. 2
D. Landasan Hukum ............................................................................................................. 3
BAB II MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ..................................................................................... 4
A. Pengertian ........................................................................................................................... 4
B. Model-model Pembelajaran....................................................................................... 11
C. Tujuan Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran; ................ 26
BAB III MODEL PEMBELAJARAN DALAM MATA PELAJARAN .................................................. 29
A. Langkah Pemilihan Model Pembelajaran............................................................. 29
B. Contoh Penggunaan Model Pembelajaran ........................................................... 31
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................... 39
LAMPIRAN………………………………………...……………………………………………………………………..34

@2016, Direktorat Pembinaan SMA iii


Model-Model Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses
pembelajaran dilakukan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik ( UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknasal Pasal 1 ayat 1).
Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
merancang suatu pembelajaran yang harus dikembangkan guru sebagai bentuk pertanggung-
jawaban kegiatan profesinya kepada masyarakat, sejawat, dan peserta didik. Guru dalam
pengembangan pembelajaran harus menerjemahkan prinsip-prinsip pedagogi dan
pembelajaran dalam suatu perencanaan, dan kemudian merealisasikan perencanaan tersebut
dalam bentuk pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran dapat mengikuti suatu model pembelajaran yang telah ditentukan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) yang relevan dan
diberlakukan, atau guru menerapkan model atau pendekatan lain yang sesuai dengan
pendekatan saintifik maupun pendekatan yang sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya.
Selain itu, model pembelajaran yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi
sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan, serta terdapat strategi
pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.
Melalui model pembelajaran, kegiatan pembelajaran tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru, dengan berbasis aktivitas peserta didik dan berbasis keilmuan.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.

Kesinambungan prinsip-prinsip kurikulum dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian


pembelajaran dapat menyebabkan hasil belajar yang dimiliki peserta didik lebih sesuai dengan
yang diharapkan kurikulum. Oleh karena itu, guru dapat melaksanakan pembelajaran
berdasarkan suatu model tertentu atau dengan mengikuti langkah-langkah yang disesuaikan
pada situasi dan kondisi peserta didik di sekolah masing-masing. Seorang guru sebaiknya
mempelajari dan menambah wawasan tentang berbagai model pembelajaran yang telah atau
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 1
Model-Model Pembelajaran

belum diketahui, karena melalui penguasaan beberapa model pembelajaran maka seorang
guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Arends (1997)
dan beberapa pakar model pembelajaran yang lain berpendapat bahwa tidak ada satu model
pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model
pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi
pelajaran tertentu. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyusunan RPP yang
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang dilaksanakan di
sekolah dengan dikoordinasi, difasilitasi dan disupervisi oleh kepala sekolah. Penyusunan RPP
mengacu pada permendikbud nomor 103 Tahun 2014, silabus, pedoman mata pelajaran, buku
teks pelajaran, dan buku panduan guru yang telah ditetapkan.

Fakta yang ada mengindikasikan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK),
karakteristik dan modalitas belajar peserta didik, kondisi kelas, dan sesuai dengan pendekatan
yang berpusat pada peserta didik maupun yang berbasis pembelajaran aktif (active learning) ,
dalam proses pencarian pengetahuan melalui metode ilmiah menggunakan langkah-langkah
saintis. Untuk hal itu, maka Direktorat Pembinaan SMA menyusun naskah Model-model
Pembelajaran di SMA yang mengacu pada karakteristik Kurikulum 2013.

B. Tujuan
Naskah ini disusun dengan tujuan membantu guru secara individual maupun kelompok dalam
mengembangkan model pembelajaran berdasarkan rambu-rambu dan karakteristik
Kurikulum 2013, yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, kompetensi dasar,
Indikator Pencapaian Kompetensi, guru dan peserta didik, serta kondisi kelas.

C. Ruang Lingkup
Naskah Model-model Pembelajaran ini memuat antara lain;
1. Pengertian
2. Model-Model Pembelajaran
3. Tujuan Pengembangan Model Pembelajaran;
4. Contoh Penggunaan Model Pembelajaran dalam Mata Pelajaran
5. Penilaian Hasil Belajar dalam Model Pembelajaran

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 2


Model-Model Pembelajaran

D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 sebagai perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 sebagai perubahan ke dua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian
Hasil Belajar pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
11. Surat Edaran Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum.
12. Peraturan lain yang berlaku

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 3


Model-Model Pembelajaran

BAB II
MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian
Sebelum membahas pengertian model pembelajaran, mari kita perhatikan contoh kegiatan
pembelajaran 2 (dua) orang guru Matematika sebagai berikut;
1. Guru A mengajarkan tentang jarak antara titik dan garis dalam ruang dimensi tiga melalui
kegiatan sebagai berikut;
a. setelah memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran peserta didik, guru
meminta peserta didik untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah ditentukan
sebelumnya;
b. guru membagikan bangun ruang dimensi tiga (kubus, balok, limas, dll) kepada setiap
kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat bangun ruang yang berbeda;
c. guru meminta peserta didik untuk menentukan jarak sebuah titik terhadap garis yang
harus didiskusikan dalam kelompok;
d. peserta didik mengerjakan tugas dengan berdiskusi dalam kelompok, sambil sesekali
bertanya kepada guru, atau mencari dari buku siswa maupun buku lain yang relevan,
atau dari internet;
e. Sambil berjalan berkeliling guru mengarahkan peserta didik untuk menemukan jarak
tersebut dengan berbagai cara, termasuk
mengukur, atau dengan menggunakan aturan
yang telah dipelajari;
f. Selanjutnya guru meminta perwakilan
kelompok untuk mengemukakan hasil
diskusi masing-masing kelompok yang
ditanggapi oleh kelompok lain, sementara
guru mencatat hasil dari semua kelompok sambil sesekali memberi arahan atau
masukan;
g. Setelah semua kelompok memaparkan hasil, guru mengulas kembali hasil paparan
kelompok , dan meminta peserta didik untuk mengamati dan mendiskusikannya;
h. Melalui diskusi kelas, guru dan peserta didik membuat simpulan;
i. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada peserta
didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada kegiatan selanjutnya, dan
memberi salam;

Model yang dilakukan guru A tersebut diatas, kita sebut saja sebagai “Model Pembelajaran A”
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 4
Model-Model Pembelajaran

2. Guru B melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai berikut;


a. setelah memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran peserta didik, guru
meminta peserta didik untuk membuka buku siswa Matapelajaran Matematika
halaman yang memuat materi dimensi tiga;
b. guru meminta peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi itu
kemudian guru duduk dikursinya sambil memeriksa hasil ulangan kelas lain;
c. peserta didik membaca buku sesuai yang ditugaskan;
d. setelah 30 (tiga puluh) menit, guru (sambil tetap duduk) meminta salah seorang
peserta didik untuk menjelaskan isi halaman yang dibacanya, dan meminta yang
lain untuk menanggapinya;
e. Sambil duduk di kursinya guru bertanya mengerti atau tidak, sambil langsung
menjelaskan materi tersebut;
f. Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk mengerjakan soal-soal yang ada di
buku sampai jam pelajaran selesai;
g. Setelah bel berbunyi, guru meminta peserta didik untuk melanjutkan
pekerjaannya di rumah;
h. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberi salam

Kegiatan tersebut di atas kita namakan saja “Model Pembelajaran B”

Berdasarkan pengamatan dari Model Pembelajaran A dan Model Pembelajaran B di atas, mana
yang sesuai dengan model pembelajaran Anda?
Mungkin di antara Anda ada yang menjawab Model Pembelajaran A, tapi sebagian besar dari
Anda, mungkin merasa pernah melakukan pembelajaran seperti Model B, bahkan ada yang
mengatakan; “Semuanya tidak ada yang sesuai dengan
InilInilah
model yang saya laksanakan. Itu tidak sesuai dengan
kelasku.....
karakter saya dan karakter peserta didik saya, lagi pula
kondisi kelas saya lebih bagus dari itu. Saya
mengajarkan materi tersebut dengan cara cara saya
sendiri, dengan menggunakan alat yang lebih up to
date, sesuai dengan karakter materinya dan
disesuaikan pula dengan karakter peserta didik saya,
serta kondisi kelas yang saya punya....”

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 5


Model-Model Pembelajaran

Dengan demikian Anda menggunakan model pembelajaran hasil kreasi Anda, sesuai dengan
karakteristik peserta didik Anda, kondisi kelas Anda, dan Anda yang memegang kendali. Dalam
hal ini Anda telah menciptakan dan menggunakan “Model Pembelajaran Anda”.

Jadi apakah yang disebut dengan pembelajaran dan model pembelajaran? Sebelum menjawab
pertanyaan di atas, kaji kembali Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran adalah
proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar, yang dilaksanakan dengan berbasis aktivitas
berdasarkan karakteristik:
1. interaktif dan inspiratif;
2. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif;
3. kontekstual dan kolaboratif;
4. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan
5. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, serta
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kurikulum 2013 menyarankan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan


berbagai pendekatan, dan diantaranya dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang menekankan pada proses pencarian
pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui kegiatan yang memberikan
pengalaman belajar yang bervariasi, mengembangkan sikap ilmiah, mendorong ekosistem
sekolah berbasis aktivitas ilmiah, menantang, dan memotivasi dengan beberapa kegiatan,
antara lain:
1. Mencermati objek pengamatan untuk mendapatkan gambaran/ide besar dari objek
pengamatan, komponen, dan keterkaitan antarkomponen objek yang diamati untuk
menumbuhkan sikap ketelitian dan kecermatan;
2. Penumbuhan rasa ingin tahu dengan mempertanyakan sesuatu dari objek yang diamati.
Kemudian ditindaklanjuti dengan menyusun pertanyaan yang tepat;
3. Melengkapi informasi yang diperlukan untuk menjawab keinginantahuan dan/atau
melakukan tugas yang diberikan melalui berbagai cara;
4. Mengonstruk pengetahuan berdasarkan informasi diperoleh;
5. Menyaji pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui berbagai cara.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 6


Model-Model Pembelajaran

Pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013,


dan bukan pula urutan langkah-langkah baku. Berikut adalah uraian kegiatan pada pendekatan
saintifik.

1. Mengamati (Observing)
Kegiatan mengamati bertujuan untuk melatih ketelitian peserta

Melatih didik dalam melihat suatu konteks. Kegiatan tersebut juga


kesabaran dan berkaitan dengan pemanfaatan waktu. Mengamati dapat
ketelitian dilakukan antara lain dengan membaca, mendengar, atau
mengamati fenomena.

2. Menanya (Questioning)
Kegiatan menanya dilakukan agar peserta didik dapat
 Membangun
pengetahuan membangun pengetahuannya secara faktual, konseptual, dan
Faktual, prosedural, tentang suatu hukum maupun teori, hingga berpikir
konseptual,
metakognitif. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan
prosedural, dan
berfikir kreatifitas dan rasa ingin tahu, serta kemampuan
metakognitif merumuskan pertanyaan untuk membentuk critical
 Melatih minds. Proses menanya dapat dilakukan melalui kegiatan
kreatifitas dan
diskusi atau kerja kelompok.
rasa ingin tahu

3. Mengumpulkan informasi/mencoba (Experimenting)


Mengumpulkan informasi/mencoba bermanfaat untuk
 Mengembangka
n sikap jujur, meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam
teliti, mengembangkan kreativitas dan keterampilan berkomunikasi.
kemampuan Kegiatan ini dapat dilakukan melalui membaca, mengamati
berfikir
sistematis aktivitas, kejadian atau objek tertentu, memperoleh
 Mengembangka informasi, mengolah data, dan menyajikan hasilnya dalam
n keterampilan bentuk tulisan, lisan, atau gambar. Selain itu, juga kegiatan
berkomunikasi
tersebut dapat melatih peserta didik untuk mengembangkan
sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan
benar.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 7


Model-Model Pembelajaran

4. Mengasosiasi (Associating)
Mengasosiasi dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu
 Menemukan
keterkaitan antar informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
informasi dan keterkaitan informasi tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan
menemukan
melalui berbagai aktivitas, antara lain; menganalisis data,
polanya
 Mengambangkan mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
sikap jujur, teliti, memprediksi/ mengestimasi. Mengembangkan sikap
disiplin, taat jujur, teliti, disiplin, taat aturan kerja keras,
aturan kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
kemampuan
menerapkan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
prosedur, berpikir
induktif serta
deduktif.

5. Mengomunikasikan (Communicating)

Melatih Komunikasi adalah sarana untuk menyampaikan hasil


penyampaian konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa,
pengetahuan, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik
keterampilan dan
mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan
aplikasinya
dengan sikap penerapannya dengan memiliki sikap jujur, teliti, toleransi,
jujur, teliti, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat
toleransi, dan
dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
menghargai orang
lain. berbahasa yang baik dan benar.

Kegiatan di atas yang mrupakan jabaran pendekatan saintifik yang selama ini dikenal dengan
5M,dan dilaksanakan pada saat kegiatan inti dalam proses pembelajaran, serta disesuaikan
dengan karakteristik mata pelajaran yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Dalam
implementasinya kegiatan pembelajaran tersebut bisa
5 M ????
dikembangkan menjadi pengalaman-pengalaman belajar
yang memungkinkan bukan hanya 5M. Pendekatan saintifik
dengan kegiatan 5M ini pun bukan rangkaian kegiatan sakral
yang harus dilaksanakan semuanya dalam satu kali
pertemuan. Guru dapat memfokuskan pada “M” mana yang akan dibelajarkan, sesuai dengan
kompetensi yang harus dicapai peserta didik.
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 8
Model-Model Pembelajaran

Berikut adalah contoh pertemuan pertama dari rangkaian kegiatan pembelajaran Bahasa
Inggris untuk Kompetensi Dasar 3.4 dan 4.4 yang terdiri dari atas 3 (tiga) pertemuan dengan
fokus pada kegiatan mengamati, menanya, dan mencoba.

1. Kompetensi Dasar:
a. 3.4 Membedakan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks
deskriptif lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi terkait
tempat wisata dan bangunan bersejarah terkenal, pendek dan sederhana, sesuai
dengan konteks penggunaannya
b. 4.4 Teks deskriptif
1) 4.4.1 Menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks,
dan unsur kebahasaan teks deskriptif, lisan dan tulis, pendek dan sederhana
terkait tempat wisata dan bangunan bersejarah terkenal

2. Langkah-langkah pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan (10’)

1) Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran seperti berdoa,


mengecek kehadiran peserta didik, menyiapkan buku pelajaran;

2) Memotivasi peserta didik secara kontekstual sesuai dengan manfaat pembelajaran


teks deskripsi tentang tempat wisata dalam kehidupan sehari-hari, seperti brosur
promosi wisata sehingga dapat memilih tempat libur yang diinginkan;

3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk me-review materi sebelumnya;

4) Mengajukan pertanyaan tentang gambar tempat wisata yang ditayangkan terkait


materi yang akan dipelajari;

5) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai,


menyampaikan cakupan materi dan menjelaskan uraian kegiatan sesuai RPP.

b. Kegiatan Inti (75’)

Mengamati (20’)

1) Peserta didik dalam kelompok membacakan 3 deskripsi tempat wisata secara


bergantian.

2) Setelah itu peserta didik menonton iklan tempat wisata yang relevan dengan
deskripsi di atas yang ditayangkan guru.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 9


Model-Model Pembelajaran

Menanya (15’)

1) Peserta didik melakukan kegiatan menanya tentang perbedaan antara berbagai


teks deskripsi yang ada dalam bahasa Inggris terutama tentang fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan dengan bimbingan dan arahan guru.

2) Peserta didik menanyakan gagasan pokok, informasi rinci dan informasi


tertentu dari teks deskripsi tentang tempat wisata.

3) Peserta didik mencari gagasan pokok, informasi rinci dan informasi tertentu
dari brosur yang dibaca melalui beberapa pertanyaan arahan.

Mencoba (40’)

1) Peserta didik dalam kelompok membacakan teks deskriptif sebuah brosur


tempat wisata yang sudah dibawa dengan pengucapan, tekanan kata dan
intonasi yang tepat

2) Peserta didik secara berpasangan menemukan gagasan pokok, informasi rinci


dan informasi tertentu serta fungsi sosial dari teks deskripsi yang
dibaca/didengar.

3) Kembali berkelompok peserta didik berlatih menyunting teks tempat wisata


yang diberikan dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaannya.

3) Penutup (5’)

1) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

Thank you very much for your participation. You did a good job today, I’m very
happy with your activity in the class. How about you, did you enjoy my class?
2) Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas individual
untuk membaca melalui internet berbagai deskripsi tentang tempat wisata.

3) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan


berikutnya.

Semua penjelasan di atas akan menjawab pertanyaan “Apa yang dimaksud dengan
pembelajaran dan model pembelajaran?”. Pembelajaran adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan
orang-orang di lingkungannya, dan peserta didik dengan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik:

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 10


Model-Model Pembelajaran

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, kontekstual, dan kolaboratif. Pembelajaran


yang diharapkan dapat dikembangkan oleh guru adalah pembelajaran aktif (active learning).

Pengertian model pembelajaran berdasarkan permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang
pembelajaran adalah kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki
nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. Sedangkan pendekatan atau metode atau
teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang guru untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dapat diartikan juga sebagai
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

B. Model-model Pembelajaran

Model-Model Pembelajaran Menurut


Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 dan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

Model pembelajaran yang sesuai dengan isi dalam permendikbud nomor 103 Tahun 2014 dan
permendibud nomor 22 Tahun 2016 adalah model pembelajaran yang bukan berbasis
ceramah atau hafalan, tetapi model pembelajaran yang berbasis aktivitas dan kreativitas,
menginspirasi, menyenangkan dan berprakarsa, serta lebih mengacu pada makna ‘alami,
sesuai fitrah manusia’ yaitu: terpusat pada peserta didik, autentik, kontekstual, dan bermakna
bagi kehidupan peserta didik sehari-hari. Model pembelajaran yang dimaksud, misalnya
discovery learning, project-based learning, problem-based learning, dan inquiry learning.
Menurut permendikbud nomor 22 Tahun 2016, bahwa untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian, seperti model
discovery atau inquiry learning. Sedangkan untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah, misalkan dengan menggunakan model project based learning. Berikut penjelasan dari
model-model tersebut.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 11


Model-Model Pembelajaran

1. Model Discovery Learning.

Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik


untuk mencari tahu tentang suatu permasalahan dan
menemukan solusinya berdasarkan kepada hasil
pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya
sendiri, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan baru
yang dapat digunakannya dalam memecahkan persoalan
yang relevan.
Langkah model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut;
a. Stimulation (memberi stimulus); guru memberikan stimulan, untuk diamati peserta
didik agar mendapat pengalaman belajar, dan mengamati pengetahuan konseptual
melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
b. Problem Statement (mengidentifikasi masalah); merupakan kegiatan peserta didik
dalam menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini
peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan
merumuskan masalah.
c. Data Collecting (mengumpulkan data); mencari dan mengumpulkan data/informasi
yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi.
Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan
peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan
masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan.
d. Data Processing (mengolah data); peserta didik mencoba dan mengeksplorasi
kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata,
sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
e. Verification (memverifikasi); peserta didik mengecek kebenaran atau keabsahan hasil
pengolahan data melalui berbagai kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik
dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
f. Generalization (menyimpulkan); Peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan
hasil kesimpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga
kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 12


Model-Model Pembelajaran

2. Problem Based Learning (PBL)


Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, dikaitkan dengan pengetahuan yang
telah atau akan dipelajarinya, misalnya tentang pengaturan lalu-lintas. Permasalahan yang
diajukan pada model PBL, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan”
yang diberikan setelah conoth-contoh soal disajikan. Permasalahan dalam PBL menuntut
penjelasan atas sebuah fenomena. Fokusnya adalah bagaimana peserta didik
mengidentifikasi isu pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah, dan materi
maupun konsep yang relevan ditemukan oleh peserta didik sendiri.

Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut:

a. Mengorientasi peserta didik pada masalah; Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik
mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; Pengorganisasian pembelajaran
merupakan salah satu kegiatan dimana peserta didik menyampaikan berbagai
pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah yang dikaji.
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok; Pada tahap ini peserta didik
melakukan percobaan untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau
menyelesaikan masalah yang dikaji.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; Peserta didik mengasosiasi data yang
ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah; Setelah peserta didik mendapat
jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.

3. Project Based Learning (PjBL)


Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran
yang memfokuskan pada permasalahan kompleks yang
diperlukan peserta didik untuk memahami pembelajaran
melalui investigasi, kolaborasi dan eksperimen dalam
membuat suatu proyek, serta mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum.
Langkah pembelajaran dalam project based learning
adalah sebagai berikut;
a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar
peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena
yang ada.
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 13
Model-Model Pembelajaran

b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada,
disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
c. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat
penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai
dengan target.
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang
sedang dikerjakan.
e. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai
data lain dari berbagai sumber.
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan
sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata
pelajaran lain.

4. Model Inquiry Learning


Model pembelajaran Inkuiri merupakan suatu kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki
secara sistemik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya. Peserta didik
harus dapat mengumpulkan informasi tambahan, membuat
hipotesis dan mengujinya. Peran guru selain sebagai selain
sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan.
Berikut adalah langkah-langkah dalam model inkuiri.
a. Mengamati berbagi fenomena alam yang akan memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena.
b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi untuk melatih peserta didik
mengeksplorasi fenomena melalui berbagai sumber.
c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban dapat melatih peserta didik dalam
mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan.
d. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan,
sehingga peserta didik dapat memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar
untuk merumuskan suatu kesimpulan.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 14


Model-Model Pembelajaran

e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau


dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil
temuannya.

Model-Model Pembelajaran Bruce Joyce


dan Marsha Weil

Bruce Joyce dan Marsha Weil (1996) mengetengahkan 4 (empat) kelompok besaran model
pembelajaran, yaitu:
1. Model Interaksi Sosial (The Social Interaction Family)
Tujuan penggunaan model ini antara lain untuk
membangun hubungan kerjasama, interaktif, dan produktif
diantara peserta didik. Model ini dapat dilakukan melalui
kerjasama berpasangan, kerjasama dalam kelompok,
bermain peran, atau belajar di dunia nyata, misalnya
kondisi sosial tertentu.

2. Model Pengolahan Informasi (The Imformation Processing Family).


Model ini dirancang agar peserta didik dapat menggunakan
olah fikirnya untuk menggali berbagai informasi,
melakukan analisis data, dan mengolahnya. Melalui model
pengolahan informasi, peserta didik dapat memperoleh
suatu pengetahuan atau pemahaman tentang konsep
tertentu (learning to think by thinking).

3. Model Personal (The Personal Family).


Model ini dimulai dengan pengarahan guru terhadap peserta didiknya tentang pemahaman
kemampuannya masing-masing. Pengarahan dapat
dilakukan melalui pertanyaan atau permasalahan yang
harus diselesaikan sesuai dengan kemampuan peserta
didik, misalnya permasalahan tentang tantangan atau
keinginan yang harus dicapai.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 15


Model-Model Pembelajaran

4. Model Modifikasi Tingkah Laku (The Behavioral System Family).


Model ini memberikan pembelajaran melalui suatu tugas
atau perbuatan yang harus dilakukan peserta didik untuk
memperoleh suatu pengalaman dalam menentukan atau
memilih solusi pemecahan masalah yang dihadapi,
sehingga peserta didik memiliki kompetensi tertentu.

Berdasarkan ke-empat model Joyce dan Weil tersebut, kita dapat diterapkan ke dalam kegiatan
pembelajaran menjadi model-model lain yang khusus, sesuai dengan karakteristik materi
pembelajaran dan aktivitas yang dikembangkan oleh guru dengan tujuan tertentu. Miisalnya
model yang dikembangkan adalah model Investigasi Kelompok (Group Investigation) dan
model Bermain Peran (Role Playing) sebagai penjabaran dari Model Interaksi Sosial,
sedangkan model Berfikir Induktif (The Induktif Thinking) sebagai penjabaran dari model
Pengolahan Informasi. Berikut penjelasan dari model-model tersebut.

1. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation).


John Dewey mengatakan bahwa model investigasi kelompok dapat memberikan pengalaman
kepada peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan dengan caranya sendiri dan
dibicarakan dalam group secara demokratis. Pembagian langkah pelaksanaan model
investigasi kelompok terdiri menjadi 6 (enam) fase, yaitu 1) memilih topik; 2) perencanaan
kooperatif; 3) implementasi; 4) analisis dan sintesis; 5) presentasi hasil final, dan 6) evaluasi.
Langkah-langkah model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut;
a. Peserta didik dibagi kedalam kelompok (4 – 6 orang)
b. Guru memberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik di
masing-masing kelompok.
c. Peserta didik dihadapkan pada suatu situasi yang memerlukan pemecahan atau suatu
keputusan yang harus ditentukan.
d. Peserta didik mengeksplorasi situasi tersebut
e. Peserta didik merumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi
tersebut, antara lain merumuskan masalah, menentukan peran anggota kelompok, dan
merumuskan alternatif cara yang akan digunakan.
Dalam melaksanakan tiga langkah (a), (b), dan (c) di atas, peserta didik dapat dibimbing
oleh guru, sehingga guru bertindak sebagai mentor.
f. Kerja mandiri

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 16


Model-Model Pembelajaran

g. Peserta didik melakukan pengecekan terhadap kemajuan dalam menyelesaikan tugasnya.


Kemudian hasil tugas kelompoknya dipresentasikan di depan kelas agar peserta didik
yang lain saling terlibat dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada
topik itu.
h. Peserta didik saling memberikan umpan balik mengenai topik yang telah mereka kerjakan
berdasarkan tugas masing-masing kelompok, dan peserta didik bersama dengan guru
berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara berulang, sampai ditemukan suatu solusi
atau keputusan yang tepat.

2. Model Bermain Peran (Role Playing)


Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih menggali dan memahami
orang lain dengan tugasnya masing-masing, melalui pemecahan permasalahan sosial nyata
yang dihadapi oleh kelompoknya. Model ini juga akan berdampak pada pemahaman nilai-nilai
sosial maupun pribadi, sehingga dapat melatih rasa saling menghargai, kerja keras, dan sifat
demokratis.
Langkah model pembelajaran tersebut sebagai berikut;
a. Pemanasan; dalam kegiatan ini guru menyampaikan permasalahan yang berkaitan
dengan pengalaman peserta didik, sehingga peserta didik dapat merasakan dan
mengeksplorasi permasalahan tersebut secara akurat berdasarkan pengalaman atau
imaginasinya. Permasalahan dapat disajikan melalui bacaan, cerita lisan, pertanyaan, atau
film.
b. Menentukan peran masing-masing anggota kelompok;
dalam kegiatan ini, peserta didik dan guru berdiskusi untuk menjelaskan berbagai
karakter dengan apa yang disukainya atau tidak disukainya, perasaannya, dan sebagainya.
Selanjutnya menentukan sukarelawan untuk berperan dalam masing-masing karakter
tersebut.
c. Menentukan langkah pemecahan masalah;
1) Masing-masing peserta didik menentukan langkah kegiatan yang akan
dilaksanakannya, dapat dibantu oleh guru melalui pertanyaan misalnya; tentang apa
yang diobservasi, dimana, dan bagaimana caranya.
2) Mempersiapkan peran yang akan dilaksanakan melibatkan antara lain karakter,
kesukaan atau kebiasaan, cara berfikir, dan cara kerja yang diperankannya. Langkah
ini merupakan langkah yang sangat penting, karena akan menentukan keberhasilan
keseluruhan pembelajaran.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 17


Model-Model Pembelajaran

d. Pelaksanaan masing-masing tugas anggota sesuai dengan tugas atau peran yang sudah
direncanakan. Perlu ditegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekedar bermain drama,
tapi lebih memberikan pengalaman dan pemahaman kepada peserta didik bagaimana
seseorang memiliki peran dan tanggungjawabnya. Selain itu peserta didik diharapkan
memiliki ide-ide baru yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya
sebagai hasil perwujudan pencapaian kompetensinya.
e. Diskusi dan evaluasi hasil observasi dan tugas yang berkaitan dengan ketepatan tugas
yang diberikan, waktu, atau tempat obervasi yang bersifat umum yang melibatkan pemain
maupun observer. kegiatan ini bukan mendiskusikan perannya tepat atau tidak, tapi
menekankan pada hal-hal yang sangat penting berkaitan dengan kompetensi yang harus
dicapai, misalnya; sikap terbuka, materi pelajaran sesuai, dan cara kerja yang tepat.
f. Langkah berikutnya adalah sharing pendapat antar peserta didik, peserta didik dengan
guru yang mendiskusikan hasil dari langkah sebelumnya, sehingga memungkinkan ada
penggantian peran. Hasil dari langkah ini adalah fokus perbaikan dalam pelaksanaan,
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang lebih baik.
g. Diskusi dan evaluasi seperti bagian f.
h. Sharing pengalaman dan generalisasi. Peran guru dalam kegiatan iniadalah membimbing
peserta didik untuk menemukan berbagai alternatif solusi pemecahan masalah dari
permasalahan yang serupa, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya.

3. Model Pembelajaran Berfikir Induktif (Thingking induktively)


Model ini bertujuan untuk melatih peserta didik dalam memahami, mengidentifikasi, dan
menentukan keterhubungan antar konsep-konsep yang dipelajarinya untuk dikembangkan
atau diaplikasikan dalam situasi atau permasalahan tertentu. Langkah model ini terdiri atas;
a. Formasi konsep (consept formation). Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini antara
lain: 1) identifikasi dan numerasi data yang relevan dengan topik atau permasalahan; 2)
mengelompokan data yang memiliki karakteristik yang serupa atau sama; dan 3)
melakukan kategorisasi data.
b. Interpretasi data (Interpretation of data). Pada langkah ini dilakukan; 1) identifikasi
keterkaitan atau perbedaan antar data; 2) eksplorasi sebab-akibat dalam suatu
keterkaitan; dan 3) menemukan implikasi dan ekstrapolasi antar data.
c. Aplikasi prinsip (application of principles). Pada langkah ini peserta didik dilatih untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip yang dipelajari untuk menjelaskan fenomena baru atau
memprediksi fenomena yang akan muncul.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 18


Model-Model Pembelajaran

Model-Model Pembelajaran
Pada Mata Pelajaran Tertentu

Selain model-model yang telah dibahas di atas, masih banyak model-model pembelajaran lain,
seperti model khusus yang digunakan oleh mata pelajaran tertentu seperti Bahasa Inggris
dengan model Task Based Learning (TBL), atau model yang dikembangkan dalam mata
pelajaran Ekonomi yaitu “Two stay and two stray”, atau model pembelajaran berbasis
portofolio untuk mata pelajaran Sosiolosi, Antropologi, Ekonomi, Geografi, Pendidikan Agama
Islam, Kimia dan Biologi, atau model khusus pada matapelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggabungkan tiga pendekatan yaitu pedagogi genre, saintifik, dan CLIL.

Model pembelajaran dalam matapelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan sintesis dari tiga
pendekatan, yaitu pedagogi genre, saintifik, dan Content and Language Integrated Learning
(CLIL), bertujuan untuk mencapai kompetensi berbahasa peserta didik secara optimal. Alur
utama model adalah pedagogi genre dengan 4M (Membangun konteks, Menelaah Model,
Mengonstruksi Terbimbing, dan Mengonstruksi Mandiri). Kegiatan mendapatkan
pengetahuan (KD-3) dilakukan dengan pendekatan saintifik 5M (Mengamati,
Mempertanyakan, Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan Mengomunikasikan).
Pengembangan keterampilan (KD-4) dilanjutkan dengan langkah mengonstruksi terbimbing
dan mengonstruksi mandiri. Berikut ini gambar model pembelajaran tersebut.

Gambar 1
Alur Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Genre, Saintifik dan CLIL

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 19


Model-Model Pembelajaran

Seorang ahli fisika dan guru besar Harvard University Eric Mazur (1997) mengembangkan
suatu model pembelajaran yang “membalikan” situasi atau kebiasaan yang dilakukan seorang
guru, model ini dikenal dengan model Peer Instruction.

Model Peer Instruction melaksanakan


pembelajaran yang tidak biasa, bisa saja diawali
Bahan
dengan tugas kepada peserta didik untuk
membaca atau mempelajari materi tersebut
Peserta didik sebelumnya, atau dimulai dengan pertanyaan
yang harus dikerjakan oleh peserta didik
Guru sebelum pembelajaran.
Peer
Kegiatan pembelajaran di dalam kelas dapat
dilakukan melalui diskusi berpasangan, diskusi kelompok, atau diskusi kelas yang dipimpin
oleh salah saorang peserta didik sebagai mentor atau instruktur. Guru dapat memberikan
pertanyaan yang disebut dengan Concept Test (CT) berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang
dihadapai peserta didik dalam menjawab pertanyaan atau membaca bahan ajar yang
diberikan. Untuk pertanyaan yang diajukan, Eric Mazur menyarankan hal-hal sebagai berikut;
1. Instruktur mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan respon peserta didik
terhadap bahan yang dipelajari sebelumnya.
2. Peserta didik merefleksi pertanyaan yang diajukan.
3. Peserta didik membuat “persetujuan” terhadap satu jawaban individu.
4. Instruktur me-riview semua respon peserta didik.
5. Peserta didik mendiskusikan cara-cara dalam membuat jawaban dengan pasangannya.
6. Peserta didik kembali membuat “persetujuan” terhadap satu jawaban individu.
7. Instruktur kembali membuat review dari semua respon yang diberikan, dan membuat
keputusan apakah masih perlu penjelasan tentang suatu konsep yang dibicarakan
sebelum melangkah ke diskusi konsep selanjutnya.

Selain itu perlu diperhatikan bahwa Peer Instruction lebih menekankan peserta didik untuk
belajar antar sesamanya, sehingga diantara mereka akan terjadi diskusi atau pembelajaran
interaktif dengan menggunakan bahasanya sendiri yang mereka gunakan sehari-hari. Besar
kemungkinan akan terjadi “kegaduhan” diluar kebiasaan yang dilakukan guru kita pada
umumnya. Peer Instruction memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menjelaskan
suatu pengetahuan, atau konsep, kejadian yang diterima/dialami peserta didik, sesuai dengan
pemahamannya sendiri.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 20


Model-Model Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran dengan model Peer Instruction sebagai berikut;


1. Persiapan;
a. Menyiapkan bahan atau materi pembelajaran yang akan didiskusikan dalam
pelaksanaan peer, yang dapat dilaksanakan secara berpasangan atau kelompok.
Bahan tersebut dapat berupa pertanyaan untuk tes (Concept Test atau CT), bacaan,
masalah nyata, atau film.
Contoh soal CT;
Gambar berikut adalah kondisi tiga pantai. Di pantai manakah air laut akan terlebih
dahulu sampai ke pantai? Mengapa?
a. Pantai A b. Pantai B c. Pantai C

Pantai Pantai
Pantai

Laut
Laut Laut

A B C

Pada soal CT, bukan jawaban benar atau salah, tetapi lebih menggali pemahaman dan
jalan pemikiran peserta didik.
b. Menyiapkan pertanyaan atau tugas berkaitan dengan bahan maupun materi yang
memerlukan proses berfikir, dan tidak hanya memiliki jawaban pasti, sehingga
peserta didik dapat menggunakan daya nalarnya sesuai kemampuannya.
c. Mengembangkan petunjuk apa yang harus dikerjakan peserta didik secara individu,
berpasangan, atau dalam kelompok.
2. Pelaksanaan;
a. Pada kegiatan pembelajaran didalam kelas, siswa berinteraksi antar sesamanya,
dengan menggunakan petunjuk yang
dikembangkan, guru hanya bertindak sebagai
mentor. Kunci keberhasilan dari kegiatan tersebut
adalah frekuensi dan interaksi yang penuh dengan
daya nalar, dan terjadinya belajar melalui
pengalaman dengan komunikasi secara fisik
diantara sesamanya.
b. Jika pembelajaran dimulai dengan CT, maka setelah mengerjakan soal, peserta didik
dapat menjelaskan kepada teman sebangkunya tentang cara nalar atau cara pikir
yang dia kerjakan sehingga memperoleh jawaban masing-masing dan terjadi diskusi

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 21


Model-Model Pembelajaran

kecil. Pada kegiatan tersebut memungkinkan pasangan lain ikut berdiskusi, sehingga
dapat berkembang menjadi diskusi kelompok.
c. Jika kegiatan tidak dimulai dengan CT, guru dapat memulai pembelajaran dengan
mengajukan sebuah pertanyaan yang harus diselesaikan sendiri kemudian
didiskusikan dengan teman sebangkunya sebelum menyusun jawaban akhir. Guru
dapat meminta salah seorang peserta didik untuk menjelaskan alur fikir dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan dalam kelas, sehingga akan terjadi diskusi kelas.
Penjelasan tersebut dapat berupa presentasi atau demonstrasi dengan menggunakan
perangkat IT.
d. Kegiatan diskusi dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas, sesuai dengan materi atau
kondisi yang direncanakan.
3. Membuat rangkuman hasil pembelajaran yang dikemukakan oleh peserta didik, guru
bertindak sebagai fasilitator dan pengarah (jika diperlukan).

Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran

Pada pendekatan pembelajaran selain pendekatan saintifk, ada beberapa pendekatan lain yang
dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran, yaitu: pendekatan berbasis genre/teks
(Genre Based Approach), pendekatan CLIL, dan pendekatan pendidikan matematika realistik
(Realistic Mathematic Education/RME). Berikut uraian dari pendekatan-pendekatan tersebut.
1. Pendekatan berbasis genre (Genre Based Approach)
Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu peserta didik lebih
kompeten berbahasa, mampu berkomunikasi melalui penguasaan keterampilan
berbahasa diantaranya dengan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Berikut uraian kegiatan pembelajaran berbasis Genre/Teks (Roses dan Martin, 2012).
a. Membangun Konteks. Tahap ini merupakan langkah-langkah awal yang dilakukan
guru bersama peserta didik untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok
persoalan yang akan dibahas pada setiap pelajaran.
Contoh pembelajaran pada tahap membangun konteks untuk matapelajaran Bahasa
Inggris, yaitu:
Pendidik menyiapakan contoh-contoh teks report terkait teknologi yang akan
dibahas, misalnya Electric Torch, Fan Ceiling, USB Flash Drive atau yang lainnya.
Contoh teks dapat berupa teks autentik, teks modifikasi, teks adaptasi, teks buatan
pendidik sendiri, atau teks yang diberikan oleh para ahli pendekatan genre-based
yang relevan

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 22


Model-Model Pembelajaran

b. Menelaah Model/ Dekonstruksi teks. Tahap ini berisis tentang pembahasan teks yang
diberikan sebagai model pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada semua aspek
kebahasaan yang membentuk teks itu secara keseluruhan. Pada tahap ini
dikembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui kegiatan membahas
serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak tertera dalam teks,
seperti siapa penulisnya, kepada siapa pesan dalam teks ditujukan, dimana teks
tersebut dapat ditemukan, dalam konteks apa teks itu dipakai, apakah setiap teks atau
setiap pernyataan yang ada dalam teks relevan dengan kehidupan peserta didik,
mengapa, apakah setiap pernyataan yang ada dalam teks akan diterima oleh semua
pembaca, apakah yang dikatakan dalam teks relevan dengan pengalaman peserta
didik atau relevan dengan teks yang pernah dibaca sebelumnya oleh peserta didik
terkait topik yang sama.
c. Joint construction (latihan terbimbing). Pada tahapan ini, peserta didik berlatih
menggunakan semua hal yang telah dipahaminya pada tahap sebelumnya. Peserta
didik melewati tahap brainstorming, drafting, revising, editing, proofreading, dan
publishing.
d. Independent construction (unjuk kerja mandiri). Pada tahapan ini, peserta didik
diberi kesempatan untuk menulis secara mandiri, dengan bimbingan guru yang
minimal, hanya kalau diperlukan.
Setelah menulis teks secara mandiri, peserta
didik juga dapat melakukan refleksi terkait apa
yang telah ditulis atau yang dilakukan, atau apa
yang telah dipelajari selama siklus
pembelajaran, dan saat membandingkan teks
yang mereka tulis dengan teks yang ditulis oleh
temannya. Peserta didik juga dapat menceritakan kembali apa yang telah ditulisnya
di depan kelas.

2. Pendekatan CLIL (Content and Language Integrated Learning).


Pendekatan ini merupakan pendekatan yang
digunakan untuk memperkaya pembelajaran
dengan prinsip: a) isi [konten] teks—berupa
model atau tugas--bermuatan karakter dan
pengembangan wawasan serta kepedulian
sebagai warganegara dan sebagai warga dunia;
b) unsur kebahasaan [komunikasi] menjadi

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 23


Model-Model Pembelajaran

unsur penting untuk menyatakan berbagai tujuan berbahasa dalam kehidupan; c)


setiap jenis teks memiliki struktur berpikir [kognisi] yang berbeda-beda yang harus
disadari agar komunikasi lebih efektif; dan d) budaya[kultur], berbahasa,
berkomunikasi yang berhasil harus melibatkan etika, kesantunan berbahasa, budaya
(antarbangsa, nasional, dan lokal).

3. Pendekatan Contekstual Teaching and Learning (CTL)


CTL merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu peserta
didik memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan
menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari (Johnson, 2002: 24).

4. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematic


Education/RME), merupakan merupakan teori pembelajaran matematika yang
dikembangkan di negeri Belanda oleh Freudhenthal pada tahun 1973, dengan dua
pandangan pentingnya yaitu mathematics must be connected to reality and mathematics
as human activity. Karakteristik RME adalah menggunakan konteks “dunia nyata”,
model-model, produksi, dan kontruksi peserta didik, interaktif dan keterkaitan
(Treffers, 1991).

Metode Pembelajaran

Selain pendekatan dan model, dalam pembelajaran ada juga yang disebut dengan metode
pembelajaran. Metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan model-model
maupun pendekatan-pendekatan seperti yang telah diuraikan di atas, dapat menggunakan
metode pembelajaran antara lain metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi,
dan metode simulasi.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 24


Model-Model Pembelajaran

a. Metode Diskusi
Diskusi merupakan suatu kecakapan atau pembahasan
terarah tentang suatu topik, masalah atau isu yang menarik
perhatian semua peserta didik. Pembahasan dapat diarahkan
pada klarifikasi (penjelasan) suatu isu atau masalah,
menghimpun ide dan pendapat, merancang kegiatan, atau
memecahkan masalah. Kegiatan diskusi dapat dilaksanakan
dalam kelompok atau klasikal. Metode ini dapat merangsang peserta didik lebih kreatif
dalam memberi gagasan/ide, melatih membiasakan bertukar pikiran dalam mengatasi
masalah, dan melatih peserta didik untuk mengemukakan pendapat secara verbal.

b. Metode Eksperimen
Suatu cara pengelolaan pembelajaran dimana peserta
didik melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami
dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya.
Dalam metode ini peserta didik diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek yang
dipelajarinya.

c. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan suatu presentasi yang
dipersiapkan untuk memperlihatkan suatu perilaku atau
prosedur. Presentasi disertai dengan penjelasan lisan, alat,
ilustrasi dan pertanyaaan. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan demonstrasi, membuat peserta didik
melakukan aktivitas demonstrasi dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Dengan
metode ini dapat dikurangi terjadinya verbalisme, pembelajaran lebih menarik, dan peserta
didik memiliki kesempatan membandingkan antara teori dengan kenyataan. Tujuan
demonstrasi antara lain untuk mengajarkan bagaimana cara membuat sesuatu atau
menggunakan alat/prosedur tertentu dengan benar, serta membangkitkan minat peserta
didik untuk mencoba.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 25


Model-Model Pembelajaran

d. Metode Simulasi

Simulasi merupakan kegiatan pembelajaran dengan


menggunakan peralatan atau suasana tiruan yang
bertujuan agar peserta didik dapat meningkatkan
penguasaannya terhadap konsep serta keterampilan
dalam bidang yang dipelajarinya, serta mampu belajar
melalui situasi tiruan dengan sistem umpan balik dan
penyempurnaan yang berkelanjutan. Dengan demikian,
maka peserta didik mampu mengembangkan
kreativitas, memupuk keberanian dan percaya diri, memperkaya pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya.

Memperhatikan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang diuraikan di atas, maka
guru dapat menggunakan model-model pembelajaran tertentu seperti yang disarankan dalam
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Guru dapat juga mengembangkan model
pembelajaran khusus yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan karakteristik peserta
didik, serta disesuaikan dengan mata pelajaran dan kompetensi yang akan dipelajari peserta
didik, atau hanya menggunakan rangkaian kegiatan pendekatan saintifik, atau menggunakan
metode tertentu yang sesuai dengan pembelajaran saintifik atau pendekatan yang lain. Guru
dapat juga mengembangkan model pembelajaran khusus dengan rangkaian aktivitas tertentu
dan tidak mutlak menganut salah satu model seperti yang dijelaskan oleh Joyce dan Weil.
Dengan demikian, diharapkan adanya pengembangan kegiatan pembelajaran n oleh seorang
guru yang tidak ada di dalam naskah ini, maupun dengan mengkombinasikan beberapa model
kegiatan pembelajaran yang sudah ada menjadi model baru hasil kreativitas guru, atau
mengembangkan model kegiatan pembelajaran aktif (active learning).

C. Pengembangan Kemampuan HOTS Melalui Model Pembelajaran


Pembelajaran yang disajikan sebaiknya dapat memotivasi peserta didik untuk berfikir kritis,
logis, dan sistematis sesuai dengan karakteristik kimia, serta memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills atau HOTS). Berdasarkan kategori tingkat berpikir
yang dikemukakan oleh Anderson, ada kemampuan berpikir yang lebih tinggi yang harus
dikuasai oleh peserta didik yaitu kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Oleh sebab itu, maka dalam kegiatan pembelajaran, guru dianjurkan untuk
mendorong peserta didiknya memiliki kemampuan tersebut dengan menyajikan pembelajaran
yang variatif serta pemberian materi yang “tidak biasa” yang dikembangkan dari KD-KI 3 dan
KD-KI4 melalui pengembangan dan penggunaan model-model pembelajaran.
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 26
Model-Model Pembelajaran

Berikut disajikan contoh kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik memilki
keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) pada matapelajaran Kimia dengan KD 3.8 dan 4.8
dengan menggunakan model discovery learning:
Stimulation (memberi stimulus);
1. Guru menyajikan bahan kajian berupa gambar dan video orang sedang mencari ikan di
sungai menggunakan arus listrik;

Problem Statement (mengidentifikasi masalah)


2. Peserta didik mengidentifikasi kejadian dalam video tersebut;
3. Pada kegiatan ini diharapkan muncul pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik, antara
lain:
a. Mengapa arus listriknya tidak mengenai ikan tetapi ikannya bisa mati?
b. Apakah terdapat zat kimia dalam air sungai tersebut ?
c. Apakah ada pengaruh zat kimia tersebut sehingga bisa membuat ikan mati ?

Data Collecting (mengumpulkan data);


4. Peserta didik mencari dan mengumpulkan data/informasi tentang hubungan video
tersebut dengan sifat larutan, melalui studi literatur dan percobaan daya hantar listrik
secara berkelompok, selanjutnya peserta didik diminta untuk melakukan pengumpulan
data mengenai gejala-gejala yang ditimbulkan oleh berbagai larutan yang di uji;

Data Processing (mengolah data);


5. Peserta didik melakukan pengolahan data hasil percobaan larutan elektrolit dengan cara
berdiskusi;

Verification
6. Peserta didik membandingkan hasil diskusi antar kelompok untuk mengklasifikasi dan
menganalisis larutan elektrolit kuat, lemah, dan non-elektrolit;
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 27
Model-Model Pembelajaran

Generalitation
7. Peserta didik menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada permasalahan larutan
elektrolit dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran


Model pembelajaran dikembangkan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran
berkaitan dengan pengembangan kompetensi peserta didik yang meliputi kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang dijelaskan
dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 dan permendikbud no 22 Tahun 2016, maka
sebuah model pembelajaran yang dikembangkan memiliki tujuan antara lain:
1. Mendorong peserta didik untuk interaktif dalam pembelajarannya, baik dengan gurunya,
antar sesamanya, maupun antar dirinya dengan sumber belajar.
2. Memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk lebih meningkatkan kreativitas dan
keinginan tahuannya terhadap pemahaman suatu konsep dan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi maupun dalam kegiatan
lain, dan dapat meningkatkan sifat percaya diri.
4. Memberikan pengalaman belajar yang kontekstual dan kolaboratif.
5. Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik.
6. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat, minat,
kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 28


Model-Model Pembelajaran

BAB III
MODEL PEMBELAJARAN DALAM MATA PELAJARAN

A. Langkah Pemilihan Model Pembelajaran


Cara menentukan sebuah model pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran akan berbeda untuk setiap mata pelajaran, karena menyesuaikan dengan
karakteristik materi pada masing-masing mata pelajaran. Secara umum, hal-hal yang dapat
dipertimbangkan dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan adalah
sebagai berikut.
1. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 dan/atau KD-2 yang dapat
mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan
tuntutan KD-3 dan/atau KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan
dan/atau keterampilan.
2. Kesesuaian model pembelajaran dengan Indikator Pencapaian Kompetensi yang
dikembangkan dari Kompetensi Dasar.
3. Kesesuaian model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang spesifik dalam
mengembangkan potensi dan kompetensi, misalnya untuk mengembangkan interaksi
sosial, atau mengolah informasi.
4. Kesesuian model pembelajaran dengan karakteristik dan modalitas peserta didik, karena
bukan hanya karakter peserta didik yang berbeda tetapi kemampuan peserta didik dapat
berpengaruh terhadap kebermanfa’atan penggunaan model pembelajaran.
5. Penggunaan model pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan,
misalkan menyesuaikan dengan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman
belajar peserta didik melalui kegiatan 5M, ataupun dengan menyesuaikan pendekatan
berbasis genre yang bertujuan mengoptimalkan kompetensi berbahasa peserta didik.
6. Kesesuaian model pembelajaran dengan Penilaian Hasil Belajar.

Bagaimanakah Anda sebagai guru menilai hasil belajar peserta didik? Meskipun Anda
mengajar dengan menggunakan model tertentu atau model kreasi anda sendiri, penilaian hasil
peserta didik tetap mengacu kepada Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah yang mencakup penilaian
pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian harus dilakukan tahapan
demi tahapan sesuai langkah model pembelajaran yang digunakan.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 29


Model-Model Pembelajaran

Contoh 1.
Jika Anda menggunakan model Interaksi Sosial, maka sesuai dengan tujuan dari penggunaan
model tersebut, penilaian dapat dilakukan sebagai berikut;
1. Penilaian sikap pada saat observasi kelas lebih difokuskan terhadap sikap kerjasama dan
interaktif.
2. Penilaian pengetahuan dilakukan terhadap penguasaan materi yang menjadi bahan
kajian/pembahasan sesuai Indikator Pencapain Kompetensi (IPK) yang dapat dilakukan
secara observasi, lisan, atau tertulis.
3. Penilaian keterampilan dapat dilakukan terhadap keterampilan konkret dan keterampilan
abstrak. Misalnya untuk pembelajaran Bahasa Inggris seperti pada ulasan sebelumnya,
penilaian keterampilan pelafalan dapat dilakukan melalui observasi pada saat peserta
didik berdialog dan hasil kajian tertulis terhadap teks.

Contoh 2.
Jika Anda menggunakan model Inquiry learning, maka sesuai dengan sintaks dan tujuan dari
penggunaan model tersebut, penilaian yang dapat dilakukan sebagai berikut;
1. Penilaian sikap difokuskan kepada sikap teliti, cermat, kritis, logis, dan analisis.
2. Penilaian pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui kualitas pertanyaan yang
menggambarkan penguasaan peserta didik terhadap fenomena yang diamatinya,. sebagai
bahan kajian yang berkaitan dengan kompetensi.
3. Selain dari pertanyaan, pengetahuan peserta didik dapat dilihat dari jawaban apakah ia
memberikan jawaban yang benar atau logis (meskipun salah), sehingga dapat
menggambarkan penguasaannya terhadap materi atau bahan ajar serta permasalahan
yang dihadapinya.
4. Penilaian juga harus mempertimbangkan banyak dan akurasinya data, serta bagaimana
cara memperolehnya. Hal tersebut akan memberikan gambaran alur pikir dan
pemahaman peserta didik terhadap penguasaan suatu konsep dan aplikasinya dalam
situasai yang berbeda.
5. Selanjutnya penilaian dilakukan terhadap kesimpulan yang dirumuskan peserta didik,
karena kesimpulan yang diberikan dapat menentukan kualitas pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran.
6. Presentasi atau penyajian hasil suatu temuan juga termasuk salah satu unsur penilaian.
Melalui presentasi, peserta didik akan terlatih untuk terbuka dan lebih percaya diri.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 30


Model-Model Pembelajaran

B. Contoh Penggunaan Model Pembelajaran


1. Penggunaan Model Discovery Learning dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari
ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Pendidikan Agama
Islam (PAI) adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat
menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi lebih menekankan bagaimana peserta
didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut, sekaligus dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, PAI
tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja, tetapi yang lebih penting
adalah pada aspek sikap dan keterampilannya. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di
SMA adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti
yang luhur).
Memperhatikan karakteristik PAI tersebut di atas, berikut adalah contoh langkah-
langkah kegiatan pembelajaran Model Discovery Learning dalam mata pelajaran PAI.
a. Kompetensi Dasar
3.1 Menganalisis Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta Hadis tentang kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan
(ukhuwah).
4.1.1 Membaca Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12, sesuai dengan kaidah tajwid dan
makharijul huruf.
4.1.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12 dengan fasih dan
lancar.
4.1.3 Menyajikan hubungan antara kualitas keimanan dengan kontrol diri (mujahadah
an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) sesuai
dengan pesan Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12, serta Hadis terkait.

b. Langkah-langkah Pembelajaran seperti dalam tabel berikut:

Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
1. Memberi salam, Memberi salam, Disesuaikan dengan
mengabsen, berdoa kondisi dan situsai
mengkondisikan peserta atau karakteristik
didik dalam materi yang guru/sekolah masing-
akan dipelajari masing.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 31


Model-Model Pembelajaran

Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
2. Meminta peserta didik
untuk duduk dalam
kelompok yang telah
ditetapkan sebelumnya
3. Menjelaskan Kompetensi
Dasar yang harus dicapai
peserta didik.
4. Menjelaskan tugas
kelompok yang harus
dilakukan yaitu;
a. memperhatikan cara
melafalkan bacaan,
sesuai dengan kaidah
tajwid dan mahkrajul
huruf, serta
memberikan pendapat
tentang tafsir ayat
tersebut dikaitkan
dengan norma
kehidupan yang
berlaku.
b. memberikan tanggapan
terhadap isi film yang
berkaitan dengan
ukuwah islamiah,
selanjutnya dikaitkan
dengan tafsir ayat Al-
Qur’an tersebut.
Inti
1. Menayangkan film yang Mengamati dan Stimulation (memberi
dimulai dengan penampilan mencermati cara stimulus).
seseorang sedang melafalkan ayat kegiatan mengamati
melantunkan Q.S. Al-Anfal disesuaikan dengan situasi melalui film
(8) : 72); Q.S. Al-Hujurat tulisannya.
(49) : 12; dan QS Al-Hujurat
(49) : 10) disertai dengan
tampilan “tulisan berjalan”
pada layar sesuai ayat yang
dibacakan dan dilanjutkan
dengan suatu kondisi yang
berkaitan dengan kontrol
diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik
(husnuzzhan), dan
persaudaraan (ukhuwah)
yang dilakukan orang-
orang dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Mencermati situasi
atau alur cerita film

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 32


Model-Model Pembelajaran

Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
berkaitan Kompetensi
Dasar.
3. Meminta satu atau dua Satu atau dua orang
orang peserta didik untuk peserta didik
melafalkan kembali ayat- melafalkan salah satu
ayat tersebut. dari ayat-ayat
tersebut, yang lain
mengamati. Setelah
satu ayat selesai
dilafalkan, yang lain
memberikan
masukkan
(pembenaran atau
memperbaiki cara
lafalannya)
4. Meminta peserta didik Mencari terjemahan
untuk mencari terjemahan atau tafsir dari ayat
atau tafsir dari ayat Al- tersebut dari berbagai
Qur’an yang dibacakan. sumber, antara lain
buku agama, buku
tafsir, atau dari
internet
4. Memancing pertanyaan Diskusi kelompok Problem Statement
dari peserta didik tentang tentang tingkah laku (mengidentifikasi
hubungan antara ayat Al- orang-orang yang masalah); menemukan
Qur’an yang dibacakan tergambar dalam film, permasalahan yang
dengan tingkah laku orang- kaitanya dengan terdapat dalam
orang dalam film, serta aturan atau norma kehidupan manusia
kaitannya dengan yang berlaku dalam berdasarkan isi film
kehidupan sehari-hari, baik masyarakat. yang diamati.
yang dialaminya atau yang
dilihatnya dilingkungan
sekitar, atau dari
media/internet.
5. Memberikan jawaban
dan tanggapan
terhadap pertanyaan
guru secara individual,
kelompok, atau diskusi
kelas
6. Meminta siswa untuk Mencari ayat-ayat Al- Data Collecting
mencari ayat-ayat lain atau Qur’an atau hadits, (mengumpulkan
hadits yang berkaitan internet, atau sumber data); mencari dan
dengan kontrol diri lain yang relevan, atau mengumpulkan
(mujahadah an-nafs), menanyakan suatu data/informasi yang
prasangka baik kejadian, baik yang dapat digunakan
(husnuzzhan), dan dialaminya maupun untuk menemukan
persaudaraan (ukhuwah) yang dilihatnya solusi pemecahan
sesuai dengan isi film yang dikaitkan dengan masalah yang
ditayangkan. dihadapi dari Al-

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 33


Model-Model Pembelajaran

Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
tatanan atau norma Qur’an atau hadits,
yang berlaku. buku agama, atau
sumber lain, misalnya
internet.
7. Menyelesaikan tugas Data Processing
sesuai hasil temuan (mengolah data);
berdasarkan ayat-ayat kegiatan mengolah
Al-Qur’an atau hadits, data melalui diskusi
internet, atau sumber dan membandingkan
lain dan hasil diskusi dengan hasil data dari
kelompok tafsir Al-Qur’an dan
hadits, atau norma
masyarakat yang
berlaku

8. Mendiskusikan lagi Verification


hasil simpulan yang (memferifikasi);
dibuatnya, serta mengecek kebenaran
kemungkinan untuk atau keabsahan hasil
menambah sumber pengolahan data
lain untuk lebih melalui diskusi
mendapatkan hasil dengan kelompok
yang lebih akurat lain yang
menggunakan
berbagai tafsir Al-
Qur’an dan hadits
dari berbagai ahli.
9. Meminta kelompok yang Mengemukakan
sudah siap untuk tanggapan dan ulasan
mengemukakan hasil terhadap isi film
diskusinya, baik secara berkaitan dengan
lisan, presentasi, atau (mujahadah an-nafs),
tulisan prasangka baik
(husnuzzhan), dan
persaudaraan
(ukhuwah), sesuai
hasil diskusi dalam
kelompoknya.
10. Menyebutkan ayat-
ayat Al-Qur’an, hadits,
atau sumber lain yang
relevan.
11. Saling memberikan
tanggapan atau
sanggahan, dan
tambahan pendapat
sesuai hasil temuan
dan diskusi
kelompoknya masing-
masing

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 34


Model-Model Pembelajaran

Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
12. Memberikan tanggapan Menyanggah atau
dan masukkan apabila menerima masukan,
diperlukan. baik dari guru maupun
kelompok lainnya
berdasarkan kepada
sumber yang jelas dan
dapat dipertanggung-
jawabkan
13. Membuat simpulan Generalization
bersama (bersama antara (menyimpulkan).
guru dan peserta) tentang Peserta didik digiring
bagaimana seharusnya untuk
menjalankan sikap ukuwah menggeneralisasikan
islamiah sesuai dengan hasil simpulannya
ajaran Islam dan norma pada suatu kejadian
masyarakat yang berlaku atau permasalahan
yang serupa, sehingga
peserta didik dapat
melatih pengetahuan
metakognisinya.
Penutup
1. Memberikan penghargaan
terhadap kerja keras
peserta didik
2. Menjelaskan meteri
pelajaran untuk pertemuan
berikutnya
3. Membaca salam

c. Penilaian

Untuk kegiatan pembelajaran diatas, penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan
cara;

1) Observasi yang dilaksanakan pada saat peserta didik melafalkan ayat dan pada
saat diskusi. Penilaian ini dapat mencakup penilaian sikap (disesuaikan dengan
penilaian sikap yang direncanakan guru), pengetahuan, dan keterampilan. Nilai
pengetahuan dan keterampilan diberikan kepada peserta didik yang memberikan
masukkan dengan benar.
2) Pada saat observasi juga dilakukan penilaian untuk setiap langkah yang dilakukan
peserta didik, mulai cara mengidentifikasi permasalahan, menentukan alternatif
solusi, sampai mengkomunikasikan hasilnya. Penilaian ini mencakup: 1) penilaian
sikap, misalnya kerja keras, teliti, dan cermat; 2) penilaian pengetahuan, misalnya
pemahaman terhadap tanda-tanda bacaan atau tajwid dan menyebutkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang berhubungan dengan ukuwah islamiyah; dan 3) penilaian
keterampilan, misalnya melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang relevan.
3) Penilaian harian dilaksanakan untuk menilai pengetahuan dengan instrumen
penilaian disesuaikan dengan indikator yang disiapkan guru.
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 35
Model-Model Pembelajaran

2. Contoh Model Problem Based Learning (PBL) Pada Matapelajaran Fisika


Model PBL dapat digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan konseptual dan
prosedural peserta didik melalui penyajian masalah. Berikut ini adalah langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model PBL pada matapelajaran Fisika untuk
KD 3.3 dan 4.3.
a. Kompetensi Dasar
3.3 Menerapkan prinsip penjumlahan vektor sebidang (misalnya perpindahan)
4.3 Merancang percobaan untuk menentukan resultan vektor sebidang (misalnya
perpindahan) beserta presentasi hasil dan makna fisisnya

b. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran


Pendahuluan
1) memberi salam, berdo’a dan mengabsen kehadiran peserta didik;
2) mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
3) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari;
4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan;
5) menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan; dan
6) membentuk kelompok dengan anggota 4 -5 orang

Kegiatan Inti
1) Mengorientasikan
Peserta didik bersama kelompoknya mengamati permasalahan terkait dengan materi
penjumlahan vektor. Masalah yang disajikan adalah “tanggal 28 februari 2016 pukul
14.11 pesawat Lion Air tergelincir di Juanda Surabaya. (www.kompas.com). Kemudian
guru mengajukan pertanyaan berdasarkan masalah yang disajikan sebagai bahan
diskusi peserta didik bersama kelompoknya; “Konsep vektor apa yang berpengaruh
dalam kejadian tersebut?”
2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
Peserta didik diminta membaca literatur untuk menjawab permasalahan melalui bahan
diskusi tentang penjumlahan vektor. Peserta didik difasilitasi untuk membuat beberapa
pertanyaan mengenai informasi yang didapatkan dari hasil pengamatan video
pendaratan pesawat. Guru membantu peserta didik mengatasi dan mengorganisasi
tugas-tugas yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 36


Model-Model Pembelajaran

3) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok.


Peserta didik menjawab permasalahan tergelincirnya pesawat yang berkaitan dengan
konsep vektor melalui diskusi kelompok., dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber seperti buku dan internet dengan bimbingan dari guru.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Peserta didik merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model
dan berbagi tugas dengan teman, dan guru membantu kelompok yang mengalami
kesulitan. Sesuai permasalahan di atas, siswa diminta mendesain laporan yang dapat
menjawab permasalahan tergelincirnya pesawat dan dikaitkan dengan konsep vektor.
5) Menganalisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Dari informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dan berdasarkan hasil diskusi,
peserta didik diminta menganalisis keterkaitan konsep vektor dengan permasalahan
tergelincirnya pesawat Lion Air, selanjutnya siswa diminta membuat dugaan awal dan
mempresentasikannya di depan kelas. Guru membantu peserta didik melakukan refleksi
terhadap penyelidikan dan proses-proses yang di lakukan Peserta didik diminta
menuliskan kesimpulan yang didapatkan tentang cara menentukan keterkaitan konsep
vektor dengan tergelincirnya pesawat Lion Air. Kemudian peserta didik diminta
mendiskusikan kesimpulannya antar kelompok.

Penutup
1) peserta didik dengan bimbingan guru membuat rangkuman/ simpulan pelajaran;
2) peserta didik dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
3) peserta didik memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4) guru melakukan penilaian;
5) guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Contoh-contoh penggunaan model pembelajaran untuk mata pelajaran yang lain dapat
dilihat pada lampiran.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 37


Model-Model Pembelajaran

BAB IV
PENUTUP

Mulai tahun pelajaran 2015-2016 sejumlah 2.156 SMA melaksanakan Kurikulum 2013 sebagai
sekolah rintisan. Selanjutnya untuk tahun pelajaran 2016/2017, implementasi Kurikulum
2013 diperluas di seluruh kabupaten/kota menjadi 3.212 SMA atau sekitar 25%.
Penambahan jumlah SMA pelaksana Kurikulum 2013 pada tahun tersebut sebanyak 2.049
SMA.

Pembelajaran merupakan salah satu titik tolak terpenting dalam pelaksanaan Kurikulum untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, guru harus berusaha semaksimal
mungkin dalam menyusun rencana dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan suatu
cara atau model pembelajaran yang tepat, sehingga pembelajaran yang terlaksana dapat
mengembangkan potensi peserta didik dalam mencapai perkembangan yang seimbang antara
kebutuhan fisik, psikis, dan spritual yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik kompetensi dan materi. Kekhasan karakteristik
ini mengakibatkan perlunya pendekatan dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran tersebut. Pemilihan pendekatan dan model-model ini
dimaksudkan agar transfer nilai-nilai, kompetensi, dan materi berlangsung secara efektif dan
efisien sesuai dengan konteks, dan kebermaknaan proses belajar.

Naskah model-model pembelajaran di SMA ini, disusun sebagai salah satu bahan untuk
membantu guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Melalui naskah ini,
diharapkan guru dapat menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, peserta didik, serta sarana dan prasarana pendidikan yang
tersedia di sekolahnya masing-masing.

Untuk selanjutnya, kritikan dan saran demi peningkatan maupun perbaikan naskah sangat
diharapkan. Semoga naskah model-model pembelajaran di SMA ini dapat bermanfaat, baik bagi
pembaca naskah khususnya bagi para guru pembangun insan cindekia. Maju Bersama, Hebat
Semua.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 38


Model-Model Pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

A Amir, T.M. 2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik
Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy For Learning, Teaching, And
Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York.
Longman.

Bruner, J. 1996. The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Bloom, B.S., Englehart, M.B., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl, D.L.1956. Taxonomy of
educational objectives. The classifications of educational goals. Handbook I.

Bloom’s Taxonomy: The 21st Century Version, Education Technology and Mobile Learning: A
Resource of Free Educational Web Tool and Mobile App for Education

Calabrese Barton, A. 1998. Reframing “science for all” through the politics of poverty.
Educational Policy, 12, 525-541.

Chandra, T. Tavip, dkk. 2016. Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun 2016 Mata Pelajaran
Fisika. Jakarta: Kemdikbud

Direktorat PSMA. 2014. Model Pembelajaran; Pendekatan Saintifik dalam Mata Pelajaran
(Bahasa Inggris, Biologi, dll). Jakarta: Kemdikbud.

Direktorat PSMA. 2014. Model Penilaian di SMA. Jakarta: Kemdikbud.

Puskurbuk. 2016. Draf KI-KD dan Silabus Hasil Final sampai Tanggal 12 Februari 2016. Jakarta:
Kemdikbud.

Joyce, B & Weil, M. 1996. Models of Teaching fifth Edition. United States of America. Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data.

Harding, S. 1998. Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Feminisms, and Epistemologies.


Bloomington: Indiana University Press.

Hatikah, Tika. 2016. Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun 2016 Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kemdikbud.

Lasmanawati, Ati, dkk. 2016. Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun 2016 Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta: Kemdikbud.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 19


tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 39
Model-Model Pembelajaran

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil
Belajar pada Pendidikan Dasar dan Menengah

Siswanto, dkk. 2016. Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun 2016 Mata Pelajaran Kimia.
Jakarta: Kemdikbud.

Soedjadi, R. 2006. Mengenal Revisi Taxonomy Bloom. Surabaya: PPs Unesa.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 40


Model-Model Pembelajaran

Lampiran 1: Contoh Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab

Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa dunia memiliki peran penting dalam proses komunikasi
maupun sebagai alat untuk menggali esensi dari suatu ilmu pengetahuan. Contoh berikut
adalah kegiatan pembelajaran Bahasa Arab dengan menggunakan Model Proyek (Project
ُ ‫ا َ ِإل ْمالَء الــمـ َ ْنـ‬dengan langkah-langkah yang dimulai dari menyiapkan
Based Learning) atau ‫ظو‬
pertanyaan atau penugasan proyek, mendesain perencanaan proyek, menyusun jadwal
sebagai langkah nyata dari sebuah proyek, memonitor kegiatan dan perkembangan proyek,
menguji hasil dan mengevaluasi kegiatan/ pengalaman. Materi pokok yang dibahas adalah
memproduksi teks lisan dan tulis sederhana tentang kegiatan sehari-hari, dengan produk yang
dihasilkan diantaranya; poster dan narasi yang menceritakan kegiatan sehari-hari ( ‫األعمال‬
‫ )اليومية‬peserta didik dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Tujuannya, agar peserta
didik dapat memproduksi teks lisan dan tulis sederhana sesuai dengan struktur kebahasaan
yang tepat. Berikut adalah langkah kegiatan pembelajaran Model Project Based Learning (PjBL)
pada Matapelajaran Bahasa Arab, yang terdiri atas 3 (tiga) fase.
Fase 1
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
1.
Mengucapkan salam dan Menjawab salam guru,
mempersilahkan peserta didik dan peserta didik berdo’a
untuk berdoa, dilanjutkan untuk mengawali proses
dengan mengabsen peserta pembelajaran
didik

2. Apersepsi
Memberikan apersepsi terkait Menyimak apa yang
topik atau materi yang akan disampaikan guru terkait
dibahas dan dihubungkan materi yang akan dibahas
dengan materi sebelumnya

3. Meminta peserta didik untuk Membentuk kelompok


membentuk kelompok dengan dengan mulia berhitung
cara berhitung dengan dari 1 – 5 (‫ مخسة‬- ‫ )واحد‬dan
mengggunakan bahasa arab dilanjutkan duduk dengan
dari 1 – 5 (‫ خمسة‬- ‫ )واحد‬dan kelompoknya masing-
meminta peserta didik masing
mengamati video yang akan
ditayangkan

Kegiatan Inti
1. Menayangkan video yang 1. Mengamati video yang Perencanaan Projek
berkaitan dengan kegiatan disajikan oleh guru dan
sehari-hari dalam bahasa merancang langkah apa
Arab, dan meminta peserta yang akan dilakukan
didik untuk memperhatikan sesuai dengan tugas
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 41
Model-Model Pembelajaran

Fase 1
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
struktur tata bahasa atau memproduksi teks
kaidah yang digunakan bentuk poster
sebagai bahan dalam sederhana dalam
memproduksi teks lisan dan bahasa Arab
tulis sederhana dalam bentuk
poster sebagai tugas yang akan
dikerjakan

2. Membagikan  Mengidentifikasi Identifikasi dan


teks bahasa arab berdasarkan struktur dan kaidah analisis kaidah dan
video yang ditayangkan dan bahasa arab tentang struktur
meminta peserta didik untuk jumlah ismiah dan berdasarkan teks
mengidentifikasi struktur dan fi’liah menggunakan yang diberikan
kaidah kebahasaan tentang teks yang disediakan
jumlah ismiah dan fi’liah .
 Menganalisis struktur
kaidah tata bahasa arab
(‫)اجلملة اإلمسية والفعلية‬dari teks
dengan topic (‫)األعمال اليومية‬
sebagai bahan dalam
Meminta peserta didik untuk memproduksi teks lisan
mencari dari sumber lain, dan tulis sederhana.
misal buku teks atau internet.
Mencari dari sumber lain,
misal buku teks atau
browsing dengan alamat
 www.youtube.com/
wacth?v=PMSnj2T9x
Ck
Memfasilitasi peserta didik  https://www.youtub
untuk tanya jawab yang e.com/watch?v=14sX
berkaitan dengan struktur dan kAcVlGw
kaidah tata bahasa Arab.  https://www.youtub
e.com/watch?v=tzL
M7C6Qlrg

Menanyakan hal-hal yang


berkaitan dengan
penjelasan struktur
kaidah tata bahasa arab
berkaitan dengan jumlah
ismiah dan fi’liah sebagai
bahan pelaksanaan projek.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 42


Model-Model Pembelajaran

Fase 1
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
3. Memberikan beberapa pilihan Menentukan tema proyek Mendesain projek
tema proyek untuk sesuai kesepakatan
dididkusikan dalam kelompok dengan anggota
kelompoknya

4. Memberikan contoh hasil Mendiskusikan desain


proyek berupa poster yang projek yang akan dibuat
terdapat narasi dalam Bahasa dalam kelompok masing-
Arab masing
Membuat jadwal Membuat jadwal
pengerjaan proyek dalam pelaksanaan projek
kelompok serta menerima
laporan jadwal
pengerjaan proyek

Kegiatan penutup
Guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran berkaitan dengan tugas
projek yang akan dilaksanakan
Fase 2
Kegiatan di luar kelas
Pelaksanaan/pembuatan Projek
1. Peserta didik mengerjakan tugas mebuat poster dengan teks sederhana diluar jam
pelajaran dan melaporkan cara kerja serta progresnya melalui email dalam bentuk
film atau foto. Pada saat pertemuan berikutnya (fase 3) peserta didik melaporkan
hasil sementara melalui presentasi
2. Guru memonitor kerja peserta didik melalui laporan email berupa tulisan, foto, atau
film.
Fase 3
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
1. Membaca salam dan Membaca salam
mengabsen
2. Menanyakan tugas yang Menjawab pertanyaan
diberikan serta bertanya guru dan mengemukakan
tentang kesulitan peserta kesulitan dalam
didik. menyelesaikan tugasnya

Kegiatan Inti
1. Meminta masing-masing Mempresentasikan hasil Uji coba hasil
kelompok untuk melaporkan karya sementara berupa sementara
progres projeknya melalui poster dan narasinya
presentasi dan dalam bahasa Arab
mengumpulkan hasil
sementara
Memeriksa hasil karya
sementara peserta didik

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 43


Model-Model Pembelajaran

Fase 1
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
berupa poster yang terdapat
narasinya

2. Memonitor jalannya Kelompok lain Monitoring dan


presentasi hasil proyek menanggapi dan memberi evaluasi
masukkan
3. Setelah semua kelompok Memperbaiki projek
mempresentasikan hasilnya, sesuai masukkan guru
maka guru memberikan dan kelompok lain
kesempatan kepada peserta
didik untuk memperbaiki
projeknya
Kegiatan Penutup
1. Memberikan kesempatan Mengungkapkan
peserta didik untuk pengalamannya masing-
mengungkapkan pengalaman masing
belajarnya

2. Memberikan penjelasan
tentang kegaiatan yang akan
datang

Penilaian;

1. Penilaian sikap lebih diarahkan pada keingintahuan pada saat mengidentifikasi, dan
penilaian kerjasama dalam pelaksanaan dapat dilihat pada film atau foto, atau tulisan
yang dikirimpeserta didik.
2. Pada saat presentasi penilaian pengetahuan dan keterampilan dilaksanakan sesuai
dengan rambu-rambu Bahasa Arab, antara lain tentang pelafalan dan kandungan isi
poster.
3. Penilaian pengetahuan dan keterampilan juga dilihat dari hasil akhir berupa produk
yaitu poster.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 44


Model-Model Pembelajaran

Lampiran 2: Kolaborasi Antar Guru Mata Pelajaran

Contoh berikut adalah kegiatan pembelajaran kolaborasi antar guru mata pelajaran, yaitu
mata pelajaran Kimia, Ekonomi, Seni, dan Prakarya dan Kewirausahaan dengan
menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning).
Contoh tersebut memberikan gambaran kepada guru dalam melmberikan tugas proyek
kepada peserta didik, sehingga dapat meringankan kerja peserta didik dalam
melaksanakannya. Kegiatan pembelajaran tersebut terdiri atas 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan
kelas dan kegiatan di luar kelas dengan langkah sebagai berikut;
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
1.
Mengucapkan salam dan Menjawab salam guru,
mempersilahkan peserta didik dan peserta dididk
untuk berdoa, dilanjutkan berdo’a untuk mengawali
dengan mengabsen peserta proses pembelajaran
didik

Mengulang materi sebelumnya Menyimak apa yang Apersepsi


berkaitan dengan tugas yang disampaikan guru terkait
akan dibuat yaitu tentang materi yang akan dibahas
aplikasi koloid dalam kehidupan
sehari-hari serta pameran hasil
projek.
2. Motivasi
Menjelaskan kegiatan
pembelajaran yang berbeda
dengan biasanya, karena
melibatkan guru lain
(berkolabarasi), yaitu guru
PKWU, guru Seni, dan guru
Ekonomi.
3. Membentuk kelompok
Meminta peserta didik untuk
membentuk kelompok

Kegiatan Inti
1. Memberikan tugas projek Perencanaan
pembuatan produk yang Projek
merupakan aplikasi koloid
dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai stimulus guru Mencermati dan mencatat


memberikan link mengenai indikator-indikator atau
science product ideas unsur-unsur dalam
http://www.scienceprojectideas. science product ideas
co.uk/ice-cream-colloidal- sesuai kebutuhan
chemistry.html

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 45


Model-Model Pembelajaran

2. Guru Kimia, Ekonomi, Prakarya Merencanakan produk Mendesain Proyek


dan Kewirausaahan, serta guru koloid yang akan di
Pendidikan Seni berkolabirasi pamerkan.
dalam memfasilitasi dan
melakukan pendampingan
untuk peserta didik dalam
merencanakan proyek.
Mencari informasi di
internet mengenai proses
pembuatan produk
koloid yang akan dibuat.

Guru Seni dan PKWU Merencanakan packaging


mendampingi peserta didik desain produk koloid yang
dalam mendesain packaging akan di pamerkan
produk
Membuat anggaran biaya
Guru Ekonomi mendampingi produksi dan menentukan
peserta didik dalam harga jual produk koloid
menentukan biaya dan yang dibuat dan
marketing plan menyusun marketing plan

Guru Seni mendampingi peserta Merencanakan stand


didik dalam mendesain stand desain pameran.
pameran
Merencanakan poster
desain sebagai media
dalam memperkenalkan
koloid kepada pengunjung
pameran.

Berkolaborasi dalam Menyusun jadwal dan Menyusun Jadwal


memfasilitasi dan mensupervisi tempat proses pembuatan
proses produk koloid, packaging,
stand pameran, dan
poster, serta membagi
tugas/peran masing-
masing anggota kelompok

Meminta perwakilan kelompok Mempresentasikan


untuk mempresentasikan perencanaan proyek
rencana proyek pameran koloid.

Kegiatan Penutup
Memberikan pengarahan untuk Mencatat pengarahan
melaksanakan proyek, sesuai guru, dan memperbaiki
dengan ugas masing-masing rencana proyek

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 46


Model-Model Pembelajaran

Kegiatan di luar kelas (Pelaksanaan Proyek)


4. Berkolaborasi memantau Mendokumentasikan Memonitor kegiatan
perkembangan peserta didik setiap proses persiapan dan perkembangan
dalam mengerjakan proyek, pameran koloid. proyek
mulai dari pembuatan produk,
pengepakan, sampai pembuatan
Melaksanakan tahapan
poster.
projek sesuai jadwal dan
pembagian tugas

Mendokumentasikan
setiap tahapan/proses
pelaksanaan projek.

1. Memfasilitasi dan memotivasi Mengecek Menguji hasil


aktivitas peserta didik keberhasilan/ketercapaia
n, atau kegagalan tahapan
projek

Memberi pengarahan dan Mengecek kesiapan


bantuan seperlunya pameran produk
Memamerkan produk
koloid (perlihatkan
bentuk kolaborasi dan
sinergi antaranggota
kelompok)

Menjelaskan semua
informasi mengenai
koloid secara umum dan
produk koloid yang
dihasilkan pada
pengunjung pameran
melalui poster atau
penjelasan lisan jika ada
yang bertanya

Meminta peserta didik untuk Mengeavaluasi Evaluasi


mengidentifikasi faktor keberhasilan atau
keberhasilan dan kendala kendala rangkain
rangkaian kegiatan kegiatan
2. Meminta peserta didik untuk Melaporkan proyek dalam
membuat laporan secara bentuk DVD, terdiri atas
tertulis dalam bentuk DVD, proses pembuatan koloid,
disertai foto dan film. packaging, stand
pameran, dan poster,
serta kendala dan
keberhasilan pameran.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 47


Model-Model Pembelajaran

Penilaian;

1. Penilaian sikap lebih diarahkan pada kerja keras, disiplin, dan kerjasama.
2. GURU KIMIA : Menilai kemampuan peserta didik dalam memilih produk & mencari
informasi mengenai proses pembuatan produk koloid yang akan dipamerkan,
relevansi dengan materi sistem koloid, keaslian produk koloid yang dihasilkan,
penyelesaian proyek
3. GURU KEWIRAUSAHAAN: Menilai kemampuan peserta didik dalam merencanakan
bisnis dan menyusun marketing plan.
4. GURU SENI: Menilai kemampuan peserta didik dalam mendesain poster, sehingga
bisa menjadi media informasi yang menarik pengunjung pameran
5. GURU EKONOMI : Menilai kemampuan peserta didik dalam membuat anggaran
biaya, menentukan harga jual.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 48


Model-Model Pembelajaran

@2016, Direktorat Pembinaan SMA 49

Anda mungkin juga menyukai