Model-Model Pembelajaran
KATA PENGANTAR
Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan naskah-naskah
ini kami ucapkan terima kasih.
TTD
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses
pembelajaran dilakukan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik ( UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknasal Pasal 1 ayat 1).
Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
merancang suatu pembelajaran yang harus dikembangkan guru sebagai bentuk pertanggung-
jawaban kegiatan profesinya kepada masyarakat, sejawat, dan peserta didik. Guru dalam
pengembangan pembelajaran harus menerjemahkan prinsip-prinsip pedagogi dan
pembelajaran dalam suatu perencanaan, dan kemudian merealisasikan perencanaan tersebut
dalam bentuk pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran dapat mengikuti suatu model pembelajaran yang telah ditentukan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) yang relevan dan
diberlakukan, atau guru menerapkan model atau pendekatan lain yang sesuai dengan
pendekatan saintifik maupun pendekatan yang sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya.
Selain itu, model pembelajaran yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi
sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan, serta terdapat strategi
pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.
Melalui model pembelajaran, kegiatan pembelajaran tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru, dengan berbasis aktivitas peserta didik dan berbasis keilmuan.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.
belum diketahui, karena melalui penguasaan beberapa model pembelajaran maka seorang
guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Arends (1997)
dan beberapa pakar model pembelajaran yang lain berpendapat bahwa tidak ada satu model
pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model
pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi
pelajaran tertentu. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyusunan RPP yang
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang dilaksanakan di
sekolah dengan dikoordinasi, difasilitasi dan disupervisi oleh kepala sekolah. Penyusunan RPP
mengacu pada permendikbud nomor 103 Tahun 2014, silabus, pedoman mata pelajaran, buku
teks pelajaran, dan buku panduan guru yang telah ditetapkan.
Fakta yang ada mengindikasikan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK),
karakteristik dan modalitas belajar peserta didik, kondisi kelas, dan sesuai dengan pendekatan
yang berpusat pada peserta didik maupun yang berbasis pembelajaran aktif (active learning) ,
dalam proses pencarian pengetahuan melalui metode ilmiah menggunakan langkah-langkah
saintis. Untuk hal itu, maka Direktorat Pembinaan SMA menyusun naskah Model-model
Pembelajaran di SMA yang mengacu pada karakteristik Kurikulum 2013.
B. Tujuan
Naskah ini disusun dengan tujuan membantu guru secara individual maupun kelompok dalam
mengembangkan model pembelajaran berdasarkan rambu-rambu dan karakteristik
Kurikulum 2013, yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, kompetensi dasar,
Indikator Pencapaian Kompetensi, guru dan peserta didik, serta kondisi kelas.
C. Ruang Lingkup
Naskah Model-model Pembelajaran ini memuat antara lain;
1. Pengertian
2. Model-Model Pembelajaran
3. Tujuan Pengembangan Model Pembelajaran;
4. Contoh Penggunaan Model Pembelajaran dalam Mata Pelajaran
5. Penilaian Hasil Belajar dalam Model Pembelajaran
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 sebagai perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 sebagai perubahan ke dua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian
Hasil Belajar pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
11. Surat Edaran Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum.
12. Peraturan lain yang berlaku
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Sebelum membahas pengertian model pembelajaran, mari kita perhatikan contoh kegiatan
pembelajaran 2 (dua) orang guru Matematika sebagai berikut;
1. Guru A mengajarkan tentang jarak antara titik dan garis dalam ruang dimensi tiga melalui
kegiatan sebagai berikut;
a. setelah memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran peserta didik, guru
meminta peserta didik untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah ditentukan
sebelumnya;
b. guru membagikan bangun ruang dimensi tiga (kubus, balok, limas, dll) kepada setiap
kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat bangun ruang yang berbeda;
c. guru meminta peserta didik untuk menentukan jarak sebuah titik terhadap garis yang
harus didiskusikan dalam kelompok;
d. peserta didik mengerjakan tugas dengan berdiskusi dalam kelompok, sambil sesekali
bertanya kepada guru, atau mencari dari buku siswa maupun buku lain yang relevan,
atau dari internet;
e. Sambil berjalan berkeliling guru mengarahkan peserta didik untuk menemukan jarak
tersebut dengan berbagai cara, termasuk
mengukur, atau dengan menggunakan aturan
yang telah dipelajari;
f. Selanjutnya guru meminta perwakilan
kelompok untuk mengemukakan hasil
diskusi masing-masing kelompok yang
ditanggapi oleh kelompok lain, sementara
guru mencatat hasil dari semua kelompok sambil sesekali memberi arahan atau
masukan;
g. Setelah semua kelompok memaparkan hasil, guru mengulas kembali hasil paparan
kelompok , dan meminta peserta didik untuk mengamati dan mendiskusikannya;
h. Melalui diskusi kelas, guru dan peserta didik membuat simpulan;
i. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada peserta
didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada kegiatan selanjutnya, dan
memberi salam;
Model yang dilakukan guru A tersebut diatas, kita sebut saja sebagai “Model Pembelajaran A”
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 4
Model-Model Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan dari Model Pembelajaran A dan Model Pembelajaran B di atas, mana
yang sesuai dengan model pembelajaran Anda?
Mungkin di antara Anda ada yang menjawab Model Pembelajaran A, tapi sebagian besar dari
Anda, mungkin merasa pernah melakukan pembelajaran seperti Model B, bahkan ada yang
mengatakan; “Semuanya tidak ada yang sesuai dengan
InilInilah
model yang saya laksanakan. Itu tidak sesuai dengan
kelasku.....
karakter saya dan karakter peserta didik saya, lagi pula
kondisi kelas saya lebih bagus dari itu. Saya
mengajarkan materi tersebut dengan cara cara saya
sendiri, dengan menggunakan alat yang lebih up to
date, sesuai dengan karakter materinya dan
disesuaikan pula dengan karakter peserta didik saya,
serta kondisi kelas yang saya punya....”
Dengan demikian Anda menggunakan model pembelajaran hasil kreasi Anda, sesuai dengan
karakteristik peserta didik Anda, kondisi kelas Anda, dan Anda yang memegang kendali. Dalam
hal ini Anda telah menciptakan dan menggunakan “Model Pembelajaran Anda”.
Jadi apakah yang disebut dengan pembelajaran dan model pembelajaran? Sebelum menjawab
pertanyaan di atas, kaji kembali Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran adalah
proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar, yang dilaksanakan dengan berbasis aktivitas
berdasarkan karakteristik:
1. interaktif dan inspiratif;
2. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif;
3. kontekstual dan kolaboratif;
4. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan
5. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, serta
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
1. Mengamati (Observing)
Kegiatan mengamati bertujuan untuk melatih ketelitian peserta
2. Menanya (Questioning)
Kegiatan menanya dilakukan agar peserta didik dapat
Membangun
pengetahuan membangun pengetahuannya secara faktual, konseptual, dan
Faktual, prosedural, tentang suatu hukum maupun teori, hingga berpikir
konseptual,
metakognitif. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan
prosedural, dan
berfikir kreatifitas dan rasa ingin tahu, serta kemampuan
metakognitif merumuskan pertanyaan untuk membentuk critical
Melatih minds. Proses menanya dapat dilakukan melalui kegiatan
kreatifitas dan
diskusi atau kerja kelompok.
rasa ingin tahu
4. Mengasosiasi (Associating)
Mengasosiasi dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu
Menemukan
keterkaitan antar informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
informasi dan keterkaitan informasi tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan
menemukan
melalui berbagai aktivitas, antara lain; menganalisis data,
polanya
Mengambangkan mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
sikap jujur, teliti, memprediksi/ mengestimasi. Mengembangkan sikap
disiplin, taat jujur, teliti, disiplin, taat aturan kerja keras,
aturan kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
kemampuan
menerapkan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
prosedur, berpikir
induktif serta
deduktif.
5. Mengomunikasikan (Communicating)
Kegiatan di atas yang mrupakan jabaran pendekatan saintifik yang selama ini dikenal dengan
5M,dan dilaksanakan pada saat kegiatan inti dalam proses pembelajaran, serta disesuaikan
dengan karakteristik mata pelajaran yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Dalam
implementasinya kegiatan pembelajaran tersebut bisa
5 M ????
dikembangkan menjadi pengalaman-pengalaman belajar
yang memungkinkan bukan hanya 5M. Pendekatan saintifik
dengan kegiatan 5M ini pun bukan rangkaian kegiatan sakral
yang harus dilaksanakan semuanya dalam satu kali
pertemuan. Guru dapat memfokuskan pada “M” mana yang akan dibelajarkan, sesuai dengan
kompetensi yang harus dicapai peserta didik.
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 8
Model-Model Pembelajaran
Berikut adalah contoh pertemuan pertama dari rangkaian kegiatan pembelajaran Bahasa
Inggris untuk Kompetensi Dasar 3.4 dan 4.4 yang terdiri dari atas 3 (tiga) pertemuan dengan
fokus pada kegiatan mengamati, menanya, dan mencoba.
1. Kompetensi Dasar:
a. 3.4 Membedakan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks
deskriptif lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi terkait
tempat wisata dan bangunan bersejarah terkenal, pendek dan sederhana, sesuai
dengan konteks penggunaannya
b. 4.4 Teks deskriptif
1) 4.4.1 Menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks,
dan unsur kebahasaan teks deskriptif, lisan dan tulis, pendek dan sederhana
terkait tempat wisata dan bangunan bersejarah terkenal
2. Langkah-langkah pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan (10’)
Mengamati (20’)
2) Setelah itu peserta didik menonton iklan tempat wisata yang relevan dengan
deskripsi di atas yang ditayangkan guru.
Menanya (15’)
3) Peserta didik mencari gagasan pokok, informasi rinci dan informasi tertentu
dari brosur yang dibaca melalui beberapa pertanyaan arahan.
Mencoba (40’)
3) Penutup (5’)
Thank you very much for your participation. You did a good job today, I’m very
happy with your activity in the class. How about you, did you enjoy my class?
2) Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas individual
untuk membaca melalui internet berbagai deskripsi tentang tempat wisata.
Semua penjelasan di atas akan menjawab pertanyaan “Apa yang dimaksud dengan
pembelajaran dan model pembelajaran?”. Pembelajaran adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan
orang-orang di lingkungannya, dan peserta didik dengan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik:
Pengertian model pembelajaran berdasarkan permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang
pembelajaran adalah kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki
nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. Sedangkan pendekatan atau metode atau
teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang guru untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dapat diartikan juga sebagai
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
B. Model-model Pembelajaran
Model pembelajaran yang sesuai dengan isi dalam permendikbud nomor 103 Tahun 2014 dan
permendibud nomor 22 Tahun 2016 adalah model pembelajaran yang bukan berbasis
ceramah atau hafalan, tetapi model pembelajaran yang berbasis aktivitas dan kreativitas,
menginspirasi, menyenangkan dan berprakarsa, serta lebih mengacu pada makna ‘alami,
sesuai fitrah manusia’ yaitu: terpusat pada peserta didik, autentik, kontekstual, dan bermakna
bagi kehidupan peserta didik sehari-hari. Model pembelajaran yang dimaksud, misalnya
discovery learning, project-based learning, problem-based learning, dan inquiry learning.
Menurut permendikbud nomor 22 Tahun 2016, bahwa untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian, seperti model
discovery atau inquiry learning. Sedangkan untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah, misalkan dengan menggunakan model project based learning. Berikut penjelasan dari
model-model tersebut.
a. Mengorientasi peserta didik pada masalah; Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik
mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; Pengorganisasian pembelajaran
merupakan salah satu kegiatan dimana peserta didik menyampaikan berbagai
pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah yang dikaji.
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok; Pada tahap ini peserta didik
melakukan percobaan untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau
menyelesaikan masalah yang dikaji.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; Peserta didik mengasosiasi data yang
ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah; Setelah peserta didik mendapat
jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada,
disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
c. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat
penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai
dengan target.
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang
sedang dikerjakan.
e. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai
data lain dari berbagai sumber.
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan
sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata
pelajaran lain.
Bruce Joyce dan Marsha Weil (1996) mengetengahkan 4 (empat) kelompok besaran model
pembelajaran, yaitu:
1. Model Interaksi Sosial (The Social Interaction Family)
Tujuan penggunaan model ini antara lain untuk
membangun hubungan kerjasama, interaktif, dan produktif
diantara peserta didik. Model ini dapat dilakukan melalui
kerjasama berpasangan, kerjasama dalam kelompok,
bermain peran, atau belajar di dunia nyata, misalnya
kondisi sosial tertentu.
Berdasarkan ke-empat model Joyce dan Weil tersebut, kita dapat diterapkan ke dalam kegiatan
pembelajaran menjadi model-model lain yang khusus, sesuai dengan karakteristik materi
pembelajaran dan aktivitas yang dikembangkan oleh guru dengan tujuan tertentu. Miisalnya
model yang dikembangkan adalah model Investigasi Kelompok (Group Investigation) dan
model Bermain Peran (Role Playing) sebagai penjabaran dari Model Interaksi Sosial,
sedangkan model Berfikir Induktif (The Induktif Thinking) sebagai penjabaran dari model
Pengolahan Informasi. Berikut penjelasan dari model-model tersebut.
d. Pelaksanaan masing-masing tugas anggota sesuai dengan tugas atau peran yang sudah
direncanakan. Perlu ditegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekedar bermain drama,
tapi lebih memberikan pengalaman dan pemahaman kepada peserta didik bagaimana
seseorang memiliki peran dan tanggungjawabnya. Selain itu peserta didik diharapkan
memiliki ide-ide baru yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya
sebagai hasil perwujudan pencapaian kompetensinya.
e. Diskusi dan evaluasi hasil observasi dan tugas yang berkaitan dengan ketepatan tugas
yang diberikan, waktu, atau tempat obervasi yang bersifat umum yang melibatkan pemain
maupun observer. kegiatan ini bukan mendiskusikan perannya tepat atau tidak, tapi
menekankan pada hal-hal yang sangat penting berkaitan dengan kompetensi yang harus
dicapai, misalnya; sikap terbuka, materi pelajaran sesuai, dan cara kerja yang tepat.
f. Langkah berikutnya adalah sharing pendapat antar peserta didik, peserta didik dengan
guru yang mendiskusikan hasil dari langkah sebelumnya, sehingga memungkinkan ada
penggantian peran. Hasil dari langkah ini adalah fokus perbaikan dalam pelaksanaan,
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang lebih baik.
g. Diskusi dan evaluasi seperti bagian f.
h. Sharing pengalaman dan generalisasi. Peran guru dalam kegiatan iniadalah membimbing
peserta didik untuk menemukan berbagai alternatif solusi pemecahan masalah dari
permasalahan yang serupa, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya.
Model-Model Pembelajaran
Pada Mata Pelajaran Tertentu
Selain model-model yang telah dibahas di atas, masih banyak model-model pembelajaran lain,
seperti model khusus yang digunakan oleh mata pelajaran tertentu seperti Bahasa Inggris
dengan model Task Based Learning (TBL), atau model yang dikembangkan dalam mata
pelajaran Ekonomi yaitu “Two stay and two stray”, atau model pembelajaran berbasis
portofolio untuk mata pelajaran Sosiolosi, Antropologi, Ekonomi, Geografi, Pendidikan Agama
Islam, Kimia dan Biologi, atau model khusus pada matapelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggabungkan tiga pendekatan yaitu pedagogi genre, saintifik, dan CLIL.
Model pembelajaran dalam matapelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan sintesis dari tiga
pendekatan, yaitu pedagogi genre, saintifik, dan Content and Language Integrated Learning
(CLIL), bertujuan untuk mencapai kompetensi berbahasa peserta didik secara optimal. Alur
utama model adalah pedagogi genre dengan 4M (Membangun konteks, Menelaah Model,
Mengonstruksi Terbimbing, dan Mengonstruksi Mandiri). Kegiatan mendapatkan
pengetahuan (KD-3) dilakukan dengan pendekatan saintifik 5M (Mengamati,
Mempertanyakan, Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan Mengomunikasikan).
Pengembangan keterampilan (KD-4) dilanjutkan dengan langkah mengonstruksi terbimbing
dan mengonstruksi mandiri. Berikut ini gambar model pembelajaran tersebut.
Gambar 1
Alur Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Genre, Saintifik dan CLIL
Seorang ahli fisika dan guru besar Harvard University Eric Mazur (1997) mengembangkan
suatu model pembelajaran yang “membalikan” situasi atau kebiasaan yang dilakukan seorang
guru, model ini dikenal dengan model Peer Instruction.
Selain itu perlu diperhatikan bahwa Peer Instruction lebih menekankan peserta didik untuk
belajar antar sesamanya, sehingga diantara mereka akan terjadi diskusi atau pembelajaran
interaktif dengan menggunakan bahasanya sendiri yang mereka gunakan sehari-hari. Besar
kemungkinan akan terjadi “kegaduhan” diluar kebiasaan yang dilakukan guru kita pada
umumnya. Peer Instruction memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menjelaskan
suatu pengetahuan, atau konsep, kejadian yang diterima/dialami peserta didik, sesuai dengan
pemahamannya sendiri.
Pantai Pantai
Pantai
Laut
Laut Laut
A B C
Pada soal CT, bukan jawaban benar atau salah, tetapi lebih menggali pemahaman dan
jalan pemikiran peserta didik.
b. Menyiapkan pertanyaan atau tugas berkaitan dengan bahan maupun materi yang
memerlukan proses berfikir, dan tidak hanya memiliki jawaban pasti, sehingga
peserta didik dapat menggunakan daya nalarnya sesuai kemampuannya.
c. Mengembangkan petunjuk apa yang harus dikerjakan peserta didik secara individu,
berpasangan, atau dalam kelompok.
2. Pelaksanaan;
a. Pada kegiatan pembelajaran didalam kelas, siswa berinteraksi antar sesamanya,
dengan menggunakan petunjuk yang
dikembangkan, guru hanya bertindak sebagai
mentor. Kunci keberhasilan dari kegiatan tersebut
adalah frekuensi dan interaksi yang penuh dengan
daya nalar, dan terjadinya belajar melalui
pengalaman dengan komunikasi secara fisik
diantara sesamanya.
b. Jika pembelajaran dimulai dengan CT, maka setelah mengerjakan soal, peserta didik
dapat menjelaskan kepada teman sebangkunya tentang cara nalar atau cara pikir
yang dia kerjakan sehingga memperoleh jawaban masing-masing dan terjadi diskusi
kecil. Pada kegiatan tersebut memungkinkan pasangan lain ikut berdiskusi, sehingga
dapat berkembang menjadi diskusi kelompok.
c. Jika kegiatan tidak dimulai dengan CT, guru dapat memulai pembelajaran dengan
mengajukan sebuah pertanyaan yang harus diselesaikan sendiri kemudian
didiskusikan dengan teman sebangkunya sebelum menyusun jawaban akhir. Guru
dapat meminta salah seorang peserta didik untuk menjelaskan alur fikir dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan dalam kelas, sehingga akan terjadi diskusi kelas.
Penjelasan tersebut dapat berupa presentasi atau demonstrasi dengan menggunakan
perangkat IT.
d. Kegiatan diskusi dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas, sesuai dengan materi atau
kondisi yang direncanakan.
3. Membuat rangkuman hasil pembelajaran yang dikemukakan oleh peserta didik, guru
bertindak sebagai fasilitator dan pengarah (jika diperlukan).
Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran
Pada pendekatan pembelajaran selain pendekatan saintifk, ada beberapa pendekatan lain yang
dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran, yaitu: pendekatan berbasis genre/teks
(Genre Based Approach), pendekatan CLIL, dan pendekatan pendidikan matematika realistik
(Realistic Mathematic Education/RME). Berikut uraian dari pendekatan-pendekatan tersebut.
1. Pendekatan berbasis genre (Genre Based Approach)
Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu peserta didik lebih
kompeten berbahasa, mampu berkomunikasi melalui penguasaan keterampilan
berbahasa diantaranya dengan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Berikut uraian kegiatan pembelajaran berbasis Genre/Teks (Roses dan Martin, 2012).
a. Membangun Konteks. Tahap ini merupakan langkah-langkah awal yang dilakukan
guru bersama peserta didik untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok
persoalan yang akan dibahas pada setiap pelajaran.
Contoh pembelajaran pada tahap membangun konteks untuk matapelajaran Bahasa
Inggris, yaitu:
Pendidik menyiapakan contoh-contoh teks report terkait teknologi yang akan
dibahas, misalnya Electric Torch, Fan Ceiling, USB Flash Drive atau yang lainnya.
Contoh teks dapat berupa teks autentik, teks modifikasi, teks adaptasi, teks buatan
pendidik sendiri, atau teks yang diberikan oleh para ahli pendekatan genre-based
yang relevan
b. Menelaah Model/ Dekonstruksi teks. Tahap ini berisis tentang pembahasan teks yang
diberikan sebagai model pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada semua aspek
kebahasaan yang membentuk teks itu secara keseluruhan. Pada tahap ini
dikembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui kegiatan membahas
serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak tertera dalam teks,
seperti siapa penulisnya, kepada siapa pesan dalam teks ditujukan, dimana teks
tersebut dapat ditemukan, dalam konteks apa teks itu dipakai, apakah setiap teks atau
setiap pernyataan yang ada dalam teks relevan dengan kehidupan peserta didik,
mengapa, apakah setiap pernyataan yang ada dalam teks akan diterima oleh semua
pembaca, apakah yang dikatakan dalam teks relevan dengan pengalaman peserta
didik atau relevan dengan teks yang pernah dibaca sebelumnya oleh peserta didik
terkait topik yang sama.
c. Joint construction (latihan terbimbing). Pada tahapan ini, peserta didik berlatih
menggunakan semua hal yang telah dipahaminya pada tahap sebelumnya. Peserta
didik melewati tahap brainstorming, drafting, revising, editing, proofreading, dan
publishing.
d. Independent construction (unjuk kerja mandiri). Pada tahapan ini, peserta didik
diberi kesempatan untuk menulis secara mandiri, dengan bimbingan guru yang
minimal, hanya kalau diperlukan.
Setelah menulis teks secara mandiri, peserta
didik juga dapat melakukan refleksi terkait apa
yang telah ditulis atau yang dilakukan, atau apa
yang telah dipelajari selama siklus
pembelajaran, dan saat membandingkan teks
yang mereka tulis dengan teks yang ditulis oleh
temannya. Peserta didik juga dapat menceritakan kembali apa yang telah ditulisnya
di depan kelas.
Metode Pembelajaran
Selain pendekatan dan model, dalam pembelajaran ada juga yang disebut dengan metode
pembelajaran. Metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan model-model
maupun pendekatan-pendekatan seperti yang telah diuraikan di atas, dapat menggunakan
metode pembelajaran antara lain metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi,
dan metode simulasi.
a. Metode Diskusi
Diskusi merupakan suatu kecakapan atau pembahasan
terarah tentang suatu topik, masalah atau isu yang menarik
perhatian semua peserta didik. Pembahasan dapat diarahkan
pada klarifikasi (penjelasan) suatu isu atau masalah,
menghimpun ide dan pendapat, merancang kegiatan, atau
memecahkan masalah. Kegiatan diskusi dapat dilaksanakan
dalam kelompok atau klasikal. Metode ini dapat merangsang peserta didik lebih kreatif
dalam memberi gagasan/ide, melatih membiasakan bertukar pikiran dalam mengatasi
masalah, dan melatih peserta didik untuk mengemukakan pendapat secara verbal.
b. Metode Eksperimen
Suatu cara pengelolaan pembelajaran dimana peserta
didik melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami
dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya.
Dalam metode ini peserta didik diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek yang
dipelajarinya.
c. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan suatu presentasi yang
dipersiapkan untuk memperlihatkan suatu perilaku atau
prosedur. Presentasi disertai dengan penjelasan lisan, alat,
ilustrasi dan pertanyaaan. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan demonstrasi, membuat peserta didik
melakukan aktivitas demonstrasi dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Dengan
metode ini dapat dikurangi terjadinya verbalisme, pembelajaran lebih menarik, dan peserta
didik memiliki kesempatan membandingkan antara teori dengan kenyataan. Tujuan
demonstrasi antara lain untuk mengajarkan bagaimana cara membuat sesuatu atau
menggunakan alat/prosedur tertentu dengan benar, serta membangkitkan minat peserta
didik untuk mencoba.
d. Metode Simulasi
Memperhatikan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang diuraikan di atas, maka
guru dapat menggunakan model-model pembelajaran tertentu seperti yang disarankan dalam
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Guru dapat juga mengembangkan model
pembelajaran khusus yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan karakteristik peserta
didik, serta disesuaikan dengan mata pelajaran dan kompetensi yang akan dipelajari peserta
didik, atau hanya menggunakan rangkaian kegiatan pendekatan saintifik, atau menggunakan
metode tertentu yang sesuai dengan pembelajaran saintifik atau pendekatan yang lain. Guru
dapat juga mengembangkan model pembelajaran khusus dengan rangkaian aktivitas tertentu
dan tidak mutlak menganut salah satu model seperti yang dijelaskan oleh Joyce dan Weil.
Dengan demikian, diharapkan adanya pengembangan kegiatan pembelajaran n oleh seorang
guru yang tidak ada di dalam naskah ini, maupun dengan mengkombinasikan beberapa model
kegiatan pembelajaran yang sudah ada menjadi model baru hasil kreativitas guru, atau
mengembangkan model kegiatan pembelajaran aktif (active learning).
Berikut disajikan contoh kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik memilki
keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) pada matapelajaran Kimia dengan KD 3.8 dan 4.8
dengan menggunakan model discovery learning:
Stimulation (memberi stimulus);
1. Guru menyajikan bahan kajian berupa gambar dan video orang sedang mencari ikan di
sungai menggunakan arus listrik;
Verification
6. Peserta didik membandingkan hasil diskusi antar kelompok untuk mengklasifikasi dan
menganalisis larutan elektrolit kuat, lemah, dan non-elektrolit;
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 27
Model-Model Pembelajaran
Generalitation
7. Peserta didik menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada permasalahan larutan
elektrolit dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
MODEL PEMBELAJARAN DALAM MATA PELAJARAN
Bagaimanakah Anda sebagai guru menilai hasil belajar peserta didik? Meskipun Anda
mengajar dengan menggunakan model tertentu atau model kreasi anda sendiri, penilaian hasil
peserta didik tetap mengacu kepada Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah yang mencakup penilaian
pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian harus dilakukan tahapan
demi tahapan sesuai langkah model pembelajaran yang digunakan.
Contoh 1.
Jika Anda menggunakan model Interaksi Sosial, maka sesuai dengan tujuan dari penggunaan
model tersebut, penilaian dapat dilakukan sebagai berikut;
1. Penilaian sikap pada saat observasi kelas lebih difokuskan terhadap sikap kerjasama dan
interaktif.
2. Penilaian pengetahuan dilakukan terhadap penguasaan materi yang menjadi bahan
kajian/pembahasan sesuai Indikator Pencapain Kompetensi (IPK) yang dapat dilakukan
secara observasi, lisan, atau tertulis.
3. Penilaian keterampilan dapat dilakukan terhadap keterampilan konkret dan keterampilan
abstrak. Misalnya untuk pembelajaran Bahasa Inggris seperti pada ulasan sebelumnya,
penilaian keterampilan pelafalan dapat dilakukan melalui observasi pada saat peserta
didik berdialog dan hasil kajian tertulis terhadap teks.
Contoh 2.
Jika Anda menggunakan model Inquiry learning, maka sesuai dengan sintaks dan tujuan dari
penggunaan model tersebut, penilaian yang dapat dilakukan sebagai berikut;
1. Penilaian sikap difokuskan kepada sikap teliti, cermat, kritis, logis, dan analisis.
2. Penilaian pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui kualitas pertanyaan yang
menggambarkan penguasaan peserta didik terhadap fenomena yang diamatinya,. sebagai
bahan kajian yang berkaitan dengan kompetensi.
3. Selain dari pertanyaan, pengetahuan peserta didik dapat dilihat dari jawaban apakah ia
memberikan jawaban yang benar atau logis (meskipun salah), sehingga dapat
menggambarkan penguasaannya terhadap materi atau bahan ajar serta permasalahan
yang dihadapinya.
4. Penilaian juga harus mempertimbangkan banyak dan akurasinya data, serta bagaimana
cara memperolehnya. Hal tersebut akan memberikan gambaran alur pikir dan
pemahaman peserta didik terhadap penguasaan suatu konsep dan aplikasinya dalam
situasai yang berbeda.
5. Selanjutnya penilaian dilakukan terhadap kesimpulan yang dirumuskan peserta didik,
karena kesimpulan yang diberikan dapat menentukan kualitas pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran.
6. Presentasi atau penyajian hasil suatu temuan juga termasuk salah satu unsur penilaian.
Melalui presentasi, peserta didik akan terlatih untuk terbuka dan lebih percaya diri.
Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
1. Memberi salam, Memberi salam, Disesuaikan dengan
mengabsen, berdoa kondisi dan situsai
mengkondisikan peserta atau karakteristik
didik dalam materi yang guru/sekolah masing-
akan dipelajari masing.
Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
2. Meminta peserta didik
untuk duduk dalam
kelompok yang telah
ditetapkan sebelumnya
3. Menjelaskan Kompetensi
Dasar yang harus dicapai
peserta didik.
4. Menjelaskan tugas
kelompok yang harus
dilakukan yaitu;
a. memperhatikan cara
melafalkan bacaan,
sesuai dengan kaidah
tajwid dan mahkrajul
huruf, serta
memberikan pendapat
tentang tafsir ayat
tersebut dikaitkan
dengan norma
kehidupan yang
berlaku.
b. memberikan tanggapan
terhadap isi film yang
berkaitan dengan
ukuwah islamiah,
selanjutnya dikaitkan
dengan tafsir ayat Al-
Qur’an tersebut.
Inti
1. Menayangkan film yang Mengamati dan Stimulation (memberi
dimulai dengan penampilan mencermati cara stimulus).
seseorang sedang melafalkan ayat kegiatan mengamati
melantunkan Q.S. Al-Anfal disesuaikan dengan situasi melalui film
(8) : 72); Q.S. Al-Hujurat tulisannya.
(49) : 12; dan QS Al-Hujurat
(49) : 10) disertai dengan
tampilan “tulisan berjalan”
pada layar sesuai ayat yang
dibacakan dan dilanjutkan
dengan suatu kondisi yang
berkaitan dengan kontrol
diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik
(husnuzzhan), dan
persaudaraan (ukhuwah)
yang dilakukan orang-
orang dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Mencermati situasi
atau alur cerita film
Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
berkaitan Kompetensi
Dasar.
3. Meminta satu atau dua Satu atau dua orang
orang peserta didik untuk peserta didik
melafalkan kembali ayat- melafalkan salah satu
ayat tersebut. dari ayat-ayat
tersebut, yang lain
mengamati. Setelah
satu ayat selesai
dilafalkan, yang lain
memberikan
masukkan
(pembenaran atau
memperbaiki cara
lafalannya)
4. Meminta peserta didik Mencari terjemahan
untuk mencari terjemahan atau tafsir dari ayat
atau tafsir dari ayat Al- tersebut dari berbagai
Qur’an yang dibacakan. sumber, antara lain
buku agama, buku
tafsir, atau dari
internet
4. Memancing pertanyaan Diskusi kelompok Problem Statement
dari peserta didik tentang tentang tingkah laku (mengidentifikasi
hubungan antara ayat Al- orang-orang yang masalah); menemukan
Qur’an yang dibacakan tergambar dalam film, permasalahan yang
dengan tingkah laku orang- kaitanya dengan terdapat dalam
orang dalam film, serta aturan atau norma kehidupan manusia
kaitannya dengan yang berlaku dalam berdasarkan isi film
kehidupan sehari-hari, baik masyarakat. yang diamati.
yang dialaminya atau yang
dilihatnya dilingkungan
sekitar, atau dari
media/internet.
5. Memberikan jawaban
dan tanggapan
terhadap pertanyaan
guru secara individual,
kelompok, atau diskusi
kelas
6. Meminta siswa untuk Mencari ayat-ayat Al- Data Collecting
mencari ayat-ayat lain atau Qur’an atau hadits, (mengumpulkan
hadits yang berkaitan internet, atau sumber data); mencari dan
dengan kontrol diri lain yang relevan, atau mengumpulkan
(mujahadah an-nafs), menanyakan suatu data/informasi yang
prasangka baik kejadian, baik yang dapat digunakan
(husnuzzhan), dan dialaminya maupun untuk menemukan
persaudaraan (ukhuwah) yang dilihatnya solusi pemecahan
sesuai dengan isi film yang dikaitkan dengan masalah yang
ditayangkan. dihadapi dari Al-
Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
tatanan atau norma Qur’an atau hadits,
yang berlaku. buku agama, atau
sumber lain, misalnya
internet.
7. Menyelesaikan tugas Data Processing
sesuai hasil temuan (mengolah data);
berdasarkan ayat-ayat kegiatan mengolah
Al-Qur’an atau hadits, data melalui diskusi
internet, atau sumber dan membandingkan
lain dan hasil diskusi dengan hasil data dari
kelompok tafsir Al-Qur’an dan
hadits, atau norma
masyarakat yang
berlaku
Kegiatan
Pendahuluan Keterangan
No. Guru Peserta didik
12. Memberikan tanggapan Menyanggah atau
dan masukkan apabila menerima masukan,
diperlukan. baik dari guru maupun
kelompok lainnya
berdasarkan kepada
sumber yang jelas dan
dapat dipertanggung-
jawabkan
13. Membuat simpulan Generalization
bersama (bersama antara (menyimpulkan).
guru dan peserta) tentang Peserta didik digiring
bagaimana seharusnya untuk
menjalankan sikap ukuwah menggeneralisasikan
islamiah sesuai dengan hasil simpulannya
ajaran Islam dan norma pada suatu kejadian
masyarakat yang berlaku atau permasalahan
yang serupa, sehingga
peserta didik dapat
melatih pengetahuan
metakognisinya.
Penutup
1. Memberikan penghargaan
terhadap kerja keras
peserta didik
2. Menjelaskan meteri
pelajaran untuk pertemuan
berikutnya
3. Membaca salam
c. Penilaian
Untuk kegiatan pembelajaran diatas, penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan
cara;
1) Observasi yang dilaksanakan pada saat peserta didik melafalkan ayat dan pada
saat diskusi. Penilaian ini dapat mencakup penilaian sikap (disesuaikan dengan
penilaian sikap yang direncanakan guru), pengetahuan, dan keterampilan. Nilai
pengetahuan dan keterampilan diberikan kepada peserta didik yang memberikan
masukkan dengan benar.
2) Pada saat observasi juga dilakukan penilaian untuk setiap langkah yang dilakukan
peserta didik, mulai cara mengidentifikasi permasalahan, menentukan alternatif
solusi, sampai mengkomunikasikan hasilnya. Penilaian ini mencakup: 1) penilaian
sikap, misalnya kerja keras, teliti, dan cermat; 2) penilaian pengetahuan, misalnya
pemahaman terhadap tanda-tanda bacaan atau tajwid dan menyebutkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang berhubungan dengan ukuwah islamiyah; dan 3) penilaian
keterampilan, misalnya melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang relevan.
3) Penilaian harian dilaksanakan untuk menilai pengetahuan dengan instrumen
penilaian disesuaikan dengan indikator yang disiapkan guru.
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 35
Model-Model Pembelajaran
Kegiatan Inti
1) Mengorientasikan
Peserta didik bersama kelompoknya mengamati permasalahan terkait dengan materi
penjumlahan vektor. Masalah yang disajikan adalah “tanggal 28 februari 2016 pukul
14.11 pesawat Lion Air tergelincir di Juanda Surabaya. (www.kompas.com). Kemudian
guru mengajukan pertanyaan berdasarkan masalah yang disajikan sebagai bahan
diskusi peserta didik bersama kelompoknya; “Konsep vektor apa yang berpengaruh
dalam kejadian tersebut?”
2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
Peserta didik diminta membaca literatur untuk menjawab permasalahan melalui bahan
diskusi tentang penjumlahan vektor. Peserta didik difasilitasi untuk membuat beberapa
pertanyaan mengenai informasi yang didapatkan dari hasil pengamatan video
pendaratan pesawat. Guru membantu peserta didik mengatasi dan mengorganisasi
tugas-tugas yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Penutup
1) peserta didik dengan bimbingan guru membuat rangkuman/ simpulan pelajaran;
2) peserta didik dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
3) peserta didik memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4) guru melakukan penilaian;
5) guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Contoh-contoh penggunaan model pembelajaran untuk mata pelajaran yang lain dapat
dilihat pada lampiran.
BAB IV
PENUTUP
Mulai tahun pelajaran 2015-2016 sejumlah 2.156 SMA melaksanakan Kurikulum 2013 sebagai
sekolah rintisan. Selanjutnya untuk tahun pelajaran 2016/2017, implementasi Kurikulum
2013 diperluas di seluruh kabupaten/kota menjadi 3.212 SMA atau sekitar 25%.
Penambahan jumlah SMA pelaksana Kurikulum 2013 pada tahun tersebut sebanyak 2.049
SMA.
Pembelajaran merupakan salah satu titik tolak terpenting dalam pelaksanaan Kurikulum untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, guru harus berusaha semaksimal
mungkin dalam menyusun rencana dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan suatu
cara atau model pembelajaran yang tepat, sehingga pembelajaran yang terlaksana dapat
mengembangkan potensi peserta didik dalam mencapai perkembangan yang seimbang antara
kebutuhan fisik, psikis, dan spritual yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik kompetensi dan materi. Kekhasan karakteristik
ini mengakibatkan perlunya pendekatan dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran tersebut. Pemilihan pendekatan dan model-model ini
dimaksudkan agar transfer nilai-nilai, kompetensi, dan materi berlangsung secara efektif dan
efisien sesuai dengan konteks, dan kebermaknaan proses belajar.
Naskah model-model pembelajaran di SMA ini, disusun sebagai salah satu bahan untuk
membantu guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Melalui naskah ini,
diharapkan guru dapat menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, peserta didik, serta sarana dan prasarana pendidikan yang
tersedia di sekolahnya masing-masing.
Untuk selanjutnya, kritikan dan saran demi peningkatan maupun perbaikan naskah sangat
diharapkan. Semoga naskah model-model pembelajaran di SMA ini dapat bermanfaat, baik bagi
pembaca naskah khususnya bagi para guru pembangun insan cindekia. Maju Bersama, Hebat
Semua.
DAFTAR PUSTAKA
A Amir, T.M. 2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik
Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy For Learning, Teaching, And
Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York.
Longman.
Bruner, J. 1996. The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Bloom, B.S., Englehart, M.B., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl, D.L.1956. Taxonomy of
educational objectives. The classifications of educational goals. Handbook I.
Bloom’s Taxonomy: The 21st Century Version, Education Technology and Mobile Learning: A
Resource of Free Educational Web Tool and Mobile App for Education
Calabrese Barton, A. 1998. Reframing “science for all” through the politics of poverty.
Educational Policy, 12, 525-541.
Chandra, T. Tavip, dkk. 2016. Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun 2016 Mata Pelajaran
Fisika. Jakarta: Kemdikbud
Direktorat PSMA. 2014. Model Pembelajaran; Pendekatan Saintifik dalam Mata Pelajaran
(Bahasa Inggris, Biologi, dll). Jakarta: Kemdikbud.
Puskurbuk. 2016. Draf KI-KD dan Silabus Hasil Final sampai Tanggal 12 Februari 2016. Jakarta:
Kemdikbud.
Joyce, B & Weil, M. 1996. Models of Teaching fifth Edition. United States of America. Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data.
Hatikah, Tika. 2016. Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun 2016 Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kemdikbud.
Lasmanawati, Ati, dkk. 2016. Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun 2016 Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta: Kemdikbud.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 39
Model-Model Pembelajaran
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil
Belajar pada Pendidikan Dasar dan Menengah
Siswanto, dkk. 2016. Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun 2016 Mata Pelajaran Kimia.
Jakarta: Kemdikbud.
Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa dunia memiliki peran penting dalam proses komunikasi
maupun sebagai alat untuk menggali esensi dari suatu ilmu pengetahuan. Contoh berikut
adalah kegiatan pembelajaran Bahasa Arab dengan menggunakan Model Proyek (Project
ُ ا َ ِإل ْمالَء الــمـ َ ْنـdengan langkah-langkah yang dimulai dari menyiapkan
Based Learning) atau ظو
pertanyaan atau penugasan proyek, mendesain perencanaan proyek, menyusun jadwal
sebagai langkah nyata dari sebuah proyek, memonitor kegiatan dan perkembangan proyek,
menguji hasil dan mengevaluasi kegiatan/ pengalaman. Materi pokok yang dibahas adalah
memproduksi teks lisan dan tulis sederhana tentang kegiatan sehari-hari, dengan produk yang
dihasilkan diantaranya; poster dan narasi yang menceritakan kegiatan sehari-hari ( األعمال
)اليوميةpeserta didik dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Tujuannya, agar peserta
didik dapat memproduksi teks lisan dan tulis sederhana sesuai dengan struktur kebahasaan
yang tepat. Berikut adalah langkah kegiatan pembelajaran Model Project Based Learning (PjBL)
pada Matapelajaran Bahasa Arab, yang terdiri atas 3 (tiga) fase.
Fase 1
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
1.
Mengucapkan salam dan Menjawab salam guru,
mempersilahkan peserta didik dan peserta didik berdo’a
untuk berdoa, dilanjutkan untuk mengawali proses
dengan mengabsen peserta pembelajaran
didik
2. Apersepsi
Memberikan apersepsi terkait Menyimak apa yang
topik atau materi yang akan disampaikan guru terkait
dibahas dan dihubungkan materi yang akan dibahas
dengan materi sebelumnya
Kegiatan Inti
1. Menayangkan video yang 1. Mengamati video yang Perencanaan Projek
berkaitan dengan kegiatan disajikan oleh guru dan
sehari-hari dalam bahasa merancang langkah apa
Arab, dan meminta peserta yang akan dilakukan
didik untuk memperhatikan sesuai dengan tugas
@2016, Direktorat Pembinaan SMA 41
Model-Model Pembelajaran
Fase 1
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
struktur tata bahasa atau memproduksi teks
kaidah yang digunakan bentuk poster
sebagai bahan dalam sederhana dalam
memproduksi teks lisan dan bahasa Arab
tulis sederhana dalam bentuk
poster sebagai tugas yang akan
dikerjakan
Fase 1
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
3. Memberikan beberapa pilihan Menentukan tema proyek Mendesain projek
tema proyek untuk sesuai kesepakatan
dididkusikan dalam kelompok dengan anggota
kelompoknya
Kegiatan penutup
Guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran berkaitan dengan tugas
projek yang akan dilaksanakan
Fase 2
Kegiatan di luar kelas
Pelaksanaan/pembuatan Projek
1. Peserta didik mengerjakan tugas mebuat poster dengan teks sederhana diluar jam
pelajaran dan melaporkan cara kerja serta progresnya melalui email dalam bentuk
film atau foto. Pada saat pertemuan berikutnya (fase 3) peserta didik melaporkan
hasil sementara melalui presentasi
2. Guru memonitor kerja peserta didik melalui laporan email berupa tulisan, foto, atau
film.
Fase 3
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
1. Membaca salam dan Membaca salam
mengabsen
2. Menanyakan tugas yang Menjawab pertanyaan
diberikan serta bertanya guru dan mengemukakan
tentang kesulitan peserta kesulitan dalam
didik. menyelesaikan tugasnya
Kegiatan Inti
1. Meminta masing-masing Mempresentasikan hasil Uji coba hasil
kelompok untuk melaporkan karya sementara berupa sementara
progres projeknya melalui poster dan narasinya
presentasi dan dalam bahasa Arab
mengumpulkan hasil
sementara
Memeriksa hasil karya
sementara peserta didik
Fase 1
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
berupa poster yang terdapat
narasinya
2. Memberikan penjelasan
tentang kegaiatan yang akan
datang
Penilaian;
1. Penilaian sikap lebih diarahkan pada keingintahuan pada saat mengidentifikasi, dan
penilaian kerjasama dalam pelaksanaan dapat dilihat pada film atau foto, atau tulisan
yang dikirimpeserta didik.
2. Pada saat presentasi penilaian pengetahuan dan keterampilan dilaksanakan sesuai
dengan rambu-rambu Bahasa Arab, antara lain tentang pelafalan dan kandungan isi
poster.
3. Penilaian pengetahuan dan keterampilan juga dilihat dari hasil akhir berupa produk
yaitu poster.
Contoh berikut adalah kegiatan pembelajaran kolaborasi antar guru mata pelajaran, yaitu
mata pelajaran Kimia, Ekonomi, Seni, dan Prakarya dan Kewirausahaan dengan
menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning).
Contoh tersebut memberikan gambaran kepada guru dalam melmberikan tugas proyek
kepada peserta didik, sehingga dapat meringankan kerja peserta didik dalam
melaksanakannya. Kegiatan pembelajaran tersebut terdiri atas 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan
kelas dan kegiatan di luar kelas dengan langkah sebagai berikut;
Kegiatan Kelas
Kegiatan Pendahuluan
No. Guru Peserta didik Keterangan
1.
Mengucapkan salam dan Menjawab salam guru,
mempersilahkan peserta didik dan peserta dididk
untuk berdoa, dilanjutkan berdo’a untuk mengawali
dengan mengabsen peserta proses pembelajaran
didik
Kegiatan Inti
1. Memberikan tugas projek Perencanaan
pembuatan produk yang Projek
merupakan aplikasi koloid
dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Penutup
Memberikan pengarahan untuk Mencatat pengarahan
melaksanakan proyek, sesuai guru, dan memperbaiki
dengan ugas masing-masing rencana proyek
Mendokumentasikan
setiap tahapan/proses
pelaksanaan projek.
Menjelaskan semua
informasi mengenai
koloid secara umum dan
produk koloid yang
dihasilkan pada
pengunjung pameran
melalui poster atau
penjelasan lisan jika ada
yang bertanya
Penilaian;
1. Penilaian sikap lebih diarahkan pada kerja keras, disiplin, dan kerjasama.
2. GURU KIMIA : Menilai kemampuan peserta didik dalam memilih produk & mencari
informasi mengenai proses pembuatan produk koloid yang akan dipamerkan,
relevansi dengan materi sistem koloid, keaslian produk koloid yang dihasilkan,
penyelesaian proyek
3. GURU KEWIRAUSAHAAN: Menilai kemampuan peserta didik dalam merencanakan
bisnis dan menyusun marketing plan.
4. GURU SENI: Menilai kemampuan peserta didik dalam mendesain poster, sehingga
bisa menjadi media informasi yang menarik pengunjung pameran
5. GURU EKONOMI : Menilai kemampuan peserta didik dalam membuat anggaran
biaya, menentukan harga jual.