Anda di halaman 1dari 16

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

DOSEN PENGAMPU :
SUPARNO, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

1. PRESTI OKTA VIOLA /NIM : 201180248


2. MUJIHADI /NIM : 201180270

PAI 5 H
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN STS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan HidayahNya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa Shalawat serta Salam yang selalu kami curahkan pada
Nabi dan Rasul besar Muhammad SAW yang dengan tuntunannya yang menginspirasi dan
selalu mengiringi usaha kami dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-
rekan yang terlibat dalam pengerjaan makalah ini. Tak lupa kepada Bapak Suparno M.Pd.I
selaku Dosen pengampu mata kuliah Kurikulum Pendidikan Islam di SD, SMP, SMA/SMK
yang telah memberikan pengarahan mengenai penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Tetapi, besar
harapan kami agar makalah ini dapat diterima dengan baik oleh pembaca. Tak lupa pula
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah ini agar menjadi jauh lebih baik.

Apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan, penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jambi, 18 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum...........................................................................2
B. Model-Model Pengembangan Kurikulum..................................................................................2
a. Model Tyler...........................................................................................................................2
b. Model Taba (Converter Model).............................................................................................4
c. Model Saylor, Alexander, dan Lewis.....................................................................................6
d. Model Oliva...........................................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya mencakup


perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer
perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap
akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil
kurikulum itu sendiri.

Pengembangan kurikulum tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung


dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti
politikus, pengusaha, orangtua peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang
merasa berkepentingan dengan pendidikan. Prinsipprinsip yang akan digunakan dalam
kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum
yang akan menjiwai suatu kurikulum.
Banyak model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan. Dalam memilih
suatu model bukan saja didasarkan pada kelebihan atau kebaikan-kebaikannya serta
kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan
sistem pendidikan yang dianut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum ?
2. Apa saja macam-macam model pengembangan kurikulum ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu model pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui macam-macam model pengembangan kurikulum.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum

Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Dalam
pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses
kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian
kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh,
acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan
kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan
menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.1
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu
kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan pendidikan.2 Pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan
berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang berhasil bisa efektif.
Banyak model pengembangan kurikulum yang telah ada, dan masing-masing dari
model pengembangan kurikulum memiliki karakteristik yang sama, yang mengacu berbasis
pada tujuan yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan
pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan,
kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial.
Jadi, model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik
dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
1
Abdulah Idi. Pengembangan Kurikulum Teori dan Pratik. (Yogyakarta: Ar RUZZ, 2007) , h. 5.
2
Ruhimat, Toto, dkk. Kurikulum dan Pembelajaran. (Bandung : Jurusan Kurtekpen. 2009), h. 7

2
B. Model-Model Pengembangan Kurikulum
a. Model Tyler

Model Tyler merupakan salah satu dari beberapa model pengembangan kurikulum
yang terbaik. Hal ini diketahui dari perhatian khusus yang diberikannya pada tahap
perencanaan. Model Tyler termasuk dalam model pengembangan kurikulum deduktif, yaitu
dimulai dari hal yang umum ke yang khusus, misalnya dimulai dengan menguji kebutuhan
masyarakat sampai merumuskan sasaran pengajaran yang khusus3.
Tyler mengembangkan kurikulum dengan terlebih dahulu mengidentifikasi tujuan
umum berdasarkan data dari tiga sumber, yaitu siswa, masyarakat, dan mata pelajaran.
Setelah mengidentifikasi daftar tujuan intruksional umum yang bersumber dari ketiganya,
maka tujuan tersebut perlu disaring, diperiksa atau diuji dari dua sudut pandang yaitu
pandangan filsafat pendidikan dan sosial serta pandangan psikologi pembelajaran. Tujuan
intruksional umum yang telah diperiksa melalui dua sudut pandang ini selanjutnya kita kenal
sebagai tujuan intruksional khusus. Model Tyler ditunjukkan oleh Gambar I.I berikut :

Gambar II.1 Model Tyler

3
Rusma. Manajemen Kurikulum (Seri Manajemen Sekolah Bermutu),(Bandung: Mulia Mandiri Press,
2008),h.12

3
Model Tyler tersebut selanjutnya dikembangkan lagi dengan menambahkan langkah-
langkah proses perencanaan kurikulum setelah merumuskan tujuan intruksional khusus
seperti yang ditunjukkan pada Gambar I.2 berikut :

Gambar II.2 Model Tyler yang dikembangkan

Model Tyler dikembangkan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi tujuan umum


berdasarkan data dari tiga sumber, yaitu siswa, masyarakat, dan mata pelajaran. Data yang
diambil dan dianalisa dari siswa adalah data yang terkait dengan minat dan kebutuhan siswa.
Langkah selanjutnya dalam menentukan tujuan intruksional umum adalah dengan
menganalisis mengenai kehidupan terkini dalam komunitas lokal dan masyarakat.
Selanjutnya, analisis dilakukan terhadap mata pelajaran sebagai disiplin ilmunya. Menurut
Kaber (1988), salah satu kelemahan model ini adalah memisahkan ketiga sumber tujuan
tanpa melihat interaksi antara ketiga sumber tersebut.4

4
Kaber, A. Pengembangan Kurikulum. (Jakarta: Depdikbud, 1988), h. 10

4
b. Model Taba (Converter Model)
Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi
perkembangan kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan
diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses dengan
menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid-murid mereka disekolah dan
bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Karena itu Taba menganut
pendekatan induktif yang dimulai dengan hal khusus dan dibangun menjadi suatu rancangan
umum. Taba mencantumkan lima langkah urutan untuk mencapai perubahan kurikulum,
sebagai berikut : 5
a. Producing Pilot Units (membuat unit percontohan) yang mewakili peringkat kelas atau
mata pelajaran. Taba melihat langkah ini sebagai penghubung antara teori dan praktek.
1) Diagnosis of needs (diagnosa kebutuhan). Pengembang kurikulum memulai dengan
menentukan kebutuhankebutuhan siswa kepada siapa kurikulum direncanakan.
2) Formulation of objectives (merumuskan tujuan). Setelah kebutuhan siswa didiagnosa,
perencana kurikulum memerinci tujuan – tujuan yang akan dicapai.
3) Selection of content (pemilihan isi). Bahasan yang akan dipelajari berpangkal
langsung dari tujuan-tujuan
4) Organization of content (organisasi isi). Setelah isi/bahasan dipilih, tugas selanjutnya
adalah menentukan pada tingkat dan urutan yang mana mata pelajaran ditempatkan.
5) Selection of learning experiences (pemilihan pengalaman belajar). Metodologi atau
strategi yang dipergunakan dalam bahasan harus dipilih oleh perencana kurikulum.
6) Organization of learning activities (organisasi kegiatan pembelajaran). Guru
memutuskan bagaimana mengemas kegiatan-kegiatan pembelajaran dan dalam
kombinasi atau urutan seperti apa kegiatan-kegiatan tersebut akan digunakan.
7) Determination of what to evaluate and of the ways and means of doing it (Penentuan
tentang apa yang akan dievaluasi dan cara serta alat yang dipakai untuk melakukan
evaluasi). Perencana kurikulum harus memutuskan apakah tujuan sudah tercapai.
Guru rnemilih alat dan teknik yang tepat untuk menilai keberhasilan siswa dan untuk
menentukan apakah tujuan kurikulum sudah tercapai.
8) Checking for balance and sequence (memeriksa keseimbangan dan urutan). Taba
meminta pendapat dari pekerja kurikulurn untuk melihat konsistensi diantara berbagai
bagian dari unit belajar mengajar, untuk melihat alur pembelajaran yang baik dan
untuk keseimbangan antara berbagai macam pembalajaran dan ekspresi.
5
Ibid, h.12

5
b. Testing Experimental Units (menguji unit percobaan). Uji ini diperlukan untuk mengecek
validitas dan apakah materi tersebut dapat diajarkan dan untuk menetapkan batas atas dan
batas bawah dari kemampuan yang diharapkan.
c. Revising and Consolidating (revisi dan konsolidasi). Unit pembelajaran dimodifikasi
menyesuaikan dengan keragaman kebutuhan dan kemampuan siswa, sumber daya yang
tersedia dan berbagai gaya mengajar sehingga kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe
kelas.
d. Developing a framework (pengembangan kerangka kerja). Setelah sejumlah unit
dirancang, perencana kurikulum harus memeriksa apakah ruang lingkup sudah memadai
dan urutannya sudah benar.
e. Installing and disseminating new units (memasang dan menyebarkan unit-unit baru).
Mengatur pelatihan sehingga guru-guru dapat secara efektif mengoperasikan unit belajar
mengajar di kelas mereka.6

c. Model Saylor, Alexander, dan Lewis

Saylor, Alexander, dan Lewis merumuskan proses perencanaan kurikulum seperti


ditunjukkan dalam Gambar II.3. berikut :

Gambar II.3 Model Saylor, Alexander, dan Lewis

6
Hernawan, A. H., dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007),h.17

6
Untuk memahami model ini, kita harus menganalisa konsep kurikulum dan konsep
rencana kurikulum model tersebut. Kurikulum menurut model ini adalah “a plan for
providing sets of learning opportunities for person to be educated”, yaitu sebuah rencana
yang menyediakan perangkat kesempatan pembelajaran bagi seseorang untuk di didik.
Tetapi, rencana kurikulum tidak dipahami sebagai sebuah dokumen semata tetapi lebih
sebagai beberapa rencana yang lebih kecil untuk bagian utama dari kurikulum.7

1) Tujuan Sasaran, dan Bidang Kegiatan


Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan menentukan
tujuan utama dan tujuan khusus pendidikan yang akan dicapai. Saylor, Alexander, dan
Lewis mengklasifikasikan serangkaian tujuan ke dalam empat bidang kegiatan di mana
terjadi pengalaman belajar, yaitu perkembangan pribadi, kompetensi sosial, keterampilan
belajar yang berkelanjutan, dan spesialisasi. Setelah tujuan, sasaran, dan bidang kegiatan
telah ditetapkan maka perencana kurikulum memulai proses perancangan kurikulum.
Pada proses perancangan kurikulum para pengembang kurikulum menentukan
kesempatan belajar yang tepat untuk tiap bidang kegiatan serta bagaimana dan kapan
kesempatan akan disediakan.8
2) Cara Pengajaran
Setelah rancangan kurikulum disusun maka para guru yang menjadi bagian dari
rencana kurikulum harus menyusun rencana pengajaran. Para guru memilih metode yang
menghubungkan antara kurikulum dengan siswa. Pada tahap ini perlu diperkenalkan
istilah “tujuan pengajaran”. Selanjutnya para guru menentukan tujuan khusus pengajaran
sebelum memilih strategi atau model penyajian.
3) Evaluasi
Setelah implementasi maka langkah selanjutnya adalah evaluasi. Pada tahap ini
perencana kurikulum dan guru terlibat secara bersama-sama dalam memilih teknik
evaluasi. Saylor, alexander, dan Lewis mengajukan suatu rancangan yaitu : (1) evaluasi
dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, termasuk tujuan, sub tujuan, sasaran,
efektifitas pengajaran, dan pencapaian siswa dalam bagian tertentu dari program tersebut,
(2) evaluasi dari program evaluasi itu sendiri. Proses evaluasi memungkinkan perencana
kurikulum untuk menentukan apakah tujuan dan sasaran telah tercapai.

7
Ibid, h. 19
8
Ibid, h.21

7
d. Model Oliva

Model pengembangan kurilum Oliva merupakan model pengembangan kurikulum


deduktif yang menawarkan sebuah proses pengembangan kurikulum sekolah secara lengkap.
Oliva menyusun suatu kurikulum yang memenuhi tiga kriteria : sederhana, komprehensif,
dam sistematik. Pada mulanya model pengembangan kurikulum Oliva ditunjukkan pada
Gambar II.4 kemudian dikembangkan seperti ditunjukkan pada Gambar II.5 berikut :9

Gambar II.4 Model Oliva

9
Abdulah Idi, Op.Cit, h. 18

8
Gambar II.5 Model Oliva

Model pengembangan kurilum Oliva merupakan kombinasi dari dua submodel, yaitu
submodel pengembangan kurikulum(komponen I-V dan XII) dan sub model pengajaran
(komponen VI-XI). Secara terperinci model tersebut memiliki rincian langkah-langkah
sebagai berikut :

1. spesifikasi kebutuhan siswa umumnya


2. spesifikasi kebutuhan masyarakat
3. pernyataan filsafat dan tujuan pendidikan
4. spesifikasi kebutuhan siswa tertentu
5. spesifikasi kebutuhan masyarakat lingkungan sekolah
6. spesifikasi kebutuhan mata pelajaran
7. spesifikasi tujuan kurikulum umum
8. spesifikasi tujuan kurikulum khusus
9. organisasi dan implementasi kurikulum

9
10. spesifikasi tujuan intruksional umum
11. spesifikasi tujuan intruksional khusus
12. seleksi strategi intruksional
13. seleksi awal strategi evaluasi
14. implementasi strategi pengajaran
15. seleksi akhir strategi evaluasi
16. evaluasi pengajaran dan modifikasi komponen-komponennya
17. evaluasi kurikulum dan modifikasi komponen-komponennya

Langkah 1-9 dan 17 merupakan submodel pengembangan kurikulumm sedangkan


langkah 10-16 merupakan submodel pengajaran.10

10
Ibid, h.22

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka


mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu
kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).
Dari berbagai model yang telah diuraikan di atas terdapat perbedaan dan persamaan.
Taba dan Tyler melukiskan langkah-langkah, Saylor, Alexander dan Lewis melukiskan
proses. Sedangkan Oliva melukiskan komponen-komponen pengembangan kurikulum. Tidak
ada model yang yang sempurna, demikian juga tidak dapat dikatakan suatu model lebuh baik
dari yang lain. Model pengembangan kurikulum menyarankan suatu sistem yang perlu diikuti
oleh para pembina kurikulum dan merupakan kerangka penjelasan fase-fase pengembangan
kurikulum. Setiap orang dapat menerapkan dan mengembangkan suatu model yang terbaik
baginya.

B. Saran
Penulis menyadari  makalah ini jauh dari kesempurnaan, mungkin banyak kesalahan
disana-sini, seperti penulisan yang kurang tepat, tata bahasa tidak sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan atau pembahasan yang kurang lengkap, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang mendukung agar penulisan makalah untuk kedepan lebih baik dan
lengkap.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ruhimat, Toto, dkk. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpen.
Rusma. 2008. Manajemen Kurikulum (Seri Manajemen Sekolah Bermutu). Bandung: Mulia
Mandiri Press
Abdulah Idi. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Pratik. Ar RUZZ: Jogjakarta
Hernawan, A. H., dkk. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud.

12

Anda mungkin juga menyukai