Anda di halaman 1dari 21

AMR DAN NAHY

DOSEN PENGAMPU :
IFTITAH UTAMI, M.Sy

DISUSUN OLEH :

1. PRESTI OKTA VIOLA /NIM : 201180248


2. YOGA S. ERLANGGA /NIM : 201180245
3. MUJIHADI /NIM : 201180270

PAI 6 H
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN STS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan HidayahNya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa Shalawat serta Salam yang selalu kami
curahkan pada Nabi dan Rasul besar Muhammad SAW dengan tuntunannya yang
menginspirasi dan selalu mengiringi usaha kami dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-
rekan yang terlibat dalam pengerjaan makalah ini. Tak lupa kepada Ibu Iftitah Utami,
M.Sy. selaku Dosen pengampu mata kuliah Ushul Fiqh II yang telah memberikan
pengarahan mengenai penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Tetapi,
besar harapan kami agar makalah ini dapat diterima dengan baik oleh pembaca. Tak
lupa pula penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini agar menjadi jauh lebih baik.

Apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan, penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jambi, 20 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Pengertian Amr dan Nahy.....................................................................................................2
1. Pengertian Amr..................................................................................................................2
2. Pengertian Nahy................................................................................................................2
B. Bentuk-Bentuk Lafaz Yang Mengandung Amr Dan Nahy...................................................3
1. Bentuk Lafaz Amr.............................................................................................................3
2. Bentuk lafaz Nahy.............................................................................................................5
C. Kaidah-Kaidah Amr dan Nahy..............................................................................................6
1. Kaidah Amr.......................................................................................................................6
2. Kaidah Nahy......................................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an yang diturunkan dari Allah danditerima oleh Nabi Muhammad saw.,
adalah pedoman bagi umat manusia agar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan
petunjuk-Nya. Apabila AI-Qur'an difungsikan sebagai pedoman hidup di dunia dan
pedoman untuk mencapai keselamatan di akhirat kelak, maka dia harus dibaca dan
difahami apa perintah dan apa larangan yang terdapat di dalamnya. Pada masa Nabi
Muhammad saw. masih hidup, umat Islam tidak terlalu sulit untuk mengetahui mana
perintah dan mana larangan didalam Al-Qur'an. Setelah agama Islam memasuki
wilayah yang bukan wilayah Arab, maka umat Islampun mulai menggunakan ilmu-
ilmu bantu seperti kaidah-kaidah bahasa Arab dan kaidah-kaidah tafsir untuk
memahami hukum-hukum dalam ayat al-Qur'an seperti ayat yang mengandung amr
(perintah) dan ayat yang mengandung Nahy (larangan).

Dalam makalah ini akan dibahas tentang kaidah Amr dan Nahy. Pembahasan
mengenai pengertian Amr, Bentuk-Bentuk, Contoh-Contoh yang menunjukkan
kepada amar beserta dengan kaidahnya. Dan juga mengenai tentang Nahy, Bentuk-
bentuk Nahy serta Kaidah-kaidah Nahy tersebut. Sehingga seorang mufassir dapat
membedakan antara Amar dan Nahy dan hal tersebut sangat penting untuk diketahui
karena berhubungan dengan penggalian suatu hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan amr dan Nahy ?
2. Bagaimana bentuk lafaz amr dan Nahy ?

1
3. Apa saja kaidah-kaidah amr dan Nahy ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu amr dan Nahy
2. Untuk mengetahui bentu-bentuk lafaz amr dan Nahy
3. Untuk memahami kaidah-kaidah amr dan Nahy

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amr dan Nahy


1. Pengertian Amr
Pengertian Al-amr dapat berarti suruhan, perintah dan perbuatan. Dapat pula
berarti menuntut untuk mengerjakan sesuatu dalam membuatnya. Dengan
demikian, al-amr berarti suruhan. Sedangkan menurut istilah, yaitu tuntutan
memperbuat dari atasan kepada bawahan. T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan
bahwa, hakekat al-amr adalah :1

‫ص ُد ِم َن اْأل َْم ِر‬ ِ


َ ‫ظ يَُر ُادبِه أ ْن َي ْف َع َل اْملَأْ ُم ْو ُر َمايُ ْق‬
ٌ ‫لَ ْف‬

Artinya : “Lafadz yang dikehendaki dengan dia supaya orang


mengerjakannya apa yang dimaksudkan.”

Menurut A. Hanafi, Amr ialah tuntutan perbuatan dari orang yang lebih
tinggi tingkatanya kepada orang yang lebih rendah tingkatanya yang
menunjukkan wajib dan anjuran. Memperhatikan pengertian amr di atas,
menunjukkan bahwa dalam arti suruhan, dapat berarti orang yang menyuruh itu
lebih tinggi derajatnya daripada orang yang disuruh; dapat pula tidak
diperlukannya yang menyuruh itu harus lebih tinggi derajatnya daripada yang
disuruh. Sebagian ulama mensyaratkan bahwa yang menyuruh harus lebih tinggi
derajatnya dari pada orang yang disuruh.

Jurnal Al-‘Adl, Vol. 9 No. 1, Januari 2016, h. 25


1

3
2. Pengertian Nahy
Nahy adalah tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan yang dilarang.
Al- Qur'an menjelaskan tentang kewajiban meninggalkan larangan (Nahy) dalam
firman Allah (Q.s al-hasyr: 7) :2

‫الر ُس ْو ُل فَ ُخ ُذ ْوهُ َو َم ا َن ٰهى ُك ْم َعْن هُ فَ ا ْنَت ُه ْو ۚا َو َّات ُق وا ال ٰلّ هَ ۗ اِ َّن ال ٰلّ هَ َش ِديْ ُد‬
َّ ‫َو َم ٓا اٰ ٰتى ُك ُم‬

‫الْعِ َقاب‬ Artinya: “apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan

apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada


Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
Nahy secara bahasa kebalikan dari amr, berarti mencegah atau melarang.
Dalam ulum Al Qur’an disebutkan lebih sederhana yaitu tuntutan untuk
meninggalkan suatu perbuatan, atau mencegah untuk melakukan pekerjaan
tertentu.3 Dari pengertian tersebut dapat diambil benang merah, bahwa Nahy
harus mengandung kriteria:
a. Nahy harus berupa tuntutan
b. Tuntutan tersebut harus berupa meninggalkan
c. Tuntutan untuk meninggalkan harus ditujukan oleh sighat Nahy

B. Bentuk-Bentuk Lafaz Yang Mengandung Amr Dan Nahy


1. Bentuk Lafaz Amr
a. Menggunakan shighat amr
Contohnya : firman Allah (Q.s. Al-baqarah: 43)4
ِ ِ ٰ ‫الز ٰكو َة وار َكعوا مع‬ ٰ َّ ‫َواَقِْي ُموا‬
ّ َ َ ْ ُ ْ َ َّ ‫الصلو َة َواٰتُوا‬
َ ‫الركعنْي‬
2
H. Zainuddin Hamka, Kaidah-Kaidah Tafsir Yang Berhubungan Dengan Amr (Perintah) Dan Nahy
(Larangan) Di Dalam Al-Qur’an, Volume 3, Nomor 2, Juli 2017, h. 184
3
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 1 Nomor 1 Juni, h. 8
4
H. Zainuddin Hamka, Kaidah-Kaidah Tafsir Yang Berhubungan Dengan Amr (Perintah) Dan Nahy
(Larangan) Di Dalam Al-Qur’an, Ash-shahabah,Volume 3, Nomor 2, Juli 2017, h. 179

4
Artinya : “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'” yang dimaksud ialah: shalat berjama'ah dan dapat
pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama
orang-orang yang tunduk.
Lafaz aqimu, atu dan irka’u adalah bentuk amr yang berarti
mengandung perintah. “Dua kewajiban pokok itu merupakan pertanda
hubungan harmonis, shalat untuk hubungan baik dengan Allah Swt. Dan zakat
pertanda hubungan harmonis dengan sesama manusia, keduanya ditekankan.
Sedang kewajiban lainnya dicakup oleh penutup ayat ini, yaitu ruku'lah
bersama orang-orang yang ruku'; dalam-arti tunduk dan taatlah pada
ketentuan-ketentuan Allah sebagaimana dan bersama orang-orang yang taat
dan tunduk.5 Demikian pula ayat (QS. al-Maidah: 1):

‫ت لَ ُك ْم هَبِْي َمةُ ااْل َْن َع ِام اِاَّل َما يُْت ٰلى َعلَْي ُك ْم َغْيَر‬ ِ ِ
ْ َّ‫ٰياَيُّ َها الَّذيْ َن اٰ َمُن ْٓوا اَْو ُف ْوا بِالْعُ ُق ْو ۗ ِد اُحل‬
ٓ

‫الصْي ِد َواَْنتُ ْم ُحُر ۗ ٌم اِ َّن ال ٰلّهَ حَيْ ُك ُم َما يُِريْ ُد‬


َّ ‫حُمِ لِّى‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu
dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya.”

b. Menggunakan shighat mudlari’ yang dimasuki lam amr


5
M. Quraisih Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: lentera
Hati, 2000), h. 171, Volume 1.

5
Contohnya : firman Allah (Q.S. Al-Imran: 104)

ِ ‫ولْت ُكن ِّمْن ُكم اَُّمةٌ يَّ ْدعو َن اِىَل اخْل ِ ويأْمرو َن بِالْمعرو‬
ۗ ‫ف َو َيْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر‬ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ َ ‫َرْي‬ ُْ ْ ْ ََ
‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُح ْو َن‬ ۤ
َ ‫َواُوٰل ِٕى‬
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ma'ruf: segala perbuatan
yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya”
Lafaz waltakun adalah fi'il mudlzri' yang dimasuki waw al-athaf dan
lam amr. Sebelum dimasuki oleh lam amr, fi'il mudlari' itu berbunyi takunu,
tetapi karena lam amr itu menjazm fi'il mudlari', maka ia dijazmkan dan tanda
jazmnya adalah sukun.6

c. Menggunakan jumlah khabariyah (kalimat berita) yang dimaksudkan


sebagai kalimat yang mengandung tuntutan (amr).3
Jumlah khabariyah (kalimat berita) yang diartika jumlah insyaiyah
(kalimat yang mengandung tututan), seperti firman Allah (Q.S. al-
Baqarah: 228):

‫ص َن بِاَْن ُف ِس ِه َّن َث ٰلثَةَ ُقُرْۤو ۗ ٍء َواَل حَيِ ُّل هَلُ َّن اَ ْن يَّكْتُ ْم َن َما َخلَ َق ال ٰلّهُ يِف ْٓي‬ ُ ‫َوالْ ُمطَلَّ ٰق‬
ْ َّ‫ت َيَتَرب‬
‫ك اِ ْن‬ ِ ِ ِ ٰ ِ
َ ‫اَْر َح ِام ِه َّن ا ْن ُك َّن يُ ْؤ ِم َّن بِاللّ ِه َوالَْي ْوم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر َوبُعُ ْولَُت ُه َّن اَ َح ُّق بَِر ِّده َّن يِف ْ ٰذل‬
ٰ ِ ِ ِ ۖ ‫اَر ُاد ْٓوا اِصاَل حا ۗ وهَل َّن ِمثْل الَّ ِذي َعلَي ِه َّن بِالْمعرو‬
ُ‫فَول ِّلر َجال َعلَْي ِه َّن َد َر َجةٌ ۗ َواللّه‬ ْ ُْ َ ْ ْ ُ َُ ً ْ َ
‫َع ِز ْيٌز َح ِكْي ٌم‬
6
H. Zainuddin Hamka, Kaidah-Kaidah Tafsir Yang Berhubungan Dengan Amr (Perintah) Dan Nahy
(Larangan) Di Dalam Al-Qur’an, Ash-shahabah,Volume 3, Nomor 2, Juli 2017, h. 179

6
Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru'. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan
Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat.
dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika
mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak
yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi
para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

2. Bentuk lafaz Nahy


Abdul Karim Zaidan mengemukakan 2 macam bentuk shiqhat Nahy7,yaitu :
a. Menggunakan fi'il mudlari' yang disertai lam nahiyah, sebagirnana firman
Allah (Q.S Al-Baqarah : 221)

ۚ ‫ت َحىّٰت يُ ْؤ ِم َّن ۗ َواَل ََمةٌ ُّم ْؤ ِمنَةٌ َخْيٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّولَ ْو اَ ْع َجبَْت ُك ْم‬
ِ ‫واَل َتْن ِكحوا الْم ْش ِر ٰك‬
ُ ُ َ
‫ۗ َواَل ُتْن ِك ُحوا الْ ُم ْش ِركِنْي َ َحىّٰت يُ ْؤ ِمُن ْوا ۗ َولَ َعْب ٌد ُّم ْؤ ِم ٌن َخْيٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر ٍك َّولَ ْو اَ ْع َجبَ ُك ْم‬
Artinya : Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang
musyrik, walaupun dia menarik hatimu.

7
Abdul Karim Zaidan, Al-Wajiz fi Ushul alFiqh, (Beirut Libanon: Muassasah al-Risalah, 1421 H /
2000 M), h. 301.

7
(QS Al-Israa': 32)
ِ َ‫الزىٰن ٓى اِ ٗهَّن َكا َن ف‬
‫اح َشةً ۗ َو َساۤءَ َسبِْياًل‬ ِّ ‫َواَل َت ْقَربُوا‬

Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”

b. Jumlah khabariyoh (kalimat berita) yang diartikan sebagai jumlah insydiyah


(kalimat yang mengandung tuntutan), misalnya (Q.S AlBaqarah: 229)

‫َۗ واَل حَيِ ُّل لَ ُك ْم اَ ْن تَأْ ُخ ُذ ْوا مِم َّٓا اَٰتْيتُ ُم ْو ُه َّن َشْئًٔـًا آِاَّل اَ ْن خَّيَافَٓا اَاَّل يُِقْي َما ُح ُد ْو َد ال ٰلّ ِه‬

Artinya : “Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah.”

Ayat di atas berbentuk kalimat berita yang menjelaskan bahwa seorang


suami tidak halal menarik kembali apa yang telah diberikan kepada isterinya
yakni mahar yang telah diberikan kepadanya. Ayat yang berbentuk berita

8
tersebut mengandung tuntutan untuk: meninggalkan (larangan) terhadap
perbuatan mengambil kembali mahar yang telah diserahkan kepada isteri.

C. Kaidah-Kaidah Amr dan Nahy


1. Kaidah Amr

a. Kaidah Pertama8

‫االصل ىف االمر للوجوب وال تدل على غريه اال بقرينة‬


“Amr pada dasarnya menunjukkan arti wajib, kecuali adanya qarinah-qarinah
tersebut yang memalingkan arti wajib tersebut.”

Contoh :

َ‫الز ٰكو ۚة‬ َّ ‫َواَقِْي ُموا‬


َّ ‫الص ٰلو َة َواٰتُوا‬

“Dirikanlah shalat dan keluarkanlah zakat.” (Q.S. an-Nisa: 77)

b. Kaidah Kedua

‫االمر بالشيء يستلزم النهي عن ضده‬

“Amr atau perintah terhadap sesuatu berarti larangan akan kebalikannya.”

8
Khalid bin Utsman as-Sabt, Mukhtashar fi Qawaid at-Tafsir, (Dar Ibnu al-Qim-Dar Ibnu ‘Affan,
2005), hlm. 18

9
Contoh:

ٰ
َ‫َو ْاعبُ ُدوا اللّه‬

”Dan Sembahlahlah Allah...” (Q.S. an-Nisa: 36)

Perintah mentauhidkan Allah atau menyembah Allah berarti larangan


mempersekutukan Allah.

c. Kaidah Ketiga9

‫االمر يقتضى الفور اال لقرينة‬

“Perintah itu menghendaki segera dilaksanakan kecuali ada qarinah-qarinah


tertentu yang menyatakan jika suatu perbuatan tersebut tidak segera
dilaksanakan.”

Contoh :

ِ ۗ ‫استَبِ ُقوا اخْلَْي ٰر‬


‫ت‬ ْ َ‫ ف‬ 
”...Berlomba-lombalah kamu dalam mengejar kebaikan...” (Q.S. al-Baqarah: 148)

9
Ibid, h. 19

10
d. Kaidah Keempat

‫األمر ال يقتضى الفور‬

“Suatu suruhan atau perintah itu tidak menghendaki kesegeraan dikerjakannya.”

Contoh:

‫َّاس بِاحْلَ ِّج‬


ِ ‫َواَذِّ ْن ىِف الن‬

”Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji (Q.S.Al-Hajj:27)

e. Kaidah Kelima10

‫االصل ىف االمر ال يقتضى التكرار‬

“Pada dasarnya perintah itu tidak menghendaki pengulangan (berkali-kali


mengerjakan perintah), kecuali adanya qarinah atau kalimat yang menunjukkan
kepada pengulangan. Apabila mengaitkan perintah kepada syarat atau sifat maka
sesungguhnya menghendaki pengulangan.”
Contoh :

‫َۗ واَمِت ُّوا احْلَ َّج َوالْعُ ْمَر َة لِٰلّ ِه‬

10
Khalid bin Utsman as-Sabt, Op.cit., hlm. 18.

11
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (Q.S. al-Baqarah:
196)

f. Kaidah Keenam

‫األمر بعدالنهي يفيداالباحة‬

”Perintah setelah larangan menunjukkan kebolehan.”


Contoh:

‫اس َع ْوا اِىٰل ِذ ْك ِر ال ٰلّ ِه َوذَ ُروا الَْبْي ۗ َع‬ ِ ِ ِ ِ َّ ِ‫ٰيٓاَيُّها الَّ ِذين اٰمن ْٓوا اِذَا نُو ِدي ل‬
ْ َ‫لص ٰلوة م ْن يَّ ْوم اجْلُ ُم َعة ف‬ َ ْ َُ َ ْ َ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dipanggil untuk menunaikan shalat
pada hari Jum’at maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli...” (Q.S. al-Jumu’ah: 9)

‫ض ِل ال ٰلّ ِه‬
ْ َ‫ض َو ْابَتغُ ْوا ِم ْن ف‬
ِ ‫الص ٰلوةُ فَا ْنتَ ِش ُر ْوا ىِف ااْل َْر‬
َّ ‫ت‬ ِ ِ
ِ ‫ضي‬
َ ُ‫فَاذَا ق‬

”Apabila shalat sudah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah...” (Q.S. al-Jumu’ah:10)

2. Kaidah Nahy

a. Kaidah pertama

12
“Pada dasarnya larangan itu untuk mengharamkan (sesuatu perbuatan yang
dilarang).”

Atau dalam kitab lain disebutkan:

‫النهي يقتضي التحرمي والفور والدوام إال لقرينة‬

“Nahi menghendaki atau menunjukkan haram, segera untuk dilarangnya, kecuali ada
qarinah-qarinah tertentu yang tidak menghendaki hal tersebut.”

Contoh:

‫الزىٰن ٓى‬
ِّ ‫َواَل َت ْقَربُوا‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina.” (Q.S. al-Isra’: 32)
Lafadz Nahy selain menunjukkan haram sesuai dengan qarinahnya juga menunjukkan
kepada arti lain, seperti:11
1) Doa
ِ ‫اخ ْذنَٓا اِ ْن ن‬
‫َّسْينَٓا‬ ِ ‫ربَّنَا اَل ُتؤ‬
َ َ
”Wahai Tuhan kami janganlah Engkau menyiksa kami, jika kami lupa.” (Q.S.Al-
Baqarah: 286)

2) Irsyad (memberi petunjuk)

‫ٰيٓ اَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْوا اَل تَ ْسَٔٔـَلُ ْوا َع ْن اَ ْشيَاۤءَ اِ ْن ُتْب َد لَ ُك ْم تَ ُس ْؤ ُك ْم‬

11
Andeni Suhartini, Ushul Fiqh, (Jakarta:Maktubullah,2012), hlm. 200.

13
”Wahai orng-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu)
hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkanmu.” (Q.S.Al-
Maidah:101)

3) Tahqiq (menghina)

‫ك اِىٰل َما َمت َّْعنَا بِه‬ َّ ‫اَل مَتُد‬


َ ‫َّن َعْيَنْي‬
”Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan
hidup” (Q.S.Al-Hijr:88)

4) Ta’yis (menunjukkan putus asa)

‫ٰيٓ اَيُّ َها الَّ ِذيْ َن َك َف ُر ْوا اَل َت ْعتَ ِذ ُروا الَْي ْو ۗ َم‬
“Janganlah kamu mengemukakan alasan pada hari ini.” (Q.S.At-Tahrim:7)

b. Kaidah kedua
“Pada dasarnya larangan itu menghendaki fasad ( rusak).”
Sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda:

‫كل امر ليس عليه امرنا فهو رد‬


“Setiap perkara yang tidak ada perintah kami, maka ia tertolak”.
Contoh:
ِ
ِ ۙ ‫ اَل ُت ْفس ُد ْوا ىِف ااْل َْر‬ 
‫ض‬
“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi...” (Q.S. al-Baqarah: 11)

14
c. Kaidah ketiga

‫النهي عن الشئ أمربضده‬


“Larangan terhadap sesuatu berarti perintah kebalikannya.”
Contoh:

‫س ِّم ْن َع َم ِل الشَّْي ٰط ِن‬ ‫ج‬ ِ ‫اب وااْل َْزاَل ُم‬


‫ر‬ ‫ص‬ ‫ن‬
ْ َ ‫اْل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ر‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّها الَّ ِذين اٰمُن ْٓوا اِمَّنَا اخْل مر والْمي‬
‫س‬
ٌ ْ َ ُ َ َ ُ َْ َ ُ َْ َ َْ َ
‫اجتَنُِب ْوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْو َن‬
ْ َ‫ف‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.” (Q.S. al-Ma’idah: 90)

d. Kaidah keempat12
“Pada dasarnya larangan yang mutlak menghendaki pengulangan larangan dalam
setiap waktu.”

Contoh:

‫الزىٰن ٓى‬
ِّ ‫َواَل َت ْقَربُوا‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina.” (Q.S. al-Isra’: 32)

Apabila ada larangan yang tidak dihubungkan dengan sesuatu seperti waktu atau
sebab-sebab lainnya, maka larangan tersebut menghendaki meninggalkan yang

12
Ibid, 201

15
dilarang itu selamanya. Namun bila larangan itu dihubungkan dengan waktu,
maka perintah larangan itu berlaku bila ada sebab, Seperti: Q.S.An-Nisa’:43

َّ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْوا اَل َت ْقَربُوا‬


‫الص ٰلو َة َواَْنتُ ْم ُس َك ٰارى‬
”Janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk”. (Q.S.An-Nisa’:43)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakikat pengertian amr (perintah) adalah lafadz yang dikehendaki supaya orang
mengerjakan apa yang dimaksudkan. Bentuk lafadz amar bermacammacam
diantaranya: fiil amar, fiil mudhari’ yang diawali lam amar, masdar pengganti fiil,
dan beberapa lafaz yang mengandung makna perintah seperti, kutiba, amara, faradha,

16
‘ala. Selain itu, juga terdapat beberapa ragam (makna) amr dan beberapa kaidah
tentang amr, seperti yang telah dijelaskan di atas. Sedangkan Nahi adalah suatu lafaz
yang mengandung makna tuntutan meninggalkan sesuatu yang datangnya dari orang
yang lebih tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya.
Bentuknya yaitu fiil yang didahului oleh la nahiyah, beberapa lafaz yang
mengandung makna nahi. Selain itu, dijelaskan juga beberapa kaidah-kaidah nahi
seperti yang telah dipaparkan di atas.

B. Saran
Penulis menyadari  makalah ini jauh dari kesempurnaan, mungkin banyak
kesalahan disana-sini, seperti penulisan yang kurang tepat, tata bahasa tidak sesuai
dengan ejaan yang disempurnakan atau pembahasan yang kurang lengkap, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung agar penulisan makalah
untuk kedepan lebih baik dan lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Fahimah, Siti. Kaidah-Kaidah Memahami Amr Dan Nahy: Urgensitasnya Dalam


Memahami Al Qur’an, Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 1
Nomor 1 Juni 2018
Hamka, Zainuddin. Kaidah-Kaidah Tafsir Yang Berhubungan Dengan Amr (Perintah)
Dan Nahy (Larangan) Di Dalam Al-Qur’an, Ash-shahabah,Volume 3, Nomor
2, Juli 2017

17
Kartini. Penerapan Al-Amr, Al-Nahy Dan Al-Ibahah Sebagai Kaidah Penetapan
Hukum, Jurnal Al-‘Adl, Vol. 9 No. 1, Januari 2016
Shihab, M. Quraisih. 2000. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an, (Jakarta: lentera Hati)

Suhartini, Andeni. 2012. Ushul Fiqh. Jakarta: Maktubullah

18

Anda mungkin juga menyukai