Dosen Pengampu:
Ni'mal Faiz,M.Pd.I.
Kelompok 12 (Kelas F)
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur Kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada Kami sehingga, Kami berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul “Memahami Pengertian Amar Dan Nahi Dalam Ushul Fiqh”
terselesaikannya dalam penyusunan makalah ini merupakan berkat bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini tim penyusun
menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Ni'mal Faiz,M.Pd.I selaku dosen pengampu Mata Kuliah ushul fiqih yang
telah memberikan tugas, petunjuk, kepada Kami sehingga, kami termotivasi
untuk menyelesaikan makalah ini.
Kelompok 12
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Kesimpulan.............................................................................................10
B. Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah diberikan untuk memperjelas materi apa yang
akan di bahas oleh penuli, yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian dan penjelasan amr dan nahi ?
2. Bentuk bentuk amr dan nahi ?
3. Dalil dalil amr dan nahi ?
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian di cantumkan agar makalah yang di bahas tidak
melebar keman-man, yaitu sebai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian dan penjelasan amr dan nahi.
2. Untuk mengetahui Bentuk bentuk amr dan nahi.
3. Untuk mengetahui Dalil dalil amr dan nahi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Abdul Hamid Hakim menyebutkan bahwa nahi adalah
perintah untuk meninggalkan sesuatu dari atasan kepada bawahan. Jadi
Nahi adalah suatu larangan yang harus ditaati yang datangnya dari atasan
kepada bawahan, yakni dari Allah SWT kepada hamba-Nya.2
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْقَر ُبوا الَّص ٰل وَة َو َاْنُتْم ُس ٰك ٰر ى
2
MOH. BAHRUDIN, ILMU USHUL FIQH, 1 ed. (Bandar lampung: CV. Anugrah
Utama Raharja, 2019).
4
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendekati
salat, sedangkan kamu dalam keadaan mabuk (QS.An Nisa : 43)
Untuk hokum Nadb atau sunnah, artinya amr yang ada bukan
untuk wajib. Umpanya firman Allah surat al-nur (24); 33 خیرا فیھم علمتم إن
تبوھم فكاLafadz katabah كتابھyaitu kemerdekaan dengan pembayaran cicilan
3
Muh Dahlan Thalib, “AL-AMR (PERINTAH DALAM AL-QUR’AN),” t.t., 20.
5
yang disuruh dalam ayat tersebut menimbulkan hokum nadb, sehingga
bagi yang menganggap tidak perlu maka tidak ada ancaman Untuk
suruhan bersifat mendidik (irsyad), seperti dalam surat al-Baqarah (2):
282, tentang apa yang sebaiknya dilakukan seseorang setelah berlangsung
hutang piutangھدواOOOOOھیدین واستشOOOOO شAyat ini mendidik umat untuk
mendatangkan dua saksi pada saat berlangsung transaksi hutang piutang
untuk kemaslahatan mereka. Untuk hokum ibahah atau boleh, seperti
firman Allah dalam surat al-Baqarah (2): 60. هللا رزق من واشربوا كلواSuruhan
dalam ayat ini tidak mengandung tuntutan apa- apa terhadapa orang yang
menerima amr tetapi meliankan hanya suatu kebolehan. Untuk tahdid atau
guna untuk menakut-nakuti, contoh dalam surat Ibrahim (14): 30. هللا الى
مصیركم هللا فإن تمتعواMeskipun dalam ayat ini digunakan kata amr, namun
tidak mengandung tuntutan apa-apa, bedanya dengan ibahah diatas, adalah
dalam bentuk tahdid itu disebutkan janji yang tidak enak. Untuk imtinan
atau merangsang keinginan untuk melakukan, seperti dalam surat al-
An’am (6): 142. هللا رزقكم مما كلوا
Meskipun imtinan ini sama dengan ibahah dari segi tidak ada
hukuman, namun diantara keduanya ada perbedaan , pada ibahah hanya
semata izin untuk berbuat sedangkan pada imtinan ada qarinah berupa
kebutuhan kita kepadanya dan ketidakmampuan kita untuk mengajaknya.
Untuk Ikram atau memuliakan yang disuruh, seperti terdapat dalam surat
al-Hijr 15 :)46 نینOادخلوا بسالم ام, Untuk taskhir yaitu menghinakan,contoh
yang terdapat dalam surat al-Baqarah (2): 65, خاسئین قردة كنواdalam ayat ini
tidak terkandung perintah, karena tidak mungkin Allah menyuruh menjadi
kera. Untuk ta’jiz yaitu melemahkan yang berarti menyatakan
ketidakmampuan 2 :)23. دناOO( وإن كنتم فى ریب مما نزلنا على عبBaqarah-al surat
dalam Umpanya. seseorang مثلھ من بسورة فأتواSebenarnya Allah mengetahui
bahwa orang yang disuruh dalam ayat ini tidak akan mungkin mampu
membuat satu ayatpun yang semisal dengan ayat al-Quran, tetapi Allah
menyuruhnya juga untuk berbuat demikian. Suruhan ini bukan dalam arti
6
yang sebenarnya tetapi hanya sekedar menyatakan ketidakmampuan
manusia.
1. Kaidah Pertama
7
“….dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah melainkan dengan suatu (sebab) yang benar…” (Q.S. al-
An’am:151)
2. Kaidah Kedua
8
perbuatan, bukan terhadap hal-hal yang terletak di luar esensi
perbuatan itu.
3. Kaidah Ketiga
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
5
Siti Fahimah, “KAIDAH-KAIDAH MEMAHAMI AMR DAN NAHY:
URGENSITASNYA DALAM MEMAHAMI AL QUR’AN” 1 (2018): 13.
9
Menurut bahasa arab, Amar artinya perintah, menurut istilah Amar
adalah suatu lafadz yang didalamnya menunjukkan tuntutan untuk
megerjakan suatu perkerjaan dari atasan kepada bawahan. Dari definisi
tersebut dapat dipahami bahwa Amar itu tidak hanya ditunjukkan pada
lafadz-lafadz yang memakai sighat (bentuk kata) Amar saja, tetapi
ditunjukkan pula oleh semua bentuk kata yang didalamnya mengandung
arti perintah. Jadi Amar merupakan suatu permintaan untuk mengerjakan
sesuatu yang sifatnya mewajibkan/mengharuskan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Moh. Ilmu Ushul Fiqh. 1 Ed. Bandar Lampung: Cv. Anugrah Utama
Raharja, 2019.
10
Fahimah, Siti. “Kaidah-Kaidah Memahami Amr Dan Nahy: Urgensitasnya Dalam
Memahami Al Qur’an” 1 (2018): 13.
Harisudin, M. Noor. Ilmu Ushul Fiqih. 8 Ed. Jember: Pena Salsabila, 2020.
Sanusi, Ahmad Dan Sohari. Ushul Fiqih. 1 Ed. Depok: Pt Rajagrafindo Persada,
2015.
11