Anda di halaman 1dari 14

KAIDAH-KAIDAH

USHULIYYAH

Makalah

Dibuat dan Dipresentasikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar Ushul Fiqhi, Prodi Hukum Tata Negara Kelompok 6
Fakultas Syariah dan Hukum Islam

Oleh

KELOMPOK 10

LA ODE MUHAMAD BINTANG HANAN


NIM. 742352023122

MUH. IRWANSYAH
NIM.742352023132

Dosen Pengajar :
Drs H. Abd. Latif, M.HI

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Sehingga kita masih di beri

kesempatan, kesehatan dan waktu hinnga mampu menyelesaikan

tugas makalah yang telah di berikan oleh dosen yang bersangkutan.

Shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada Nabi Muahammad

Saw. Adapun tujuan kami membuat makalah ini untuk memenuhi

tugas Mata Kuliah dengan judaul atau Tema

“ yang telah diberikan oleh dosen yang

bersangkutan.

Kami mengucapkan banyak terimah kasih untuk pihak yang

telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan, maka saran dan keritik sangat kami butuhkan

untuk membangun pembuatan makalah kedepannya bisah lebih baik.

Watampone, 21 November 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................. 2

C. TUJUAN .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KAIDAH USHULIYAH ........................................ 3

B. JENIS-JENIS QAWAID USHULIYAH ........................................ 6

C. AMR DAN NAHI ....................................................................... 10

D. AAM DAN KHAS ......................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .......................................................................... 12

B. SARAN .................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Qawaid Ushuliyyah (kaidah ushuliyah) adalahkaidah yangberkaitan


denganbahasa. Dankaidahushuliyah ini jugamerupakan kaidah yangsangat
penting, karenakaidahushuliyah merupakanmedia/alat untuk menggali
kandungan makna danhukumyangtertuang dalamnash Al-Qur’an dan
As-Sunnah, sehingga dengan kaidahushuliyahini, merupakanmodalutama
dalammemproduk fiqih. Tanpakaidahushuliyah, pengamalanhukumIslam
cenderungbelumsemuanya

Karena pentingnya hal tersebut, sehinggga merupakan suatukebutuhan


bagi kita semua khususnya mahasiswa yangakanmeneruskanperjuangan
pendahulu-pendahulukitadalam membela danmenegakkan islamuntuk
mempelajari halini. Karena banyakdarikitayangkurangmengerti bahkan ada
yangbelummengerti samasekali apaituQawaidushuliyah. Olehkarena itu
pentingbagi seorangmujtahidmaupun calonmujtahiduntuk menggali sebuah
hukumdenganmempelajari kaidah ushuliyyahini.

II. Rumusan Masalah


Adapunrumusan masalah dari makalahiniadalah:

1. Apa pengertian kaidah Ushuliyah?


2. Apa sajakah jenis-jenisdari kaidah Ushuliyah besertakaidah-kaidahnya?
3. Apa perbedaan antara kaidah ushuliyyah dankaidahfiqih?
4. Apa fungsi dari kaidah ushuiyah?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahuiapa pengertian kaidah ushuliyah

5
6

2. Untuk mengetahuiapa saja jenis-jenisdarikaidahUshuliyahbeserta


kaidahnya

3. Untuk mengetahuiapa perbedaan antara kaidah ushuliyah dan kaidah fiqih


4. Untuk mengetahuiapa fungsi dari kaidah ushuliyah

PEMBAHASAN KAIDAH USHULIYYAH 1. Pengertian Kaidah


Ushuliyyah
Qa’idahUshuliyyah merupakan gabungandarikataQaidah danushuliyah,
kaidah dalambahasaArab ditulisdenganqaidah, yangartinyapatokan,
pedoman dantitik tolak.Dan adapulayangmengartikan denganperaturan.
Sedangkan bentuk jamak dariqa’idah adalah qawa’id.Adapun ushuliyah
berasaldarikataal-ashl, yangartinya pokok, dasar, atau dalilsebagai landasan.
Jadi, Qa’idah Ushuliyyahadalah pedoman untukmenggalidalilsyara’, yang
bertitik tolak padapengambilandalil atauperaturan yangdijadikan metode
dalampenggalian hukum, kaidah ushuliyahdisebut juga sebagaikaidah
Istinbathiyahatau ada yangmenyebutsebagaikaidah lughawiyah. (1)
Sedangkan menurutProf. Dr. MuhammadSyabir(dalamAmin Darmah :2011)
mendefinisikan sebagai:””Suatuperkarakulli(kaidah-kaidah umum)yang
dengannyabisa sampaipadapengambilan kesimpulanhukumsyar’iyyah al
far’iyyah dari dalil-dalilnya yangterperinci”.

Penulismengambilkesimpulan bahwakaidahushulliyyahmerupakan
sejumlahperaturan untukmenggalidalil-dalilsyara’sehingga didapatkan
hukumsyara’dari dalil-dalil tersebut dankaidahushulliyah inijuga merupakan
kaidah yangberhubungandengan masalah kebahasaan, yang didalamnya tidak
berbicara samasekali tentangfiqih karenadidalamnyahanya berhubungan
denganmasalah kebahasansaja, yangtelah disepakatiolehsemua ulama’
madzhabdan dijadikan pijakan ulama’tentanghukum.

Adapuncontoh-contoh qaidah ushuliyyah yangdipaparkanolehprof.Dr.


Rachmat Syafe’i,MA. adalahsebagai berikut:

Kaidah :‫اﻟﻌﺒﺮة ﺑﻌﻤﻮم اﻟﻠﻔﻆ ل ﺑﺨﺼﻮص اﻟﺴﺒﺐ‬

.
7

Kaidah :‫إذا اﺟﺘﻤﻌﺖ اﻟﻤﻘﺘﻀﻰ واﻟﻤﻨﺎﻓﻊ ﻗﺪﻣﺖ اﻟﻤﻨﺎﻓﻊ‬

2. Jenis-
jenis Qawaid Ushulliyyah

Drs. BeniAhmadSaebani, M.Si menjelaskan bahwapenerapan kaidah


ushuliyahyangpertama adalahkaidahlughawiyah, yaitukaidah bahasa yang
berhubungandengankalimatkalimatyangtersirat dalamAl-Qur’an maupunAs-
Sunnah.Adapun kaidah-kaidah tersebut adalahsebagai berikut: (1)

1. Amr dan Nahi Ø Pengertian Amr


Menurut jumhurulamaushul, definisiamr adalahlafadzyangmenunjukkan
tuntutandari atasan kepadabawahannyauntuk mengerjaan suatu pekerjaan.
Amarmenurutbahasa berarti perintah.Sedangkanmenurutistilahadalah, ‫ﻣﻦ‬
‫”اﻟﻌﻠﻠﻰ إﻟﻰ اﻟﺪﻧﻨﻰ" اﻟﻤﺮ ﻃﻠﺐ اﻟﻔﻌﻞ‬amradalah perbuatan memintakerja dari yanglebih
tinggitingkatannyakepada ynglebih rendahtingkatannya.”atau dapat
didefinisikan, ‫ اﻟﻠﻔﻆ اﻟﺪال ﻋﻠﻠﻰ ﻃﻠﺐ اﻟﻔﻌﻞ ﻋﻠﻠﻰ ﺟﻬﺔ اﻟﺴﺘﺘﻌﻞء‬Suatu tuntutan

(perintah) untukmelakukansesuatu dari pihakyanglebihtinggi kedudukannya


kepadapihak yanglebihrendah kedudukannya.

Ø Kaidah dalam ’ Amr.


Apabila dalamnashsyara’terdapat salahsatudaribentukperintah, maka ada
beberapa kaidah yangmungkinbisa diberlakukan.

Kaidah pertama,
‫اﻟﺼﻠﻞ ﻗﻰ اﻟﻤﺮ ﻟﻠﻮﺟﻮب‬, meskipun suatu perintah bisamenunjukkanberbagai
pengertian, namunpada dasarnya suatu perintah menunjukkan hukumwajib
dilaksanakan kecuali bilaada indikasi ataudalilyangmemalingkannya.

Contoh perintah yangterbebasdariindikasiyangmemalingkan dari hukumwajib


adalahQS.
An-Nisa (4) : 77

Ayat tersebut menunjukkan hukumwajibmendirikan sholatlimawaktudan


menunaikan zakat.
8

Adapuncontoh perintahyangdisertaiindikasiyangmenunjukkan hukumselain


wajib, QS.
Al-Baqarah(2) : 283

. b. Nahi

Ø Pengertian Nahi
‫اﻟﺴﺘﺘﻌﻞء‬
MayoritasulamaUshulFiqhmendefinisikan nahi sebagai:
‫ﺑﺎﻟﺴﻴﻐﺔ اﻟﺪال ﻋﻠﻠﻴﻄﻠﺐ اﻟﻜﻒ ﻋﻠﻦ اﻟﻔﻌﻞ ﻋﻠﻠﻰ‬
‫اﻟﺠﻬﺔ‬
Laranganmelakukansuatu perbuatan daripihak yang lebihtinggi kedudukannya
kepadayanglebihrendah tingkatannya dengan kalimatyangmenunjukkanatas
hal itu.

Jikalafalkhususyangterdapatdalamnashsyara’berbentuk nahi atau bentuk


beritayangnermakna larangan, maka berarti haram. Yaitumenuntut untuk tidak
melakukan yangdilarangsecaratetapdan pasti.Menurut ulamaushul, definisi
nahi adalahkebalikanamr, yakni lafadyangmenunjukkan tuntutanuntuk
meninggalkan sesuatu (tuntutan yangmestidi kerjakan) dariatasan kepada
bawahan.Namun, para ulama ushulsepakat bahwanahyi itu sepertijuga amr
dapatdigunakan dalamberbagaiarti.

Ø Kaidah yang berhubungan dengan Nahi


Kaidah, ‫اﻟﺼﻠﻞ ﻓﻰ اﻟﻨﻬﻰ ﻟﻠﺘﺤﺮﻳﻢ‬, pada dasarnya suatu laranganmenunjukkan
hukumharammelakukan perbuatanyangdilarang kecuali ada indikasi yang
menunjukkan hukumlain.Contohnyaayat 151 suratal-An’am.“

Contoh laranganyangdisertai indikasi yangmenunjukkan hukumselainharam,


dalamSurat
9

Al-Jum’ah(62) : 9.“Hai orang-orangberiman, apabila diseruuntuk


menunaikan shalatJum’at, Maka bersegeralahkamu kepada mengingatAllah
dantinggalkanlahjualbeli. yangdemikian itu lebih baikbagimujikakamu
Mengetahui.

2. Aam dan Khas


Ø Pengertian Aam
‘Ammenurutbahasaartinya merata, yangumum;dan menurutistilah
adalah" Lafadzyangmemilikipengertianumum, terhadapsemuayang
termasukdalampengertianlafadzitu.Dengan pengertian lain, ‘am adalah kata
yangmemberipengertianumum, meliputi segala sesuatu yangterkandung
dalamkata itu dengantidakterbatas.

Menurutistilah‘amyaitusuatu lafadzyangdipergunakanuntuk
menunjukkan suatu makna yangpantas(boleh) dimasukkan pada makna itu
denganmengucapkansekali ucapansaja.Seperti lafadz“arrijal”maka lafadz
inimeliputi semua laki-laki.

Disampingpengertian‘amdiatasada beberapa pengertian ‘ammenurut


ulama’lainnyaantaralain:

a) Hanafiah yaitu“Setiaplafazh yangmencakupbanyak, baik secara lafazh


maupun makna”.

b) Al-Ghazaliyaitu “Suatu lafazh yangdari suatu segi menunjukkan duamakna


atau lebih”

c) Al-Bazdawi yaitu“Lafazh yangmencakupsemua yangcocok untuklafazh


tersebutdalamsatukata”

d) MenurutUddah( darikalangan ulama' Hanbali )"suatulafadzyang


mengumumi duahalatau lebih".
Kaidah yang menunjukkan padaumumyangmelengkapi danmelingkupi semua

yangkhusus, misalnya kaidah: ‫اﻟﻌﻤﻌﻮم ﻣﻦ ﻋﻠﻮارض اﻟﻠﻔﺎظ‬


‫اﻟﻌﻤﻮم‬
‫ﻟﻴﺘﻮﺻﺮ‬
‫ﻓﻴﺎﻟﺤﻜﺎم‬
10

‫اﻟﻌﺎم ﻋﻠﻤﻮﻣﻪ ﺷﻤﻮﻟﻲ وﻋﻠﻤﻮم اﻟﻤﻄﻠﻖ ﺑﺪﻧﻠﻲ‬

Ø Pengertian Khas
Khasialahlafadzyangmenunjukkanarti yangtertentu, tidak meliputi arti
umum, dengankata lain, khasitukebalikandari`âm.Menurut istilah, definisikhas
adalah:“Al-khasadalah lafadz yangdiciptakan untukmenunjukkanpada
perseorangan tertentu, seperti Muhammad.Atau menunjukkan satu jenis,
sepertilelaki. Atau menunjukkan beberapa satuanterbatas, seperti tigabelas,
seratus, sebuahkaum, sebuahmasyarakat, sekumpulan, sekelompok, dan
lafadz-lafadz lainyangmenunjukkanbilangan beberapa satuan, tetapi tidak
mencakupsemua satuan-satuan itu”

Dalampengertian lainkhasadalahlafazyangkhash itu lafaz yangdiletakkan


untuk menunjukkan suatuindividu yangsatu perseorangannya, seperti seorang
laki-laki, ataumenunjuk kepadasejumlah individudan tidak menunjukkan
terhadappenghabisanseluruh individu-individu.Atau khasialah lafadz yang
tidak meliputi mengatakannya sekaligusterhadapduasesuatu atau beberapa
hal tanpa menghendakikepada batasan.

ØKaidah yangberkaitan dengan khasatau khusus, misalnya : ‫ان اﻟﺘﺨﺼﻴﺺ‬


‫اﻟﻌﻤﻮﻣﺎت ﺟﺎﺋﺰ‬

‫اﻟﺼﻔﺔ‬
‫ﻣﻨﺎﻟﻤﺨﺼﺼﺎ‬
‫ت‬

3.Kaidah yangberkaitan dengan manthuq(tersurat/tekstual) mafhum


(tersirat/kontekstual).

Misal
nya kaidah :‫وﺟﻤﻴﻊ ﻣﻔﺎﻫﻴﻢ اﻟﻤﺨﺎﻟﻔﺔ ﺣﺠﺔ ال ﻣﻔﻬﻮم اﻟﻠﻘﺐ‬

Menurut beliaumenambahkan, selain kaidah lughawiyah,


11

sebenarnyaada pula kaidah tasyri’iyah, tetapi acuan pokoknya tetapkaidah


bahasa. Yaitu kaidah al-tasyri’iyahterdiridari duakata yaitukaidahdan
al-tasyri’iyah.Apa yangdimaksuddengankaidah, secarajelastelah penulis
bahaspada pembahasan qaidahal-ushuliyah.Adapun yangdimaksuddengan
altasyri’iyah akan diterangkan berikutini.

Dr. Juhaya S.Prajamengemukakan bahwadalambahasa Arabdijumpai


kata shara’ayangberarti membuat jalan raya, suatujalan besar yangmenjadi
jalanutama, dengan demikian, kata tasyri’berarti pembentukanjalan raya itu.
Terdapat duamacamtasyri’, antara laintasyri’samawiydan tasyri’wad’iy.
Tasyri’Samawiy yaitu peraturanperundang-undangan yangmurni dari
pembuathukum, yaitu Allah. Adapuntasyri’wad’iyialah peraturanperundang-
undangan yangdibuatdan dirumuskan oleh manusia yangdidasarkan atau
denganreferensitasyri’samawiy.

Kaidah perundang-undangan yang dalamistilah ahliushulfiqhi dikenal


dengannama Qawa’idut- Tasyri’iyahialah tataaturanyangdibuat
pedoman oleh pembuatundang-undangdalammenyusunundang-undang
danmerealisirtujuanyangingin dicapainyamelaluipemberianbeban kewajiban
kepadaorang-orangmukallaf.

Dari definisi diatasdiketahui bahwa qaidahal-tasyri’iyahitusangatberguna


terutama dalamprosespenyusunanundang-undang.Undang-undangsecara
garisbesarada duamacam, yaitu qanun tasyri’i (peraturanperundangan)dan
qanun ijra’i (peraturan prosedural).Qanun tasyri (peraturan perundangan)
adalahundang-undangyangmaterinya berupa hukumsyara’, atau aqidah,
atau kaidah kulliyah syar’iyyah, atausumber-sumberhukumsyara’.Qanun
ijra’i (peraturan prosedural) adalahundang-undangyangmaterinya berkaitan
dengansekumpulan cara (uslub), sarana(wasilah), danalat (adawat)untuk
melaksanakanhukumsyara’tertentu.(2)

3.Perbedaan QawaidUshulliyyah dan QawaidFiqhiyyah:


Perbedaan diantara keduanya menurut AhmadRajafi Sahran, (2011) adalah
sebagi berikut:

1. Kaidah Ushuliyah.
Kaidah-kaidah ushuliyah disebutjuga kaidah istinbathiyah atau kaidah
lughawiyah.Disebut kaidah istimbathiyah karena kaidah-kaidah tersebut
dipergunakandalamrangka mengistinbathkan hukum-hukumsyara’dari
dalil¬dalilnya yangterinci.Disebut kaidah lughawiyah karena kaidah ini
merupakankaidahyangdipakai ulama berdasarkanmakna, susunan, gaya
12

bahasa, dan tujuan ungkapan-ungkapan yangtelahditetapkanolehparaahli


bahasa arab, setelahdiadak an penelitian-penelitian yangbersumberdan
kesusastraanarab. Kaidah-kaidah ushuliyah digunakan untukmemahami nash-
nash syari’ah dan hukum-hukumyangterkandungdalamnash-nash tersebut.
Dengan kaidah ushuliyahdapat difahamihukumhukumyangtelah
diistinbathkan oleh para imam mujtahidin,.

2. Kaidah Fiqhiyah
Kaidahfiqhiyahadalah kaidah hukumyangbersifatkulliyah (bersifatumum)
yangdipetik daridalil-dalilkulli, dan darimaksud-maksudsyara’dalam
meletakkan mukallafdi bawahbeban dan dari memahamkan rahasia-rahasia
tasri’dan hikmah-hikmahnya. Rahasia tasyri’adalah ilmu yangmenerangkan
bahwasyara’memperhatikanpelaksanaanhukumbagimukallaf,
kemaslahatanhamba, dan menerangkan bahwa tujuanmenetapkan
aturan-aturan ialahuntuk memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Kaidah-kaidah fiqhiyah dijadikan rujukan (tempat kembali) seoranghakim


dalamkeputusannya, rujukan seorangmuftidalamfatwanya, dan rujukan
seorangmukallafuntuk mengetahuihukumsyaria’tdalamucapan dan
perbuatanya. Karena aturan-aturan syara’itu tidak dimaksudkankecuali untuk
menerapkanmateri hukumnya terhadapperbuatandan ucapanmanusia. Selain
itu jugakaidahfiqhiyahdigunakanuntuk membatasi setiapmukallaf terhadaphal-
hal yangdiwajibkan ataupunyangdiharamkanbaginya.

Berdasarkandefinisi di atasdapatdisimpulkan bahwakaidahushuliyah


memuatpedoman penggalian hukumdari sumberaslinyabaik Al-Quran
maupunsunnah denganmenggunakan pendekatansecarakebahasaan.
Sedangkan kaidah fiqhiyah merupakanpetunjuk yangoperasionaldalam
mengistinbathkanhukumIslam, dengan melihatkepadahikmahdan
rahasia¬rahasia tasyri’.Namunkeduakaidah tersebut merupakan patokan
dalammengistinbathkan suatuhukum, satu denganyanglainnya yangtidak
dapatdipisahkan, karena keduanya salingmembutuhkan, dalam menetapkan
hukun Islam.
4. Fungsi Kaidah Ushulliyyah
Fungsi utama dari kaidah Ushulliyahmenurut AminDarmah adalahuntuk
mengangkat ketentuan-ketentuan hukumislamyangterpapardalamal-Qur’
andan al-Sunnah, sehingga setiaporangmukallaf dapatmengetahuinya
denganbaik, danmenerimanyasebagai ketentuan syara’baik secara yakin
maupundzan.
13

Paraulama menempuhlangkah-langkah kreatif menurut norma-norma


hukumituyangterpaparsecaraacak dalmal-Qur’andan al-Sunnah dalam
bentuk kalam-kalam yangtertulis, dan merekatidakberjumpa langsungdengan
rasulullahsebagai orangyangmenyampaikankalamtersebutdan mampu
menjelaskannya dengan baik.Dengan demikian, kaidahushulliyyah ini hanya
merupakanmetodelogi kajianhukum dari nash-nash al-Quran danalSunnah
yangberfungsimengangkatketentuan-ketentuan hukumislam, untuk
kemudian menjadipedomanbagi orang-orangmukallafdalammenjalani
kehidupan ini.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaidah Ushuliyyah merupakangabungan dari kata kaidah danushuliyah,
kaidah dalambahasaArab ditulisdenganqaidah, yangartinyapatokan,
pedoman dantitik tolak.Adapulayangmengartikan denganperaturan.Bentuk
jamakqa’idah (mufrad) adalah qawa’id.Adapun ushuliyah berasaldarikata al-
ashl, artinyapokok, dasar, atau dalilsebagai landasan.Jadi, Ka’idah Ushuliyyah
adalahpedomanuntuk menggali dalilsyara’, titik tolakpengambilan dalilatau
peraturanyangdijadikanmetode penggalianhukum, kaidah ushuliyahdisebut
jugasebagai kaidah Istinbathiyahatau ada yangmenyebut sebagaikaidah
lughawiyah, kaidah ushuliyah adalah dasar-dasar pemaknaanterhadapkalimat
atau kata yang digunakandalam teksataunash yang memberikanarti hukum
tertentu dengandidasarkan kepadapengamatan kebahasaandan kesusastraan
Arab.

Beberapa Jenis-jeniska’idah Ushuliyyah diantaranya amrdan nahi, aam


dankhas, (tersurat/tekstual) mafhum(tersirat/kontekstual)masing-masing
mempunyai pengertian yangberbeda namunpada hakikatnyasama yaitu guna
menggali sebuah hukum, yangberfungsi sebagai alat menggali sebuah hukum
syara’.

B. Saran
Penyusun makalah inihanya manusia yangmemiliki keterbtasan ilmunya,
yanghanyamengandalkanbuku referensi dan rujukan yangtelah adasaja.Oleh
karenaitu, penyusun menyarankan agarpara pembacayanginginmendalami
14

masalahKaidahUshulluiyyah ini, diharpkan agar setelah membaca makalah ini,


kemudian membaca sumber-sumber lainyanglebihkomplit, yangtidak hanya
sebatasmembaca makalahini saja.

DAFTARPUSTAKA

1. Beni AhmadSaebani, Ilmu UshulFiqh, Bandung, CV.Pustaka Setia, 2009,


2. Koto, Alaidin. 2004.Ilmu Fiqih Dan UshululFiqih.Jakarta: RajawaliPers.
3. Hakim, Abdul Hamid. 1928. ‫ﻣﺒﺎدﻧﻰ أوﻟﻴﺔ ﻓﻲ أﺻﻠﻮل اﻟﻔﻘﺔ‬. Jakarta: Sa’adiyahputra
4. http://kozam.wordpress.com/2009/II/10/kaidah-kaidah-ushul-fiqh
5. Fadal, Muh kurdi.2008.Kaidah-kaidah fikih.JakartaBarat: Artha Rivera
6. http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/kaidah-ushuliyah.html
7. http://Amindarnah.blogspot.com/2011/05/kaidah kaidahalushulliyyah.html8.
http://AhmadRajafi Sahran.blogspot.com/2011/02/qawaidalushulliyahdan
alfiqhiyah.html

Anda mungkin juga menyukai