“USHUL FIQH “
Dosen : Muhaemin, S.Sy.,M.Sos
Di Susun Oleh:
KELOMPOK 1 :
1. Sadriani (2001047)
2. Salsadillah (2001048)
3. Sitti Karmila S. (2001049)
4. Sofyan (2001050)
5. Sunarti (2001052)
6. Ahsal Riadi Salam (2001003)
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-
NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Ushul fiqh. Tak lupa kami
ucapkan shalawat dan salam mudah-mudahan senantiasa Allah SWT karuniakan
kepada Nabi paling mulia yaitu Nabi Muhammad SAW, serta para keluarga dan
sahabat – sahabatnya sepanjang masa, serta para pengikut setia beliau hingga akhir
zaman.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
ucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam
pembuatan makalah kami.
Semoga makalah yang sederhana ini bisa dengan mudah dimengerti dan dapat
dipahami maknanya. Kami meminta maaf bila ada kesalahan kata dalam penulisan
makalah ini, serta bila ada kalimat yang kurang berkenan untuk dibaca. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
1. PENGERTIAN USHUL FIQH..............................................................................................................2
A. Ushul Fiqh Secara Etimologi ...................................................................................................... 3
B. Ushul Fiqh Secara Terminologi .................................................................................................. 4
C. Definisi Ushul Fiqh .................................................................................................................. 5
2. OBJEK DALAM USHUL FIQH ........................................................................................................... 6
3. TUJUAN USHUL FIQH .................................................................................................................. 10
4. PERBEDAAN ANTARA USHUL FIQH DENGAN FIQH ...................................................................... 12
A. Masa Kedatangannya Dibandingkan Dengan Fiqh .................................................................. 13
B. Penerapan Kepada Kasus ........................................................................................................ 13
C. Keberadaan Perantara ............................................................................................................ 13
D. Contoh Kasus Ushul Fiqh dan Kaidah Fiqh .............................................................................. 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................. 15
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 15
B. SARAN ......................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu Ushul Fiqh adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang metode yang dipakai
oleh para imam mujtahid dalam menggali dan menetapkan hukum syar’i dari nashya itu
dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Kandungan Ushul Fiqh menguraikan dasar-dasar serta
metode penetapan hukum taklif yang bersifat praktis yang menjadi pedoman bagi para
faqih dan mujtahid untuk dapat beristinbat (mengambil hukum) dengan tepat.
Pertumbuhan Ushul Fiqh tidak lepas dari perkembangan hukum islam sejak zaman
Rasulullah SAW. Sampai pada zaman tersusunnya Ushul Fiqh sebagai salah satu bidang
ilmu pada abad ke-2 Hijriyah. Di zaman Rasulullah SAW. Menunggu turunnya wahyu
yang menjelaskan hukum kasus tersebut melalui sabda-Nya, yang kemudian dikenal
dengan hadist atau sunnah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Ushul Fiqh?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN USHUL FIQH
Pengertian ushul fiqh dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, sebagai rangkaian dari
dua kata: ushul dan fiqh. Kedua, sebagai satu bidang ilmu dari ilmu-ilmu syariat.
Dilihat dari sudut tata bahasa (Arab), rangkaian kata ushul dan fiqh tersebut
dinamakan tarkib idhafi, sehingga dua kata itu memberi
pengertian ushul bagi fiqh. Ushul ( )اصولadalah bentuk jamak dari kata ashl)( اصولyang
berarti “sesuatu yang dijadikan dasar bagi sesuatu yang lain”. Dari pengertian ini, ushul
fiqh berarti sesuatu yang dijadikan dasar bagi fiqh.
Adapun menurut istilah, ashl mempunyai beberapa arti yaitu berikut ini:
2. Qa’idah, yaitu dasar atau fondasi sesuatu, seperti sabda Nabi Muhammad SAW:
ُ ُ سة أ
صول َ ي اْال ْسالَ ُم
َ علَى خ َْم َ بُن
Artinya:
3. Rajih, yaitu yang terkuat, seperti dalam ungkapan para ahli ushul fiqih:
Artinya:
Maksudnya, yang menjadi patokan dari setiap perkataan adalah makna hakikat
dari perkataan tersebut.
4. Mustashhab, yakni memberlakukan hukum yang sudah ada sejak semula selam
tidak ada dalil yang mengubahnya. Misalnya, seseorang yang hilang, apakah ia
tetap mendapatkan haknya seperti warisan atau ikatan perkawinannya? Orang
tersebut harus dinyatakan masih hidup sebelum ada berita tentang kematiannya.
2
Ia tetap terpelihara haknya seperti tetap mendapatkan waris, begitu juga ikatan
perkawinannya dianggap tetap.
Dari ke lima pengertian ashl di atas, yang biasa digunakan adalah dalil, yakni dalil-
dalil fiqih.
Dengan demikian, Ushul Fiqh adalah ilmu pengetahuan yang objeknya dalil hukum
atau sumber hukum dengan semua seluk-beluknya, dan metode penggaliannya. Metode
tersebut harus ditempuh oleh ahli hukum Islam dalam mengeluarkan hukum dari dalil-
dalilnya. Seluk beluk tersebut antara lain menertibkan dalil-dalil dan menilai kekuatan
dalil-dalil tersebut.
Contohnya akar pohon yang mana ia merupakan pondasi dari pohon itu sendiri.
Sebagaimana firman Allah ta’ala :
3
b.) Pengertian Fiqh
Adapun fiqh ( ) ف ْقهsecara bahasa bermakna fah-mun ( ) فَ ْهمyang
artinya pemahaman mendalam yang memerlukan pengerahan akal pikiran.
ع ْن أَدلهة ا ْلف ْقه ْاْل ْج َماليهة َو َكيْفيهة ْاالسْتفَادَة م ْن َها َو َحال ا ْل ُم ْست َفيْد ُ ع ْلم يَ ْب َح
َ ث
“Ilmu yang membahas dalil-dalil fiqh yang umum dan cara mengambil faedah
dari dalil tersebut serta membahas keadaan orang yang mengambil faedah”.
Artinya:
Artinya:
4
ادراك القواعد التى يتوصل بها الى استنبط الفقه
Artinya:
Ushul fiqh yaitu ilmu yang membahas dalil-dalil fiqh yang bersifat global, yaitu
berupa kaidah-kaidah umum; seperti :
Kemudian di dalam ilmu ini dibahas pula tata cara pengambilan faedah hukum
dari dalil-dalil yang ada dengan mempelajari hukum-hukum lafadz dan
penunjukkannya; seperti umum, khusus, mutlaq, muqoyyad, nasikh, mansukh, dan
sebagainya.
Dengan memiliki ilmu tersebut maka kita bisa mengambil faedah-faedah hukum
atau mengambil kesimpulan hukum dari dalil-dalil fiqh yang ada.
Selain itu, dibahas juga dalam ilmu ini tentang ihwal mustafid. Atau bisa juga
disebut dengan mujtahid; yaitu mereka yang memiliki kapasitas ilmu sehingga mampu
mengambil faedah hukum dari dalil yang ada.
Di sisi lain, dibahas juga tentang muqallid; yakni orang awam yang belum
memiliki kapasitas ilmu untuk bisa mengambil faedah hukum. Sehingga mereka
mengikuti para mujtahid yang sudah memiliki kapasitas untuk itu.
5
Kata Ushul adalah bentuk jamak dari kata ashl, yang berarti sesuatu yang
dijadikan dasar bagi yang lain. Sedangkan pengertian fiqih, bersal dari kata faqiha-
yafqohu-fiqhan, yang berarti mengerti atau faham. Dari sinilah ditarik perkataan fiqh
(EYD: fikih), yang artinya pemahaman dalam ilmu syariat yang sangat dianjurkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.
Dengan demikian, Ushul Fiqh ialah suatu ilmu yang mempelajari syariat yang
bersifat amaliyah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil hokum yang terinci dari
ilmu tersebut.
Menurut Abdul Wahhab Khalaf, definisi ushul fiqh adalah: “Ilmu ushul fiqh
secara istilah adalah ilmu tentang kaidah-kaidah dan pembahasannya merupakan cara
untuk menemukan hukum-hukum syara yang amaliah dari dalil-dalilnya yang
terperinci. Atau kumpulan kaidah dan pembahasan yang merupakan cara untuk
menemukan (mengambil) hukum syara yang amaliah dari dalil-dalil yang
terperinci.”Hal sama juga dipaparkan oleh Abu Zahrah, menurutnya, ushul fiqh adalah
sutu metode yang memberikan batasan-batasan dan memeberikan cara-cara yang lazim
ditempuh oleh seorang ahli hukum Islam (faqih) di dalam mengeluarkan hukum-hukum
dari dalilnya.
6
Sementara itu, Muhammad Al-Juhaili merinci objek kajan Ushul Fiqh sebagai
berikut:
3. Mencarikan jalan keluar dari dua dalil yag bertentangan secara zahir, ayat
dengan ayat atau sunah dengan sunah, dan lain-lain baik dengan jalan
pengompromian (al- jam’u wa At-taufiq), menguatkan salah satu (tarjih),
pengguguran salah satu atau kedua dali yang bertentangan (nasakh/tatsaqud
Ad-dalilain).
Akan tetapi jika dirincikan lebih jauh maka objek kajiannya terdiri dari beberapa
pembahasan, yaitu :
7
2. Pembahasan tentang hukum
Pembahasan tentang hukum dalam Ilmu Ushul Fiqh adalah secara umum, tidak
dibahas secara terperinci hukum bagi setiap perbuatan. Pembahasan tentang hukum
ini, meliputi pembahasan tentang macam-macam hukum dan syarat-syaratnya.
Yang menetapkan hukum (al-hakim), orang yang dibebani hukum (al-mahkum
'alaih) dan syarat-syaratnya, ketetapan hukum (al-mahkumbih) dan macam-
macamnya dan perbuatan-perbuatan yang ditetapi hukum (al-mahkumfih) serta
syarat-syaratnya.
3. Pembahasan tentang kaidah.
Pembahasan tentang kaidah yang digunakan sebagai jalan untuk memperoleh
hukum dari dalil-dalilnya antara lain mengenai macam-macamnya, kehujjahannya
dan hukum-hukum dalam mengamalkannya.
4. Pembahasan tentang ijtihad
Dalam pembahasan ini, dibicarakan tentang macam-macamnya, syarat-syarat
bagi orang yang boleh melakukan ijtihad, tingkatan-tingkatan orang dilihat dari
kacamata ijtihad dan hukum melakukan ijtihad.
Dari uraian diatas, maka dapat diketahui, jika diibaratkan dalam suatu proses
produksi, maka sumber dan dalil hukum dapat digambarkan lebih kurang sebagai bahan
baku produksi. Sedangkan kaidah-kaidah ushul fiqh dan cara penerapannya diibaratkan
sebagai mesin alat produksi yang mengolah bahan baku menjadi hasil produksi.
Sementara itu, mujtahid adalah para ahli yang sangat mengerti tentang cara-cara
mengolah bahan baku menjadi produksi yang dihasilkan. Adapun hukum-hukum syara’
adalah produk, yaitu hasil akhir dari serangkaian proses produksi.
Ulama sepakat bahwa Al-quran adalah dalil syara’ yang pertama. Gambaran
Alquran kepada hukum tidak hanya menggunakan satu bentuk kalimat tertentu, tetapi
tampil dalam berbagai bentuk, seperti kalimat perintah (shighat amr), kalimat
larangan (shighat nahy), kalimat yang bersifat umum, mutlak, dan sebagainya. Para ahli
ushul ini membahas semua ini agar dapat memperoleh ketentuan hukum yang ditunjuk
oleh kalimat-kalimat tersebut. Hal ini dilakukan melalui penelitian yang sungguh-
sungguh terhadap gaya dan rasa bahasa Arab, serta pemkaiannya dalam syariat. Dan,
ketika pembahasan mereka dapat menemukan bahwa shighat (bentuk) amr (perintah)
itu mengandung makna pengwajiban (al-ijab), shighat nahy (larangan) mengandung
makna pengharaman (al-tahrim), shighat amr (umum) mengandung pengertian makna
tercakupnya seluruh satuan yang terdapat dalam pengertian umum itu secara pasti,
dan shighat ithlaq (mutlak) mengandung pengertian makna tetapnya hukum secara
mutlak, maka mereka menciptakan kaidah-kaidah sebagai berikut.
a. “Perintah itu untuk mewajibkan“ ) ) االمرلاليجاب
b. “larangan untuk mengharamkan” ( ) النهى للتحر يم
c. “lafaz umum itu mencakup seluruh satuannya”
( )العام ينتظيم جميع أفر اده قطعا
d. “lafaz mutlak itu mengacu kepada satuan secara umum tanpa kait” (المطلق يدل
) على جميع أفراده بالقيد
Dalam versi lain, sebagian ahli ushul fiqh mengatakan bahwa objek pembahasan
ilmu ushul fiqh kembali kepada menetapkan dalil-dalil untuk hukum-hukum ( أثبات
)االدلةلألحكامdan tetapnya hukum-hukum bedasarkan dalil-dalil () ثبو تاالدلةباالحكام. untuk
8
melengkapi persepsi kita tentang pembicaraan ini dapat silihat dalam contoh-contoh
berikut ini.
1. Firman Allah dalam surat Al-Maidah [5]:1: يايها الذين امنوا او فوا بالعقود
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji, adalah dalil wajibnya
menepati janji. Ketetapan hukumnya diambil dari lafaz aufu yang
berbentuk fiil amr (kalimat perintah). Kalimat ini mengandung tuntutan
kewajiban melakukan apa yang diperintahkan selama tidak ada tanda (qarinah)
yang menunjuk arti lain.
Dengan memahimi keterangan di atas, ada ulama yang lebih merinci lagi objek
pembahasan ilmu ushul fiqh ini kepada pembahasan tentang dalil, hukum, kaidah-
kaidah, dan ijtihad.
9
3. TUJUAN USHUL FIQH
Tujuan mempelajari ushul fiqh dapat dikategorikan ke dalam dua tujuan, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Secara umum, tujuan mempelajari ushul fiqih adalah untuk
mengetahui dan dapat menggunakan cara-cara beristinbath dengan menerapkan kaidah-
kaidah ushuliyyah dan teori-teorinya terhadap dalil-dalil yang tafshily agar hukum syara’
diketahui dengan baik, baik dengan jalan yakin ataupun dengan jalan zhann.
Adapun secara khusus, dengan mempelajari ushul fiqih, kita dapat mengembalikan
masalah-masalah cabang kepada asalnya (muttabi’). Dengan kata lain, mengikuti pendapat
orang lain dengan mengetahui dasar-dasarnya dan cara pengambilannya. Untuk mencapai
tujuan umum tersebut di atas, sesungguhnya pendekatan linguistik saja tidaklah cukup,
padahal kitab-kitab ushul fiqih pada umumnya diwarnai oleh pendekatan linguistik ini
dimana dibicarakan secara panjang lebar tentang amr, nahyiy,’am, khash, muthlaq,
muqayyad, dan sebagainya.
Adapun tujuan utama mempelajari ushul fiqh ialah, untuk menerapkan kaidah-
kaidah ushul fiqh pada dalil-dalil syara’, baik Alquran maupun sunnah sehingga
menghasilkan hukum-hukum syara’.
Kemungkinan ketiga, hukum-hukum yang dihasilkan itu sama sekali baru, dan
belum pernah dihasilkan oleh para mujtahid terdahulu. Dalam konteks ini, ushul fiqh
digunakan untuk menjawab persoalan hukum atas peristiwa-peristiwa yang baru muncul
dewasa ini, di mana pada masa lalu belum pernah terjadi peristiwanya, sehingga terhadap
peristiwa itu tidak ditemukan hukumnya dalam kitab-kitab fiqh warisan para ulama
sebelumnya. Misalnya hukum-hukum fiqh yang berkaitan dengan kedokteran, ekonomi,
dan politik.
Disamping tiga kemungkinan diatas, maka dengan mempelajari ilmu ushul fiqh, kita
dapat pula menggunakan ushul fiqh sebagai alat untuk melakukan perbandingan terhadap
10
hukum-hukum fiqh yang telah ada. Pada gilirannya langkah ini di anggap paling kuat dan
relevan dengan kebuthan hukum masa kini.
Menurut Khudhari Bek (1994:15) dalam kitab ushul fiqihnya merinci tujuan
ushul fiqih sebagai berikut :
4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan para mujtahid, dilihat dari dalil yang
mereka gunakan.
5. Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejalan dengan dalil yang
digunakan dalam berijtihad, sehingga para peminat hukum Islam dapat
melakukan tarjih (penguatan) salah satu dalil atau pendapat tersebut dengan
mengemukakan pendapatnya.
Kemudian Abdul Wahab Kallaf berpendapat bahwa tujuan yang hendak di capai
oleh ilmu ushul fiqh adalah penerapan kaidah-kaidah dan pembahasan-pembahasannya
kepada dalil-dalil tafshili untuk sampai kepada hukum syariat yang ditunjuk oleh dalil-
dalil tersebut. Dengan pembahasan dan kaidah-kaidah yang terdapat dalam ilmu ini dapat
dipahami teks syariat dan dari padanya juga juga dapat diketahui hukum-hukum, dan lain
sebagainya. Ilmu ini juga memberi petunjuk tentang pengambilan dalil atau sesuatu yang
terkuat dari dua dalil yang bertentangan. Ilmu ini pun juga membicarakan metode
penerapan hukum bagi peristiwa-peristiwa atau tindakan yang secara pasti tidak
ditemui nashnya, yaitu dengan jalan qiyas, istishab, dan lain sebagainya.
Ilmu ushul fiqh memberi pengetahuan kepada umat Islam tentang sistem hukum dan
metode pengambilan hukum itu sendiri. Dengan ilmu ushul fiqh, diharap umat Islam
terhindar dari taqlid, ikut pendapat orang lain tanpa mengetahui alasan-alasannya.
11
4. PERBEDAAN ANTARA USHUL FIQH DENGAN
FIQH
Dari ta’rif fiqih dan ushul fiqh diatas maka dapat disimpulkan bahwa fiqh itu
adalah mempelajari dan mengetahui hukum-hukum syari’at agama islam, sedangkan
ushul fiqh adalah kaidah-kaidah yang dibutuhkan untuk mengeluarkan hukum dan
perbuatan-perbuatan manusia yang di kehendaki oleh fiqih.
Ushul fiqh merupakan timbangan atau ketentuan untuk istinbat hukum dan
objeknya selalu dalil hukum, sementara objek fiqihnya selalu perbuatan mukallaf yang
di beri status hukum. Walaupun ada titik kesamaan yaitu keduanya merujuk kepada
dalil, namun konsentrasinya berbeda, yaitu ushul fiqh memandang dalil dari sisi cara
penunjukan atas suatu ketentuan suatu hukum, sedangkan fiqih memandang dalil hanya
sebagai rujukannya.
Ilmu fiqh adalah merupakan hasil produk dari ushul fiqh. Ilmu fiqh berkembang
karena berkembangnya ilmu ushul fiqh. Ilmu fiqh akan bertambah maju manakala ilmu
ushul fiqh mengalami kemajuan, karena ilmu ushul fiqh adalah semacam ilmu alat yang
menjelaskan metode dan sistem penentuan hukum berdasarkan dalil-dalil terperinci.
Dan dalam ilmu fiqh dikenal istilah ushul fiqh dan kaidah fiqh. Dua istilah ini
sebenarnya merupakan dua istilah yang berbeda. Baik secara definisi maupun
penggunaannya dalam menetapkan hukum – hukum fiqh. Kaidah fiqh merupakan
aturan yang bersifat umum dalam masalah fiqh, yang dapat diterapkan pada beberapa
masalah fiqh.
Untuk membedakan antara objek kajian limu ushul fiqh dan ilmu fiqh, bahwa
pada hakikatnya, kedua-duanya menjadi objek kajian para ulama dan sama-sama
berbicara tentang hukum. Apabila yang dibahas adalah tentang dalil-dalil hukum syara’
(Alquran, sunnah, dan al-ijma’ al-qiyas dan lain-lain), atau tentang prinsip-prinsip
hukum yang bersifat umum yang berkaitan dengan kemudaratan, atau tentang macam-
macam hukum taklifi, atau tentang kaidah-kaidah yang berkaitan dengan bentuk
perintah dan larangan syara’, yang semua itu dibahas dari berbagai dalil secara umum,
maka ia merupakan objek kajian ushul fiqh.
Sebaliknya, jika yang dibahas adalah menggali hukum (istinbath) hukum syara’
yang bersifat spesifik dari dalil-dali syara’, berdasarkan kaidah-kaidah hukum, maka ia
merupakan objek kajian fiqh. Dengan kata lain, objek kajian ushul fiqh adalah
pembahasan kaidah-kaidah hukum yang bersifat teoretis dan umum, sedangkan objek
12
kajian fiqh adalah penerapan kaidah-kaidah umum secara praktis untuk menghasilkan
hukum-hukum fiqh yang bersifat parsial (juz’i, specific). Dengan demikian,
pembahasan ushul fiqh maupun fiqh, dapat dilakukan oleh ulama ushul fiqh dan fiqh
secara sendiri-sendiri, tetapi dapat pula dilakukan oleh ualam yamg sama. Dalam
praktiknya, kedua objek kajian ilmu ini selalu dibahas olh ulama yang sama, karena ia
adalah seorang yang ahli dalam ilmu fiqh, sekaligus juga ahli dalam bidang ilmu ushul
fiqh.
Ada beberapa perbedaan dasar antara ushul fiqh dengan kaidah fiqh, berikut ini
beberapa di antaranya:
C. Keberadaan Perantara
Sebelum digunakan sebagai hukum fiqh, ushul fiqh perlu melalui perantara
terlebih dahulu. Sedangkan kaidah fiqh bisa menghasilkan hukum fiqh secara langsung
tanpa harus melalui perantara.
13
Di sisi lain, kaidah fiqh juga memiliki kaidah yang mirip, dimana kaidah
tersebut mengatakan bahwa, “Hal – hal yang mendatangkan mudharat harus
dihapuskan.” Dari kaidah ini, maka para ahli fiqh bisa mengambil hukum bahwa boleh
memaksa penjual untuk menerima kembali barang cacat yang dijualnya. Dalam hal ini,
hukum tersebut dinamakan sebagai khiyar aib.
سق ٱلهيْل َوقُ ْر َءانَ ْٱلفَجْر ۖ إ هن قُ ْر َءانَ ْٱلفَجْر َكانَ َم ْش ُهوداا أَقم ٱل ه
صلَ ٰوةَ لدُلُوك ٱل ه
َ ش ْمس إلَ ٰى
َ غ
Dari firman Allah dan hadits Nabi diatas belum dapat diketahui, apakah
hukumnya mengerjakan shalat itu, wajib/sunat. Dalam masalah ini ushul fiqih
memberikan dalil bahwa hukum perintah atau suruhan itu asalnya wajib, terkecuali
adanya dalil lain yang memalingkannya dari hukumnya yang asli itu
Itulah beberapa penjelasan mengenai perbedaan ushul fiqh dengan kaidah fiqh.
Meskipun sekilas keduanya terlihat mirip, namun ada perbedaan mendasar di antara
dua hal tersebut. Mulai dari definisi, waktu kedatangannya, penerapan atas kasus,
hingga kebutuhan adanya perantara.
Mempelajari ushul fiqh dan kaidah fiqh tentu saja tidak cukup jika hanya dalam
waktu dan tulisan yang singkat saja. Karena itu, penting bagi seorang muslim untuk
terus mempelajari berbagai cabang ilmu agama. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi
seorang muslim untuk mengetahui mana yang benar dan salah dalam hukum agama.
Mempelajari dua hal tersebut juga membantu seorang muslim agar tidak salah dalam
memahami dalil dan hukum Islam yang ditemui.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ushul fiqih mempunyai pengertian “landasan” berarti dalil-dalil fiqih, seperti Al-
Qur’an, Sunnah, Ijma’, Qiyas, dan lain-lain. Fiqih berarti pemahaman yang mendalam
yang membutuhkan pengarahan potensi akal.
Tujuan dan urgensi ushul fiqih adalah untuk menerapkan kaidah ushulfiqih pada
dalil-dalil syara’ baik Alquran maupun Assunnah sehingga menghasilkan hukum-
hukum syara’.
B. SARAN
Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya harapkan saran dari
pembaca agar kedepannya dapat menyempurnakan makalah ini. Agar dapat
memberikan informasi dan tambahan belajar yang dapat diterima dengan baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Djazuli, Ilmu Fiqih, Penggalian, dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media,
2005). A. Syafi’I Karim, Fiqih dan Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, 1997). Al-Syaukani,
Muhammad bin Ali bin Muhammad, Irsyad Al Fukhl Ila Tahqiq Al-Haq Min Ilmu Al-Ushul,
(Surabaya: Syirkah Multabaroh Ahmad bin Nabhan, t.th). Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushulil
Fiqh, (Majlis Ala Al-Indunisi lid Da’watil islamiyah, (Jakarta: 1972).
Syafe’i, Rahmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqih Cetakan IV. Bandung : Pustaka Setia.
16