KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH :
Untuk menghindari kemungkinan kerugian, faktor yang diperhatikan oleh penjual yaitu:
Laba kotor yang terjadi diakui sesuai dengan jumlah uang kas dari penjualan angsuran
yang direalisasikan dalam periode-periode yang bersangkutan. Dalam hal ini ada beberapa
prosedur yang dapat menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi penerimaan
angsuran pada perjanjian penjualan angsuran :
Perbedaan antara harga penjualan dengan harga pokoknya dicatat sebagai “Laba
Kotor yang Belum Direalisasi”. Diakui dengan memindahkan sebagian saldo rekening “Laba
Kotor yang Belum Direalisasi” ke dalam rekening “Realisasi Laba Kotor”.
Contoh 1:
PT SENTANA bergerak dalam bidang jual beli harta tak bergerak, menjual rumah
kepada Tn. Hartono seharga Rp 2.500.000, harga pokoknya Rp 1.500.000.
Pembayaran pertama(down payment) sebesar Rp 500.000. PT SENTANA dan Tn.
Hartono sepakat menghipotikkan rumah tersebut dari Tn. Hartono kepada PT
SENTANA sebesar Rp 2.000.000. Akte hipotik ditanda-tangani pada 1 September
1980 dibayar dalam jangka 5 tahun, pembayaran tiap ½ tahun @Rp 200.000 dengan
bunga hipotik 12% setahun. Biaya lain untuk menyelesaikan akte sejumlah Rp
50.000. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi yaitu:
Jurnal
Transaksi Laba diakui secara proporsional dengan
Laba diakui pada periode penjualan
jumlah penerimaan angsuran
1 September 1980 : Piutang (Tn Hartono) 2.500.000,00 Piutang (Tn Hartono) 2.500.000,00
1) Dijual sebuah rumah dengan harga Rp Rumah 1.500.000,00 Rumah 1.500.000,00
2.500.000,00 harga pokok rumah Laba penjualan 1.000.000,00 Laba kotor yang belum
sebesar Rp 1.500.000,00 direalisasi 1.000.000,00
2) Penerimaan pembayaran pertama (down Kas 500.000,00 Kas 500.000,00
payment) sebesar Rp 500.000,00 dan Hipotik U/K 2.000.000,00 Hipotik U/K 2.000.000,00
Hipotik U/K untuk saldo yang belum Piutang (Tn Hartono) 2.500.000,00 Piutang (Tn Hartono) 2.500.000,00
dibayar sebesar Rp 2.000.000,00
3) Pembayaran biaya-biaya, komisi dan Ongkos penjualan 50.000,00 Ongkos penjualan 50.000,00
pengurusan akte hipotik dan lain-lain Kas 50.000,00 Kas 50.000,00
Rp 50.000,00
31 Desember 1980 : Bunga hipotik yang akan Bunga hipotik yang akan
4) a) Bunga yang masih harus diterima diterima 80.000,00 diterima 80.000,00
atas Hipotik-UK. 12% untuk jangka Pendapatan bunga 80.000,00 Pendapatan bunga 80.000,00
waktu 4 bulan = (4/12 x 12% x Rp
2.000.000,00 = Rp 80.000,00)
b) Laba kotor yang direalisasi adalah Laba kotor yang belum
sebagai berikut : laba kotor = 40% atau direalisasi 200.000,00
1.000.000/2.500.000 x 100%. Realisasi laba kotor
Penerimaan kas tahun 1980, sebesar : 200.000,00
Rp 500.000,00 (down payment). Jadi
laba kotor yang direalisasi 40% x
500.000,00 = Rp 200.000,00
5) Menutup rekening nominal ke Rugi Laba penjualan rumah 1.000.000,00 Realisasi laba kotor 200.000,00
Laba Pendapatan bunga 80.000,00 Pendapatan bunga 80.000,00
Ongkos penjualan 50.000,00 Ongkos penjualan 50.000,00
Rugi-laba 1.030.000,00 Rugi-laba 230.000,00
1 Januari 1981 : Pendapatan bunga 80.000,00 Pendapatan bunga 80.000,00
6) Reversal entries untuk bunga yang akan Bunga hipotik yang Bunga hipotik yang
diterima pada akhir 1980. akan diterima 80.000,00 akan diterima 80.000,00
1 Maret 1981 : Kas 320.000,00 Kas 320.000,00
7) Diterima pembayaran angsuran hipotik Hipotik U/K 200.000,00 Hipotik U/K 200.000,00
sebesar Rp 200.000,00 dan bunga Pendapatan bunga 120.000,00 Pendapatan bunga 120.000,00
hipotik sebesar Rp 120.000,00
1 September 1981 : Kas 308.000,00 Kas 308.000,00
8) Diterima pembayaran angsuran hipotik Hipotik U/K 200.000,00 Hipotik U/K 200.000,00
Rp 200.000,00 dan bunga dari pokok Pendapatan bunga 108.000,00 Pendapatan bunga 108.000,00
hipotik Rp 1.800.000,00 @12% untuk
jangka waktu 6 bulan = Rp 108.000,00.
31 Desember 1981 : Bunga hipotik yang akan Bunga hipotik yang akan
9) Adjustment bunga hipotik dari pokok diterima 64.000,00 diterima 64.000,00
Rp 1.600.000,00 @12% untuk jangka Pendapatan bunga 64.000,00 Pendapatan bunga 64.000,00
waktu 4 bulan = Rp 64.000,00.
Laba kotor yang direalisasi 40% dan Laba kotor yang belum
pembayaran angsuran yang diterima tahun direalisasi 160.000,00
1981 sebesar Rp 400.000,00 atau Rp Realisasi laba kotor 160.000,00
160.000,00
10) Menutup rekening nominal ke rugi-laba Pendapatan bunga 212.000,00 Pendapatan bunga 212.000,00
Rugi-laba 212.000,00 Realisasi laba kotor 160.000,00
Rugi-laba 372.000,00
Apabila pembayaran angsuran hipotik dari Tn Hartono dapat diterima sesuai dengan
perjanjian yang ada, maka kedua metode pengakuan laba kotor atas transaksi penjualan
angsuran tidak berakibat perbedaan jumlah “Pendapatan Bunga” yang diperoleh dalam setiap
tahun bukunya. Akan tetapi laba (rugi) bersih yang diakui pada setiap tahun buku diantara
kedua metode itu akan tetap berbeda.
Apabila laba diakui dalam periode dimana penjualan itu terjadi, maka atas transaksi
penjualan rumah itu PT Sentana akan melaporkan labanya sebesar Rp 950.000,00 (Rp
1.000.000,00 – Rp 500.000,00) dalam tahun buku 1980 dan oleh karenanya tidak ada
pengakuan laba untuk 5 tahun kemudian saat berakhirnya transaksi tersebut. Di lain pihak
menurut metode angsuran laba penjualan rumah sebesar Rp 950.000,00 akan dianggap
direalisasikan sebesar Rp 150.000,00 (Rp 200.000,00 – Rp 50.000,00) pada tahun 1980 dan
Rp 800.000,00 sisanya akan diakui dalam masa 5 tahun kemudian sesuai dengan jangka
waktu penyelesaian transaksi masing-masing sebesar Rp 160.000,00 setiap tahun.
Apabila kontrak dibatalkan berarti tidak selruh laba yang diperhitungkan dapat
direalisasikan. Di samping itu harus diperhitungkan pengaruh penurunan harga barang yang
bersangkutan karena dengan demikian barang hanya dapat dijual kembali dalam bentuk
barang bekas pakai.
Apabila dari contoh tersebut, Tn Hartono tidak dapat memenuhi kewajibannya pada
tanggal 1 Maret 1982, maka PT Sentana akan menarik kembali saldo hipotiknya sebesar Rp
1.600.000,00 dan memiliki kembali rumah, sedangkan jumlah pembayaran yang telah
dilakukan Tn Hartono tidak dapa ditarik kembali dan menjadi haknya PT Sentana.
Diumpamakan penilaian kembali atas rumah tersebut pada tanggal 1 Maret 1982
adalah sebesar Rp 1.200.000,00. Dengan demikian pencatatan pada masing-masing metode
sebagai berikut :
Laba atau rugi pemilikan kembali pada masing-masing metode tersebut diatas, dapat
dibuktikan dengan perhitungan berikut :
Laba bersih
Laba yg diakui sebelum
pemilikan kembali
Laba (rugi) dalam pemilikan
kembali
Penjualan Angsuran untuk barang-barang (bergerak)
Contoh 2 :
PT Karya Bhakti menjual barang dagangannya sebagian atas dasar kontrak penjualan
angsuran untuk masa ± 3 tahun di samping penjualan secara kredit, sejak beberapa tahun
terakhir. Berikut ini neraca PT Karya Bhakti pada akhir tahun buku 1980.
Aktiva Pasiva
Akm,penyusutan Rp 380.000,00
Rp 795.000,00
Terhadap barang dagangan yang dijual atas dasar kontrak penjualan angsuran.
Perusahaan memperhitungkan tingkat laba kotor masing-masing 35% untuk tahun 1981,
30% untuk tahun 1980 dan 25% untuk tahun 1979 dari harga jual yang bersangkutan.
Diumpamakan perusahaan menggunakan metode fisik terhadap administrasi barang-barang
dagangannya. Atas dasar transaksi-transaksi yang terjadi dalam tahun buku 1981 berikut ini,
maka pencatatannya yang diperlukan oleh PT Karya Bhakti adalah sebagai berikut :
Cara menghitung laba kotor yang direalisasikan pada contoh PT Karya Bhakti
tersebut di muka, dapat dilakukan dengan menentukan terlebih dulu jumlah sisal aba kotor
yang belum direalisasi, pada akhir tahun buku (akhir periode) yang bersangkutan.
Untuk kepentingan analisa umur piutang (aging accounts receivable) perlu dibuat
klasifikasi ataupun perincian daripada piutang penjualan angsuran dan laba kotor yang belum
direalisasi. Perincian tersebut dibuat atas dasar tanggal dan tahun terjadinya penjualan
angsuran tersebut. Bentuk perinciannya dapat berupa buku-buku tambahan (sub-sidiary
ledger) yang diselenggarakan untuk tiap-tiap langganan/pembelian.
Didalam neraca akan terdapat rekening “Piutang Penjualan Angsuran” dan “Laba Kotor yang
Belum Direalisasi” yang hubungannya dengan pelaksanaan penjualan angsuran tertentu.
Apabila Piutang Penjualan Angsuran dicatat sebagai aktiva lancar, maka posisinya sama
dengan piutang biasa sehingga dapat diinterpretasikan sebagai aktiva yang dapat
dikonversikan menjadi uang kas dalam siklus operasi normal perusahaan. Untuk “Laba Kotor
yang Belum Direalisasi” didalam neraca dengan dicantumkan kedalam salah satu dari
kelompok tersebut dibawah ini:
Dari contoh no.2 dapat disusun Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Karya Bhakti untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1981 sebagai berikut:
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi untuk penjualan angsuran tahun 1981:
Piutang Penjualan Angsuran Rp 600.000
Penerimaan pembayaran dalam tahun 1981 Rp 300.000
Saldo per 31 Desember 1981 Rp 300.000
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi (35% x Rp 300.000) Rp 105.000
Penerimaan pembayaran
piutang penjualan angsuran 300.000 200.000 60.000
Bagi penjual, meskipun sudah terikat dengan perjanjian penjualan angsuran yang telah
dibuat tetapi untuk lebih aman dan hati-hati, maka barang yang diterima dari pertukaran tadi
harus dinilai kembali dengan memperhatikan kemungkinan adanya revisi atau perbaikan-
perbaikan serta suatu tingkat laba pada umumnya yang diharapkan dari penjualan kembali
barang bekas tersebut. Dalam hal ini barang yang diterima harus dicatat sebagai “cost”
(estimated cost), sedangkan jumlah harga barang yang diterima menurut tawar menawar
dalam perjanjian (trade ins) bukan merupakan “cost” tetapi merupakan harga pertukaran.
Perbedaan antara estimated cost dengan harga pertukaran dicatat dalam rekening
“Cadangan Perbedaan Harga Pertukaran”
Contoh 3 :
Seorang pedagang mobil memiliki sebuah mobil baru dengan harga pokok Rp. 1.000.000
dijual kepada seorang pembeli dengan perjanjian penjualan angsuran seharga Rp. 1.500.000.
Sebagai pembayaran pertama (down payment) di pembeli menyerahkan sebuah mobil bekas
dan setuju dihargai Rp. 400.000.
Diperkirakan biaya-biaya yang diperlukan untuk perbaikan mobil bekas tersebut berjumlah
Rp. 50.000, sehingga harga penjualan normal setelah perbaiakan adalah Rp. 375.000.
Pedagang mobil tersebut mengharapkan laba normal sebesar 25% dari harga penjualan
mobil-mobil bekas.
Atas dasar perhitungan seperti tersebut di bawah ini, maka jurnal yang diperlukan untuk
mencatat transaksi pertukaran itu boleh pedagang mobil dapat disusun sebagai berikut:
Perhitungan-perhitungan:
Dikurangi :
Rp. 143.750
Rp. 231.250
Apabila si pembeli gagal untuk mmenuhi kewajibannya seperti yang tercantum di dalam
surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang-barang yang bersangkutan ditarik dan
dimiliki oleh si penjual.
Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-buku si penjual, akan
menyangkut:
Contoh 4 :
Pada tahun 1982, seorang langganan PT Karya Bhakti pada contoh No. 2, telah gagal dan
tidak dapat memenuhi kewajibannya. Langganan tersebut membeli barang-barang pada tahun
1981 seharga Rp. 20.000. dari jumlah harga tersebut telah dibayar oleh langganan yang
bersangkutan sebesar Rp. 10.000.
Barang-barang kemudian ditarik dan dimiliki kembali oleh PT Karya Bhakti dan nilainya
ditaksir sebesar Rp. 9000 dengan sudah memperhitungkan cadangan untuk perbaikan-
perbaikan dan keuntungan normal diharapkan apabila dijual lagi.
Pencatatan yang dilakukan dalam buku-buku PT Karya Bhakti Semarang adalah seagai
berikut :
Rp. 4000
Laba yang telah diakui sebelumnya (35% x Rp. 10.000) .............. Rp. 3500
Beban bunga biasanya bersama-sama dengan pembayaran angsuran atas harga menurut
kontrak.
1. Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak selama jangka waktu angsuran.
Cara semacam ini sering disebut sebagai “long end interest”
2. Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar, yang dihitung
sejak tanggal perjanjian ditanda-tangani sampai tanggal jatah tempo setiap
angsuran yang bersangkutan.
Cara semacam ini sering disebut “short end interest”
3. Pembayaran angsuran periodik dilakukan dalam jumlah yang sama, dimana di
dalamnya termasuk angsuran pokok dan bunga yang diperhitungkan dari saldo
harga kontrak selama jangka waktu perjanjian.
Cara semacam ini lebih dikenal dengan “metode annuitet”
4. Bunga secara periodik diperhitungkan berdasarkan dari (sisa) harga kontrak.
Contoh 5 :
Misalnya pada tanggal 1 Januari 1980 telah dijual sebuah mesin dengan harga Rp.
1.250.000 atas dasar perjanjian penjualan angsuran. Uang muka (down payment) ditetapkan
sebesar Rp. 350.000 sedang sisanya dibayar dalam waktu 1 tahun dengan 6 kali angsuran
(setiap 2 bulan) dan bunga ditetapkan sebesar 12% setahun. Harga pokok mesin tersebut
adalah Rp. 750.000.pembayaran yang akan dilakukan sesuai dengan 4 (empat) cara seperti
diterangkan di depan, akan tertera seperti perhitungan dan pencatatan berikut ini.
Perhitungan:
1. Bunga Periodik diperhitungkan dari sisa harga kontrak pada setiap awal periode
angsuran
Pada cara ini beban bunga diperhitungkan berdasarkan jangka waktu yang sama untuk
setiap angsuran, yaitu 2 bulan. Akan tetapi sebagai titik tolak perhitungan bunga dipakai
saldo harga kontrak pada setiap awal periode angsuran yang bersangkutan, sehingga
jumlahnya akan semakin berkurang dari angsuran yang satu dengan angsuran berikutnya.
Atas dasar perhitungan demikian dapat disusun suatu tabel pembayaran sebagai berikut:
Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak padasetiap awal periode angsuran yang
bersangkutan.
Bunga atas
saldo harga
Tanggal Angsuran atas Jumlah Sisa harga
kontrak pada
pembayaran harga kontrak pembayaran kontrak
awal periode
angsuran
1 Januari 1980 - - - Rp. 1.250.000
1 Januari 1980 - Rp. 350.000 Rp. 350.000 Rp. 900.000
1 Maret 1980 Rp. 18.000 Rp. 150.000 Rp. 168.000 Rp. 750.000
1 Mei 1980 Rp. 15.000 Rp. 150.000 Rp. 165.000 Rp. 600.000
1 Juli 1980 Rp. 12.000 Rp. 150.000 Rp. 162.000 Rp. 450.000
1 September Rp. 9.000 Rp. 150.000 Rp. 159.000 Rp. 300.000
1980
1 Nopember 1980 Rp. 6.000 Rp. 150.000 Rp. 156.000 Rp. 150.000
31 Desember Rp. 3.000 Rp. 150.000 Rp. 153.000 NIHIL
1980
Jumlah Rp. 63.000 Rp. 1.250.000 Rp. 1.313.000
Atas dasar perhitungan dalam daftar tersebut maka pencatatan di dalam buku-buku si
pembeli dan si penjual akan ternyata sebagai berikut:
1 Januari 1980:
Penjuaan Angsuran 1) Mesin – mesin 1.250.000 1) Piutang Penjualan
sebuah mesin seharga Hutang Pembelian Angsuran 1.250.000
: Rp. 1.250.000 Angsuran Penjualan
dengan uang muka 1.250.000 Angsuran
:Rp. 350.000 2) Hutang pembelian 1.250.000
Angsuran 350.000 2) Kas 350.000
Kas 350.000 Piutang Penjulan
Angsuran
350.000
3) Harga Pokok
Penjualan Mesin 750.000
Persediaan
Mesin-mesin
750.000
1 Maret 1980 :
Pembayaran angsuran Hutang Pembelian Kas 168.000
pertama sebesar : Rp. Angsuran 150.000 Piutang Penjualan
150.000 bunga 12% Biaya Bunga 18.000 Angsuran
setahun dari saldo Kas 168.000 150.000
harga kontrak sebesar Pendapatan bunga
Rp. 900.000 18.000
1 Mei 1980 :
Pembayaran angsuran Hutang Pembelian Kas 165.000
kedua sebesar : Rp. Angsuran 150.000 Pitang Penjualan
150.000 bunga 12% Biaya Bunga 15.000 Angsuran
setahun dari saldo Kas 165.000 150.000
harga kontrak sebesar Pendapatan bunga
: Rp. 750.000 15.000
Pencatatan selanjutnya atas pembayaran cicilan yang terjadi diperlakukan sama seperti
pencatatan tersebut diatas.
2. Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar atas dasar jangka
waktu angsuran yang bersangkutan
Pada metode ini bunga diperhitungkan dari besarnya angsuran yang tetap
jumlahnya, sedang jangka waktunya selalu dihitung dipermulaan ditanda-tanganinya
atau berlakunya perjanjian sampai dengan saat pembayaran angsuran yang
bersangkutan.
Pembayaran yang harus dilakukan akan terlihat seperti di dalam daftar di bawah
ini :
2
*) 12% × 12 × 150.000 = 3.000
12
**) 12% × 12 × 150.000 = 18.000
Dalam hal ini hendaknya diperhatikan bahwa jumlah pembayaran bunga tidak sesuai dengan
beban bunga yang benar-benar terjadi terhadap sisa harga kontrak yang belum dibayar. Oleh
karena itu apabila metode ini akan dipakai, di dalam mencatat bunga yang akan diterima oleh
si penjual atau bunga yang akan dibayar oleh si pembeli harus dicatat adanya atau timbulnya
hutang atau piutang yang masih diperhitungkan.
Dengan kata lain, untuk pihak pembeli harus dicatat adanya hutang bunga (accrued interest
payable) yang sejalan dengan saldo Hutang Pembelian Angsuran jangka waktu yang
bersangkutan, sedang bagi pihak penjual harus mencatat adanya piutang bunga (accrued
interest receivable) pembayaran bunga yang riel dilakukan sesuai daftar di atas adalah
merupakan pengurangan dari hutang atau piutang bunga tersebut.
1 Mei 1980
Pencatatan bunga yang
Biaya bunga 15.000 Bunga yg akan diterima atas penj angsuran
harus diperhitungkan
Bunga yg akan dibayar atas pembelian 15.000
selama 2 bulan dari sisa
angsuran 15.000 Pendapatan bunga 15.000
harga kontrak sebesar
750.000
Pencatatan Hutang pembelian angsuran 150.000
Kas 156.000
pemabayaran cicilan Bunga yg akan dibayarkan atas pembelian
Bunga yg akan diterima atas penjualan
kedua berserta bunga 4 angsuran 6.000
angsuran 6.000
bulan dari cicilan yg Kas 156.000
Piutang penjualan angsuran 150.000
dibayar
Pencatatan transaksi brikutnya pada prinsipnya sama dengan cara tersebut diatas.
Saldo bunga yg
Kenaikan bunga yg Pengurangan
Tanggal akan dibayar atas
diperhitungkan bunga yg dibayar
pembayaran pembelian
(kredit) (debit)
(angsuran)
1/3/1980 Rp 18,000 Rp 3,000 Rp 15,000
1/5/1980 Rp 15,000 Rp 6,000 Rp 24,000
1/7/1980 Rp 12,000 Rp 9,000 Rp 27,000
1/9/1980 Rp 9,000 Rp 12,000 Rp 24,000
1/11/1980 Rp 6,000 Rp 15,000 Rp 15,000
1/12/1980 Rp 3,000 Rp 18,000 NIHIL
Keterangan :
A : Anuitet
i : tingkat bunga
1
: nilai tunai (present value)
(1+𝑖)𝑛
Setelah diketahui factor anuitetnya, maka jumlah pembayaran cicilan dihitung sebagi berikut
:
𝑆𝑖𝑠𝑎 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑘
Jumlah pembayaran angsuran = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐴𝑛𝑢𝑖𝑡𝑒𝑡
Pada contoh di muka, maka dapat dicari factor anuitetnya sebagai berikut :
1
1−
(1+0,02)6
A= 0,02
1−0,8879.7135
A= = 5,601.431
0,02
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapatlah disusun daftar pembayaran angsuran dan
alokasi setiap pembayaran di antara beban bunga dan angsuran harga kontrak sebagai beriku
:
Bagian pembayaran yg
Bagian pembayaran yang
Tanggal merupakan beban
Pembayaran angsuran dipakai untuk melunasi Sisa Harga Kontrak
pembayaran bunga yg
Harga Kontrak
diperhitungkan
1-Jan-80 Rp 1,250,000
1-Jan-80 Rp 350,000 Rp 350,000 Rp 900,000
1-Mar-80 Rp 160,673 Rp 18,000 Rp 142,673 Rp 757,327
1-May-80 Rp 160,673 Rp 15,146.54 Rp 145,527 Rp 611,800
1-Jul-80 Rp 160,673 Rp 12,236 Rp 146,437 Rp 463,363
1-Sep-80 Rp 160,673 Rp 9,267 Rp 151,406 Rp 311,957
1-Nov-80 Rp 160,673 Rp 6,239 Rp 154,434 Rp 147,523
31-Dec-80 Rp 160,673 Rp 3,150 Rp 157,523
Jumlah Rp 1,314,038 Rp 64,039 Rp 1,250,000
Dari daftar tersebut, maka pencatatan pembayaran angsurannya akan tertera pada masing-
masing buku pembeli dan penjual antara lain sebagai berikut :
Bunga yg
Tanggal Angsuran atas Jumlah Sisa harga
didasarkan atas
pembayaran harga kontrak pembayaran kontrak
harga kontrak
1 Januari 1980 - - - 1.250.000
1 Januari 1980 - 350.000 350.000 900.000
1 Maret 1980 18.000 150.000 168.000 750.000
1 Mei 1980 18.000 150.000 168.000 600.000
1 Juli 1980 18.000 150.000 168.000 450.000
1 September
18.000 150.000 168.000 300.000
1980
1 November
18.000 150.000 168.000 150.000
1980
31 Desember
18.000 150.000 168.000 NIHIL
1980
Dipandang dari sudut penjual, cara terakhir ini yang paling menguntungkan, sebab
bunganya jauh lebih besar daripada ketiga metode yang terdahulu.
Prosedur pembukuan dalam hal ini berlaku sama dengan prosedur pembukuan
menurut metode-metode yang terdahulu.