Anda di halaman 1dari 6

PAPER

‘’Metode Sintesis Senyawa Kompleks’’

OLEH :
Nur Wahida 1513140013

Dosen Pengampuh :
Suriati Eka Putri, M.Si

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2018
Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode sintesis material anorganik untuk
memberikan pengetahuan kepada anda bagaimana para ilmuwan mensintesis
material-material anorganik :
A. Metode sintesis Microwave (radiasi gelombang mikro)
Radiasi gelombang mikro (microwave) dapat dipergunakan dalam proses
sintesis material anorganik. Pada penggunaan gelombang mikro untuk pemanas
dalam sistem padat maka paling tidak terdapat satu komponen dalam campuran
yang dapat mengabsorp radiasi gelombang mikro. Kecepatan reaksi meningkat
dengan meningkatnya laju reaksi zat padat dan meningkatnya laju difusi.
Metode sintesis microwave mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
metode konvensional, yaitu dapat menurunkan waktu reaksi dan tidak terjadi
perengkahan pada senyawa hasil sintesis karena pemanasannya dari dalam
(Trisunaryanti, 2006), signifikan menurunkan biaya produksi karena hemat energi
dan waktu proses, memperbaiki keseragaman produk, memperbaiki mikrostruktur
dan sifat produk, dan prosesnya berlangsung sangat cepat (2-50 kali lebih cepat
dibandingkan metode konvensional) (Baykal et al., 2001). Adapun kelemahan
metode microwave adalah tidak mengatasi masalah ketidakhomogenan komposisi
kimia dan memerlukan temperatur tinggi (Trisunaryanti, 2006).
Beberapa contoh penerapan metode microwavedalam sintesis material
anorganik adalah:
1. Sintesis superkonduktor YBa2Cu3O7-x. Superkonduktor YBa2Cu3O7-
xdisintesis dengan metode sintesis microwave dari campuran stoikiometri
Cu (II) oksida, CuO, barium ntrat, Ba(NO3)2, dan Yttrium oksida,
Y2O3 yang ditempatkan di dalam oven microwave yang telah dimodifikasi
untuk memudahkan penghilangan nitrogen oksida yang terbentuk selama
reaksi. Campuran diperlakukan dengan radiasi microwave 500 W selama 5
menit dan dihaluskan kembali dan diradiasi dengan microwave pada 130-
500 W selama 15 menit. Terakhir campuran dihaluskan lagi dan diradiasi
selama 25 menit. Diketahui bahwa jika menggunakan metode keramik
konvensional, pembuatan semikonduktor ini memerlukan waktu 24 jam,
sedangkan jika dengan menggunakan metode microwave hanya
memerlukan waktu 2 jam (Trisunaryanti, 2006).

B. Metode Sintesis Kopresipitasi (Pengendapan)


Metode kopresipitasi mmerupakan salah ssatu metoe sintesis senyawa
anorganik yang didasarkan pada pengendapan lebih dari satu substansi secara
bersama-sama ketika melewati titik jenuhnya . Kopresipitasi merupakan metode
yang prosesnya menggunakan suhu rendah dan mudah untuk mengontrol ukuran
partikel sehingga waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat. Kopresipitasi juga
didefinisikan sebagaia pengendapan ikutan., proses dimana suatu zat yang
biasanya larut, iikut tersangkut, mengendap selama pengendapan zat yang
diinginkan (Day, 1989). Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh
endapan yang baik antara lain :
A. Pengendapan dilakukan dalam larutan encer.
B. pereaksi pengendap ditambahkan perlahan-lahan sambil diaduk
C. pengendapan dilakukan pada daerah pH yang akan membentuk endapan
secara kuantitatif ( Hermawanti, 2009).
Proses co-precipitasi melibatkan kation logam dari medium tertentu
diendapkan secara bersama dalam bentuk hidroksida, karbonat, oksalat atau sitrat.
Endapan dikalsinasi pada temperatur tertentu sehingga menghasilkan produk
dalam bentuk bubuk. Proses coprecipitation melibatkan kontrol pH, temperatur,
kecepatan pengadukan dalam pembentukan produk.
Kelebihan dan Kelemahan Proses Co-precipitation
Kelebihan proses co-precipitation, yaitu (1) pencampuran homogen dari
endapan reaktan mengurangi suhu reaksi dan (2) prosesnya sederhana untuk
mensintesis bubuk oksida logam serta Metode kopresipitasi mempunyai kelebihan
dibanding metode lain dalam mengekstraksi SiO2 darai bahan anorganik, karena
pemakaian energi yang cukup rendah (,1000C). Selain kelebihan tersebut, proses
co-precipitation memiliki tiga kelemahan, yaitu (1) proses ini tidak tepat untuk
pembuatan material yang tingkat kemurniannya tinggi, (2) metode ini tidak
berjalan dengan baik bila reaktan yang digunakan berbeda kelarutannya, dan (3)
tidak memiliki kondisi sintesis yang universal dalam pembentukan beberapa
oksida logam.

C. Metode Sintesis Solvothermal (Pemanasan)


Metode solvothermal pertama kali ditemukan ilmuan asal Jerman yaitu
Robert Wilhem Bunsen pada tahun 1839 di Univesitas Marburg ketika melakukan
sintesis barium karbonat dan stronsium karbonat dengan kondisi suhu 200oC dan
tekanan di atas 100 bar. Prinsip dasar metode itu adalah pertumbuhan kristal
berdasarkan kelarutan bahan dalam pelarut di bawah kondisi tekanan yang tinggi.
Metode solvothermal merupakan teknik sintesis material anorganik dengan
pemanasan pelarut, pelarut yang digunakan biasanya alkohol. Sintesis
solvothermal terjadi pada atau di atas titik superkritik pelarut. Tetapi pada
beberapa kasus tekanan dan temperatur pada dasarnya pada subkritis dimana sifat
fisika pelarut, misalnya densitas, viskositas, dan konstanta dielektrik sebagai
fungsi temperatur atau tekanan. Metode solvothermal merupakan metode yang
digunakan untuk mensintesis material novel. Metode tersebut digunakan untuk
membuat material dalam skala mikro dan nano dengan morfologi yang berbeda.
Reaksi solvothermal pada umumnya dipengaruhi oleh parameter kimia
yakni sifat reagen dan pelarut. Selain itu, parameter termodinamika juga sangat
berpengaruh yaitu berupa suhu dan tekanan. Pemilihan komposisi pelarut
mengakibatkan berkembangnya material alloy, oksida, nitrida, dan sulfida.
Kondisi temperatur sedang secara umum digunakan untuk meningkatkan difusi
kimia dan reaktivitas yang bertujuan untuk membantu pembuatan material
anorganik (oksida-nitrida, nitrida-halida) atau kerangka anorganik/organik, dan
anorganik/biologi. Kondisi tekanan yang tinggi mengakibatkan energi yang
digunakan kecil dibandingkan dengan suhu. Metode itu sangat banyak
diaplikasikan untuk pembuatan material di industri karena memiliki sifat kimia,
fisika, dan biologi.
Proses solvothermal dapat diartikan sebagai reaksi kimia dalam sistem
tertutup dengan adanya pelarut (aqueous dan nonaqueous solution) pada
temperatur lebih tinggi dari titik didih pelarut. Metode solvothermal melibatkan
tekanan yang tinggi. Temperatur yang dipilih sub atau superkritis tergantung pada
reaksi yang terjadi untuk mendapatkan material target.
Ada dua tipe parameter yang dilibatkan dalam reaksi solvothermal, yaitu
(1) parameter kimia dan (2) parameter termodinamika.
1. Parameter Kimia
Komposisi kimia dari prekursor harus cocok dengan material target.
Konsentrasi prekursor berperan penting untuk mengontrol bentuk
nanokristalin. Pembuatan CdSe dan CeTe yang dilakukan oleh Wang, dkk.
melalui proses solvothermal menyatakan bahwa kontrol bentuk kristalit
(berbentuk dot atau rod) berhubungan dengan konsentrasi prekursor. Interaksi
antara reagen dan pelarut berpengaruh pada reaksi solvothermal. Pemilihan
pelarut berpengaruh terhadap material target. Mekanisme reaksi selama proses
solvothermal bergantung pada sifat fisika-kimia pelarut. Li, dkk.
menggambarkan bahwa Cu7Te4 menggunakan CuCl2, H2O dan tellurium
sebagai reagen dan ethilendiamin sebagai pelarut. Dengan kondisi eksperimen
yang sama, tetapi menggunakan pelarut yang berbeda, misalnya benzen atau
dietyhlamin, tellurium tidak bereaksi dengan CuCl2.
2. Parameter Termodinamika
Parameter termodinamika meliputi temperatur, tekanan, dan waktu
reaksi. Reaksi solvothermal dikembangkan pada kondisi suhu 400 oC.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. and A. L. Underwood. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.


Jakarta: Penerbit Erlangga.

Fujiono dan Martak Fatimah. 2014. Studi sintesis senyawa kompleks mangan (II)
2,4,5 trifenilimidazol dengan metode solvhothermal. Seminar nasional kimia
dan pendidikan kimia VI. ISBN 979363174-0
Ningsih , Syerly Kasuma Warda. 2016. Sientesis Anorganik. Padang : Penerbit UNP
Press
Putri ,R.E, A. Zamri dan Jasril. 2012. Sintesis (E)-3-(4-Hidroksifenil)-1-(Naftalen-1-
Il)Prop-2-En-1-On Dari Asetilnaftalen Dan 4-Hidroksibenzaldehid. Jurnal
Kimia: FMIPA UR.
Trisunaryanti,. 2006. Sintesis superkonduktor YBa2Cu3O7-x. Superkonduktor
YBa2Cu3O7-x dengan metode sintesis microwave. Jurnal Kimia. UNS

Anda mungkin juga menyukai