Anda di halaman 1dari 7

A.

Konsekuensi Dari Perekonomian Terbuka


Teori makro mengenai ekonomi tertutup hanyalah penyederhanaan dari realita, sebab
tidak ada Negara didunia ini yang tidak mempunyai hubungan ekonomi dengan Negara lain.
Teori makro mengenai ekonomi tertutup berguna sebagai sarana untuk mengantarkan kita pada
konsep-konsep dasar teori ekonomi makro. Khususnya bagi Negara-negara yang mempunyai
perekonomian yang sangat terbuka, seperti Indonesia, teori makro perekonomian terbuka adalah
teori yang relevan. Ekonomi terbuka berarti bahwa ada pasar keempat didalam proses
perekonomian yaitu pasar luar negeri. Adanya pasar luar negeri mempunyai konsekuensi yang
lebih lanjut terhadap pasar-pasar lainnya. Khususnya ada konsekuensi penting yang menyangkut
penyesuaian pengertian tiga konsep, yaitu :
1. Permintaan agregat (dipasar barang)
Dalam perekonomian terbuka, pengertian permintaan agregat (Z) tidak lagi
terbatas pada permintaan yang berasal dari luar negeri. Permintaan agregat digunakan
untuk menentukan posisi keseimbangan di pasar barang di dalam negeri. Untuk
perekonomian terbuka, juga mempunyai peranan yang sama. Oleh karena itu Z
haruslah sekarang diartikan sebagai seluruh permintaan akan barang atau jasa yang
diproduksikan di dalam negeri. Ini berarti bahwa Z harus :
a. memasukkan permintaan orang-orang luar negeri akan barang atau jasa yang
kita produksikan
b. mengeluarkan darinya permintaan kita akan barang atau jasa buatan luar negeri
karena ini bukan permintaan akan barang atau jasa buatan dalam negeri.
Jadi, bagi perekonomian terbuka
Z=C+I+G+X–M
Dimana X = ekspor barang atau jasa kita ke luar negeri
M = impor barang atau jasa kita dari luar negeri

2. Jumlah uang beredar


Adanya hubungan dengan luar negeri juga mempunyai pengaruh terhadap pasar
uang, baik terhadap sisi permintaan maupun pada sisi penawarannya. Pada sisi
permintaan akan uang , ada satu faktor tambahan yang menentukannya, yaitu tingkat
bunga di luar negeri, di samping faktor-faktor yang telah ada di dalam perekonomian
tertutup, yaitu tingkat bunga di dalam negeri, tingkat GDP dan tigkat harga di dalam
negeri.
Perekonomian tertutup Perekonomian terbuka
Md = Ø (P, Q, r) Md = Ø ( P, Q, r, rF)

Dimana r = tingkat bunga di dalam negeri


rF = tingkat bunga di luar negeri

Jumlah uang (rupiah) yang beredar tergantung pada dua faktor tambahan, yaitu
posisi dari Neraca Perdagangan dan besar kecilnya aliran modal dari dan ke luar
negeri. Secara umun, kita bisa merumuskan jumlah uang yang beredar dengan
Ms = Ms + n.h (X - M + K)
Dimana Ms = uang yang beredar dalam perekonomian tertutup
n = money multiplier
h = bagian dari perubahan cadangan yang di rupiahkan
K = aliran netto modal ke dalam luar negeri

Dalam teori makro yang sederhana, K di anggap terdiri dari dua unsur:
a. unsur yang tidak terpengaruh oleh faktor – factor ekonomis
b. unsur yang dipengaruhi oleh faktor ekonomis, khususnya oleh perbedaan antara tingkat bunga di
luar negeri dan tingkat bunga di dalam negeri.
Jadi, K = K + K (rF,r)
Dimana K = aliran modal yang autonomous

Secara gafik, kalau kita anggap bahwa neraca perdagangan tidak surplus ataupun
defisit, pengaruh di bukanya perekonomian terhadap Ms adalah berikut
Gambar VII.2

Ms dalam perekonomian terbuka mempunyai elastisitas terhadap perubahan r


maupun rF.

3. Harga
Dalam model perekonomian terbuka, kita tidak lagi hanya mempunyai satu
tingkat harga umum P, tetapi paling tidak ada dua tingkat umum, yaitu tingkat harga
umum yang berlaku di dalam negeri (P) dan tingkat harga umum yang berlaku di luar
negeri atau P$f . P$f adalah harga barang – barang yang di jual atau dibeli di pasar luar
negeri, yang dinyatakan dalam mata uang asing .
Harga jual ekspor kita dan harga beli impor di tentukan oleh P . Tetapi yang lebih
penting bagi warga masyarakat di dalam negeri adalah berapa harga barang – barang
tersebut kalau dinyatakan dalam satuan uang dalam negeri. Antara P dan P , yaitu
harga ekuivalensinya dalam satuan uang dalam negeri, di hubungkan oleh kurs
devisa, E
P =E.P

E merupakan harga dari setiap $ dinyatakan dalam rupiah (misalnya, E = Rp 650 per
US $)
Jadi kita lihat bagaimana perubahan E dan P bisa mempengaruhi secara luas
dalam negeri, yaitu melalui perubahan nilai X dan M yang mengikutinya. Dalam
model pereonomian terbuka, baik X maupun M dipengaruhi oleh harga luar negeri
relatif terhadap harga dalam negeri. Perumusan fungsi ekspor impor menjadi :
X = X (P . E / P) M = M (Y, Pf . / P)
Terlihat disini bahwa yang relevan bagi para pelaku ekonomi dalam negeri adalah
harga relatif antara harga luar negeri yang dinyatakan dalam satuan uang dalam negeri
dengan harga dalam negeri. Jadi meskipun seandainya P tidak berubah, kalau E
berubah maka P berubah, dan ini selanjutnya mempunyai pengaruh terhadap
perekonomian dalam negeri.

B. Masalah Keseimbangan Intern dan Keseimbangan Ekstern


Dalam perekonomian tertutup, masalah ekonomi makro yang utama adalah
bagaimana mencapai tingkat output employment tanpa inflasi. Sasaran ini sering
disebut dengan istilah keseimbangan intern atau internal balance. Dalam
perekonomian terbuka disamping sasaran tersebut ada satu sasaran lain yang biasanya
ingin pula dicapai, yaitu neraca pembayaran yang seimbang. Sasaran yang kedua ini
sering disebut dengan istilah keseimbangan ekstern atau eksternal balance.
Ada dua masalah pokok dalam teori makro yang berkaitan dengan sasaran
keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern ini. Yang pertama adalah masalah
kemungkinan ketidakserasian antara kedua sasaran tersebut. Bila keseimbangan intern
tercapai belum tentu keseimbangan ekstern otomatis tercapai. Demikian pula
sebaliknya tercapainya keseimbangan ekstern tidak menjamin tercapainya
keseimbangan intern. Masalah pokok yang kedua, yang berkaitan erat dengan masalah
pertama, berkisar sekitar penentuan kebijaksanaan atau kombinasi dari kebijaksanaan –
kebijaksanaan yang tepat bagi tercapainya kedua sasaran tersebut secara bersama –
sama. Secara teoritis bisa ditunjukkan bahwa kedua sasaran tersebut bisa dicapai secara
simultan asal saja bisa dirumuskan suatu kombinasi yang tepat antara kebijaksanaan
yang bersifat mempengaruhi tingkat pengeluaran agregat, dengan kebijaksanaan yang
mempengaruhi komposisi pengeluaran tersebut, khususnya komposisi antara
pengeluaran tersebut, khususnya komposisi antara pengeluaran untuk barang yang
hanya di perdagangkan di dalam negeri dan pengeluaran untuk barang yang di
perdagangkan di luar negeri.
C. Masalah Ketidakserasian
Dalam dunia klasik, masalah ketidakserasian tidak timbul. Hal ini di sebabkan
karena baik secara intern maupun secara ekstern, perekonomian klasik mengandung di
dalamnya mekanisme penyesuaian otomatis. Dan yang lebih penting lagi mekanisme
penyesuaian internnya konsisten dengan mekanisme penyesuaian eksternnya. Kedua
mekanisme tersebut bekerja saling membantu untuk tercapainya sasaran keseimbangan
ekstern dan keseimbangan intern secara simultan. Dan yang palng menarik dari kedua
mekanisme ini adalah bahwa pemerintah tidak perlu bertindak apa – apa, dan
mekanisme tersebut secara otomatis akan membawa perekonomian ke posisi idealnya.
Setiap Negara menginginkan kedaulatannya dalam mengatur perekonomian
nasional masing – masing, dan tidak rela tunduk pada mekanisme alamiah yang tidak
memberi peluang bagi pemerintah nasional untuk bertindak demi kepentingan
nasionalnya. Kemungkinan ketidakserasian antara kedua sasaran ini bisa ditunjukkan
dengan gambar VII.3 dan VII.4 berikut. Anggap pada mulanya kita pada posisi
keseimbangan intern. Gambar VII.3 menunjukkan keadaan pasar barang, dengan
posisi keseimbangan: Z, Y, P, dan Q.

Gambar VII.3

Kita sebutkan diatas bahwa dalam model perekonomian terbuka impor ditentukan
oleh tingkat pendapatan nasional dan tingkat harga luar negeri relatif terhadap tingkat
harga dalam negeri :
M = M (Y, P .E / P)
Sedangkan ekspor dipengaruhi oleh tingkat harga luar negeri relatif terhadap tingkat
harga dalam negeri :
X = X (P .E / P)
Sekarang dengan nilai keseimbangan Y dan P, kita bisa menggambarkan posisi
Makro di pasar luar negeri sebagai berikut

Gambar VII.4
Dengan tingkat pendapatan nasional Y dan tingkat harga dalam negeri P, kita
berada pada posisi P .E/P pada sumbu horizontal. Kalau ditarik garis keatas, maka
akan diperoleh posisi C dan A yang berkaitan dengan tingkat ekspor Xo dan tingkat
impor Mo. Jadi akan ada deficit dalam neraca pembayaran sebesar (Mo – Xo). Jadi
dengan adanya keseimbangan intern Y, P, keseimbangan ekstern tidak tercapai. Tetapi
seandainya dengan nilai keseimbangan Y posisi fungsi impor adalah M(y), maka
tercapainya keseimbangan intern dibarengi dengan tercapainya keseimbangan ekstern,
karena pada posisi B neraca pembayaran seimbang. Yang perlu ditekankan disini
adalah bahwa posisi yang ideal seperti titik B hanya tercapai:

a. secara kebetulan
b. dengan dilaksanakannya kombinasi kebijaksanaan makro yang tepat

Posisi tersebut tidak akan tercapai secara otomatis. Inilah inti dari apa yang kita sebut
sebagai masalah ketidakserasian antara keseimbangan intern dan keseimbangan
ekstern.

Anda mungkin juga menyukai