A. Kepemimpinan
2. Fungsi pemeliharaan.
Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi pemeliharaan dan pengembangan
kelompok untuk kelangsungan hidupnya. Yang termasuk fungsi ini antara lain :
Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan dapat
memujiorang lain atau idenya, serta dapat menerima dan menyetujui sumbangan
fikiran orang lain.
Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota berbicara dengan
waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok lain berkesempatan untuk
mendengar.
Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan penilaian
keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan keputusann yang
bertentangan dengan pedoman kelompok.
Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap sebagai
pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan mengambil keputusan.
Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai penengah
untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah.
Menurut White dan Lippit, gaya kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai berikut,
antara lain :
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau
gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari
pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak
buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak
menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus
dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah.
Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala
kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut:
• Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin
• Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin
• Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin
• Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
• Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya
dilakukan secara ketat
• Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau
pendapat
• Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari
bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.
2. Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”. Perilaku
pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi pemipin
dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat keputusan-
keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa adanya fleksibilitas. Semua
kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk
berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas dari ketentuan yang ada.
Adapun karakteristik dari gaya kepemimpinan birokratis adalah sebagai berikut:
• Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh pekerjaan dan
memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya
• Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan melakukan tugas
• Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas sesuai dengan
standar kinerja yang telah ditentukan
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan
bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada
anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau
partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan
keputusan bersama.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
• Wewenang pemimpin tidak mutlak
• Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
• Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
• Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan
bawahan maupun sesama bawahan
• Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara wajar
• Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
• Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau
pendapat; Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan
dari pada intruksi
• Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling
menghormati.
4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi
dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan
apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar
tujuan dan sasaran cukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya
atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Adapun ciri-
ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut:
• Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugas, tetapi
dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai produser
• Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau
penghargaan, di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil,
sebagai dorongan
• Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer
bertindak cukup baik
• Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau
perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan
pendapatannya
1. Kecerdasan
2. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
4. Sikap-sikap hubungan manusiawi
Komunikasi yang efektif sangat penting bagi manajer, karena sebagai proses dimana
fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi
kepemimpinan, fungsi pengendalian dapat dicapai. Komunikasi biasanya sering terganggu
hal ini dikarenakan masalah arti kata, tak adanya umpan balik, saluran komunikasi,
gangguan fisik, perbedaan budaya dan status.
Ada pedoman untuk mendapatkan komunikasi secara efektif antara lain yaitu bahwa
seseorang harus mendengarkan secara aktif, usahakan memberikan umpan balik, lansung
pada masalah, mengambarkan situasi,dan meringkas. Proses komunikasi memungkinkan
para manajer menjalankan tanggung jawabnya dan informasi harus dikomunikasikan jepada
para manajer sebagai dasar pembuatan keputusan dalam pembuatan fungsi manajer baik
secara lisan maupun tulisan.
Proses komunikasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam
organisasi, berikut adalah penjelasan dari masing-masing proses komunikasi :
1. Tingkatan hirarki
Bila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang, akan menimbulkan berbagai
masalah komunikasi. Karena berita harus melalui tingkatan tambahan, yang
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tempat tujuan dan cenderung
menjadi kurang ketepatannya.
2. Wewenang manajerial
Tanpa wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer dapat mencapai
tujuan dengan efektif. Tetapi di lain pihak, pada kenyataannya bahwa seseorang yang
mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan-hambatan terhadap
komunikasi.
3. Spesialisasi
Meskipun spesialisasi adalah prinsip dasar organisasi, tetapi juga menciptakan
masalah-masalah dalam komunikasi, di mana hal ini cenderung memisahkan orang-
orang, bahkan bila mereka bekerja saling berdekatan.
1. Persepsi selektif
Persepsi adalah suatu proses yang menyeluruh dengan mana seseorang menseleksi,
mengorganisasikan, dan mengartikan segala sesuatu di lingkungannya.
2. Status/kedudukan komunikator
Hambatan utama komunikasi lainnya adalah kecenderungan untuk menilai,
mempertimbangkan, dan membentuk pendapat atas dasar karakteristik-karakteristik
pengirim, terutama kredibilitas-nya.
3. Keadaan membela diri
Perasaan membela diri pada pengirim, penerima berita atau keduanya juga
menimbulkan hambatan-hambatan komunikasi. Keadaan membela dirin seseorang
mengakibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pembicaraan tertentu, dan
sebaliknya meningkatkan tingkat pembelaan di pihak lain.
4. Pendengaran lemah
Manajer perlu belajar untuk mendengar secara efektif agar mampu mengatasi
hambatan ini.
5. Ketidaktepatan penggunaan bahasa
Salah satu kesalahan terbesar yang dibuat dalam komunikasi adalah anggapan bahwa
pengertian terletak dalam “kata-kata” yang digunakan.
C. Negosiasi untuk mengatasi konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Faktor-Faktor penyebab konflik, antara
lain :
1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia
adalah individu yang unik.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Untuk memulai negosiasi kita perlu melakukan langkah-langkah seperti di bawah ini,
yaitu :
• Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang
baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut
akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang
pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa
yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita
bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak
memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak
lainnya. Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita
dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan
melakukan relaksasi.
• Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu
menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk
mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri,
ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi
• Memulai proses negosiasi
Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa
yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan dalam proses
penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
1. Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi
pokok negosiasi
2. Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan
penuh percaya diri
3. Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu
kesepakatan dengan mereka
4. Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan
membuat hanya dua pilihan ya atau tidak
5. Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if
you’ll give us this, we’ll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa
yang harus mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif
apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif
memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana
mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara.
• Membangun Kesepakatan
Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan menutup
negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat tangan
sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak
memiliki komitmen untuk melaksanakannya.