Anda di halaman 1dari 31

METODE HARGA POKOK PROSES

AKUNTANSI BIAYA

Kelompok 3 :

Cintya Purnama Sari (1315351041)

Made Mirah Dharmavatmi Yustana (1315351122)

I Gusti Ayu Sucitrawati (1315351117)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena telah melimpahkan


rahmatNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan  tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat
guna menunjukkan partisipasi kami dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah
sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah Akuntansi Biaya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga  makalah  ini  bermanfaat  untuk  memberikan  kontribusi  kepada  mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Jurusan Akuntansi Program Ekstensi sebagai 
bekal  pengalaman nyata. Dan  tentunya  makalah  ini  masih  sangat  jauh  dari sempurna. 
Untuk  itu  kepada  dosen   kami  minta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan makalah 
kami  di  masa  yang  akan  datang.

Denpasar, 21 Maret 2014


METODE HARGA POKOK PROSES - PENGANTAR

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen
produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa.

Karakteristik Metode Harga Pokok Proses :

 Proses produksi bersifat terus menerus dan produk yang dihasilkan merupakan produk
massa yang bersifat standar.
 Biaya produksi dikumpulkan dengan dicatat dalam setiap departemen produksi yang ada,
untuk jangka waktu tertentu (umumnya satu bulan).
 Harga pokok per unit produk dihitung dari harga pokok produk selesai periode dibagi
dengan unit produk yang telah selesai dalam periode yang bersangkutan.
 Harga pokok produk dihitung pada akhir periode tertentu.
 Biaya bahan tidak perlu dipisahkan dari biaya bahan baku dan biaya bahan pembantu,
dan biaya tenaga kerja tidak dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung.
 Produk yang belum selesai (masih dalam proses) pada akhir periode, dicatat ke dalam
rekening persediaan Produk Dalam Proses.
 Pada akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi setiap departemen, yang pada
dasarnya berisi perhitungan harga pokok produk yang telah selesai, dan yang masih
dalam proses, yang dinyatakan dalam total maupun per unit.

Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Pesanan

1. Pengumpulan biaya produksi


Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan,
sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per departemen
produksi per periode akuntansi.
2. Perhitungan harga pokok produksi per satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan
pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga
pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan
selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode
yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi (biasanya
akhir bulan).
3. Penggolongan biaya produksi
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung
dibebankan kepada produk berdasar biaya sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya
produksi tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan
dimuka. Didalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan
hanya menghasilkan satu macam produk ( seperti perusahaan semen, pupuk, bumbu
masak). Karena harga pokok persatuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka
umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi.
4. Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya produksi lain selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Di dalam metode
harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan
baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja ( baik yang langsung maupun yang tidak
langsung). Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar
biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.

Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi

1. Menentukan harga jual produk


Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu
informasi yang dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta informasi
nonbiaya. Kebijakan penetapan harga jual yang didasarkan pada biaya menggunakan
formula penetapan harga jual berikut ini :

Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu tertentu Rp xx


Taksiran biaya nonproduksi untuk jangka waktu tertentu xx
_____ +
Taksiran total biaya untuk jangka waktu tertentu Rp xx
Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu xx
_____ :
Taksiran harga pokok produk per satuan Rp xx
Laba per unit produk yang diinginkan xx
_____ +
Taksiran harga jual per unit yang dibebankan kepada pembeli Rp xx
_____
Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya produksi per satuan
merupakan salah satu dasar untuk menentukan harga jual per unit produk yang akan
dibebankan kepada pembeli. Untuk menaksirkan biaya produksi tersebut perlu dihitung
unsur-unsur biaya berikut ini :
Taksiran biaya bahan baku Rp xx
Taksiran biaya tenaga kerja langsung xx
Taksiran biaya overhead pabrik xx
_____ +
Taksiran biaya produksi Rp xx
_____

2. Memantau realisasi biaya produksi


Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk jangka waktu tertentu
dilakukan dengan formula berikut ini :

Biaya produksi sesungguhnya bulan …...


Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx
Biaya tenaga kerja sesungguhnya xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
_____ +
Total biaya produksi sesungguhnya bulan …… Rp xx
_____

3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu


Metode harga pokok proses digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi
biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode tertentu guna
menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap periode. Laba atau rugi bruto tiap
periode dihitung sebagai berikut :

Hasil penjualan (harga jual per satuan x volume produk yang dijual) Rp xx
Persediaan produk jadi awal Rp xx
Persediaan produk dalam proses awal Rp xx
Biaya produksi :
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
_____ +
Total biaya produksi xx
_____ +
xx
Persediaan produk dalam proses akhir xx
_____ -
Harga pokok produksi xx
_____ +
Harga pokok produk yang tersedia untuk dijual xx
Persediaan produk jadi akhir xx
_____ -
Harga pokok produk yang dijual xx
_____
Laba bruto Rp xx
_____

4. Menetukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan
dalam neraca
Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan
harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses, maka dari itu
manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode. Dengan catatan
tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada produk jadi
yang belum laku dijual pada tanggal neraca yang disajikan dalam neraca sebagai harga
pokok persediaan produk jadi serta dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada
produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan yang disajikan dalam
neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.

Metode Harga Pokok Proses - Tanpa Memperhitungkan Persediaan Produk dalam Proses
Awal

Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok proses dalam pengumpulan
biaya produksi, berikut ini disajikan contoh penggunaan metode harga pokok proses yang belum
memperhitungkan dampak adanya persediaan produk dalam proses awal. Variasi contoh
penggunaan metode harga pokok proses yang diuraikan mencakup :
a. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah
hanya melalui satu departemen produksi.
b. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah
melalui lebih dari satu departemen produksi.
c. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok
produksi per satuan, dengan anggapan:
 Produk hilang pada awal proses.
 Produk hilang pada akhir proses.

Metode Harga Pokok Proses – Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi

Contoh :

PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi. Jumlah
biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 19X1 sebagai berikut :

Data produksi dan biaya PT Risa Rimendi bulan Januari 19X1


Biaya bahan baku Rp 5.000.000

Biaya bahan penolong 7.500.000

Biaya tenaga kerja 11.250.000

Biaya overhead pabrik 16.125.000

Total biaya produksi Rp 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah :

Produk jadi 2.000 kg

Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian


sebagai berikut: Biaya bahan baku : 100 %;biaya bahan penolong
100 %, biaya tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %. 500 kg

Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 19X1

Masuk ke dalam proses: 2.500 kg

Produk jadi : 2000 kg

Produk dalam proses akhir 500 kg

Perhitungan harga pokok produksi per satuan

Unsur biaya Biaya produksi per


Total biaya Unit ekuivalensi
produksi satuan

(1) (2) (3) (2) : (3)

Bahan baku Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000

Bahan penolong 7.500.000 2.500 3.000

Tenaga kerja 11.250.000 2.250 5.000

Overhead pabrik 16.125.000 2.150 7.500

Total Rp 39.875.000 Rp 17.500

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses

Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses :

Biaya bahan baku: 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000

Biaya bahan penolong: 100 % x 500 x Rp 3.000 = Rp 1.500.000

Biaya tenaga kerja: 50 % x 500 x Rp 5.000 = Rp 1.250.000

Biaya overhead pabrik: 30 % x 500 x Rp 7.500 = Rp 1.125.000 Rp 4.875.000

Jumlah biaya produksi bulan januari 19X1 Rp 39.875.000

Jurnal pencatatan biaya produksi

1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :

Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 5.000.000

Persediaan bahan baku Rp 5.000.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong

Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 7.500.000

Persediaan bahan penolong Rp 7.500.000

3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

Barang dalam proses- biaya tenaga kerja Rp 11.250.000

Gaji dan upah Rp 11.250.000

4. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik

Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 16.125.000

Berbagai rekening yang dikredit Rp 16.125.000

5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang

Persediaan produk jadi Rp 35.000.000

Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 4.000.000

Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 6.000.000


Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 10.000.000

Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 15.000.000

6. Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai dioleh
pada akhir bulan januari 19 x1

Persediaan produk dalam proses Rp 4.875.000

Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 1.000.000

Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 1.500.000

Barang dalam proses- Biaya tenaga kerja Rp 1.250.000

Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 1.125.000

Metode Harga Pokok Proses – Produk Diolah Melalui Lebih dari Satu Departemen
Produksi

Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang
dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi dari
departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnyua
tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama
terdiri dari:

a. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya


b. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

Contoh:

PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya. Departemen A


dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan
Januari 19X1 disajikan sebagai berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen Departemen
A B

Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 30.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg

Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg

Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1

Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 0

Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000

Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000

Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses akhir

Biaya bahan baku 100%

Biaya konversi 20% 50%

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A

Unsur biaya Biaya produksi per


Total biaya Unit ekuivalensi
produksi kg

(1) (2) (3) (2) : (3)

Bahan baku Rp 70.000 35.000 Rp 2

Tenaga kerja 155.000 31.000 5

Overbead pabrik 248.000 31.000 8

Total Rp 473.000 Rp 15
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A

Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Rp 450.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses

Biaya bahan baku: 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000

Biaya tenaga kerja: 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000

Biaya overhead pabrik: 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000

Rp 23.000

Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1 Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A

1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :

Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000

Persediaan bahan baku Rp 70.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :

Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A Rp 155.000

Gaji dan upah Rp 155.000

3. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A

Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Rp 248.000

Berbagai rekening yang di kredit Rp 248.000

4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke
departemen B:

Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000

Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000

Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000


5. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1

Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp 23.000

Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 10.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 5.000

Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 8.000

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B

Unsur biaya Biaya produksi per


Total biaya Unit ekuivalensi
produksi kg

(1) (2) (3) (2) : (3)

Tenaga kerja Rp 270.000 Rp 27.000 Rp 10

Overbead pabrik 405.000 27.000 15

Total Rp 675.000 Rp 25

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B

Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke


gudang

Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15


Rp 360.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25
600.000

Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 960.000

24.000 x Rp 40

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir

Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15 90.000

Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:


Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000

Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000 Rp 75.000

Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B 165.000

Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 19x1 Rp 1.125.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen B

1. Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A:

Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000

Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000

Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :

Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000

Gaji dan upah Rp 270.000

3. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B

Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000

Berbagai rekening yang di kredit Rp 405.000

4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke
gudang

Persediaan produk jadi Rp 960.000

Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 360.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000

Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 360.000


5. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1

Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000

Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 90.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 30.000

Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 45.000

Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang dalam Proses terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produk Per Satuan

Contoh:

PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A


dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan
Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1

Departemen Departemen
A B

Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg

Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg

Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat


penyelesaian sebagai berikut :

Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 %


200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
100 kg

Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -

Biaya bahan penolong 26.100 16.100

Biaya tenaga kerja 35.100 22.500

Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 63.350

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jumlah produk yang dihasilkan Biaya per kg produk


Biaya produksi
oleh departemn A ( unit yang dihasilkan oleh
Jenis biaya Departemen A
ekuivalensi) departemen A
(2)
(1) (2) : (1)

Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg Rp 22.500 Rp 25


baku

Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg 26.100 29


penolong

Biaya tenaga 700 + 40%x200kg=780kg 35.100 45


kerja

Biaya overhead 700 + 40%x200kg=780kg 46.800 60


pabrik

Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 111.300


Rp 159

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)

Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000

Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800

Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600


Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800 Rp 19.200

Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama

Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A Rp 159,00

Rp 111.300 : 700

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A Rp 222.60
setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B
sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)

Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 63.60
Departemen A

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jumlah produk yang Biaya per kg


Jumlah biaya produksi
dihasilkan oleh yang
yang ditambahkan di
Jenis biaya departemen B ( unit ditambahkan
departemen B
ekuivalensi) Departemen B
(2)
(1) (2) : (1)

Biaya bahan 400 kg + 60 % x Rp 16.100 Rp 35


penolong 100 kg = 460 kg

Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 %x 100 Rp 22.500 Rp 50


kg = 450 kg

Biaya overhead 400 kg + 50 %x 100 Rp 24.750 Rp 55


pabrik kg = 450 kg

Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 145.040


Rp 362.60

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):

Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260

Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100

Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500

Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750 Rp 29.610

Jumlah kumulatif dalam departemen B Rp 174.650

Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang pada Akhir Proses terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produksi per Satuan

Contoh:

PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya. Departemen A


dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan
Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1

Departemen Departemen
A B

Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg

Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg

Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg

Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat


penyelesaian sebagai berikut :

Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 %


200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
100 kg

Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1


Departemen A Departemen B

Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -

Biaya bahan penolong 26.100 16.100

Biaya tenaga kerja 35.100 22.500

Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 63.350

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Biaya per kg produk


Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya produksi
yang dihasilkan oleh
Jenis biaya departemn A ( unit ekuivalensi) Departemen A
departemen A
(1) (2)
(2) : (1)

Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= Rp 22.500 Rp 22,50


baku 1000 kg

Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 26.100 26,10


penolong 1000 kg

Biaya tenaga 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39,89


kerja

Biaya overhead 700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53,18


pabrik

Rp 130.500 Rp142,67

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 99.169


Rp 141.67

Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang 14.167,00
hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 113.334,40


disesuaikan : 700 x Rp 161,91

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)

Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500

Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220

Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2

Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4 Rp 17.165.60

Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Produk yang Hilang pada Akhir Proses di Departemen Produksi Setelah Departemen
Produksi Pertama

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang Jumlah biaya Biaya per kg


dihasilkan oleh departemen B produksi yang yang
( unit ekuivalensi) ditambahkan di ditambahkan di
departemen B Departemen B

Biaya bahan 400 kg + 60 % x 100 kg + Rp 16.100 Rp 24,39


penolong 200 kg = 660 kg

Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 % x 100 kg + Rp 22.500 Rp 34,62


200 kg = 650 kg

Biaya overhead 400 kg + 50 % x 100 kg + Rp 24.750 Rp 38,08


pabrik 200 kg = 650 kg

Rp 63.350 Rp 97,09

Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 64.764,00


Rp 161.91

Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09 38.836,00

Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 51.800,00
161.91+Rp 97.09

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 155.400,00


disesuaikan : 400 x Rp 388.5

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)

Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00

Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3

Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731

Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904 Rp 21.289.40

Jumlah biaya produksi Departemen B Rp 176.689.40

METODE HARGA POKOK PROSES – LANJUTAN

Persediaan Produk dalam Proses Awal

Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan
menjadi persediaan produk dalam proses awal periode berikutnya. Produk dalam proses ini
membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya yang
kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh
departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dalam metode harga pokok
proses – lanjutan ini akan dibahas dua metode penentuan harga pokok produk yaitu metode harga
pokok rata-rata tertimbang (weighted average cost method) dan metode masuk pertama, keluar
pertama.
Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost Method)

Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada biaya
produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk
mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok rata-rata tertimbang ini kemudian
digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya
atau ke gudang dengan cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.

Contoh: PT Risa Rimendi memproduksi produknya melalui dua departemen produksi:


departemen 1 dan Departemen 2. Data produksi dan biaya produksi bulan januari 19x1 di kedua
departemen produksi tersebut disajikan dalam gambar berikut:

PT RISA RIMENDI

Data produksi dan biaya produksi bulan Januari 19x1

Departemen 1 Departemen 2

Data produksi :

Produksi dalam proses awal:

BBB 100% ; BK 40% 4.000 kg -

BTK 20% ; BOP 60% - 6.000 kg

Dimasukkan dalam proses bulan ini 40.000 kg -

Unit yang ditransfer ke departemen 2 35.000 kg -

Unit yang diterima dari departemen 1 - 35.000 kg

Produk jadi yang ditransfer ke gudang - 38.000 kg

Produk dalam proses akhir:

BBB 100% ; BK 70% 9.000 kg -

BTK 40% ; BOP 80% - 3.000kg

Harga pokok produk dalam proses awal :

Harga pokok dari departemen 1 - Rp 11.150.000

Biaya bahan baku Rp 1.800.000 -

Biaya tenaga kerja 1.200.000 1.152.000


Biaya overhead pabrik 1.920.000 4.140.000

Biaya produksi :

Biaya bahan baku Rp 20.200.000

Biaya tenaga kerja 29.775.000 Rp 37.068.000

Biaya overhead pabrik 37.315.000 44.340.000

BBB = Biaya bahan baku BTK = Biaya tenaga kerja

BOP = Biaya overhead pabrik BK = Biaya konversi

Rumus perhitungan harga pokok per unit produk departemen pertama dengan menggunakan
metode harga pokok rata-rata tertimbang

Biaya bahan baku yang melekat Biaya bahan baku yang


1. Biaya bahan = pada produk dalam proses awal + dikeluarkan dlm periode skrg
baku per unit ______________________________________________________
Unit ekuivalensi biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja yang melekat Biaya tenaga kerja yang


2. Biaya tenaga = pada produi dalam proses awal + dikeluarkan dlm periode skrg
kerja per unit _____________________________________________________
Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja

Biaya overhead pabrik yg melekat Biaya overhead pabrik yang


3. Biaya overhead = pada produk dalam proses awal + dikeluarkan dlm periode skrg
pabrik per unit _____________________________________________________
Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik

Perhitungan biaya produksi per satuan departemen 1 bulan Januari 19x1

Yang
Unsur Yang melekat Biaya
dikeluarkan Total Unit
biaya pada produk produksi
dalam periode biaya ekuivalensi
produksi dalam proses per kg
sekarang

(1) (2) (3) (2) + (3) (5) (4) : (5)

(4) (6)
Biaya 1.800.000 20.200.000 22.000. 44.000 500
bahan baku 000

Biaya 1.200.000 29.775.000 30.975. 41.300 750


tenaga 000
kerja

Biaya 1.920.000 37.315.000 39.235. 41.300 950


overhead 000
pabrik

Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Rp 77.000.000


departemen 2 = 35.000 unit @ Rp 2.200

Harga pokok persediaan produk dalam proses


akhir:
Rp 4.500.000
Biaya bahan baku = 100 % x 9.000 units x Rp 500
4.725.000
Biaya tenaga kerja = 70 % x 9.000 units x Rp 750
5.985.000
Biaya overhead pabrik = 70 % x 9.000 unit x Rp 15.210.000
950

Jumlah biaya produksi dibebankan dalam 92.210.000


departemen 1

Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang – Departemen setelah Departemen Pertama

Rumus perhitungan harga pokok per unit produk Departemen ke dua dengan menggunakan
Metode harga pokok rata-rata tertimbang

1. Harga pokok Harga pokok produk dalam Harga pokok produk yang ditransfer
produk per proses awal yang berasal dari dari departemen sebelumnya dalam
unit yang departemen sebelulmnya periode sekarang
dibawa dari = +

departemen Produk dalam proses awal + Produk yang ditransfer dari


departemen sebelumnya dalam
sebelumnya periode sekarang

Biaya bahan baku yang + Biaya bahan baku yang dikeluarkan


melekat pada produk dalam dalam periode sekarang
2. Biaya bahan = proses awal
baku

per unit Unit ekuivalensi biaya Bahan baku

Biaya tenaga kerja yang + Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan


melekat pada produk dalam dalam periode sekarang
3. Biaya tenaga = proses awal
kerja

per unit Unit ekuivalensi biaya Tenaga kerja

Biaya produk yang l elekat + Biaya overhead pabrik yang


pada produk dalam proses dikeluarkan dalam periode sekarang
4. Biaya = awal
overhead

per unit Unit ekuivalensi biaya Overhead pabrik

5. Total harga = (1) +(2)+(3)+(4)


pokok per
satuan

Perhitungan harga pokok kumulatif per satuan produk departemen 2 dengan menggunakan
metode harga pokok rata-rata tertimbang

Unsur biaya Yang melekat Yang Total biaya Unit Biaya


produksi pada produk dikeluarkan ekuiva produksi
dalam proses dalam lensi per kg
periode
sekarang

(1) (2) (3) (2) + (3) (5) (4) : (5)


(4) (6)

Harga pokok Rp Rp Rp 88.150.000 41.000 Rp 2.150


yang berasal 11.150.000 77.000.000
dari
departemen 1

Biaya yang
ditambahkan
dalam dep 2.

Biaya tenaga 1.152.000 37.068.000 38.220.000 39.200 975


kerja 4.140.000 44.340.000 48.480.000 40.400 1.200
Biaya
overhead
pabrik

Total biaya produksi 4.325

Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 2

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke


departemen 2 = 38.000 unit @ Rp 4.325
Rp 164.350.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:

Yang berasalh dari departemen 1 : 3.000 unit s x Rp Rp 6.450.000


2.150

Ditambahkan dalam departemen 2:


1.170.000
Biaya tenaga kerja = 40 % x 3.000 units x Rp 975
2.880.000
Biaya overhead pabrik = 80 % x 3.000 unit x Rp 1.200 10.500.000

Jumlah biaya produksi dibebankan dalam departemen 1 174.850.000

Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama – Departemen Produksi Pertama


Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk
menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya
digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang.

Perhitungan unit ekuivalensi biaya bahan baku departemen 1 dengan menggunakan MPKP

Persediaan produk dalam proses awal 0 kg

Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 31.000 kg

Produk dalam proses akhir 100% x 9.000 9.000 kg

Jumlah 40.000 kg
Perhitungan unit ekuivalensi biaya konversi departemen 1 dengan menggunakan MPKP

Persediaan produk dalam proses awal (100%- 2.400 kg


40%)
31.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2
6.300 kg
Produk dalam proses akhir 70% x 9.000
39.700 kg
Jumlah

Perhitungan biaya per satuan dengan menggunakan metode MPKP

Unsure biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per


produksi satuan

Biaya bahan Rp 20.200.000 40.000 Rp 505


baku
29.775.000 39.700 750
Biaya tenaga
kerja 37.315.000 39.700 940

Biaya overhead
pabrik

87.290.000 2.195

Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen 2:


Harga pokok persediaan produk dalam proses awal 4.920.000

Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:

Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja 60 % x 4.000 kg x Rp 750 1.800.000

Biaya overhead pabrik 60 % x 4.000 kg x Rp 940 2.256.000

8.976.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang 31.000 kg x Rp 2.195 68.045.000
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen 2 Rp
77.019.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:

Biaya bahan baku : 9.000 kg x 100% x Rp 505 = Rp 5.545.000

Biaya tenaga kerja : 9.000 kg x 70% x Rp 750 = Rp 4.725.000

Biaya overhead Pabrik : 9.000 kg x 70 % x Rp 940 =5.922.000 15.192.000


Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 1 92.210.000

Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama – Departemen setelah Departemen Produksi


Pertama

Perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan departemen 2

Total biaya Unit ekuivalensi Biaya per unit

Harga pokok produk yang Rp 77.019.000 35.000 kg Rp 2.201


ditransfer dari departemen 1

Biaya yang dikeluarkan


departemen 2 dalam periode
sekarang:

Biaya tenaga kerja 37.068.000 38.000 975

Biaya overhead pabrik 44.340.000 36.800 1.205

Jumlah Rp 158.427.000 Rp 4.381


Tambahan Bahan Baku dalam Departemen Produksi setelah Departemen Produksi
Pertama

Tambahan bahan baku mempunyai dua kemungkinan:

1) Tambahan jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi
tambahan bahan baku tersebut. Jika tambahan bahan baku tidak menambah jumlah produk
yang dihasilkan , maka tambahan ini tidak berpengaruh terhadap perhitungan unit
ekuivalensi produk yang dihasilkan, dan sebagai akibatnya tidak mempengaruhi
perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya
2) Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi
tambahan bahan baku tersebut. Jika terjadi tambahan produk yang dihasilkan dengan
adanya tambahan bahan baku dalam departemen setelah departemen produksi sebelumnya.
Penyesuaian ini dilakukan karena total harga pokok produk yang berasal dari departemen
sebelumnya, yang semula dipikul oleh jumlah tertentu, sekarang harus dipikul oleh jumlah
produk yang lebih banyak sebagai akibat tambahan bahan baku tersebut. Akibatnya harga
pokok produk per unit yang berasal dari departemen sebelumnya menjadi lebih kecil

Data produksi dan biaya produksi departemen 2 PT oki sasongko bulan Januari 19x1

Departemen 2

Data produksi

Produksi dalam proses awal:

Biaua tenaga kerja 20 %; BOP 60% 6.000 kg

Dimasukkan dalam proses bulan ini -

Unit yang diterima dari departemen 1 35.000 kg

Tambahan produk karena tambahan bahan baku 4.000 kg

Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg

Produk dalam proses akhir;

Biaya tenaga kerja 40%; biaya overhead pabrik 80% 7.000kg

Harga pokok produk dalam proses awal; Rp 11.150.000

Harga pokok dari departemen 1 -


Biaya bahan baku 950.000

Biaya tenaga kerja 1.152.000

Biaya overhead pabrik 4.140.000

Harga pokok kumulatif persediaan produk dalam proses Rp 17.392.000


awal

Harga pokok produk yang diterima dari departemen 1 Rp 77.019.000


dalam bulan ini 35.000 x Rp 2.201

Biaya produksi

Biaya bahan baku 15.000.000

Biaya tenaga kerja Rp 37.068.000

Biaya overhead pabrik 44.340.000

96.408.000

Perhitungan biaya produksi per satuan dengan metode MPKP jika tambahan bahan baku
menambah produk yang dihasilkan di departemen 2

Total biaya Biaya per satuan

Harga pokok persediaan produk dalam proses Rp 17.392.000


awal
77.019.000 Rp 2.201
Harga pokok produk yang diterima dari
departemen 1 226

Penyesuaian karena adanya tambahan bahan


baku yang menambah produk yang dihasilkan

Harga pokok produk yang diterima dari Rp 1.975


departemen 1 setelah disesuiakan

Biaya produksi yang ditambahkan dalam


departemen 2:

Biaya bahan baku


15.000.000 385
Biaya tenaga kerja
37.068.000 936
Biaya overhead 44.340.000 1.109

190.819.000 4.405

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses departemen 2 dengan
metode MPKP

Total biaya

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Rp 17.392.000


gudang

Harga pokok persediaan produk dalam proses


awal

Biaya penyelesaian produk dalam proses awal: 4.492.800

BTK 80% x 6.000 x Rp 936 2.661.600

BOP 40 % x 6.000 x Rp 1.109

Harga pokok produk dari produksi sekarang 140.960.000 165.468.600


32.000 units x Rp 4.405

Harga pokok produk dalam proses akhir :

Harga pokok dari departemen 1 = 7000 x Rp 13.825.000


1.975
2.695.000
BBB : 7.000 kg x 100% x Rp1.975
2.620.800
BTK : 7.000 kg x 40% x Rp 936
6.210.400 25.350.400
BOP : 7.000 kg x 80 % x Rp 1.109

Jumlah biaya yang dibebankan dalam 190.819.000


departemen 2

Tambahan bahan baku di departemen setelah departemen produksi yang pertama mempunyai 2
kemungkinan : menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersankutan
atau tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang bersangkutan.

Jika bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen
yang bersangkutan, tambahan biaya bahan baku tersebut hanya menambah biaya bahan baku per
satuan dalam departemen tersebut. Jika bahan baku tersebut menambah jumlah produk yang
dihasilkan oleh departemen yang bersangkutan, tambahan bahan baku tersebut akan berakibat
terhadap penyesuaian harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya
dan tambahan biaya bahan baku per satuan dalam departemen setelah departemen produksi
pertama.

Anda mungkin juga menyukai