Patogenesis
a. Tuberkulosis Primer
Setelah tertular 6-8 minggu kemudian mulai dibentuk mekanisme imunitas
dalam tubuh, sehingga tes tuberculin menjadi positif. Di dalam alveoli yang
kemasukan kuman terjadi penghancuran bakteri yang dilakukan oleh makrofag
dan dengan terdapatnya sel langhans, yakni makrofag yang mempunyai inti
diperifer, maka mulailah terjadi pembentukan granulasi. Keadaan ini disertai pula
dengan fibrosis dan kalsifikasi yang terjadi di lobus bawah paru. Proses infeksi
yang terjadi di lobus bawah paru yang disertai dengan pembesaran dari kelenjar
limfe yang terdapat di hilus disebut dengan kompleks Ghon yang sebenernya
merupakan permulaan infeksi yang terjadi di alveoli atau dikelenjar limfe hilus.
Kuman tuberculosis akan mengalami penyebaran secara hematogen ke apeks paru
yang kaya dengan oksigen dan kemudian berdiam diri (dorman) untuk menunggu
reaksi yang lebih lanjut
b. Tuberkulosis Post Primer
10% dari infeksi tuberkulosis primer mengalami reaktifasi, terutama setlah
2 tahun dari infeksi primer. Reaktifasi ini disebut juga dengan tuberculosis
Postprimer. Kuman akan disebarkan melalui hematogen kebagian segmen apikal
posterior. Reaktifasi dapat juga terjadi melalui metastasis hematogen ke berbagai
jaringan tubuh.
2. Diagnosis
Hasil Anamnesis (Subjective)
Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB.
Gejala umum TB paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu, yang disertai:
a. Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas, hemoptisis) dan
b. Gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat
malam dan mudah lelah.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang (Objective)
1. Pemeriksaan Fisik
Kelainan pada TB paru tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal
permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit sekali menemukan kelainan. Pada
inspeksi bila lesi luas, dapat ditemukan bentuk dada yang asimetris. Pada palpasi bila
lesi luas, dapat ditemukan kelainan berupa fremitus yang mengeras atau melemah.
Pada perkusi Bila dicurigai infiltrat yang luas, maka akan di dapatkan perkusi yang
redup. Pada auskultasi bila lesi luas, dapat ditemukan suara napas bronkial dengan
suara napas tambahan Ronki basah kasar terutama di apeks paru.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Darah: dapat mendeteksi anemia, penuruan natrium, dan peningkatan
kalsium, limfositosis/monositosis, LED meningkat, Hb turun.
b. Tes Mantoux ini diberikan dengan menyuntikan 0,1 cc PPD secara intradermal.
Kemudian diameter indurasi yang timbul dibaca 48-72 jam setelah tes. Dikatakan
positif bila diameter indurasi lebih besar dari 10 mm.
c. Tes Heaf dipakai secara luas untuk survei. Satu tetes dari 100.000 IU
tuberkulin/cc melalui 6 jarum, dipungsikan ke kulit. Hasilnya dibaca setelah 3-7
hari.
d. Mikrobiologi: basil tahan asam dapat dideteksi pada sputum atau bilasan paru
yang menggunakan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Cara pengambilan dahak 3 kali
(SPS):
Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
*2RHZE / 4R3H3
*2RHZE /4 R3H3
5. Prognosis