Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah utama bidang

kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru TB, dan

lebih dari 2 juta orang meninggal akibat TB. Semua negara di dunia menyumbang

kasus TB, namun persentase terbanyak terjadi di Afrika (30%) dan Asia (55%)

dengan China dan India tercatat menyumbang 35% dari total kasus di Asia.

Besar dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada semua

pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam melakukan

penanggulangan TB. Dengan demikian TB merupakan ancaman terhadap cita-cita

pembangunan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Karenanya

perang terhadap TB berarti pula perang terhadap kemiskinan, ketidakproduktifan,

dan kelemahan akibat TB.

Di Indonesia TB merupakan penyebab kematian utama dan angka

kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga

setelah India dan China dalam jumlah penderita TB di dunia. Jumlah penderita TB

paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit

muncul satu penderita baru TB paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita

baru TB paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang

meninggal akibat TB di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TB serta luasnya

masalah semoga tulisan ini dapat bermanfaat.


1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang hidup terutama di

paru atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan

parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak

yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini

menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya

berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet,

karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.

Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang

menular dan ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang

terinfeksi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat

menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal,

tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah

pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena

gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Dalam jaringan tubuh kuman

ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

2. Epidemiologi

Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi

dunia (2 triliyun manusia ) terinfeksi dengan Mycobakterium tuberculosis.

2
Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India, Afrika, dan

Amerika Latin. Tuberculosis terutama menonjol di populasi yang

mengalami stress, nutrisi jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan yang

kurang dan perpindahan penduduk. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9

juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.

Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi

pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat

TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan

nifas.

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif

secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa,

akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut

berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar

20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan

pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB

juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan

dikucilkan oleh masyarakat.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:

 Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada

negara sedang berkembang.

 Kegagalan program TB selama ini

 Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan

perubahan struktur umur kependudukan

3
 Dampak pandemi HIV

Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan

TB. Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB

secara signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB

terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi

masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut

pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit

ditangani.

3. Etiologi

Etiologi penyakit tuberculosis yaitu oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis.

4. Patogenesis

Kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei

dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara

bebas 1 – 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultaviolet, ventilasi

yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman

dapat tahan berhari – hari sampai berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini

terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau

jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5

mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian

baru oleh makrofag. Kebanyakkan partikel ini akan mati atau dibersihkan

4
oleh makrofag keluar dari percabangan trankeobronkial bersama gerakan

silia dengan sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam

sitoplasma makrofag. Disini dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.

Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang atau apex

primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap

bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi

pleura. Kuman dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan

limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri

masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak,

ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke

seluruh bagian paru menjadi TB milier.

a. Tuberkulosis.Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan

kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga

dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus

berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Kuman akan

menghadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru makrofag.

Kebanyakan partikel ini akan mati atau di bersihkan oleh makrofag

keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan

sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam

sitoplasma makrofag. Di sini ia akan terbawa masuk ke organ tubuh

5
lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru berbentuk sarang

tuberkulosa pneumonia kecil dan di sebut sarang prime atau afek prime

atau sarang (fokus) Ghon.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening

menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar

getah bening hilus (limfadenitis regional). Semua proses ini memakan

waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi:

 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, ini banyak

terjadi

 Sembuh dengan sedikit meninggalkan bekas beberapa garis-

garis fibrosis, kalsifikasi di hilus berkomplikasi dan menyebar

secara : a). Per kontinuitatum, yakni menyebar ke skitarnya, b).

Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun

sebelahnya, c). Secara limfogen, d). Secara hematogen

b. Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder) :

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan

atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh

menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk.

Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang

berlokasi di regio atas paru (apikal-posterior lobus superior atau

inferior). Invasinya ke daerah parenkhim dan tidak ke nodus hiler

paru.Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia

6
kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu

granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans

(sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan

berbagai jaringan ikat.

5. Klasifikasi Tuberkulosis

a) TB Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,

tidak termasuk pleura.

1) Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)

TB paru dibagi atas:

 Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:

 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen

dahak menunjukkan hasil BTA positif

 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan

BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan

gambaran tuberkulosis aktif

 Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan

BTA positif dan biakan positif

 Tuberkulosis paru BTA (-)

 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA

negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi

menunjukkan tuberkulosis aktif

7
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif

dan biakan M. tuberculosis

2) Berdasarkan tipe pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :

a. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan

dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu

bulan.

b. Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah

mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan

sembuh ataupengobatan lengkap, kemudian kembali lagi

berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau

biakan positif.

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran

radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala

klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :

 Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur,

keganasan dll)

 TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis

yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis

8
c. Kasus defaulted atau drop out

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan

dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatannya selesai.

d. Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau

kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan

sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.

e. Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif

setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2

dengan pengawasan yang baik

f. Kasus Bekas TB:

 Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila

ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB

yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran

yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan

lebih mendukung

 Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan

telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto

toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi

9
b) TUBERKULOSIS EKSTRA PARU

Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ

tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak,

tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.

Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi

anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan

pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan

konsisten dengan TB ekstraparu aktif

6. Tanda-tanda Klinis

Tanda-tanda klinis dari tuberkulosis adalah terdapatnya keluhan-

keluhan berupa:

a. Batuk >2 minggu

b. sputum mukoid atau purulent

c. nyeri dada

d. hemoptysis

e. dispnea

f. demam dan berkeringat, terutama pada malam hari

g. berat badan berkurang

h. anoreksia

i. malaise

j. ronki basah di apeks paru

k. wheezing (mengi) yang terlokalisir

10
Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksi. Pada tife

infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat

berupa gejala neumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala

tuberculosis, primer dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan

efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri

pleura dan sesak nafas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat

sembuh dengan sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhan berkisar

sekitar 50%.

Pada tuberculosis postprimer terdapat gejala penurunan berat badan,

keringat dingin pada malam hari, temperature subfebris, batuk berdahak

lebih dari dua minggu, sesak nafas, hemoptysis akibat dari terlukanya

pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga menyebabkan bercak-bercak

darah pada sputum, sampai ke batuk darah yang massif. Tuberculosis

postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan

gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosis miliar, peritonitis dengan

fenomena papan catur, tuberculosis ginjal, sendi, dan tuberculosis pada

kelenjar limfe di leher, yakni berupa skrofuloderma.

7. Diagnosis

Hasil Anamnesis (Subjective)

Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB.

Gejala umum TB paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu, yang

disertai:

11
a. Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas, hemoptisis) dan

b. Gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, penurunan berat badan,

keringat malam dan mudah lelah.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang (Objective)

1. Pemeriksaan Fisik

Kelainan pada TB paru tergantung luas kelainan struktur paru.

Pada awal permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit sekali

menemukan kelainan. Pada auskultasi terdengar suara napas

bronchial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah di apex paru,

tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Tes Darah: dapat mendeteksi anemia, penuruan natrium, dan

peningkatan kalsium, limfositosis/monositosis, LED meningkat,

Hb turun.

b. Tes Mantoux: sangat positif pada TB paru pascaprimer (indurasi

kulit >5mm dengan unit tuberculin intradermal; dibaca pada hari

ketiga). Sering negatif pada TB milier (penurunan respons pejamu)

dan HIV (penurunan imunitas selular).

c. Tes Heaf (tes skrining; sekarang jarang digunakan): suatu cincin

dengan enam cocokan peniti yang dibuat melalui larutan tuberculin

pada lengan bawah. Tidak adanya respons pada hari ke 4-7 (derajat

0) memperlihatkan kurangnya imunitas: 4-6 nodul diskret (derajat

12
1) atau suatu cincin yang terbentuk melalui koalisi semua cocokan

peniti (derajat 2) menunjukkan imunitas. Satu nodul yang dibentuk

dengan mengisi cincin (derajat 3) menggambarkan baru saja terjadi

kontak atau infeksi tuberculosis dini, dan suatu nodul >5-7 mm

dengan vesikel atau ulserasi permukaan (derajat 4) menunjukkan

infeksi.

d. Mikrobiologi: basil tahan asam dapat dideteksi pada sputum atau

bilasan paru yang menggunakan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Cara

pengambilan dahak 3 kali (SPS):

 Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

 Pagi ( keesokan harinya )

 Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)

 Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah

bila:

3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali, kemudian

bila 1 kali positif, 2 kali negatif BTA positif

bila 3 kali negatif BTA negative

 Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO). Skala IUATLD (International Union Against

Tuberculosis and Lung Disease) :

13
 Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut

negatif

 Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah

kuman yang ditemukan

 Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut +

(1+)

 Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)

 Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

e. Histopatologi: aspirasi pleura dengan biopsi mengkonfirmasi TB

pada ~90% pasien dengan efusi pleura. Biopsi hati akan

menemukan TB milier pada ~60% kasus.

f. Radiologi Dada: pembentukan bayangan di lobus bawah sangat

menunjang. Kavitas di apeks, efusi pleura, dan pneumotoraks dapat

terjadi. Pada TB milier, nodul kecil yang tersebar luas (diameter 2-

3 mm) secara difus menyebar ke seluruh paru (bayangan milier),

dan mudah luput dari penglihatan.

14
15
3. Penegakan Diagnosis (Assessment)

 Diagnosis pasti TB

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang (sputum untuk dewasa, tes tuberkulin

pada anak)

 Kriteria Diagnosis

Berdasarkan International Standards for Tuberkulosis (ISTC 2014)

Standar Diagnosis

a. untuk memastikan diagnosis lebih awal, petugas kesehatan

harus waspada terhadap individu dan grup dengan faktor resiko

TB dengan melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan

diagnostik yang tepat pada mereka dengan gejala TB.

b. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung

selama >2 minggu yang tidak jelas penyebabnya, harus

dievaluasi untuk TB.

c. Semua pasien yang diduga menderita TB dan mampu

mengeluarkan dahak, harus diperiksa mikroskopis spesimen

asupan sputum/dahak minimal 2 kali atau 1 spesimen sputum

untuk pemeriksaan Xpert MTB/RIF, yang diperiksa di

laboratorium yang kualitasya terjamin, salah satu diantaranya

adalah spesimen pagi. Pasien dengan resiko resistensi obat,

resiko HIV atau sakit parah sebaiknya melakukan pemeriksaan

Xpert MTB/RIF sebagai uji diagnostic awal. Uji serologi darah

16
dan interferongamma release assay sebaiknya tidak digunakan

untuk mendiagnosis TB aktif.

d. Semua pasien yang diduga tuberculosis ekstra paru, spesimen dari

organ yang terlibat harus diperiksa secara mikrobiologis dan

histologis. Uji Xpert MTB/RIF direkomendasikan sebagai pilihan

uji mikrobiologis untuk pasien terduga meningitis karena

membutuhkan penegakan diagnosis yang cepat.

e. Pasien terduga TB dengan asupan dahak negative, sebaiknya

dilakukan pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan kultur dahak. Jika

asupan dan uji Xpert MTB/RIF negatif pada pasien dengan gejala

klinis mendukung TB, sebaiknya segera diberikan pengobatan anti

tuberculosis setelah pemeriksaan kultur.

17
8. Penatalaksanaan

Kategori Kasus Paduan obat yang Keterangan


diajurkan

I - TB paru BTA +, 2 RHZE / 4 RH atau


BTA - , lesi 2 RHZE / 6 HE
luas
*2RHZE / 4R3H3

II - Kambuh -RHZES / 1RHZE / sesuai Bila streptomisin


hasil uji resistensi atau alergi, dapat
- Gagal 2RHZES / 1RHZE / 5 RHE diganti
pengobatan kanamisin
-3-6 kanamisin, ofloksasin,
etionamid, sikloserin / 15-18
ofloksasin, etionamid,
sikloserin atau 2RHZES /
1RHZE / 5RHE

II - TB paru putus Sesuai lama pengobatan


berobat sebelumnya, lama berhenti
minum obat dan keadaan
klinis, bakteriologi dan
radiologi saat ini (lihat
uraiannya) atau
*2RHZES / 1RHZE /
5R3H3E3

III -TB paru BTA 2 RHZE / 4 RH atau


neg. lesi minimal
6 RHE atau
*2RHZE /4 R3H3

IV - Kronik RHZES / sesuai hasil uji


resistensi (minimal OAT
yang sensitif) + obat lini 2
(pengobatan minimal 18
bulan)

IV - MDR TB Sesuai uji resistensi +


OAT lini 2 atau H seumur
hidup

18
 PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS

a. Kehamilan

Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda

dengan pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir

semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin.

Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat

permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan

keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu

dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat

penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi

yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB.

b. Ibu menyusui dan bayinya

Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda

dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk

ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus

mendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat

merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB kepada

bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat

terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada

bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.

19
c. Efek Samping OAT

Efek samping Kemungkinan Tatalaksana


Penyebab
Minor OAT
diteruskan
Tidak nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin Obat diminum
malam
sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin
/allopurinol
Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki INH Beri vitamin B6
(piridoksin) 1 x
100 mg perhari
Warna kemerahan pada air seni Rifampisin Beri
penjelasan,
tidak perlu
diberi apa-apa
Mayor Hentikan obat

Gatal dan kemerahan pada Semua jenis OAT Beri


kulit antihistamin
dan dievaluasi
ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin
dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin
(vertigo dan nistagmus) dihentikan
Ikterik / Hepatitis Imbas Obat Sebagian besar OAT Hentikan
(penyebab lain disingkirkan) semua OAT
sampai ikterik
menghilang
dan boleh
diberikan
hepatoprotektor
Muntah dan confusion Sebagian besar OAT Hentikan
(suspected drug-induced pre- semua OAT
icteric hepatitis) dan lakukan uji
fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan
etambutol
Kelainan sistemik, termasuk Rifampisin Hentikan
syok dan purpura rifampisin

20
9. Komplikasi

 Batuk darah

 Pneumotoraks

 Gagal napas

 Gagal jantung

 Efusi pleura

10. Prognosis

Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi

sesuai dengan ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid,

prognosis menjadi kurang baik.

Kriteria hasil pengobatan:

a. sembuh: pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap

dan pemeriksaan apusan dahak ulang (follow up), hasilnya negative

pada foto toraks AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.

b. Pengobatan lengkap: pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya

secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan asupan dahak ulang

pada foto toraks AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.

c. Meninggal: pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena

sebab apapun.

d. Putus berobat (default): pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-

turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

21
e. Gagal: pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau selama pengobatan.

f. Pindah (transfer out): pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan

pelaporan (register) lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menular

dan disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan

pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit tuberculosis ini

biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh

termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10

minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif

karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Dalam jaringan tubuh kuman

ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. PDPI. Jakarta. 2011.

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011)

2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI . 2011. (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, 2011)

3. Panduan tatalaksana tuberkulosis sesuai ISTC dengan strategi DOTS

untuk praktik dokter swasta (DPS). Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta. 2012. (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2012)

4. Tuberculosis Coalition for Technical Assistence. International standards

for tuberculosis tare (ISTC). 3nd Ed. Tuberkulosis Coalition for Technical

Assistence. The Hague. 2014. (Tuberculosis Coalition for Technical

Assistence, 2014)

5. P.T. Ward, Jeremy et al. 2008. At a Glance Sistem Respirasi ed. 2. Jakarta:

Erlangga Medical Series

6. Rab, Tabrani. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: TIM

24

Anda mungkin juga menyukai