Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

Panggul sempit adalah kurangnya salah satu ukuran panggul satu


sentimeter atau lebih dari ukuran normal atau panggul sempit absolut yang ukuran
konjugata diagonalisnya 5,5 cm. Pada panggul sempit absolut berarti bahwa
semua persalinan anak hidup maupun mati akan dilahirkan dengan
jalan sectio caesaria. Beberapa terminologi klinis yang harus diketahui yang
berkaitan dengan perbandingan antara beratnya janin dengan ukuran panggul
adalah terminologi disproporsi sevalopelvik, yaitu ketidakseimbangan antara
besarnya janin dibandingkan dengan ukuran panggul (Manuaba, 2008).

Disproporsi fetopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati


panggul. Disproporsi dapat absolut atau relatif. Absolut apabila janin sama sekali
tidak akan dengan selamat dapat melewati jalan lahir. Disproporsi relatif terjadi
apabila faktor-faktor lain ikut berpengaruh. Panggul yang sedikit sempit dapat
diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, kelonggaran jaringan lunak, letak,
presentasi, dan kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala
janin untuk mengadakan moulage. Sebaliknya kontraksi yang jelek, jaringan
lunak yang kaku, kedudukan abnormal dan ketidakmampuan kepala untuk
mengadakan moulage sebagaimana mestinya, semuanya dapat menyebabkan
persalinan vaginal tidak mungkin (Oxorn, 2010).

Dalam obstetri bukan panggul sempit secara anatomis, lebih penting lagi
ialah panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan
panggul. Kondisi panggul sempit dikenal pula dengan sebutan Cephalo Pelvic
Disproportion (CPD). Berdasarkan data American College of Nurse
Midwives (ACNM), Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) ditemukan pada 1 dari
250 kehamilan. CPD terjadi jika kepala bayi atau ukuran tubuh bayi lebih besar
dari pada luas panggul ibu, sehingga dalam proses persalinan, bayi tidak mungkin
dapat melewati panggul ibu, jika telah diketahui adanya kondisi CPD, maka jalan
paling aman untuk melahirkan adalah melalui bedah sesar (Sulaiman, 2006).

4
A. UKURAN PANGGUL SEMPIT

Meskipun persoalannya adalah hubungan antara panggul dengan janin


tertentu, pada beberapa kasus panggul sedemikian sempitnya sehingga janin
normal tidak akan dapat lewat. Ukuran yang sempit dapat berada pada setiap
bidang : Pintu Atas Panggul (PAP), Pintu Tengah Panggul (PTP) dan Pintu
Bawah Panggul (PBP). Kadang-kadang seluruh bidangnya sempit atau
panggul sempit menyeluruh (Oxorn, 2010).

Kapasitas panggul tidak memadai yaitu situasi yang muncul akibat


kukurangnya ukuran panggul, ukuran janin yang berlebihan, atau yang lebih
sering kombinasi keduanya. Setiap penyempitan garis tengah panggul yang
mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia selama
persalinan. Terdapat penyempitan pada Pintu Atas Panggul (PAP), Pintu
Tengah Panggul (PTP) dan Pintu Bawah Panggul (PBP) atau penyempitan
akibat kombinasi faktor-faktor tersebut (Kannet, 2009).

1. Kesempitan Pintu Atas Panggul

Pintu Atas Panggul (PAP) dianggap sempit jika


diameter anteroposterior terpendeknya kurang dari 10 cm atau jika
diameter transversal terpanjangnya kurang dari 12 cm.
Diameter anteroposterior pintu atas panggul diperkirakan secara manual
dengan mengukur konjugata diagonal yang berdiameter 1,5 cm lebih
besar. Oleh karena itu, penyempitan Pintu Atas Panggul (PAP)
didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5 cm
(Kanneth, 2009).

Sebelum persalinan, diameter biparietal janin menunjukkan


berukuran rata-rata dari 9,5 hingga 9,8 cm. Oleh karena itu, mungkin sulit
atau bahkan tidak mungkin bagi sebagian janin untuk melewati pintu atas
dengan diameteranteroposterior kurang dari 10 cm. Insiden pelahiran
yang sulit meningkat jika diameter anteroposterior pintu atas kurang dari
10 cm (Kanneth, 2009).

2. Kesempitan Pintu Tengah Panggul

Penyempitan Pintu Tengah Panggul (PTP), situasi yang sering


dijumpai daripada pintu atas. Keadaan ini sering menyebabkan kemacetan
melintang kepala janin yang berpotensi mengharuskan penanganan dengan

5
tindakan forsep yang sulit atau sectio cesarea. Bidang obstetri tengah
panggul membujur dari batas inferior simfisis pubis melalui spina
iskiadika dan menyentuh sakrum dekat sambunganvertebrata keempat dan
kelima (Kanneth, 2009). Menurut Sulaiman (2005), ukuran rata-rata
tengah panggul, yaitu :

a. Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah :


1) Diameter transversa (diameter antar kedua spina) yaitu dengan
ukuran 10,5 cm.
2) Diameter anteroposterior dari pertengahan garis antar kedua spina
ke pertemuan sakral keempat dan kelima yaitu 5 cm.

b. Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :


1) Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5
cm atau kurang (normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2) Diameter antara spina < 9 cm.

c. Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara


klinis, harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga
menduga adanya kesempitan bidang tengah panggul jika :
1) Spina iskiadika sangat menonjol.
2) Dinding samping panggul konvergen.
3) Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.

d. Prognosis
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan
gangguan putaran paksi jika diameter antara kedua spina < 9 cm
sehingga kadang-kadang diperlukan sectio caesarea.

3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu Bawah Panggul (PBP) biasanya didefinisikan sebagai


penurunan diameter tuberosum interiskiadika menjadi 8 cm atau kurang.
Penyempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan distosia tetapi
lebih jarang dibandingkan dengan penyempitan tengah panggul.
Penyempitan pintu bawah jarang terjadi tanpa disertai penyempitan tengah
panggul (Kanneth, 2009).

6
4. Fraktur Pelvis dan Penyempitan yang Jarang

Trauma akibat kecelakaan kendaraan bermotor merupakan kausa


tersering fraktur panggul. Pada fraktur bilateral ramus pubis, sering terjadi
gangguan kapasitas jalan lahir akibat pembentukan kalus. Riwayat fraktur
panggul menunjukkan perlunya dilakukan evaluasi cermat terhadap foto
sinar-X (Kanneth, 2009).

B. ETIOLOGI TIMBULNYA KELAINAN PANGGUL

Menurut Sulaiman (2005), penyebab dari timbulnya kelainan panggul


seseorang adalah sebagai berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh yaitu semua ukuran kecil.
b. Panggul picak yaitu ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang
biasa.
c. Panggul sempit picak yaitu semua ukuran kecil tapi terlebihnya
ukuran muka belakang.
d. Panggul corong yaitu pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul
sempit.
e. Panggul belah yaitu symfisis terbuka.

2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya.


a. Panggul rachitis adalah panggul picak, panggul sempit, seluruh
panggul sempit picak dan lain-lain.
b. Panggul osteomalasia adalah panggul sempit melintang.
c. Radang artikulasi sakroiliaka adalah panggul sempit miring.
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang.
a. Kifosis di daerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong.
b. Skoliosis didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit
miring.

Menurut Sulaiman (2005), kemungkinan seseorang dengan


panggul sempit jika :
1. Pada palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun setelah
minggu ke-36.
2. Pada primipara ada perut menggantung.
3. Pada anamnesa, multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.
4. Ada kelainan letak pada hamil tua.

7
5. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dan lain-
lain).

C. PENGARUH PANGGUL SEMPIT

Menurut Sulaiman (2005), panggul sempit mempunyai pengaruh yang


besar pada kehamilan maupun persalinan yaitu :

1. Pengaruh Pada Kehamilan


Panggul sempit dapat mempengaruhi kehamilan antara lain sebagai
berikut :
a. Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata.
b. Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi
gravida fundusatau gangguan peredaran darah.
c. Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut
menggantung.
d. Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan
tanda panggul sempit (abdomen pendulum).
e. Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir.
f. Dapat menimbulkan presentasi muka, letak lintang dan letak
sungsang.

2. Pengaruh Pada Persalinan


Persalinan lebih lama dari biasanya karena :
a. Gangguan Pembukaan
b. Banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak.
c. Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum
waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul
selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan
servix karena tertahan pada pintu atas panggul.

D. PEMERIKSAAN PANGGUL

Pemeriksaan panggul luar dapat dilakukan oleh seorang bidan saat ibu
hamil melakukan pemeriksaan Antenatal Care (sumarah, 2009).

1. Pemeriksaan Panggul Luar, yaitu :

8
a. Distansia spinarum, jarak antara kedua spina iliaka anterior superior
sinistradan dekstra, jaraknya 24-26 cm.
b. Distansia kristarum, jarak antara kedua krista iliaka kanan dan kiri
28-30 cm.
c. Konjugata eksterna (Boudeloque) merupakan jarak antara bagian
atas simfisisdan prosesus spinosus lumbal 5, jaraknya 18-20 cm.
d. Ketiga distansia ini diukur dengan jangka panggul.
e. Lingkar panggul yaitu jarak antara tepi atas symfisis pubis ke
pertengahan antaratrokhanter dan spina iliaka anterior
superior kemudian ke lumbal ke-5 kembali ke sisi sebelahnya sampai
kembali ke tepi atas symfisis pubis. Normal 80-90 cm.

2. Pemeriksaan Klinis yaitu Pengukuran Konjugata Diagonalis dengan


Pemeriksaan Dalam yaitu :
Teknisnya memasukkan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) ke
jalan lahir sehingga menyentuh bagian tulang belakang
atau promontorium. Setelah itu, hitung jarak dari tulang kemaluan
hingga promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan
pintu tengah panggul. Jarak minimal antara tulang kemaluan
dengan promontorium adalah 11 cm. Panggul tengah diukur dengan cara
memeriksaspina ischiadika atau tonjolan tulang panggul yang teraba
menonjol atau tidak, dan sudut tulang kemaluan lebih dari 90 derajat
dan intertuberosum lebih dari 8 cm untuk mengetahui panggul bawah luas
(Rohani, 2011).

3. Pemeriksaan Radiologi/rontgen
Dilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan alat
rontgen. Hasil foto kemudian dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul.
Mulai dari pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah
panggul (Cunningham, 2006).

E. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Cephalo Pelvic Disproportion, menurut


Cunningham (2006), yaitu :

1. Persalinan Percobaan
Persalinan percobaan adalah percobaan untuk melakukan
persalinan per vaginam pada wanita dengan panggul yang relatif sempit.

9
Tindakan partus percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD,
dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan
persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase aktif.
Penilaian berdasarkan komponen kemajuan persalinan yang terdiri dari :
a. Pembukaan Serviks.
b. Turunnya Kepala.
c. Putaran paksi dalam yang penilaiannya dilakukan setiap 2 jam.

Bila terdapat perubahan yang bermakna dari komponen yang


dinilai maka partus percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan.
Bila dari 3 komponen tesebut tidak ada kemajuan yang bermakna maka
partus percobaan dikatakan gagal dan dipastikan ada Cephalo Pelvic
Disproportion (CPD), persalinan dilanjutkkan dengan sectio
caesarea (Cunningham, 2006).

2. Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus.
Pembedahan caesarea profesional yang pertama dilakukan diAmerika
Serikat pada tahun 1827. Dilondon dan Edinbrugh pada tahun 1877, dari
35 pembedahan caesarea terdapat 33 kematian ibu. Menjelang tahun 1877
sudah dilaksanakan 71 kali pembedahan caesarea diAmerika Serikat.
Angka mortalitasnya 52% yang terutama disebabkan oleh infeksi dan
perdarahan (Oxorn, 2011).
Sectio caesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau Cephalo Pelvic
Disproportion yang nyata. Sectio caesareaelektif atau terencana
adalah Sectio caesarea yang dilakukan selama kehamilan, sebelum
dimulainya awal persalinan (Baston, 2012).
a. Persiapan Masuk ke Ruang Bedah
Menurut Baston (2012), hal-hal yang perlu dipersiapan sebelum
masuk ke ruang bedah yaitu :
1) Ibu harus diberitahu secara terperinci mengapa pembedahan
dianggap sebagai cara yang paling tepat untuk melahirkan bayinya
dengan aman (RCOG, 2006).
2) Ibu harus terus diberitahu dan diminta izinnya, sebelum melakukan
tindakan apapun terhadap dirinya.
3) Persetujuan lisan dari ibu harus diperoleh melalui diskusi sebelum
diminta untuk menandatangani formulir persetujuan.

10
4) Persiapan darah, jika ibu dalam keadaan tidak sehat, darah tersebut
bisa digunakan.
5) Mengosongkan kandung kemih, untuk menghindari risiko kerusakan
kandung kemih selama pembedahan.
6) Kateter urine perlu dipasang pada ibu dengan cara-cara
yang menghormati privasi dan martabat ibu.
7) Rambut pubis perlu dicukur habis, tetapi bukan diantara kedua paha.
8) Perhiasan harus dilepaskan.
9) Infus intravena dapat dipasang.

b. Di ruang Bedah
Menurut Baston (2012), persiapan pasien pada saat diruang
bedah adalah sebagai berikut:
1) Anastesi Untuk Pelahiran
Persepsi bedah sesar yang positif dikaitkan dengan anastesi
regional (Fawcett dkk, 1992, Reichert dkk, 1993). Dalam periode
2005-2006, hanya 5 % bedah sesar elektif dan kurang dari 10 %
bedah sesar darurat yang dilakukan dibawah pengaruh anastesi
umum (The Information Centre, 2007). Anastesi spinal
berkontribusi dalam 67 % bedah sesar elektif dan 30 % bedah sesar
darurat, dengan jumlah yang kecil tetapi cenderung meningkat,
dalam bentuk kombinasi teknik anestesi epidural dan spinal (The
Information Centre, 2007.
2) Teknik bedah : Insisi dan Penutupan.
3) Perlindungan Antibiotik.
Untuk menurunkan kejadian infeksi pascabedah, antibiotik
profilaktik secara rutin diberikan kepada para ibu yang menjalani
bedah sesar (Hopkins & Small, 1999).
4) Pelahiran
Saat bayi lahir, sang ibu harus segera melihatnya dan komentar
sekilas akan diberikan jika bayinya membutuhkan asuhan ahli
pediatri.

c. Asuhan Pascabedah Setelah Sectio Caesarea

(1) Asuhan postnatal awal


(a) Antibiotik Profilaksis
Sebelum ibu meninggalkan kamar operasi, ibu akan
mendapatkan dosis antibiotik profilaksis. Seperti yang dinyatakan
dalam laporan Confidental Enquiry into Maternal and Child

11
Health (CEMACH). Hofmeyr & Smaill (2002) melakukan tinjauan
sistematika untuk mengkaji efektivitas terapi antibiotik
dalam mengurangi insiden infeksi setelah pelahiran sectio
caesarea. Hopkins dan Smaill (1999) mengeksplorasi regimen obat
yang paling tepat digunakan. Mereka menemukan
bahwa ampisilin dansefalosporin memiliki aktivitas yang sama dan
bahwa satu dosis obat tersebut yang diberikan dikamar operasi
mungkin adekuat (Baston, 2012).

(b) Pemulihan Pascabedah


Ketika ibu keluar dari kamar operasi, terdapat periode
observasi ketat atau “pemulihan” yang selama periode tersebut
observasi teratur pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
dilakukan. Awalnya, observasi dicatat setiap lima menit, tetapi
ketika kondisi ibu tetap berada dalam parameter normal, frekuensi
observasi berkurang (setiap 15 menit, kemudian setiap setengah
jam). Selanjutnya observasi suhu dan derajat nyeri ibu serta
perdarahan ada atau tidak pada luka ibu dan mengkaji lokhea, serta
observasi infusi intravena dan kateter urin. Observasi harus dicatat
selama dua jam (Baston, 2012).

(c) Anastesi Umum


Ibu mungkin mengantuk setelah mendapatkan anastesi
umum, tetapi tingkat kesadaran ibu harus meningkat secara
bertahap. Jika ibu merasa mual, beritahu dokter agar anti-emetik
dapat diresepkan dan diberikan. Ibu tidak boleh meninggalkan
ruangan pemulihan hingga dapat mempertahankan jalan nafas,
sadar sepenuhnya dan mual serta nyeri dapat dikendalikan (Baston,
2012).

(d) Anastesi spinal


Jika efek anastesi hilang, maka ibu akan mengalami
penurunan sensasi pada setengah bagian bawah tubuhnya. Oleh
sebab itu, ibu secara otomatis tidak akan mampu menyesuaikan
postur untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat tekanan dari troli
pemulihan yang keras. Oleh sebab itu, ibu harus dibantu untuk
mengubah posisi dan titik tekan harus diobservasi untuk menilai
adanya kemerahan (Baston, 2012).

12
(e) Analgesia
Mengkaji derajat nyeri, memberi motivasi kepada ibu, jika
nyeri sudah mulai terasa (Baston, 2012).

(2) Asuhan yang kontinu

(a) Dukungan bagi ibu


Ibu dipertemukan dengan bayi dan pasangannya jika bayi
tidak memerlukan resusitasi, membantu ibu menjalankan peran
sebagai ibu, seperti dalam menyusui.

(b) Memberi susu pada bayi


Memberi bantuan pada ibu dalam menyusui, menyusui
dapat dilakukan dalam posisi berbaring dan ibu memberi susu pada
bayinya harus dalam kesadaran penuh.

(c) Mobilitas
Ibu harus dimotivasi untuk turun dari tempat tidur dalam
beberapa jam, saat duduk dikursi, kaki harus diletakkan di atas
bangku kecil untuk mencegah tegangan tambahan pada otot
abdomen. Ketika berjalan, kehati-hatian harus dilakukan untuk
memastikan bahwa punggung lurus dan ibu melihat ke depan
bukan ke bawah.

(d) Keseimbangan cairan dan asupan diet


Ibu dapat minum air satu jam setelah melahirkan dan
makan sesegera mungkin setelah terasa lapar.

(e) Higiene personal


Membantu ibu untuk mandi atau menggantikan softek,
awalnya cukup dengan menggantikan pakaian, membasuh wajah,
menyikat gigi dan toilet perineal. Bantuan selalu diberikan kepada
ibu jika mengalami kesulitan berdiri, berjalan dan membawa
perlengkapan mandi sementara memegang luka abdomen.

(f) Asuhan Luka


Balutan harus dibuka satu hari setelah melahirkan dan
diinspeksi untuk memastikan bahwa luka kering dan ujung kulit
menutup dengan rapat. Memberi motivasi pada ibu untuk melihat
lukanya, karena dugaan ibu lebih buruk daripada kenyataannya.

13
d. Lama rawat inap di rumah sakit

Lama rawat inap di rumah sakit setelah Sectio Caesaria (SC)


dilaporkan antara dua hari hingga empat hari, tanpa memperhatikan
apakah pembedahan efektif atau tidak (The Informatipn Centre, 2007).
Secara ideal ibu harus mampu memutuskan kapan ibu merasa siap
untuk pulang. Keputusan ini bergantung pada kepercayaan diri ibu
terkait asuhan yang akan diberikan pada bayinya(Baston, 2012).

F. ANATOMI PANGGUL NORMAL

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai (Rohani, 2011).

1. Jalan Lahir Keras (Tulang Panggul)


Tulang panggul tersusun atas empat tulang, yakni dua tulang
koksa, sakrum, dan koksigis yang dihubungkan oleh tiga sendi. Os koksa
dibagi menjadi os. illium, os. iskium dan os. pubis. Bagian-bagian os.
illium yang penting adalah krista iliaka, spina ischiadika anterior superior,
spina iliaka anterior inferior, spina iliaka posterior inferior, dan spina
iliaka posterior superior. Bagian-bagian os. iskium yang penting adalah
tuber ischii dan spina ischiadika. Bagian-bagian os. pubis yang penting
adalah simfisis pubis dan arkus pubis (Rohani, 2011).
Bagian anterior pintu atas panggul yaitu batas atas panggul
dibentuk oleh tepi atas tulang pubis, bagian lateralnya dibentuk oleh linea
illiopektinea, yakni sepanjang jalan inominata dan bagian posteriornya
dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sakrum dan promontorium sakrum.
Rongga panggul tengah adalah saluran lengkung yang memiliki dinding
anterior pendek, dinding posterior jauh lebih cembung dan panjang.
Rongga panggul melekat pada bagian posterior simfisis pubis, iskium,
sebagian illium, sakrum, dan koksigis (Rohani, 2011).
Pintu bawah panggul adalah batas bawah panggul sejati, dilihat
dari bawah berbentuk lonjong, di bagian anterior dibatasi lengkung pubis,
di bagian lateral olehtuberositas iskium, dan di bagian posterior oleh ujung
koksigis. Diameter bidang pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu
bawah panggul dan sumbu jalan lahir menentukan mungkin tidaknya
persalinan per vaginam berlangsung dan bagaimana janin dapat menuruni
jalan lahir (Rohani, 2011).

14
Gambar 1 Bagian tulang panggul

2. Bidang-bidang Panggul
Bidang Hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk
menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan kepala
melalui pemeriksaan dalam/vaginal toucher (Rohani, 2011).

Bidang Hodge terbagi empat antara lain sebagai berikut :


a. Bidang Hodge I : bidang setinggi pintu atas panggul (PAP)
yang dibentuk olehpromontorium, artikulasio sakro-iliaka, sayap
sakrum, linea inominata, ramus superior os. pubis, tepi atas simfisis
pubis.
b. Bidang Hodge II : bidang setinggi pinggir bawah simfisis pubis,
berhimpit dengan pintu atas panggul (PAP) atau Hodge I.
c. Bidang Hodge III : bidang setinggi spina
ischiadica berhimpit dengan PAP (Hodge I).
d. Bidang Hodge IV : bidang setinggi ujung koksigis berhimpit dengan
PAP (Hodge I).

15
Saat ini bidang Hodge sudah tidak dipergunakan menjadi acuan
dalam pemeriksaan dalam vagina (vaginal toucher), namun yang
digunakan adalah station.Station adalah hubungan antara bagian terendah
dari bagian bawah janin dengan garis bayangan yang ditarik antara dua
spina ischiadika pada panggul perempuan. Bagian terendah dari janin
setinggi spina ischiadika disebut station 0. Station diukur dengan cara ke
atas atau ke bawah dari spina ischiadika dan bagian atasnya adalah -1, -2,
-3, -4, -5, dan bagian bawah adalah +1, +2, +3, +4, +5. Station -5 berarti
kepala belum masuk PAP dan +5 berarti kepala tampak di pintu vagina.
(Rohani, 2011).

Gambar 2.4 Bidang-bidang Hodge

3. Ukuran-ukuran Panggul
a. Pintu Atas Panggul
Dari ukuran-ukuran PAP, konjugata vera (CV) adalah ukuran
terpenting dan satu-satunya ukuran yang dapat diukur dengan mengurangi
konjugata diagonalis dengan 1,5-2 cm, bergantung dari lebar dan inklinasi
simfisis (Cunningham, 2006).

16
b. Bidang Tengah Panggul
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diukur secara
klinis dan memerlukan pemeriksaan rontgen. Panggul tengah setinggi
spina iskiadika (bidang tengah, atau bidang dimensi panggul terkecil)
mempunyai makna khusus setelahengagement kepala janin pada partus
macet. Diameter interspinarum 10 cm atau lebih sedikit, biasanya
merupakan diameter panggul terkecil. Diameter anteroposterior,
setinggi spina iskiadika, normalnya berukuran sekurangnya 11,5 cm.
Komponen posterior (diameter sagital posterior), antara sakrum dengan
garis yang dibentuk oleh diameter interspinarum, biasanya setidaknya
berukuran 4,5 cm (Cunningham, 2006).

c. Pintu Bawah Panggul


Perhatikan, bentuk arkus pubis hendaknya merupakan sudut yang
tumpul. Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang kurang lebih
berbentuk segitiga, tidak pada satu bidang namun mempunyai dasar yang
sama, yaitu garis yang ditarik antara dua tuberositas iskii.
Segitiga anterior dibentuk oleh daerah di bawah arkus pubis.
Tiga diameter pintu bawah panggul biasanya disebut sebagai
anterior posterior, transversal, dan sagital posterior. Diameter
anteroposterior (9,5 cm sampai 11,5 cm) tebentang dari tepi bawah
simfisis pubis sampai keujung sakrum.
Diameter transversal (11 cm) adalah jarak antara tepi-tepi dalam
tuberositas iskii.Diameter sagital posterior terbentang dari ujung sakrum
ke perpotongan tegak lurus dengan suatu garis antar kedua tuberositas
iskii. Diameter sagital posterior pintu bawah yang normal biasanya lebih
dari 7,5 cm (Cunningham, 2006).
Secara fungsional, terdapat dua besar bagian
panggul menurut Ari, (2010), yaitu :
1) Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea
terminalis, disebut juga false pelvic.
2) Pelvis minor adalah bagian pelvis yang terletak disebelah bawah linea
terminalis, disebut sebagai true pelvic. Bagian ini adalah bagian yang
mempunyai peranan penting dalam obstetrik dan harus dikenal serta
dinilai sebaik-baiknya untuk dapat menggambarkan proses persalinan.

4. Ukuran-ukuran Luar dan Dalam Panggul


Menurut Rohani (2011), ukuran-ukuran luar dan
dalam panggul adalah sebagai berikut :

17
a. Ukuran Luar Panggul
1) Distansia spinarum, jarak antara kedua spina iliaka anterior
superior sinistra dan dekstra, jaraknya 24-26 cm.
2) Distansia kristarum, jarak antara kedua krista iliaka kanan dan kiri
28-30 cm.
3) Konjuga eksterna (Boudeloque) merupakan jarak antara
bagian atas simfisisdan prosesus spinosus lumbal 5, jaraknya 18-
20 cm.
4) Ketiga distansia ini diukur dengan jangka panggul.
5) Lingkar panggul yaitu jarak antara tepi atas symfisis pubis ke
pertengahan antara trokhanter dan spina iliaka anterior
superior kemudian ke lumbal ke-5 kembali ke sisi sebelahnya
sampai kembali ke tepi atas symfisis pubis. Normal 80-90 cm.
Mengukur lingkar panggul menggunakan meteran.

b. Ukuran Dalam Panggul


1) Konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis 10,5-11 cm.
2) Konjugata transversa 12-13 cm.
3) Konjugata obliqua 13 cm.
4) Konjugata diagonal 12,5 cm.

5. Jenis-jenis Panggul
Menurut Caldwell dan Moloy dalam Cunningham (2006), bentuk
panggul di bagi dalam empat jenis pokok. Jenis-jenis panggul ini dengan
ciri-ciri pentingnya adalah:
a. Panggul Ginekoid (tipe wanita klasik)
b. Diameter sagital posterior pintu atas panggul hanya sedikit lebih
pendek dari diameter sagital anteriornya. Sisi segmen posteriornya
berbentuk bulat dan lebar. Karena diameter transversal pintu atas
panggul sedikit lebih besar dari atau kurang lebih sama dengan
diameter anteroposterior, pintu atas panggul sedikit oval atau bulat.
Dinding samping panggul lurus, spina tidak menonjol, arkus pubis
lebar dan diameter transversal pada spina iskiadika 10 cm atau lebih.
Sakrum tidak miring ke anterior atau ke posterior. Insisura
sakroiskiadika membulat dan tidak pernah menyempit. Caldwell dan
rekan (1939) memastikan frekuensi keempat tipe induk panggul
dengan mempelajri koleksi todd, dan mereka melaporkan panggul
ginekoid ditemukan pada hampir 50% wanita.
c. Panggul Android (mirip panggul pria)

18
d. Diameter sagital posterior pintu atas panggul jauh lebih pendek dari
pada diameter sagital anteriornya, sehingga membatasi penggunaan
ruang posterior oleh kepala janin. Sisi segmen posteriornya tidak
membulat melainkan cenderung membentuk suatu tonjolan di titik
pertemuannya dengan sisi segmen anterior yang sesuai. Panggul
android ekstrem menandai prognosis pelahiran per vaginam yang
sangat buruk. Frekuensi tindakan forseps yang sulit meningkat cukup
besar jika terdapat panggul android yang kecil. Pada koleksi Todd,
panggul tipe android meliputi sepertiga dari panggul tipe murni yang
ditemukan pada wanita kulit putih dan seperenam pada wanita bukan
kulit putih.
e. Panggul Antropoid (mirip panggul kera anthropoid)
f. Diameter anteroposterior pintu atas tipe panggul ini lebih besar dari
pada diameter transversalnya. Hal ini menyebabkan diameter
anteroposterior berbentuk oval, dengan segmen anterior yang agak
sempit dan runcing. Insisura sakroiskiadika besar, dan dinding
sampingnya seringkali konvergen. Sakrum biasanya mempunyai enam
segmen lurus, sehingga membuat panggul antropoid lebih dalam
dibanding tipe-tipe lainnya.
g. Spina iskiadika cenderung menonjol. Arkus subpubikus sering
menyempit tetapi bentuknya baik. Panggul tipe antropoid merupakan
seperempat dari panggul tipe murni pada wanita kulit putih dan hampir
separuh pada wanita bukan kulit putih.
h. Panggul Platipeloid (panggul pipih)
i. Panggul platipeloid ini mempunyai bentuk ginekoid pipih, dengan
diameter anteroposterior pendek dan diameter transversal yang lebar.
Diameter transversal ini berada di depan sakrum, seperti pada
panggul ginekoid tipikal. Sudut panggul anterior sangat lebar, dan
bagian puboiliaka anterior serta iliaka posterior dari linea iliopektinea
cukup melengkung.

19
`

Gambar 2 Empat tipe panggul dari klasifikasi Caldwell dan Moloy


Sumber : Cunningham (2006)

20

Anda mungkin juga menyukai