Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan refarat yang
berjudul “Tetanus”. Refarat ini merupakan salah satu syarat untuk ujian pada
Departemen Ilmu Penyakit Saraf RSUD DR RM DJOELHAM BINJAI.
Penulis menyadari bahwa refarat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga
penyusunan ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Akhir kata dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
semoga Tuhan selalu meridhoi kita semua dan tulisan ini dapat bermanfaat.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
I. Definisi ..................................................................................3
VIII. Komplikasi...................................................................................................10
IX. Penatalaksanaan...............................................................................................10
X. Prognosis
Daftar Pustaka..............................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot spasme tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung,
tetapi sebagai dampak eksotosin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh kuman
pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro
muscular (neuro muscular junction) dan saraf autonom(1).
3
BAB II
TETANUS
I. Definisi
II. Etiologi
4
tahun, dalam lingkungan yang anaerob dapat berubah menjadi bentuk
vegetative yang akan menghasilkan eksotoksin.
Kuman ini memiliki toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah,
merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang neuro
tropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot
Clostridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan
tetanolisin. Tetanospaminlah yang dapat menyebabkan penyakit tetanus.
Perkiraan dosis mematikan minimal dari kadar toksin (tenospamin)
adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau 175 nanogram
untuk 70 kilogram (154lb) manusia.
Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase, tidak
memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga
tidak menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol
positif.
Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya
terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada
suhu 249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga resisten terhadap
phenol dan agen kimia yang lainnya.
5
III. Epidemiologi
6
IV. Patogenesis
7
luka. Penyebaran melalui pembuluh darah merupakan cara yang
penting sekalipun tidak menentukan beratnya penyakit. Pada
manusia sebagian besar toksin diabsorbsi ke dalam pembuluh
darah, sehingga memungkinkan untuk dinetralisasi atau ditahan
dengan pemberian antitoksin dengan dosis optimal yang diberikan
secara intravena. Toksin tidak masuk ke dalam susunan saraf pusat
melalui peredaran darah karena sulit untuk menembus sawar otak.
Sesuatu hal yang sangat penting adalah toksin bisa menyebar ke
otot-otot lain bahkan ke organ lain melalui peredaran darah,
sehingga secara tidak langsung meningkatkan transport toksin ke
dalam susunan saraf pusat.
V. Manifestasi Klinis
Variasi masa inkubasi sangat lebar, biasanya berkisar anatara 5-14 hari.
Makin lama masa inkubasi, gejala yang timbul makin ringan. Derajat berat
penyakit selain berdasarkan gejala klinis yang tampak juga dapat diramalkan
dari lama masa inkubasi atau lama period of onset. Kekakuan dimulai pada otot
setempat atau trismus, kemudian menjalar ke seluruh tubuh, tanpa disertai
gangguan kesadaran. Kekakuan tetanus sangat khas, yaitu fleksi kedua lengan
dan ekstensi pada kedua kaki, fleksi pada kedua kaki, tubuh kaku melengkung
bagai busur(1).
8
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang
makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam
penyakit ini menjadi nyata dengan(2):
9
Klasifikasi tetanus berdasarkan derajat panyakit menurut modifikasi dari
klasifikasi Ablett’s dapat dibagi menjadi IV diantaranya, yaitu(8):
VI. Diagnosis
10
- Pada tetanus neonatorum keluhan awal berupa tidak bisa menetek
- Kejang umum episodik dicetusklan dengan rangsang minimal maupun
spontan dimana kesadaran tetap baik.
Temuan laboratorium(8):
- Lekositosis ringan
- Trombosit sedikit meningkat
- Glukosa dan kalsium darah normal
- Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat
- Enzim otot serum mungkin meningkat
- EKG dan EEG biasanya normal
- Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari
luka dapat membantu, tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan batang
gram positif berbentuk tongkat penabuh drum seringnya tidak ditemukan.
- Kreatinin fosfokinase dapat meningkat karena aktivitas kejang (> 3U/ml)
11
INFECTIONS
Meningoencephalitis Demam, trismus tidak ada, sensorium depresi, abnormal CSF
Polio Trismus tidak ada, paralisa tipe flaccid, abnormal CSF
Rabies Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya oropharingeal spasme
Lesi oropharyngeal Hanya local, regiditas seluruh tubuh atau spasme tidak ada
Peritonitis Trismus atau spasme seluruh tubuh tidak ada
KELAINAN METABOLIK
PENYAKIT CNS
KELAINAN PSYCHIATRIC
KELAINAN
MUSCULOSKLETAL
VIII. Komplikasi
12
Komplikasi pada sistem kardiovaskuler berupa takikardi, bradikardia,
aritmia, gagal jantung, hipertensi, hipotensi, dan syok. Kejang dapat
menyebabkan fraktur vertebra atau kifosis. Komplikasi lain yang dapat
terjadi berupa tromboemboli, pendarahan saluran cerna, infeksi saluran
kemih, gagal ginjal akut, dehidrasi dan asidosis metabolik(2,4,6).
IX. Penatalaksanaan
1. Dasar
a. Memutuskan invasi toksin dengan antibiotik dan tindakan bedah(1,2,4,6).
1. Antibiotik
13
Pada penderita yang sensitif terhadap penisilin maka dapat
digunakan tetrasiklin dengan dosis 25-50 mg/kg/hari, dosis maksimal
2 gr/hari dibagi 4 dosis dan diberikan secara peroral.
2. Perawatan luka
b. Netralisasi toksin(1,2,4,6).
14
Human tetanus imunoglobulin merupakan pengobatan utama
pada tetanus dengan dosis 3000-6000 unit secara IM, HTIG harus
diberikan sesegera mungkin. Kerr dan Spalding (1984) memberikan
HTIG pada neonatus sebanyak 500 IU IV dan 800-2000 IU
intrathekal. Pemberian intrathekal sangat efektif bila diberikan dalam
24 jam pertama setelah timbul gejala.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Abrutyn dan Berlin
(1991) menyatakan pemberian immunoglobulin tetanus intratekal
tidak memberikan keuntungan karena kandungan fenol pada HTIG
dapat menyebabkan kejang bila diberikan secara intrathekal.
Pemberian HTIG 500IU IV atau IM mempunyai efektivitas yang
sama.
1. Benzodiazepin
15
mg 3 kali sehari, dan pada neonatus diberikan 0,1-0,3 mg/kgBB/kali
pemberian IV setiap 2-4 jam. Pada tetanus ringan obat dapat
diberikan per oral, sedangkan tetanus lain sebaiknya diberikan drip
IV lambat selama 24 jam.
2. Barbiturat
3. Fenotiazin
2. Umum(2,6).
16
36,5oC (36-37oC), infus IV glukosa 10% dan elektrolit 100-125
ml/kgBB/hari. Pemberian makanan dibatasi 50 ml/kgBB/hari berupa ASI
atau 120 kal/kgBB/hari dan dinaikkan bertahap. Aspirasi lambung harus
dilakukan untuk melihat tanda bahaya. Pemberian oksigen melalui kateter
hidung dan isap lendir dari hidung dan mulut harus dikerjakan.
a. Tetanus ringan
b. Tetanus sedang
17
anestesia umum. Pemberian cairan parenteral, bila perlu diberikan
nutrisi secara parenteral.
c. Tetanus berat
X. Prognosis
Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -14 hari, tetapi bisa
lebih pendek atau pun lebih panjang. Berat ringannya penyakit juga
tergantung pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi
biasanya prognosa makin jelek(6,9).
18
Prognosa tetanus neonatal jelek bila(9):
Sistem Skoring(9).
Skor 1 Skor 0
Masa inkubasi <> > 7 hari
Awitan penyakit <> > 48 jam
Tempat masuk Tali pusat, uterus, fraktur Selain tempat tersebut
terbuka, postoperatif, bekas
suntikan IM
Spasme (+) (-)
Panas badan (per rektal) > 38,4 0C (> 40 0C) < 38,4 0C ( < 40 0C)
Takikardia dewasa > 120 x/menit <>
neonatus > 150 x/menit <>
19
Tingkat Skor Prognosis
Ringan 0-1 <>
Sedang 2-3 10 – 20
Berat 4 20 – 40
Sangat berat 5-6 > 50
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo, Sumarmo P. Poorwo. Herry Garna, dkk. Buku Ajar Infeksi &
Pediatric Tropis. Edisi Kedua. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Badan
Penerbit IDAI, Jakarta. 2002. Hal 322 – 329
20
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Infomedika. Jakarta. 1986. Hal
568 – 573.
3. http://tongkal09.wordpress.com/2010/04/18/tetanus-pada-anak/
4. Behrman, kligman, Arvin. Nelson. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Vol. 2.
EGC. Jakarta. 2000. Hal 1004 – 1007.
5. http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/i-wayan-arditayasa-
078114135.pdf
6. http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/tetanus.html
7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-
kiking2.pdf
8. http://www.4shared.com/document/jdZelxVS/TETANUS-1.html
9. http://karikaturijo.blogspot.com/2009/07/referat-tetanus-disusun-oleh-
mfikih.html
21