Anda di halaman 1dari 5

Analisa Metode Radial Basis Function Jaringan Saraf Tiruan

untuk Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit)


Berbasis Pengolahan Citra

Zulkifli Tahir, Elly Warni, Indrabayu, Ansar Suyuti


Laboratorium Kecerdasan Buatan
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Hasanuddin, Indonesia

Abstrak—Sekarang ini tes hematologi atau tes darah darah juga dapat menyebabkan banyaknya waktu dan
merupakan suatu pemeriksaan yang penting untuk tenaga yang diperlukan dalam proses pengidentifikasian.
mendiagnosa kondisi medis pasien. Tes ini meliputi Kekurangan pada pemeriksaan hematologi secara
pemeriksaan jumlah, bentuk dan morfologi sel darah yang manual dapat diatasi dengan menciptakan suatu sistem
hingga saat ini umumnya masih dikerjakan secara manual. otomatis dengan bantuan komputer. Manusia dengan
Pemeriksaan dengan cara manual ini sudah pasti memiliki
segala kecerdasan yang dimilikinya berusaha untuk
tingkat ketelitian dan keakuratan yang rendah karena
dilakukan oleh para dokter atau petugas laboratorium mengadopsi bentuk kecerdasannya ke dalam komputer,
kesehatan yang secara manusiawi memiliki kemungkinan maka dikembangkanlah suatu teknologi jaringan syaraf
tingkat perbedaan identifikasi. Masalah kekurangan pada tiruan yang mengadopsi kemampuan manusia dalam
pemeriksaan hematologi secara manual ini dapat diatasi melakukan keputusan, atau dengan kata lain sistem
dengan menciptakan suatu sistem cerdas otomatis dengan tersebut mempunyai kecerdasan buatan (Artificial
bantuan komputer menggunakan jaringan syaraf tiruan. Intelligent). Istilah buatan di sini digunakan karena
Pada penelitian ini dilakukan analisa terhadap jaringan jaringan syaraf ini diimplementasikan dengan
syaraf tiruan menggunakan metode Radial Basis Function menggunakan komputer yang mampu menyelesaikan
untuk menentukan morfologi sel darah merah (eritrosit).
sejumlah proses perhitungan selama proses pembelajaran.
Data citra eritrosit normal dan abnormal berasal dari
Lembaga Penelitian ABX dari Montpeller Perancis Pada penelitian sebelumnya yaitu “Penentuan
berjumlah 175 sampel. Citra eritrosit tersebut akan diolah Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) berbasis
melalui proses akuisisi citra, grayscale, deteksi tepi dan Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan”[1] dengan
ekstraksi ciri untuk menghasilkan input bagi jaringan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan yang umum
syaraf tiruan Radial Basis Function. Penentuan morfologi dipakai yaitu Backpropagation. Metode
eritrosit berbasis pengolahan citra dan jaringan syaraf Backpropagation[1] tersebut memberikan keakuratan
tiruan Radial Basis Function ini memiliki akurasi yang baik untuk citra latih sebesar 100%, dan untuk citra uji nilai
dan memuaskan serta memiliki total waktu pemerosesan rata-rata keakuratan 78,33 %, dimana nilai tersebut masih
sistem yang cepat.
perlu ditingkatkan dengan menggunakan metode lain.
Kata Kunci—morfologi eritrosit; jaringan syaraf tiruan;
Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis mencoba
radial basis function memberikan alternatif pemecahan masalah dengan
metode pembelajaran Radial Basis Function, dimana
menurut teorinya akan menghasilkan nilai keakuratan
I. PENDAHULUAN yang lebih tinggi dan waktu iterasi yang lebih cepat
dibandingkan dengan Backpropagation. Sehingga
Tes hematologi atau tes darah merupakan suatu diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk
pemeriksaan untuk mengidentifikasi masalah dengan membantu pekerjaan para dokter dan pihak laboratorium
menggunakan berbagai tes darah diagnostik laboratorium dalam mengidentifikasi morfologi normal dan abnormal
klinis untuk mendiagnosa kondisi medis. Beberapa sel darah merah (eritrosit).
parameter yang diperiksa pada tes hematologi adalah
jumlah sel darah dan morfologi normal dan abnormal sel
darah. Walaupun pemeriksaan parameter hematologi saat II. TINJAUAN PUSTAKA
ini telah mengenal suatu alat hitung sel darah otomatik
yang lebih dikenal dengan nama Blood Cell Counter atau Penelitian ini memiliki tiga teori utama yang
Automatic Cell Counter, namun untuk pemeriksaan disatukan menjadi satu sistem, yaitu fisiologi darah,
morfologi sel darah masih dikerjakan secara manual. Hal pengolahan citra dan radial basis function. Fisiologi darah
ini menyebabkan kurangnya ketelitian serta keakuratan merupakan teori yang mendeskripsikan bentuk, jenis dan
yang dilakukan oleh para dokter dan petugas laboratorium morfologi dari darah. Kemudian pengolahan citra
kesehatan dikarenakan kondisi fisik, pengetahuan, merupakan teori untuk mengoneksikan sistem nyata
ketelitian dan konsentrasi dokter dan petugas dengan sistem komputer dengan input berupa data citra.
laboratorium kesehatan dapat mempengaruhi Sedangkan radial basis function merupakan salah satu
pengidentifikasian penyakit sehingga adanya metode dari jaringan saraf tiruan sebagai sistem cerdas.
kemungkinan perbedaan identifikasi antara dokter yang Ketiga teori tersebut akan dijelaskan secara terperinci
satu dan lainnya. Selain itu, jumlah dan jenis kelainan pada penjelasan selanjutnya.

Forum Pendidikan Tinggi Teknik Elektro Indonesia (FORTEI) 2012


http://fortei2012.ui.ac.id
Darah merupakan bagian dari cairan ekstrasel yang
berfungsi untuk mengambil O2 dari paru-paru, bahan-
bahan nutrisi dari saluran cerna, dan mengangkut hormon
dari kelenjar endokrin. Bahan-bahan tersebut diangkut ke
seluruh sel dan jaringan, dimana bahan-bahan tersebut
akan berdifusi dari kapiler ke jaringan interstitial, masuk
ke dalam sel dan selanjutnya akan dipergunakan untuk
semua aktifitas sel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
darah mempunyai tiga peranan penting yaitu : fungsi
transport, fungsi regulasi dan fungsi pertahanan tubuh[2]. Gambar. 2. Kelainan-kelainan pada morfologi eritrosit.
Darah terdiri dari tiga jenis unsur sel khusus, eritrosit,
leukosit dan trombosit yang terendam dalam cairan Kelainan-kelainan eritrosit tersebut akan direkam dan
kompleks plasma, dimana masing-masing sel ini memiliki dianalisa dalam bentuk pengolahan citra. Pengolahan citra
fungsi yang saling menunjang dalam melaksanakan kerja digital merupakan tahap pemrosesan citra menjadi citra
dari darah tersebut. yang lain dengan kualitas yang lebih baik, yaitu
Darah berwarna merah karena adanya sel-sel darah pemrosesan untuk memanipulasi citra yang telah menjadi
merah (eritrosit). Eritrosit berbentuk bulat gepeng yang gambar lain menggunakan algoritma atau teknik tertentu.
kedua permukaannya cekung. Eritrosit tidak memiliki inti Pada tahap pengolahan citra, proses pengolahan dan
sel dan mengandung hemoglobin. Hemoglobin (Hb) analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual.
merupakan protein yang mengandung zat besi. Fungsi Proses ini mempunyai ciri data masukan dan informasi
hemoglobin adalah untuk mengikat oksigen dan keluaran yang berbentuk citra. Istilah pengolahan citra
karbondioksida dalam darah. Hemoglobin berwarna digital secara umum didefinisikan sebagai pemrosesan
merah, karena itu eritrosit berwarna merah. citra dua dimensi dengan komputer. dalam definisi yang
Eritrosit normal kelihatan bundar dengan diameter lebih luas, pengolahan citra digital juga mencakup semua
7,5 μm dengan ketebalan tepi 2 μm. Dari samping data dua dimensi dimana citra digital terdiri dari barisan
Eritrosit kelihatan berbentuk seperti cakram dengan bilangan nyata maupun kompleks yang diwakili oleh bit-
kedua permukaannya cekung (biconcav disk). Eritrosit bit tertentu.
disebut juga discocyte karena bentuknya seperti cakram. Ilmu pengenalan pola (pattern recognition) umumnya
Tengah-tengah cakram tersebut lebih tipis dengan digunakan untuk mengenali suatu objek dengan cara
ketebalan 1 μm. Bentuk biconcav ini menyebabkan mengekstraksi informasi penting dalam suatu citra.
hemoglobin terkumpul lebih banyak di bagian tepi sel. Pengenalan pola sering digunakan dalam bidang
Oleh sebab itu, bagian tepi eritrosit kelihatan lebih merah kedokteran, sebagai contoh pemimplementasian sistem
(okisifilik) dari bagian sentralnya. Bagian sentral yang untuk mendeteksi diagnosa suatu kelainan dalam tubuh
kelihatan lebih pucat disebut akromia sentral yang luasnya manusia melalui gambar yang dihasilkan oleh suatu
antara 1/3-1/2 kali diameter. Dalam mengevaluasi gambar scanner [4]. Proses pengenalan pola meliputi
morfologi eritrosit, ada 4 hal yang harus diperlihatkan : 1. akuisisi citra, pembentukan citra grayscale dan deteksi
bentuknya (shape), 2. ukurannya (size), 3. warnanya tepi.
(staining), dan 4. struktur intraselluler (structure)[3]. Akuisisi citra adalah tahap awal untuk mendapatkan
citra digital. Tujuan akuisisi citra adalah untuk
menentukan data yang diperlukan dan memilih metode
perekaman citra. Akuisisi citra digital berarti berusaha
mendapatkan citra digital, untuk dijadikan data yang akan
diproses. Tahap akuisisi citra bias berupa tahap
pemotongan gambar (crop) untuk mendapatkan objek
yang akan diproses, resize citra atau mengubah resolusi
gambar sesuai kebutuhan pengontrasan citra.
Citra grayscale adalah citra yang hanya menggunakan
warna pada tingkatan warna abu-abu. Warna abu-abu
Gambar. 1. Morfologi normal sel darah merah (eritrosit)[3]. adalah satu-satunya warna pada ruang RGB dengan
komponen merah, hijau dan biru mempunyai intensitas
Kelainan eritrosit biasanya dinyatakan dengan yang sama. Pada citra beraras keabuan hanya perlu
perubahan ukuran, bentuk, dan warnanya (atau derajat menyatakan nilai intensitas untuk tiap piksel sebagai nilai
hemoglobin-nya). Beberapa kelainan tersebut antara lain: tunggal, sedangkan pada citra berwarna perlu tiga nilai
1. Kelainan ukuran eritrosit: microsit dan macrosit. intensitas untuk tiap pikselnya.
2. Kelainan bentuk eritrosit: hipokromia dan Deteksi tepi (edge detection) pada suatu citra adalah
hiperkromik. suatu proses yang menghasilkan tepi-tepi dari obyek-
3. Kelainan warna eritrosit: Ecchinocytes, Elliptocytes, obyek citra. Suatu titik (x,y) dikatakan sebagai tepi (edge)
Poikilocytes, Schistocytes, Sickle cell dan Tear Drop dari suatu citra bila titik tersebut mempunyai perbedaan
Cell. yang tinggi dengan tetangganya. Metode yang banyak
digunakan untuk proses deteksi tepi adalah metode
Robert, Prewitt, Sobel dan Canny [5]. Pada penelitian ini III. METODE PENELITIAN
metode Canny akan menjadi pilihan.
Deteksi Tepian Canny, merupakan pengambilan garis Metode penelitian secara lengkap dapat dilihat pada
tepi yang dilakukan untuk memudahkan perhitungan gambar dibawah ini:
parameter-parameter citra nantinya. Tepian citra dapat
didefinisikan sebagai piksel yang mengalami perubahan
tajam pada skala keabuannya. Tepian akan terlihat
sebagai frekuensi tinggi pada spektrum citra, sehingga
dapat diekstrak dengan menggunakan filter tertentu
dengan meredam bagian frekuensi rendah [7].
Proses terakhir pengenalan pola adalah proses
ekstraksi ciri yang merupakan proses mereduksi data
menjadi suatu ukuran dimana setiap kotak berisi piksel
tertentu dengan tetap mempertahankan keaslian informasi
pada data. Selanjutnya didapatkan data yang sesuai dan
akan di pergunakan sebagai data input pada Jaringan
Saraf Tiruan.
Jaringan syaraf tiruan merupakan salah satu
representasi buatan dari otak manusia dengan
menggunakan program komputer yang selalu mencoba Gambar. 3. Metode penelitian.
untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak
manusia tersebut [8]. Pada penelitian sebelumnya yaitu Secara umum, gambar diatas dibagi dalam tiga bagian
“Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) sebagai berikut:
berbasis Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan”[1] 1. Studi Literatur. Studi literatur yang dilakukan yaitu
peneliti menggunakan metode jaringan syaraf tiruan yang dengan melakukan studi dari buku-buku pustaka yang
umum dipakai yaitu propagasi balik (Backpropagation). bekaitan dengan masalah yang dibahas.
Propagasi balik termasuk ke dalam logaritma belajar 2. Pengambilan Data. Data yang digunakan merupakan
supervised (terawasi) karena memberikan pasangan data hasil pengambilan sampel citra sel darah merah
masukan dan keluaran sebagai pola pelatihan. Logaritma (eritrosit) untuk kondisi normal dan abnormal yang
propagasi balik ini mampu menangani masalah berasal dari lembaga penelitian ABX Montpellier
pengenalan pola yang kompleks dan melakukan fungsi Perancis.
pemetaan yang nontrival. JST ini dirancang untuk 3. Pengolahan dan Analisis Data. Metode pengenalan
beroperasi sebagai jaringan multilayer dan umpan maju yang terdiri atas dua bagian yaitu tahap pengolahan
(feedforward). citra dan tahap identifikasi menggunakan jaringan
Pada penelitian ini, metode Radial Basis Function syaraf tiruan Radial Basis Function. Hasil identifikasi
akan digunakan. Radial Basis Function adalah model dibandingkan dengan data aktual dan dengan hasil
neural network yang mentransformasi input secara identifikasi menggunakan metode Backpropagation.
nonlinear dengan menggunakan fungsi aktivasi Gaussian
pada lapisan unit hidden sebelum diproses linear pada
lapisan output. IV. IMPLEMENTASI
Berguna atau setidaknya suatu jaringan saraf tiruan
ditentukan dari hasil pelatihannya yang berupa bobot
neuronnya. Radial Basis Function memiliki algoritma
pelatihan yang agak unik karena terdiri atas metode
supervised dan unsupervised sekaligus, dimana metode
supervised merupakan metode yang setiap pola yang
diberikan ke dalam jaringannya telah diketahui outputnya.
Selisih antara pola output aktual (output yang dihasilkan)
dengan pola output yang dikehendaki (output target) yang
disebut error digunakan untuk mengoreksi bobot jaringan.
Sedangkan metode unsupervised adalah metode yang
tidak membutuhkan target output. Pada metode ini tidak
dapat ditentukan hasil seperti apakah yang diharapkan Gambar. 4. Arsitektur jaringan syaraf tiruan Radial Basis Function.
selama proses pembelajaran. Kombinasi antara 2 jenis
metode ini pada jaringan Radial Basis Function Struktur dari jaringan Radial Basis Function yang
menghasilkan suatu sistem yang handal dalam mengatasi digunakan dalam penelitian ini menggunakan 3 (tiga)
ketidaklinearan sistem itu sendiri. lapisan yaitu lapisan masukan (input layer) sebanyak
2500 neuron, lapisan tersembunyi (hidden layer), dan Radial Basis Function memiliki perbedaan yang cukup
lapisan keluaran (output layer) sebanyak 1 neuron. signifikan dengan tingkat akurasi pada sistem
Penentuan jumlah neuron pada lapisan tersembunyi Backpropagation yaitu sekitar 10%. Bahkan dengan
dilakukan dengan cara mencoba-coba (trial and error), menggunakan Radial Basis Function, tingkat akurasi pada
hingga didapatkan jumlah dengan niai epoch dan waktu citra uji yang telah dilatihkan dapat mencapai angka
yang seminimal mungkin setelah mencapai nilai error 100%, sementara pada Backpropagation hanya mencapai
yang ditentukan. 92,85%. Hal ini dikarenakan kemampuan Radial Basis
Function yang sangat baik untuk memproses data yang
berjumlah besar, terlebih jika data tersebut telah
dilatihkan pada sistem.
Perbedaan yang sangat jelas juga terlihat pada
besarnya waktu yang dibutuhkan oleh Backpropagation
dalam memproses data yaitu sebesar 8,868 detik,
sedangkan pada sistem Radial Basis Function hanya
diperlukan waktu sebesar 0,849087114 detik. Perbedaan
waktu yang cukup besar ini dikarenakan pada penelitian
menggunakan jaringan syaraf tiruan Radial Basis
Function ini seluruh citra latih yang berjumlah 105
disimpan dalam database dan dilatihkan secara sekaligus
sehingga sangat mengefisienkan waktu pemrosesan pada
sistem.

TABLE I
Gambar. 5. Tampilan GUI Program. PERBANDINGAN METODE BACK PROPAGATION
DENGAN RADIAL BASIS FUNCTION
Pada fase pembuatan sistem, telah dibuat program
dengan menggunakan perangkat lunak Matlab 7.7., GUI
(Graphical User Interface) program kita tampilkan pada
gambar 5.

Gambar. 6. Tampilan Training Program.

Contoh tampilan training program dengan command


window dan training window untuk goal = 0,00001;
spread =150; dan epoch = 100 diperlihatkan pada
gambar 6. Dari kedua parameter diatas, maka dapat dilihat
bahwa penelitian Radial Basis Function telah
menunjukkan performa yang lebih baik, ditinjau dari segi
V. HASIL akurasi dan waktu pemrosesan data, dibandingkan dengan
sistem Backpropagation.
Berdasarkan penelitian penulis sebelumnya dengan
judul “Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit)
berbasis Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan” V. KESIMPULAN
yang menggunakan metode Backpropagation [1], maka
diperoleh tabel perbandingan antara metode Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ditinjau
backpropagation dan radial basis function seperti yang dari dari segi tingkat akurasi dan waktu pemrosesan, maka
diperlihatkan pada Tabel I. jaringan syaraf tiruan Radial Basis Function lebih baik
Dari Tabel I dapat dianalisa bahwa tingkat akurasi dibandingkan dengan metode Backpropagation dalam
citra uji yang diperoleh pada penelitian menggunakan mengenali morfologi sel darah merah (eritrosit).
Saran pekerjaan selanjutnya diharapkan adanya
pengembangan sistem pengenalan morfologi sel darah REFERENSI
merah (eritrosit) sehingga dapat mengenali semua bentuk
[1] Warni, E. (2007) Penentuan Morfologi Sel Darah Merah
sel darah merah (eritrosit) walaupun data referensinya (Eritrosit) berbasis Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf
berbeda dengan input yang diberikan, dengan Tiruan. Thesis, Universitas Hasanuddin.
menggunakan beberapa metode pengolahan citra (deteksi [2] Siregar, H., Yusuf, I. & Gani, A. (1995) Fisiologi Sel dan
Cairan Tubuh. Universitas Hasanuddin.
tepi dan ekstraksi ciri) dan menggabungkan beberapa [3] Patologi Klinik. (2002) Diktat Hematologi. Universitas
metode pengenalan pola yang ada, misalnya metode Hasanuddin.
neural network dengan optimasi algoritma genetika. [4] Munir, R. (2004) Pengolahan Citra Digital. Bandung:
Informatika.
Selain itu juga diharapkan adanya pengembangan sistem [5] Gonzalez, R. C. & Woods, R. E. (1992) Digital Image
pengenalan morfologi sel darah merah (eritrosit) yang Processing. New Jersey: Prentice Hall.
ditinjau dari aspek warna dan ukuran untuk mengindikasi [6] Libor Masek. (2003) Recognition of Human Iris Patterns for
Biometric Identification. The University of Western
suatu penyakit. Australia.
[7] Nixon, M. S & Aguado, A. S. (2002) Feature Extracton and
Image Processing. London: Newnes.
UCAPAN TERIMA KASIH [8] Siang, Jong Jek. (2005) Jaringan Syaraf Tiruan dan
Pemrogramannya Menggunakan Matlab. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada .
Quatrine Wahyuni dan Erny Apriany Sylwana atas
penyelesaian riset ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Universitas Hasanuddin yang memberikan
pendanaan riset melalui program DIPA Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin Nomor
2783/UN4.8.2/PL.09/2012.

Anda mungkin juga menyukai