Anda di halaman 1dari 31

1

IDENTIFIKASI ASPEK-ASPEK LIFE SKILL YANG MUNCUL PADA

PEMBELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN ASAM-BASA SISWA

KELAS XI SMA N 7 KENDARI

PROPOSAL PENELITIAN

WAHYUNINGSI ODE

A1L1 15 049

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2018
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya anggapan kalau carut marut dunia pendidikan di negeri ini akibat

munculnya berbagai fenomena di dalam kehidupan masyarakat diantaranya,

lemahnya kompetensi para lulusan sekolah, lemahnya life skill para lulusan

sekolah, moral ataupun budaya bangsa yang menginginkan segala sesuatu serba

instan tanpa proses, dan lain sebagainya. Selain itu ada juga indikator

ketidakpuasan dari berbagai kalangan mengenai mutu pendidikan. Sebagai contoh

dari sisi perilaku keseharian peserta didik seperti adanya tawuran antar peserta

didik yang kini telah menjadi berita biasa dalam kalangan masyarakat. Contoh

lain dari dunia usaha juga muncul keluhan bahwa lulusan pendidikan yang

memasuki dunia kerja kurang memiliki kesiapan kerja yang baik. Hal ini juga

yang mendasari timbulnya isu perlunya keterampilan hidup (life skill) bagi peserta

didik yang akan terjun ke dalam masyarakat (Mujakir, 2012).

Apalagi jika dihadapkan pada tantangan kedepan dengan adanya

kesepakatan perdagangan bebas AFTA dan AFLA telah bergulir dengan

membawa konsekuensi membuka peluang masuknya tenaga kerja dari luar negeri

yang berkualitas dan berdaya saing tinggi ke dalam dunia kerja di Indonesia. Hal

ini jelas mengancam keberadaan tenaga kerja Indonesia, lebih-lebih bagi mereka

yang tidak memiliki kecakapan hidup yang memadai untuk memasuki kesempatan

kerja yang ada. Kenyataan ini mengimplikasikan bahwa keterbukaan negara dan

masyarakat Indonesia terhadap berbagai aktifitas sosial, ekonomi, budaya, dan


3

komunikasi, telah menuntut tersedianya modal sumber daya manusia berupa

kecakapan hidup yang bermutu dan mampu bersaing dengan tenaga kerja asing.

Dalam upaya peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, pendidikan

perlu dikembalikan kepada prinsip dasarnya, yaitu untuk memanusiakan manusia.

Pendidikan juga harus mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani

menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Maka

pendidikan kita mulai berbenah diri dengan memperbaiki sistem dan kurikulum

pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan

nasional. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut pasal 3 UU No. 20

Sisdiknas Tahun 2003, adalah “Berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Adapun tujuan dari

pengembangan kurikulum 2013 menurut Kemendikbud adalah (Permendikbud

No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah): Tujuan Kurikulum 2013 adalah

mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai

pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,

dan peradaban dunia.

Kurikulum 2013 mempunyai empat kompetensi inti (KI) yang berisi

tujuan dari proses pembelajaran. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi

sebagai berikut (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan
4

Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah): 1. Kompetensi

Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2)

untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi

inti pengetahuan; dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti

keterampilan.

Berdasarkan kompetensi inti kurikulum 2013 tersebut, maka

Konsekuensinya adalah apa yang diajarkan harus menampilkan sosok utuh

keempat kompetensi tersebut. Maka untuk menjawab tantangan diatas, Pendidikan

life skill muncul sebagai alternatif dan usaha untuk mewujudkan tujuan kurikulum

2013. Pengembangan kurikulum 2013 berbasis life skill atau kecakapan hidup

adalah kecakapan yang dimiliki seseorang (siswa) untuk mau dan berani

menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,

kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga

akhirnya mampu mengatasinya (kemendiknas).

Jenis-jenis life skill antara lain, kecakapan mengenal diri (self awareness)

atau kecakapan pribadi (personal skill), kecakapan akademik (academic skill),

kecakapan sosial (social skill), kecakapan kejujuran (vocasional skill), dan

kecakapan berpikir (thinking skill). Apabila seseorang memiliki kecakapan

tersebut maka seseorang tersebut dapat menghadapi problematika hidup dan

kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan sehingga mampu menemukan

solusi dan mengatasinya. Itulah konsep dari kurikulum 2013 yang berbasis life

skill.
5

Secara khusus pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup atau life skill

bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat

digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi, memberikan kesempatan

kepada kepala sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai

dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan mengoptimalkan pemanfaatan

sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan

sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis

sekolah.

Tiga orientasi pembelajaran bermuatan life skill yang sesuai dengan

kurikulum 2013, yaitu pendekatan pembelajaran Learner Centered, kurikulum

berbasis kompetensi, dan penguatan pendidikan ekstrakurikuler. Untuk itu,

dengan adanya pergantian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi

Kurikulum 2013 diharapkan dapat mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan dari

pendidikan nasional yang mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga dapat menjadikan peserta didik

yang memiliki skill dan berkarakter.

Pengembangan life skill dapat dikembangkan di sekolah dalam semua

mata pelajaran termasuk dalam pembelajaran sains, salah satunya adalah mata

pelajaran kimia. Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang

menuntut peserta didik untuk dapat mengaitkan materi dengan fenomena yang ada

dalam kehidupan sehari-hari (Sa'adah, 2013).


6

Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan meneliti pelaksanaan k-13 pada

pembelajaran kimia yang berbasis “life skill” khususnya keterlaksanaan aspek life

skill pada pembelajaran kimia. Untuk keperluan tersebut, penulis mengajukan

penelitian dengan judul “Identifikasi Aspek-Aspek Life Skill Yang Muncul Pada

Pembelajaran Kmia Pokok Bahasan Asam-Basa Siswa Kelas XI SMA N 7

Kendari”.

1.2. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.2.1. Apa saja aspek-aspek life skill yang muncul pada pembelajaran kimia,

khususnya pada pokok bahasan Asam-Basa kelas XI di SMA N 7

Kendari?

1.2.2. Seberapa besar tingkat penguasaan aspek-aspek life skill siswa pada

pembelajaran kimia, khususnya pada pokok bahasan Asam-Basa kelas XI

di SMA N 7 Kendari?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1. Untuk mengungkap aspek-aspek life skill yang muncul pada pembelajaran

kimia, khususnya pada pokok bahasan Asam-Basa kelas XI di SMA N 7

Kendari.

1.3.2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat penguasaan aspek-aspek life skill

siswa pada pembelajaran kimia, khususnya pada pokok bahasan Asam-

Basa kelas XI di SMA N 7 Kendari.


7

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai tindak lanjut atas pencapaian tujuan penelitian ini, maka

diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoritis.

1.4.1. Secara praktis untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah,

untuk membuat kebijakan-kebijakan yang strategis demi peningkatan

mutu pendidikan dan pengajaran kimia disekolah.

1.4.2. Secara praktis juga dapat memberikan informasi ilmiah kepada siswa dan

guru kimia pada khususnya, tentang kegiatan belajar mengajar yang tepat

agar dicapai peningkatan kinerja dan prestasi belajar kimia siswa.

1.4.3. Secara teoritis, memberikan wacana pada siswa dan masyarakat bahwa

pendidkan yang mengarah pada pemunculan skill sangat dibutuhkan untuk

keberlangsungan hidup dan tentang zaman dimasa yang akan datang.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Life skill

Life Skill atau Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang

untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa

merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi

sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Indrajati Sidi, 2002). Kecakapan hidup

adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan

oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia (Slamet

PH, 2002). Kecakapan hidup merupakan pengetahuan dan kemampuan yang

dibutuhkan oleh seseorang untuk berfungsi dan bertindak secara mandiri dan

otonom dalam kehidupan sehari-hari, tidak harus selalu meminta bantuan dan

petunjuk pihak lain. Ini berarti bahwa bentuk kecakapan hidup berupa

pengetahuan sebagai praksis dan kiat (praxis dan techne), bukan teori;

pengetahuan sebagai skills of doing sekaligus skills of being (Brolin, 1989).

Life skill sangat dibutuhkan seseorang terutama dalam dunia pekerjaan,

serta dapat juga digunakan untuk melatih kecakapan personal seseorang (Carrol,

2013). Pengertian dari life skill adalah kecakapan yang selalu diperlukan oleh

seseorang (peserta didik) dimanapun ia berada untuk menghadapi dan

menjalankan kehidupan nyata dan memberikan bekal kepada siswa terutama

dalam mengatasi berbagai persoalan hidup, baik bekerja atau tidak bekerja dan

apapun profesinya (Kusuma, 2010). Life skill adalah suatu pembelajaran yang

berfokus untuk melatih pendidikan dan keterampilan (Powney, 2000). Dengan


9

demikian, dapat disimpulkan bahwa life skill merupakan suatu pembelajaran yang

merujuk pada kecakapan hidup seseorang terkait kecakapan dalam diri,

komunikasi, bekerja dan memecahkan masalah guna menjalani kehidupannya.

Tahun 2001 Pemerintah Pusat, dalam hal ini Departemen Pendidikan

Nasional mengembangkan konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills

Education), yaitu suatu pendidikan yang dapat membekali peserta didik dengan

kecakapan hidup, yaitu keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan

secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi

serta mampu mengatasinya. Pendidikan yang dapat mensinergikan berbagai mata

pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, di manapun ia

berada, bekerja atau tidak bekerja, apa pun profesinya. Dengan bekal kecakapan

hidup tersebut, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema

kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi

mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya (Depdiknas, 2002). Kecakapan

hidup (life skills) telah menjadi salah satu hal yang harus dimiliki dan dikuasai

oleh masyarakat, termasuk peserta didik, agar mereka mampu berperan aktif

dalam lapangan kerja yang ada serta mampu berkembang (Kendall & Marzano,

1997). Life skills bertujuan untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan

yang berorientasi keterampilan hidup dengan memberikan bekal kecakapan hidup

(life skill) bagi warga belajar. Membantu peserta didik untuk mempersiapkan diri

dengan ilmu dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangannya

dimasa depan. Dan menghasilkan tenaga kerja yang bermutu dan memiliki

kemampuan sesuai dengan kebutuhan struktur dunia industri.


10

2.2. Aspek-Aspek Life Skill

2.2.1. General life skill (GLS)

1. Kecakapan mengenal diri sendiri (self awareness), yang sering juga disebut

kemampuan personal (personal skill). Kemampuan ini mencakup kecakapan

eksistensi diri sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, makhluk sosial,

makhluk lingkungan, dan kecakapan potensi diri serta motivasi untuk

mengembangkannya.

2. Kecakapan berpikir rasional (thinking skill). Kecakapan ini mencakup

kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah

informasi, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan.

3. Kecakapan Sosial (social skill). Kecakapan ini mencakup kecakapan bekerja

sama dan berkomunikasi secara empati.

2.2.2. Spesific life skill (SLS)

1. Kecakapan akademik (academic skill). Kecakapan ini mencakup kecakapan

berpikir ilmiah dan kecakapan intelektual.

2. Kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan ini berkaitan dengan

pekerjaan tertentu yang memerlukan keterampilan motorik (Yuliwulandana,

2012).

Aspek-aspek life skill sesuai dengan empat pilar pendidikan yang

dicanangkan UNESCO. Apabila empat pilar tersebut diterapkan dengan baik

disekolah-sekolah mampu membekali siswa dengan life skill yang dibutuhkan

siswa untuk bekal hidup di masyarakat, yaitu :


11

1. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan)

Bentuk pembelajaran yang menuntun siswa untuk dapat memahami

pengetahuan yang terkait dengan lingkungan sekitarnya.

2. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat atau bekerja)

Proses pembelajaran ini bertujuan memfasilitasi siswa dalam melakukan

perbuatan atas dasar pengetahuan yang dipahaminya untuk memperkaya

pengalaman belajar. Siswa di dorong untuk selalu mempraktikan teori yang

didapatkannya. Kegiatan belajar juga diarahkan pada kegiatan yang

menghasilkan proyek ataupun karya-karya portofolio.

3. Learning to be (belajar untuk menjadi jati diri)

Siswa diharapkan dapat membangun kepercayaan dirinya supaya dapat menjadi

jati dirinya sendiri.

4. Learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat)

Berinteraksi dengan berbagai individu dan kelompok yang beraneka ragam,

yang akan membentuk kepribadiaanya, memahami kemajemukan, dan

melahirkan sikap toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan yang

dimiliki masing-masing individu.

Kecakapan pengembangan kesadaran potensi diri ditandai dengan belajar

didalam mencari ilmu pengetahuan dari berbagai sumber, baik lisan maupun

tulisan (Kosasih, 2014). Hal ini, karena keberhasilan siswa dalam mencapai

prestasi akademik atau kemampuan dalam membekali life skill dipengaruhi oleh

adanya peran guru dalam mengajar (Chan, 2011).


12

2.3. Life Skill dalam Pendidikan

Pendidikan life skill secara umum adalah pendidikan yang diberikan

kepada warga belajar untuk lebih memaknai tentang hakikat belajar yang

sesungguhnya.2 Konsep pendidikan berorientasi life skill atau kecakapan hidup

mengisyaratkan agar pendidikan mampu memberikan bekal untuk hidup secara

bermakna bagi semua peserta didik.3 Hal ini sebenarnya sudah tersirat dalam

pasal 1 ayat (1) Undang- undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik

melalui bimbingan pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan

datang. Berdasarkan etimologi pengertian dari life skills adalah Kecakapan hidup

adalah sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh

seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan (Mujakir, 2012).

Pendidikan kecakapan hidup yang diberikan sampai dengan jenjang

sekolah menengah lebih berorientasi pada upaya mempersiapkan siswa

menghadapi era informasi dan era globalisasi. Pada intinya, pendidikan kecakapan

hidup berorientasi pada :

1. Pembekalan dalam pengembangan kemampuan belajar

2. Penyadaran dan kebersyukuran atas potensi diri

3. Keberanian menghadapi problema kehidupan

4. Kemampuan memecahakan persoalan secara kreatif (Kosasih, 2004).

2.4. Life Skill dalam Kurikulum 2013

Tujuan dari pengembangan kurikulum 2013 menurut Kemendikbud adalah

(Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur


13

Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah) : Tujuan Kurikulum 2013

adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup

sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan peradaban dunia.

Pencapaian tujuan Kurikulum 2013 ini mempunyai empat kompetensi inti

(KI) yang berisi tujuan dari proses pembelajaran. Rumusan kompetensi inti

menggunakan notasi sebagai berikut (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang

Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Aliyah): 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2.

Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3

(KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk

kompetensi inti keterampilan.

Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan kepada pengusaan kompetensi

siswa, melainkan juga pembentukkan karakter. Sesuai dengan kompetensi inti

(KI) yang telah ditentukan oleh Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan

tujuan pembentukkan karakter siswa sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan dengan

penguasaan kompetensi siswa. Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis

Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman,

skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif

dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.
14

Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang

diterapkan sejak 2006 lalu (Mulyasa, 2013).

Pengembangan kurikulum 2013 mengarah pada life skill siswa. Kurikulum

2013 berbasis life skill merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang (siswa)

untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar

tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta

menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Kemendiknas).

Pada dasarnya pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum

sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh

yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dalam sendiri,

dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.

Mengenai mutu keberhasilan pelaksanaan kurikulum pendidikan kecakapan hidup

sangat ditentukan oleh bagaimana program/rancangan yang disusun sekolah dan

bagaimana kreativitas guru dalam merumuskan dan menentukan metode

pembelajarannya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan suatu

program pembelajaran sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi standar kompetensi

dan kompetensi dasar. 2) Mengidentifikasi bahan kajian/materi pembelajaran. 3)

Mengembangkan indikator. 4) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang

bermuatan kecakapan hidup. 5) Menentukan bahan/alat/sumber yang digunakan.

6). Mengembangkan alat penilaian yang sesuai dengan aspek kecakapan hidup

Tiga orientasi pembelajaran bermuatan life skill yang sesuai dengan

kurikulum 2013, yaitu pendekatan pembelajaran Learner Centered, kurikulum

berbasis kompetensi, dan penguatan pendidikan ekstrakurikuler. Untuk itu,


15

dengan adanya pergantian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi

Kurikulum 2013 diharapkan dapat mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan dari

pendidikan nasional yang mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga dapat menjadikan peserta didik

yang memiliki skill dan berkarakter. Namun, tenaga kependidikan harus

menunjukkan sikap profesionalitas dalam penggunaan Kurikulum 2013 karena

pada kurikulum ini, tak hanya siswa yang dituntut untuk aktif dan kreatif tapi

sebagai guru juga harus memiliki skill dalam mendidik.

2.5. Materi Asam-Basa

2.5.1. Konsep Asam Basa

a. Teori Asam Basa Arhenius

Tahun 1884, ilmuwan Swedia bernama Svante Arrhenius mengemukakan

pengertian asam basa berdasarkan reaksi ionisasi. Menurut Arrhenius asam adalah

zat yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion H+. Dengan kata lain pembawa

sifat asam adalah ion H+. Asam Arrhenius dapat dirumuskan dengan HxZ dan

didalam air mengalami ionisasi sebagai berikut:

HxZ(aq) → x H+(aq) + Z-(aq)

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam.

Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+

disebut ion sisa asam. Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dalam air

dapat menghasilkan ion OH- . Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH-. Basa
16

Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x dan

dalam air mengion sebagai berikut:

M(OH)x→ Mx+(aq) + x OH-(aq)

Jumlah ion OH- yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul basa disebut valensi basa.

Contoh asam basa Arrhenius dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Contoh Senyawa Asam Basa Menurut Arrhenius dan Reaksi
Ionisasinya
Senyawa Contoh Reaksi Ionisasi
Asam HCl HCl(aq)→ H+(aq) + Cl-(aq)
CH3COOH CH3COOH(aq) → CH3COO-(aq)+ H+(aq)
H2SO4 H2SO4(aq)→ 2H+(aq) + SO42-(aq)
H2CO3 H2CO3(aq)→ 2H+(aq) + CO32-(aq)
Basa NaOH NaOH(aq)→ Na+(aq) + OH-(aq)
KOH KOH(aq)→ K+(aq) + OH-(aq)
Al(OH)3 Al(OH)3(aq)→ Al3+(aq) + 3OH-(aq)

Berdasarkan jumlah ion H+ (untuk asam) atau ion OH- (untuk basa) yang

dihasilkan dari reaksi ionisasi, senyawa asam basa dapat dikelompokkan menjadi

beberapa macam yaitu:

1. Asam monobasis (berbasa satu), yaitu asam yang dalam larutan air

menghasilkan satu ion hidrogen (H+), contoh:

HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)


Asam Klorida ion hidrogen ion klorida

CH3COOH(aq) → CH3COO-(aq) + H+(aq)


Asam asetat ion asetat ion hidrogen

2. Asam polibasis (berbasa banyak), yaitu asam yang dalam larutan air

menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen (H+), contoh:

H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42-(aq)


Asam Sulfat ion hidrogen ion sulfat
17

Asam polibasis dapat mengalami beberapa kali reaksi ionisasi. Sebagai contoh

untuk H2CO3 dapat dituliskan sebagai berikut:

Reaksi ionisasi 1 : H2CO3(aq)↔ 2H+(aq) + CO32-(aq)

Reaksi ionisasi 2 : HCO3-(aq)↔ H+(aq) + CO3-(aq)

Berdasarkan konsep asam basa Arrhenius, larutan asam dapat bereaksi dengan

larutan basa menghasilkan garam dan air. Reaksi ini disebut reaksi netralisasi.

Contoh: HCl(aq) + NaOH(aq)→ NaCl(g) + H2O(l)

b. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry

Tahun 1923, sebuah definisi asam basa yang lebih luas diperkenalkan oleh

Johannes Bronsted dan Thomas Lowry. Menurut teori ini, asam adalah donor

proton atau penyumbang proton dan basa adalah akseptor atau penerima proton.

Asam basa Bronsted-Lowry dicontohkan pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2. Contoh asam-basa menurut Bronsted Lowry

Dari Gambar 2.2 diatas, suatu asam (HCl) setelah melepas satu proton

akan membentuk spesi yang disebut basa konjugasi dari asam itu (Cl-). Sedangkan

asam konjugasi (H3O+) dihasilkan dari penambahan sebuah proton pada basa

Bronsted dalam hal ini H2O, sehingga konsep ini disebut konsep pasangan asam

basa konjugat.
18

c. Teori Asam Basa Lewis

Kimiawan Amerika Gilbert N. Lewis merumuskan definisi asam basa sebagai

berikut: asam adalah zat yang dapat menerima sepasang elektron. Sedangkan basa

adalah zat yang dapat menyumbangkan sepasang elektron. Contoh asam basa

lewis digambarkan seperti pada gambar 2.3 di bawah ini:

Gambar 2.3 Contoh asam-basa Lewis

Pada Gambar 2.3 diatas, ion H+ dapat terikat pada molekul NH3 karena

molekul NH3 memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan bersama

dengan ion H+ tersebut, yaitu dengan ikatan kovalen koordinat.

2.5.2. Sifat-Sifat Asam-Basa

Senyawa asam memiliki beberapa sifat sebagai berikut:

a. Jika suatu cairan mempunyai kadar asam yang cukup tinggi baik karena jenis

asam maupun konsentrasinya menyebabkan cairan tersebut bersifat korosif.

b. Dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah.

c. Jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion Hidrogen (kation) dan ion

sisa asamnya (anion).

Senyawa basa memiliki beberapa sifat sebagai berikut:

a. Dapat mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru.

b. Jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion positif berupa logam dan

ion negatif berupa ion Hidroksida (OH-).


19

c. Pada umumnya basa merupakan senyawa yang sukar larut dalam air kecuali

beberapa basa yang mudah larut dalam air, yaitu KOH, NaOH, NH4OH,

Ba(OH)2, dan Sr(OH)2.

2.5.3. Kekuatan Asam-Basa

Kekuatan asam dan basa dinyatakan oleh tetapan kesetimbangannya.

a. Tetapan ionisasi asam (Ka)

HA(aq) ↔ H+(aq) + A-(aq)

Konstanta kesetimbangan untuk ionisasi asam disebut konstanta ionisasi asam

dan dari persamaan diatas ditulis sebagai

[𝐻 + ][𝐴− ]
Ka =
[𝐻𝐴]

b. Tetapan ionisasi basa (Kb)

B(aq) + H2O(l)↔ BH+(aq) + OH-(aq)

Konstanta kesetimbangan untuk ionisasi basa disebut konstanta ionisasi basa

dan dari persamaan diatas ditulis sebagai

[𝐵𝐻 + ][𝑂𝐻 − ]
Kb =
[𝐻𝐵]

Senyawa asam basa dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatannya

menjadi asam kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah. Asam kuat adalah

asam yang pada dasarnya mengalami ionisasi sempurna dalam air. Contoh HNO3,

H2SO4. Asam lemah sebaliknya, hanya terionisasi sebagian dalam air. Contoh

H2CO3, CH3COOH. Basa kuat adalah basa yang terionisasi sempurna dalam air

seperti NaOH, Ca(OH)2. Sedangkan basa lemah adalah basa yang terionisasi

sebagian dalam air seperti NH3.


20

2.5.4. Identifikasi Asam Basa

Senyawa asam dan basa dapat diidentifikasi secara aman dengan

menggunakan indikator. Indikator adalah zat warna yang warnanya berbeda jika

berada dalam kondisi asam dan basa. Indikator yang biasa digunakan adalah

kertas lakmus, larutan indikator asam basa dan indikator alami.

a. Mengidentifikasi asam basa dengan kertas lakmus

Lakmus dapat berbentuk larutan dan kertas. Ada dua jenis kertas lakmus,

yaitu:

 Kertas lakmus biru. Didalam larutan asam, warna kertas berubah menjadi

merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warnanya tetap biru.

 Kertas lakmus merah. Didalam larutan basa, warna kertas berubah menjadi

biru, sedangkan di dalam larutan asam atau netral warnanya tetap merah.

Bentuk kertas lakmus ditunjukkan pada gambar 2.4 di bawah ini :

Gambar 2.4 Kertas lakmus merah dan bru.

Sedangkan perubahan yang terjadi apabila kertas lakmus dicelupkan

kedalam larutan yang bersifat asam atau basa ditunjukkan pada gambar 2.5 di

bawah ini:

Gambar 2.5 Perubahan warna kertas lakmus dalam larutan asam-basa


21

b. Mengidentifikasi asam basa dengan indikator alami

Banyak zat warna alami yang ditemukan pada buah-buahan, sayursayuran

dan bunga bertindak sebagai indikator pH dengan mengalami perubahan warna

seiring terjadinya perubahan keasaman. Contohnya adalah sianidin, yang

memberikan warna merah pada bunga ganja dan warna biru pada bunga

jagung.Selain itu berbagai tumbuhan yang dapat menjadi indikator asam basa

antara lain mahkota bunga mawar, bunga hydrangea, kol merah, bunga sepatu, kol

ungu, kunyit, dan lain-lain.Bahan-bahan tersebut harus dibuat dalam bentuk

larutan dengan cara mengekstraknya. Kemudian kedalam larutan indikator alami

tersebut diteteskan larutan asam basa

c. Mengidentifikasi asam basa dengan indikator asam basa

Indikator asam basa yaitu zat warna larut yang perubahan warnanya

tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. Beberapa larutan indikator asam basa

serta perubahan warnanya dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini :

Tabel 2.4. Beberapa Larutan Indikator Asam Basa


Indikator asam basa Warna yang dihasilkan dalam
Larutan asam larutan basa
Fenolftalein Bening Merah muda
Metil Oranye Merah Kuning
Bromtimol biru Kuning Biru
Metil Ungu Ungu Hijau
Bromokresol Ungu Kuning Ungu
Fenol Merah Kuning Merah
Timolftalein Bening Biru

2.5.5. Konsep pH dan Pengukurannya

pH menyatakan derajat logaritma negatif dari konsentrasi ion Hidrogen

(dalam per mol liter).


22

pH = - log [H3O+]

Pada dasarnya pH hanyalah suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion

Hidrogen, maka larutan asam dan basa pada 25oC dapat diidentifikasi berdasarkan

nilai pHnya, sebagai berikut :

Larutan asam [H+] > 1,0 x 10-7 M, pH < 7,00

Larutan basa [H+] < 1,0 x 10-7 M, pH > 7,00

Larutan netral [H+] = 1,0 x 10-7 M, pH = 7,00

Skala pOH yang analog dengan skala pH dapat dibuat dengan menggunakan

logaritma negatif dari konsentrasi ion hidroksida

pOH = - log [OH-]

Konstanta kesetimbangan Kw dinamakan konstanta hasil kali ion, yakni hasil kali

antara konsentrasi molar ion H+ dan ion OH- pada suhu tertentu. Konsentrasi ion

H+ dan OH- dalam larutan selalu berada dalam kesetimbangan dengan molekul

air. H2O(l)↔ H+(aq) + OH-(aq)

Kw = [H+] [OH-]

Untuk air murni, nilai Kw adalah 1,0 x 10-14 sehingga diperoleh :

- ( log [H+] + log [OH-]) = -log (1,0 x 10-14)

- ( log [H+] - log [OH-]) = 14,00

Dari definisi pH dan pOH diperoleh:

pH + pOH = 14,00

Untuk menentukan pH dari suatu larutan dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:
23

a. Menggunakan indikator universal

Indikator universal terdiri dari dua jenis yaitu dalam bentuk larutan dan dalam

bentuk kertas.

b. Menggunakan pH-meter

pH-meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang tinggi.

c. Menggunakan indikator asam basa

Indikator asam basa mempunyai trayek perubahan warna yang berbeda-beda,

maka berdasarkan uji larutan dengan beberapa indikator diperoleh daerah pH

larutan.

2.5.6. Perhitungan pH Larutan

a. pH asam kuat dengan basa kuat

Asam kuat dan basa kuat mengalami ionisasi sempurna sehingga derajat

ionisasinya 1 atau mendekati 1. Dengan demikian konsentrasi H+ dan OH- dapat

dihitung dengan rumus :

[H+] = konsentrasi asam (M) x valensi asam

[OH-] = konsentrasi asam (M) x valensi asam

b. pH asam lemah dengan basa lemah

Asam lemah mengalami ionisasi tidak sempurna sehingga pH larutan tidak

dapat ditentukan dengan hanya mengetahui konsentrasi asam saja tetapi harus

diketahui derajat ionisasi (α) atau harga tetapan kesetimbangan ion dari asam (Ka)

[H+] = α x M pH = -log [H+]

[H+] = √𝐾𝑎 𝑀
24

Basa lemah juga mengalami mengalami ionisasi tidak sempurna sehingga

pH larutan tidak dapat ditentukan dengan hanya mengetahui konsentrasi asam saja

tetapi harus diketahui derajat ionisasi (β) atau harga tetapan kesetimbangan ion

dari asam (Kb)

[OH-] = β x M pOH = - log [OH-]

[OH-] = √𝐾𝑎 𝑀 pH = 14 – pOH

2.5.6. Hubungan pH dan pOH Dengan Kekuatan Asam Basa

Ada dua macam indikator yaitu indikator penunjuk asam dan penunjuk

basa, seperti yang digambarkan pada Gambar 2.6 berikut ini :

Gambar 2.6 Skala pH yang menunjukkan tingkat keasaman dan kebasaan

Dari Gambar 2.10 diatas, hubungan antara pH dan pOH dengan kekuatan

asam basa dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Semakin kecil nilai pH, konsentrasi H+ semakin besar dan larutan semakin

asam, begitupun sebaliknya

b) Semakin kecil nilai pOH, konsentrasi OH- semakin besar dan larutan semakin

basa, begitupun sebaliknya


25

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Jadwal Penelitian

3.1.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Batauga yang beralokasi di jalan

Gajah Mada, Lakambau, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Provinsi

Sulawasi Tenggara.

3.1.2. Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada

3.2. Sumber Data

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah

dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Ada

dua jenis populasi, yaitu populasi terbatas dan tak terbatas. Pada penelitian ini

termasuk populasi terbatas, karena objek penelitiannya adalah siswa kelas XI

SMA N 1 Batauga.

3.2.2. Sampel

Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan kelas XI IPA 1 di

SMA N 1 Batauga.
26

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode yang penelitiannya berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah dan

tidak adanya manipulasi variabel. Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang meneliti sekelompok manusia, suatu objek, atau suatu kelas yang tujuannya

untuk membuat gambaran secara fakta, akurat dan sistematis.

3.4. Prosedur Penelitian

Secara keseluruhan teknik prosedur penelitian ini dapat dilihat pada

gambar 3.1 :

Observasi awal

Penentuan Sampel Penelitian

Instrumen yang Digunakan

Observasi Tes

Aspek-Aspek Life Aspek-Aspek Life


Skill yang diamati Skill yang diamati

Personal Skill, Thinking Skill, Academic Skill, Thinking Skill &


academic skill & Social Skill Vocational Skill

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir


Penelitian
27

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada

suatu penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

3.5.1. Pengamatan (Observation)

Instrumen pertama berupa pengamatan (observation) yaitu melakukan

pengamatan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat

kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Dalam metode pengamatan ini, bertujuan

untuk mendapatkan data sebagai bentuk keterlaksanaan pembelajaran kimia yang

mengarah pada pengembangan life skill siswa, sebagai bentuk kinerja siswa dalam

pembelajaran kimia pokok bahasan larutan penyangga dan sebagai apresiasi

pemahaman siswa terhadap pokok bahasan larutan penyangga dalam kehidupan

sehari-hari. Pengamatan ini dilakukan di dalam kelas XI IPA 1 SMAN 1 Batauga,

selama proses belajar mengajar pada pokok bahasan larutan penyangga

dilaksanakan. Adapun aspek life skill yang akan diamati adalah aspek personal

skill, social skill, academik skill dan thinking skill.

3.5.2. Tes (test)

Instrumen kedua berupa soal-soal yang mengandung aspek life skill. Tes

adalah serentetan pernyataan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, dan bakat yang dimiliki oleh individu

siswa. Metode tes ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui aspek-aspek life

skill siswa. Adapun aspek yang akan diamati adalah aspek academik skill dan
28

vocational skill. Bentuk tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda beralasan.

Dimana siswa tidak hanya membubuhkan tanda (X) pada salah satu jawaban yang

dianggap benar, tapi juga menambahkan alasan mengapa memilih sebuah option

tersebut. Penskoran jawaban dapat dilihat di Rubrik soal tes.

3.6. Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian ini

mengungkap keberadaan muatan life skill pada pembelajaran di sekolah dalam

kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Peneliti berusaha untuk meneliti

keberadaan aspek-aspek life skill mulai dari awal kegiatan sampai pada akhir

kegiatan. Dalam hal ini, peneliti hanya memfokuskan pada satu aspek pokok

bahasan masalah yaitu larutan penyangga. Aktivitas dalam analisis data yaitu data

reduction, data display, dan consclusion drawing/ verivication.

3.6.1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data yaitu kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah.

Dimana data yang tidak diperlukan tidak digunakan. Dalam penelitian ini, setelah

terkumpul data-data dari teknik pengumpulan data berupa hasil lembar observasi

dan hasil tes, selanjutnya peneliti mereduksi data dengan cara mengkategorikan

data yang termasuk hasil lembar observasi dan hasil tes. Reduksi data yang

dilakukan dalam penelitian ini yaitu kegiatan yang mengacu pada proses

pemilihan dan pengidentifikasian data.


29

3.6.2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam hal ini yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Mendeskripsikan data dan mengelompokkan data-data berdasarkan klasifikasi

teknik pengumpulan data meliputi observasi dan tes, selanjutnya peneliti

menyajikan data tersebut secara naratif.

3.6.3. Consclusion Data ( Kesimpulan)

Langkah selanjutnya dalam analisis data yaitu membuat kesimpulan

berdasarkan deskripsi data. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini

berdasarkan hasil reduksi data dari hasil lembar observasi dan hasil tes. Data

yang diperoleh setelah pelaksanaan kegiatan belajar dalam kelas, dari hasil

lembar observasi dan hasil tes adalah berupa data kuantitatif. Maka dilakukanlah

penganalisisan kembali pada data tersebut. Analisis data yang dilakukan adalah

analisis deskriptif kuantitatif. Beberapa data yang didapatkan secara kuantitatif

akan dikonversikan kedalam penskoran kuantitatif. Dengan jalan sebagai berikut:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi dibuat berdasarkan aspek yang ingin diketahui dalam

keterampilan proses sains yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil observasi

kemudian akan dijumlahkan untuk setiap kategori. Skor yang diperoleh kemudian

dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut

R
NLS = x100%
SM
30

Keterangan :
NLS = Nilai persen aspek life skill yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh mahasiswa
SM = Skor maksimum ideal yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap

Untuk mengetahui apakah mahasiswa dikatakan memiliki aspek-aspek life

skill terhadap pelaksanaan kegiatan belajar kelas maupun praktikum dengan

menggunakan Tabel 3.1 kriteria hasil observasi berikut:

Tabel 3.1 kriteria hasil observasi


Tingkat
Penguasaa Nilai Huruf Bobot Predikat
81 – n100 % A 4 Sangat Baik
61 - 80 % B 3 Baik
41 – 60 % C 2 Cukup
21 – 40 % D 1 Kurang
≤ 21 % E 0 Kurang Sekali

b. Tes

Tes ini berfungsi sebagai pemberian skor keterampilan proses sains yang

dimiliki oleh mahasiswa. Agar unsur subjektivitas dihindari, maka ketika

penskoran soal terlebih dahulu ditentukan skor dari setiap jawaban hasil tes,

setelah ditentukan skor dari setiap jawaban kemudian jawaban dari mahasiswa

akan dinilai sesuai dengan rubrik penilaian yang telah dibuat yang kemudian

akan dibuat persentasenya dengan rumus sebagai berikut :

R
NP = x100%
SM

Keterangan:

NP = Nilai persen kemampuan proses yang dicari


R = Skor mentah yang diperoleh mahasiswa
SM = Skor maksimum ideal dari soal tiap seri
100 = Bilangan tetap
31

DAFTAR PUSTAKA

Ansyori, Arif Shokhib. 2009. Identifikasi Aspek-Aspek Life Skill Yang Muncul
Pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Listrik Dinamis Siswa Kelas X
di MAN Yogyakarta III. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Carroll, E. B, Dennis. K.O., Andrew Behnke, Catherine M. Smith, Steven Day,
Michael Raburn. 2013. Integrating Life skill Into Relationship And
Mirrage Education: The Essential Life skills For Military Families
Program. Family relation,62(4).

Chan, R., Lau, & Yuen, M. 2011, Interrelationships Among Teacher Care,
Student’s Life skill’s Development, and Academic Achievement :
Implications for School Guidance Work. Asian Journal of Counselling,
18(1&2).

Depdiknas RI. 2003. Undang-Undang SISDIKNAS, Jakarta.


Kemdikbud. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta:
http://bse.kemdikbud

Kosasih, E. 2014. Strategi belajar dan pembelajaran Implementasi Kurikulum


2013. Bandung: Yrama Widya.

Kusuma, E., Sukirno, & Ika Kurniawati. 2009. Penggunaan Pendekatan


Chemoentrepreneurship Berorientasi Green Chemistry Untuk
Meningkatkan Kemampuan Life skill Siswa SMA. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 1(3).

Kusuma, E. & Kusoro S. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Kimia Berorientasi


Chemo-entrepreneurship untuk meningkatkan Hasil Belajara dan Life Skill
Mahasiswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 1(4).

Mujakir. 2012. Pengembangan Life Skill dalam Pembelajran Sains. Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA, 13(1).

Mulyasa, 2014. Pengembangan dan Implementasi kurikulum 2013. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Sa’adah, N. 2013. Penggunaan Pendekatan Chemoentrepreneurship Pada Materi


Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan Life skill Siswa.
JurnalPendidikan Kimia. Universitas Negeri Semarang, 2(1).

Watoni, H. 2014. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI (Peminatan). Bandung: Yrama


Widya.

Anda mungkin juga menyukai