Anda di halaman 1dari 9

Nama : Luthfia Putri Salsabila

Nim : 1502120284
Tugas : Teori Akuntansi

KERANGKA KONSEPTUAL

Pengertian Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual mungkin dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur
(Belkoui, 1983). Hal ini disebabkan struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori
akuntansi yang didasarkan pada proses penalaran logis. Atas dasar penalaran ini, teori
merupakan proses pemikiran menurut kerangka konseptual tentu untuk menjelaskan kenyataan
yang terjadi dan menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila ada fakta atau ada fenomena
baru. Kerangka konseptual dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang memiliki beberapa
tingkatan.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :
“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting
and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi
keuangan dan laporan keuangan.
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals
(kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang
menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep
lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-
ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan
pelaporan.
Pada tingkatan teori yang tinggi, kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan
pelaporan keuangan. Pada tingkatan selanjutnya, kerangka konseptual mengidentifikasi dan
mendefinisikan karakteristik kualitatif dari informasi keuangan dan elemen keuangan. Pada
tingkatan operasional yang lebih rendah, kerangka konseptual berkaitan dengan prinsip-prinsip
dan aturan-aturan tentang pengukuran dan pengakuan elemen laporan keuangan tipe informasi
yang perlu disajikan.
Ada beberapa pihak yang memandang kerangka konseptual sebagai “konstitusi” (Undang
Undang Dasar), yang merupakan landasan dalam proses penentuan standar akuntansi. Tujuannya
adalah untuk memberi pedoman bagai badan yang berwenang dalam memecahkan masalah yang
muncul selama proses penentuan standar. Hal ini dilakukan dengan cara mempersempit
permasalahan sehingga dapat ditentukan apakah standar tertentu sesuai dengan kerangka
konseptual.

Mengapa Kerangka Konseptual Diperlukan?


Dalam membahas kerangka konseptual,kita dihadapkan pada masalah berikut: a) mengapa
mempersoalkan perumusan “teori” akuntansi umum melalui pendekatan kerangka konseptual? b)
kita belum memiliki standar akuntansi dimasa lalu, mengapa teori tersebut diperlukan di masa
sekarang?
Ada argumen yang menyatakan bahwa munculnya berbagai masalah dalam praktik
akuntansi sering disebabkan oleh tidak adanya teori umum. Kenyataan ini dapat dilihat dari
laporan khusus yang dibuat oleh salah satu Komite dari New York Stock Exchange tahun 1934
sebagai berikut (AICPA, 1934): “semakin banyak alternatif praktik akuntansi,akan menyebabkan
perusahaan memiliki kebebasan untuk memilih metode akuntansi mereka sendiri dalam batas-
batas yang sangat luas sesuai dengan referensi yang dibuat”.
Doktrin yang mengijinkan setiap perusahaan untik memilih metode akuntansi yang disukai
dalam lingkup generally accepted accounting principles (GAAP), tetap dipandang sebagai
doktrin yang banyak dianut banyak pihak terutama perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1986).
Meskipun demikian, kebebasan akhirnya mengarah pada suatu yang membingungkan. Atas dasar
hal itu, Badan Akuntansi di Amerika telah berupaya mengatasi hal tersebut dengan
mengeluarkan berbagai resolusi dan standar akuntansi yang didukung oleh alasan tertentu yang
bersifat ad hoc. Acconting Principles Board (APB), badan yang dibentuk sebelum diganti oleh
Financial Accounting Standard Board (FASB),mengakui hal tersebut ketika badan tersebut
mendefinisikan makna GAAP.APB (1970) mengatakan bahwa GAAP merupakan :
“.........konversi-yaitu, prinsip-prinsip tersebut diterima secara umum berdasarkan kesepakatan,
bukannya dihasilkan secara formal dari seperangkat postulat atau konsep dasar. Prinsip-prinsip
tersebut berkembang berdasarkan pengalaman, alasan, kebiasaan, pemakaian dan juga kebutuhan
praktik.
Ketidakkonsistenan dalam praktik tersebut menimbulkan suatu masalah. Gallein, mantan
anggota APB dan FASB, berkomentar bahwa tidak ada kerangka konseptual yang jelas, yang
telah menyebabkan berlakunya hukum Gresham dalam akuntansi: “Praktik yang Jelek
Menyingkirkan/Mengganti Praktik yang Baik” (Gallein, 1980). Karena tidak ada teori akuntansi
yang dapat diterima secara umum, rekomendasi dari badan berwenang dipandang sebagai solusi
ad hoc untuk menekan masalah-masalah yang muncul pada waktu itu.
Dalam mereview sejarah teori akuntansi, Storey (1964: p.52) menyimpulkan bahwa:
penyelesaian yang bersifat ad hoc yang dihasilkan dari pendekatan play-it-by ear jarang
menghasilkan penyelesaian akhir yang memuaskan (sekalipun mempertimbangkan dinamika
akuntansi)...Solomon (1983) juga berpendapat bahwa suatu prinsip atau praktik akan dinyatakan
sebagai suatu yang benar karena hal tersebut diterima secara umum; prinsip atau praktik tersebut
tidak akan diterima secara umum karena prinsip tersebut dikatakan “benar”.p, 109).
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa meskipun kerangka konseptual belum dapat
memecahkan semua masalah, sebenarnya ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari
pendekatan kerangka konseptual dalam menentukan standar akuntansi. FASB mengidentifikasi 5
manfaat yang diperoleh dari kerangka konseptual. Manfaat tersebut adalah:
1. Sebagai pedoman dalam menentukan standar akuntansi
2. Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akintansi apabila standar yang
sekarang ada tidak mengatur isu-isu baru yang muncul.
3. Sebagai dasar membuat pertimbangan (judgmen) dalam menyajikan laporan keuangan.
4. Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagai alternatif metode akuntansi
yang ada.
Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board)
telah menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:
 SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”, yang menyajikan
tujuan dan sasaran akuntansi.
 SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang menjelaskan
karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
 SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang memberikan
definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban,
pendapatan dan beban.
 SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of business
enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tentang informasi.
 SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC no. 3 dan
memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
 SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting measurement”,
yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan
dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.
Perumusan Kerangka Konseptual
a. Level Pertama : Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan dari pelaporan keuangan yang terdapat dalam SFAC No.1 dapat diringkas sebagai
berikut:
1. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai lainnya
dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa secara rasional.
2. Memberikan informasi kepada para investor terkait jumlah, pengakuan dan
ketidakpastian tentang penerimaan kas bersih.
3. Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi perusahaan serta klaim terhadap
sumber-sumber tersebut.
4. Menyediakan informasi hasil usaha perusahaan selama satu periode.
5. Menyediakan informasi terkait pembelanjaan kas, transaksi modal, termasuk deviden.
6. Menyediakan informasi tentang pertanggungjawaban mamajer.
b. Level Kedua
1. Karakteristik Kualitatif
Karakteristik kualitatif yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan faktor penting
yang harus diperhatikan. Kriteria daripada karakteristik kualitatif laporan keuangan
adalah:
 Relevan
Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut memiliki manfaat sesuai
dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan.
 Keandalan (Reliability)
Keandalan suatu informasi sangat trgantung pada kebenaran dan kemampuan suatu
informasi untuk menggambarkan secara wajar keadaan yang sebenarnya.
 Daya Banding dan Konsistensi
Suatu informasi dikatakan bermanfaat apabila dapat saling diperbandingkan baikantar
periode maupun perusahaan serta ada konsistensi dalam penyajiannya.
 Pertimbangan Cost Benefit
Dalam pelaporan keuangan haruslah dipertimbangkan pula terkait biaya yang akan
timbul.
 Materialitas
Suatu informasi yang disajikan harus mempunyai pengaruh terhadap keputusan yang
diambil.
2. Elemen Laporan Keuangan
Dalam SFAC No.3 dijelaskan bahwa ada 10 elemen laporan keuangan yaitu aktiva,
hutang, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi pada pemilik, laba komprehensif,
pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian.
3. Pengakuan dan Pengukuran
Dalam SFAC No.5 disebutkan bahwa kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen
laporan keuangan didasarkan pada empat faktor sbb:
a. Definisi, pos akan diakui apabila memenuhi definisi elemen laporan keuangan.
b. Keterukuran, pos tersebut memiliki atribut yang dapat diukur dengan cukup andal.
c. Relevan, informasi memiliki kemampuan untuk membuat perbedaan dalam
pengambilan keputusan.
d. Keandalan, informasi menggambarkan keadaan sebenarnya secara wajar, dapat diuji
kebenarannya dan netral.

Dalam kaitannya dengan pengukuran, SFAC No.5 FASB mengakui adanya 5 dasar
pengukuran yang dapat digunakan untuk menentukan nilai aktiva dan hutang, yaitu:
1. Cost historis
2. Cost penggantian terkini
3. Nilai pasar terkini
4. Nilai bersih yang dapat direalisasikan
5. Nilai sekarang aliran kas mendatang

c. Level Ketiga
Level ketiga merupakan pedomanoperasional yang digunakan dalam mengukur dan mengakui
elemen laporan keuangan serta menyajikan informasi keuangan. Pedoman operasional ini terdiri
dari:
 Postulat Akuntansi
Adalah pernyataan atau aksioma yang kebenarannya terbukti dengan sendirinya, dan
menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosiologi dan hukum tempat akuntansi
dipraktekkan. Asumsi atau konsep dasar laporan keuangan:
1. The economic entity ( kesatuan usaha )
2. Going concern ( kontinuitas usaha )
3. Monetary unit ( penggunaan unit moneter )
4. The accounting periode postulate (periodesasi laporan )
 Prinsip Akuntansi
Dapat diartikan sebagai seperangkat aturan-aturan umum dan universal yang dijadikan
sebagai objek pengetahuan akuntansi dalam konteks teoritis, dan menjadi landasan
pengembangan teknik akuntansi. Prinsip akuntansi yang berkembang adalah:
a. The Historical Cost Principles (harga pertukaran/cost historis)
Artinya semua transaksi yang berkaitan dengan aktiva, hutang, modal, pendapatan, dan
biaya dicatat menurut harga pertukaran, padatanggal terjadi transaksi.
b. The Revenue Principles (prinsip pendapatan)
Dua kriteria yang dapat digunakan dalam mengakui pendapatan adalah pendapatan telah
terbentuk dan telah terealisasi atau akan segera terealisasi. Atas dasar tersebut,
pendapatan dapat diakui pada saat berikut:
 Selama proses produksi
 Setelah proses produki selesai
 Pada saat penjualan
 Pada saat diterima kas
c. The Matching Principles (prinsip penandingan)
Ada 3 dasar penandingan yang digunakan, yaitu:
 Hubungan sebab akibat
 Alokasi sistematis dan rasional
 Pembebenan segera
d. The Full Disclosure Prinsiples
Hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan adalah:
 Rincian kebijakan dan metode akuntansi
 Informasi tambahan untuk membantu analisis investasi
 Aktiva, hutang, pendapatan, dan biaya yang berasal dari transaksi dengan pihak yang
memiliki hubungan istimewa
 Transaksi keuangan atau non-operasi lainnya
 Constraint
Dalam upaya menyajikan informasi keuangan yang berkualitas, akuntansi dihadapkan pada
dua kendala utama yaitu hubungan biaya, manfaat dan materialitas. Dua kendala lainnya
yang berkaitan dengan lingkungan adalah praktik industri dan konservatisme.
1. Cost Benefit Relationship
Biaya penyajian suatu informasi harus dibandingkan dengan manfaat yang didapat dari
penyajian tersebut. Dimana biaya tidak melebihi manfaat penyajian informasi yang
diperoleh.
2. The Materiality Principle
Informasi dikatakan materialitas jika pengungkapan informasi tersebut diperkirakan dapat
menyebabkan keputusan yang berbeda dengan keputusan yang diambil.Materialitas dapat
dilihat dari 2 aspek, yaitu:
 Pendekatan ukuran (size)
 Pendekatan kriteria perubahan
 Industry Practice
Masalah yang juga sering muncul dan perlu dipertimbangkan dalam penyajian
laporan keuangan adalah praktik industri tertentu yang sering kali menyimpang
dari teori dasar akuntansi.
 The Conservatian Principle
Perusahaan haruslah menggunakan teknik yang menghasilkan nilai aktiva dan
pendapatan yang rendah atau yang menghasilkan nilai hutang dan biaya yang
paling tinggi.

Mampukah Kerangka Konseptual Menyelesaikan Semua Masalah?


Secara umum dapat dikatakan bahwa proyek kerangka konseptual FASB merupakan
proyek yang dianggap paling maju menciptakan “konstitusi akuntansi”. Agar efektif, kerangka
tersebut harus bisa diterima secara umum, menggambarkan perilaku kolektif, dan melindungi
kepentingan publik di bidang kegiatan yang dipengaruhi oleh pelaporan keuangan. Kerangka
konseptual mungkin tidak mampu menyelesaikan semua masalah yang berkaitan dengan
penentuan standar akuntansi.
Kerangka konseptual harus dapat dipraktikan dan dapat diterima oleh semua pihak yang
berkepentingan. Kemampuan kerangka konseptual untuk dapat dipraktikan mungkin dihadapkan
pada masalah yang berkaitan dengan tingkat “keabstrakan” dari karakeristik kualitatif dan
rekomendasi lainnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan keberterimaan
kerangka konseptual adalah dengan memastikan kelayakan (soundness) atas penalaran yang
melandasi elemen kerangka konseptual (Belkaoui, 1993: p.213).
Jadi kerangka konseptual harus betul-betul dapat digunakan untuk memecahkan isu-isu
akuntansi yang kontroversial. Yang terakhir, dalam kaitannya dengan masalah penilaian aktiva,
Dopuch dan Sunder menyimpulkan bahwa tidak ada kerangka konseptual yang mampu
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam praktik terutama yang berkaitan dengan masalah
reliabilitas (keandalan). Isu lain yang berkaitan dengan kerangka konseptual dapat dilihat pada
bagian berikut ini.
Pertama, kerangka konseptual telah dianggap sebagai bentuk konstitusi. Meskipun
demikian ada perbedaan yang mendasar antara kerangka konseptual dengan konstitusi. Solomon
(1986) mengajukan perbedaan tersebut sebagai berikut :
1. Konstitusi memiliki kekuatan hukum. Sedangkan kerangka konseptual tidak memiliki
otoritas pelaksanaan.
2. Konstitusi terdiri dari elemen yang bersifat arbitrer, seperti jangka waktu pemilihan,
jumlah anggota parlemen dan lain-lain. Sedangkan dalam kerangka konseptual tidak ada
ruang untuk sesuatu yang bersifat arbitrer.
3. Ada perbedaan yang signifikan diantara berbagai negara di dunia dalam merancang
konstitusi. Sedangkan untuk kerangka konseptual mungkin perbedaan tidak begitu
material.
Kedua, Miller (1985) mengatakan bahwa ada 8 mitos yang berkaitan dengan kerangka
konseptual, yaitu :
1. Accounting Principles Board mengalami kegagalan karena badan tersebut tidak memiliki
kerangka konseptual.
2. FASB tidak akan berhasil kalau tidak memiliki kerangka konseptual.
3. Kerangka konseptual akan menghasilkan standar yang konsisten.
4. Kerangka konseptual dapat mengatasi standar yang berlebihan (overload).
5. Kerangka konseptual FASB hanya mencakup status quo dari praktik akuntansi.
6. Proyek kerangka konseptual membutuhkan dana yang lebih besar dari yang seharusnya.
7. FASB akan merevisi standar yang ada, agar konsisten dengan kerangka konseptual.
8. FASB telah membatalkan kerangka konseptual.

Anda mungkin juga menyukai