PENGERTIAN ETIKA
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang memiliki banyak arti,
seperti ahlak, watak, dan adat kebiasaan. Pembahasan mengenai etika dapat dibagi
menjadi empat bagian, yaitu Etika Deskriptif, Etika Normatif, Metaetika, dan Etika
Terapan. Etika Deskriptif adalah adalah anggapan-anggapan tentang baik dan buruk,
atau tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika normatif
merupakan etika yang mengkaji tentang apa yang harus dirumuskan secara rasional
dengan menggunakan prinsip etis. Metematika adalah kajian etika yang membahas
ucapan atau kaidah bahasa yang berlandaskan aspek moralitas, terutama yang
berkaitan dengan kajian etika yang menggambarkan perilaku dalam arti luas,
misalnya adat kebiasaan, bahasa etis. Etika terapan memiliki sifat praktis, yaitu
memperlihatkan sisi kegunaan yang bersumber pada teori dan norma etika.
TEORI ETIKA
1. Hedonisme berasal dari bahasa Yunani hedonismos dan dari akar kata hedone
yang artinya kesenangan (kenikmatan duniawi).
2. Eudemonisme adalah teori etika yang berasal dari filsuf Yunani, Aristoteles
(384—322 SM). Ia mengatakan bahwa setiap kegiatan manusia selalu memiliki
tujuan yang dianggapnya baik.
3. Utilitarisme adalah teori etika normatif yang mendasarkan prinsip kegunaan (the
principle of utility) sebagai prinsip moral pada tindakan manusia.
4. Deontologi (dari bahasa Yunani) memiliki asal kata deon, yang artinya
kewajiban. Deontologi merupakan teori etika normatif yang berlandaskan pada
kewajiban.
Belajar etika menyadarkan kita bahwa dalam kehidupan ini, terutama di abad
Globalisasi dan Milenium, diperlukan suatu wawasan atau perspektif yang kritis dan
bijaksana ketika berhadapan dengan berbagai persoalan kehidupan baik dalam
keseharian maupun akademik. Etika dapat menjadi sarana untuk memperoleh
orientasi kritis dan bijaksana ketika berhadapan dengan berbagai perilaku moralitas
manusia yang kadangkala membingungkan. Sebagai pemikiran kritis dan sistematis,
etika ingin mengarahkan suatu “ketrampilan” intelektual, yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi kritis dibutuhkan untuk
mengambil sikap yang wajar dan bijak dalam suasana pluralisme moral yang
merupakan ciri khas zaman sekarang.