KELOMPOK 1
PRAKTIKUM IDK KELAS D
http://library.med.utah.edu/WebPath/ATHHTML/ATH032.html
r. bagaimana terjadinya kelainan tersebut dan
apa dampak kelainan tersebut pada organ?
• Kelainan yang nampak pada gambar adalah
hemoragi peteki yang terjadi pada epikardium
jantung. Peteki adalah titik-titik perdarahan
kapiler yang dapat terlihat pada permukaan
kulit, pada permukaan mukosa atau pada
potongan permukaan organ. Kelainan tersebut
dapat terjadi ketika terjadinya hipoksia
mendadak, ataupun kurangnya jumlah
trombosit dalam sirkulasi darah
(trombositopenia). Kelainan perdarahan ini
pada organ jantung (seperti pada gambar)
akan mengganggu pengisian jantung pada
saat diastol sehingga menimbulkan
tamponade jantung yang dapat menyebabkan
kematian.
http://library.med.utah.edu/WebPath/ATHHTML/ATH035.html
s. apa kelainan yang tampak? Apa beda
ekimosis, petekhie, dan purpra?
• Kelainan yang nampak pada gambar adalah
ekimosis. Ekimosis merupakan perdarahan
bawah kulit dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan peteki. Peteki adalah
perdarahan kecil yang terjadi pada kapiler di
bawah kulit. Dilihat dari ukurannya,
perdarahan yang disebut purpura berada di
tengah-tengah antara peteki dan
ekimosis.Purpura adalah perdarahan dibawah
kulit yang timbul spontan pada penyakit-
penyakit tertentu, yang besarnya berada di
tengah-tengah diantara peteki dan ekimosis.
http://library.med.utah.edu/WebPath/ATHHTML/ATH036.html
t. apa penyebab terjadinya kelainan klien pada
gambar tersebut? Apa kaitannya dengan darah
yang ter-deoksigenasi?
• Kelainan klien yang tampak pada gambar adalah
hematoma. Hematoma adalah perdarahan yang
tidak membeku dan menonjol sebagai suatu
tumor pada suatu jaringan. Penyebab terjadinya
hematoma yang paling sering dijumpai adalah
trauma eksternal seperti cedera yang disertai
memar. Hilangnya integritas dinding pembuluh
darah memungkinkan darah untuk keluar.
Dinding pembuluh darah dapat pecah sebagai
suatu penyakit serta trauma. Perubahan warna
pada memar disebabkan oleh darah yang
terkumpul dalam ruang interstisial jaringan yang
terkena trauma. Pada gambar, terdapat
hematoma kecil yang ada di jari kuku kaki yang
diakibatkan oleh trauma. Mekanisme hematoma
yaitu ketika terjadinya trauma eksternal, darah
akan terkumpul di interstisial. Eritrosit yang ada
di degradasi dan difagosit oleh makrofag.
Hemoglobin yang berwarna biru-merah
kemudian diubah secara enzimatik menjadi
bilirubin (berwarna hijau-biru). Suplai darah akan
menurun, sehingga darah yang terdeoksigenasi
(tidak mengandung oksigen) akan menumpuk http://library.med.utah.edu/WebPath/jpeg3/SKIN101.jpg
sehingga menghasilkan warna kebiruan pada
area yang terdapat hematoma.
U. Apakah penyebab-penyebab edema?
Ini secara khas terjadi ketika cairan dari bagian dalam pembuluh-
pembuluh darah merembes keluar pembuluh darah kedalam jaringan-
jaringan sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan. Ini dapat terjadi • Peningkatan permeabilitas kapiler,
karena terlalu banyak tekanan dalam pembuluh-pembuluh darah atau memungkinkan lebih banyak protein plasma
tidak ada cukup protein-protein dalam aliran darah untuk menahan yang keluar dari plasma ke dalam cairan
cairan dalam plasma (bagian dari darah yang tidak megandung segala interstitium. Contoh, melalui pelebaran pori
sel-sel darah). kapiler yang dipicu oleh histamine sewaktu
Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi lima kategori cedera jaringan atau reaksi alergik. Penurunan
umum : tekanan osmotic koloid plasma yang terjadi
menurunkan tekanan masuk efektif,
• Penurunan tekanan osmotik koloid, terjadi saat protein plasma di sementara peningkatan tekanan osmotic
dalam darah menipis, kekuatan ke dalam menurun, yang koloid cairan interstitium yang terjadi akibat
memungkinkan gerakan ke dalam jaringan. Penurunan tekanan peningkatan protein di cairan interstitium
masuk utama ini menyebabkan kelebihan cairan yang meningkatkan gaya keluar efektif.
keluar sementara cairan ang direabsorbsi lebih sedikit dari pada Ketidakseimbangan ini ikut berperan
normal. Edema dapat disebabkan oleh penurunan kosnsentrasi menyebabkan edema local yang berkaitan
protein plasma melalui beberapa cara berbeda : dengan cedera (misalnya, lepuh) dan rekasi
pengeluaran berlebihan protein plasama melalui urin, akibat alergik (misalnya biduran).
penyakit ginjal, penurunan sintesis protein plasma akibat penyakit
hati (hati hampir membentuk semua protein plasma) : makanan
yang kurang mengandung protein : atau pengeluaran
bermakna protein plasma akibat luka bakar yang luas.
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, penyebab paling umum dari
peningkatan tekanan kapiler adalah gagal jantung kongensif dimana
peningkatan tekanan vena. Seperti ketika darah terbendung di vena,
menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler mengalirkan isinya ke
dalam vena. Edema regional juga dapat terjadi akibat restriski local aliran
balik vena. Contohnya adalah pembengkakan yang sering terjadi di tungkai
dan kaki selama kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena-vena
besar yang menyalurkan darah dari ekstremitas bawah sewaktu pembuluh-
peembuluh tersebut masuk ke rongga abdomen. Bendungan darah di vena ini
meningkatkan tekanan darah di kapiler tungkai dan kaki, mendorong edema
regional ekstremitas bawah.
• Obstruksi limfatik atau penyumbatan pembuluh limfe, menyebabkan edema karena kelebihan
cairan filtrasi tertahan di interstitium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui pembuluh
limfe. Akumulasi protein di cairan interstitium memperparah masalah melalui efek osmotiknya.
Sumbatan pembuluh limfe local dapat terjadi, sebagai contoh di lengan wanita yang aluran-
saluran drainase limfe utamanya dari lengan telah tersumbat akibat pengankatan kelenjar limfe
pada pembedahan karena kanker payudara. Penyumbatan pembuluh limfe yang lebih luas
terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasit yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama
ditemukan di daerah pantai torpis. Pada penyakit ini, cacing filarial yang halus mirip benang
menginfeksi pembuluh limfe dan menyumbat drainase limfe. Bagaian tubuh yang terkena,
terutama skrotum dan ekstremitasm ,memgalami edema berat. Penyakit ini sering dianamai
elephantiasis karena kaki yang membengkak seperti kaki gajah.
• Kelebihan natrium dan air tubuh, pada gagal jantung kongesif, curah jantung menurun pada
saat kekuatan kontraksi menurun. Untuk mengkompensasi, peningkatan jumlah aldosterone
menyebabkan retensi natrium dan air. Volume plasma meningkat, begitu juga tekanan kapiler
intravaskular vena. Jantung yang gagal ini tidak mampu memompa peningkatan aliran balik
vena ini, dan cairan dipaksa masuk kedalam ruang interstisial.
v. Bedakan dengan bagan mekanisme • Edema karena sirosis hepatis
terjadinya edema pada malnutrisi, gagal
jantung kanan, sirosis hepatis, dan sindroma
nefrotik!
• EdemaMalnutrisi dikarenakan tubuh kekurang
an nutrisi dalam hal iniprotein.Protein plasma
bekerja untuk menjaga tekanan osmotik koloid
agar stabil, jika asupan protein seseorang
berkurang (albumin) maka bisa menyebabkan
edema.Mekanisme hingga bisa menyebabkan
edema adalah sebagai berikut :
Tekanan plasma menipis Tekanan osmotik
koloid menurun Gagal ginjal merespon dengan
aldosterone-angiostensin-renin Volume
Intravaskuler meningkat sementara Namun
karena defisitprotein plasma tekosmotik tetap
rendah Cairan intravaskuler masuk ke jaringan
EDEMA
• Edema karena gagal jantung kanan
Tekanan Vena meningkat Volume darah
meningkat Tekanan hidrostatik kaliper
meningkat Edema perifer Sirosis
•
Hipoalbuminemia
Penurunan
volume darah
Retensi air arteri efektif
dan Na
Edema
Bagaimana mekanisme terjadinya syok?
Mekanisme terjadinya shock, terjadi dalam 3 tahap:
• Tahap irreversible
Jika tidak dilakukan intervensi, proses tersebut akhirnya
• Tahap nonprogresif memasuki tahap irreversible. Jejas sel yang meluas tercermin
Mekanisme neurohormonal membantu oleh adanya kebocoran enzim lisosom, yang semakin
mempertahankan curah jantung dan tekanan darah. memperberat keadaan syok. Fungsi kontraksi miokard akan
Meliputi refleks baroreseptor, pelepasan katekolamin, memburuk yang sebagiannya disebabkan oleh sintesis nitrit
aktivasi poros rennin-angiotensin, pelepasan hormonan oksida. Pada tahap ini, klien mempunyai ginjal yang sama
antidiuretik dan perangsangan simpatis umum. Efek sekali tidak berfungsi akibat nekrosis tubular akut dan
akhirnya adalah vasokontriksi perifer dan pemeliharaan meskipun dilakukan upaya yang hebat, kemunduran klinis
cairan ginjal. Pembuluh darah jantung dan otak kurang yang terus terjadi hamper secara pasti menimbulkan
sensitive terhadap respon simpatis tersebut sehingga akan kematian.
mempertahankan diameter pembuluh darah, aliran darah X. Jelaskan dengan bagan bagaimana dehidrasi
dan pengiriman oksigen yang relative normal ke setiap menyebabkan syok!
organ vitalnya.
Syok adalah keadaan defisiensi sirkulasi akibat
• Tahap progresif ketidakseimbangan antara volume darah dengan ruang
Jika penyebab shock yang mendasar tidak diperbaiki, vaskuler. Etiologi syok : Kardiogenik, permeabilitik, anafilaktik,
shock secara tidak terduga akan berlanjut ke tahap septik, hipofolemik. Dehidrasi adalah kondisi saat cairan tubuh
progresif. Pada keadaan kekurangan oksigen yang banyak yang hilang. Dehidrasi terjadi bila cairan hilang lebih
menetap, respirasi aerobic intrasel digantikan oleh glikolisis besar dari asupan. Dehidrasi bisa ringan, sedang, atau berat
anaerobik disertai dengan produksi asam laktat yang
berlebihan. Asidosis laktat metabolic yang diakibatkannnya
• Dehidrasi ringan menyebabkan pusing, mulut kering dan
sedikit berkemih.
menurunkan pH jaringan dan menumpulkan respon arteriol
berdilatasi dan darah mulai mengumpul. Pegumpulan • Dehidrasi sedang menyebabkan mata cekung, kulit pucat
perifer tersebut tidak hanya akan memperburuk curah dan perasaan cemas.
jantung, tetapi sel endotel juga berisiko mengalami cedera
anoksia. Dengan hipoksia jaringan yang meluas, organ vital
• Dehidrasi berat menyebabkan denyut jantung cepat tapi
lemah dan turunnya tekanan darah. Dehidrasi berat dapat
akan terserang dan mulai mengalami kegagalan. Secara
menyebabkan syok dan kematian.
klinis penderita mengalami kebingungan dan pengeluaran
urine menurun.
Daftar Pustaka
Sudiono, Janti., Kurniadhi, Budi., Hendrawan, Andy., Djumantoro, Bing. 2001. Tuntunan
praktikum patologi umum. Jakarta. EGC. https://books.google.co.id. Diakses paada
Rabu, 4 Maret 2015, pukul 16.45
Maulina, Eva Prasetya. 2012. Ganguan hemodinamik. Diambil dari
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/03/23/gangguan-hemodinamik-
448586.html. diakses pada Rabu, 4 Maret 2015, pukul 16.50
Pringgoutomo,Sudarto, dkk. (2002). Patologi I (Umum). Jakarta: Sagung Seto.
Muttaqin, Arif. Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. (2008). Jakarta :
Salemba Medika
Ginsberg, Lionel. Lectures Note : Neurologi Edisi Delapan. (2008). Jakarta : Erlangga
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CBwQFjAA&url=htt
p%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F29345%2F3%2FBab_2.pdf&ei=sDj4VKSHNc-IuATT-
IHoBQ&usg=AFQjCNGfuXH0kgGgM0Wk8D-
vU74MGoaK4Q&sig2=HfdA7zLqHtIQXafBe9Qwvw&bvm=bv.87519884,d.c2E (diakses pukul 18.20,
pada tanggal 5 Maret 2015)
Erna Silvia Budi, dkk. Gangguan Hemodinamik. diakses dari
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/03/23/gangguan-hemodinamik-
448586.html(diakses pukul 18.30, pada tanggal 5 Maret 2015)
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/03/23/gangguan-hemodinamik-448586.html
(diakses pukul 18.40, pada tanggal 5 Maret 2015)
http://www.natfonline.org/patients/what-is-thrombosis/risk-factors/ (diakses pukul 18.55, pada
tanggal 5 Maret 2015)
http://www.news-medical.net/health/Atherosclerosis-%28Indonesian%29.aspx (diakses pukul
19.00, pada tanggal 5 Maret 2015)
http://www.news-medical.net/health/What-is-Vasculitis-%28Indonesian%29.aspx (diakses pukul
19.15, pada tanggal 5 Maret 2015)