Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERLINDUNGAN HUKUM
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Oleh :
Priska Rizqi Afenia
135070207113006
PSIK B

LEGAL ETHIC IN NURSING


Fakultas Kedokteran-Ilmu Keperawatan
Universitas Brawijaya Kampus IV

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Salam sejahtera bagi kita semua

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena hanya dengan
taufiq dan hidayahNya saya dapat mengikuti materi pelajaran Legal Ethic in Nursing
dengan sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan pemahaman saya dalam mengkaji materi
legislasi keperawatan, saya menyusun sebuah makalah dengan judul Perlindungan Hukum
dalam Praktik Keperawatan. Semoga makalah ini bermanfaat walau belum sempurna,
tetapi semoga membawa manfaat bagi kita semua.

Saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan. Selanjutnya saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu saya, terutama kepada
pembimbing saya, Ns. M. Fathony, M.Kep yang telah membimbing saya sehingga makalah
ini dapat saya susun dengan sebaik mungkin.

Demikian dua kata pengantar ini, kurang lebihnya saya mohon maaf bila ada
tulisan atau kalimat yang salah dalam makalah ini.

Kediri, 12 Maret 2014

Penyusun :

Priska Rizqi Afenia


[135070207113006]

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1Latar Belakang ................................................................. 1
1.2Tujuan ............................................................................. 1
1.3Manfaat ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................... 2


2.1Perlindungan Hukum........................................................ 2
2.2Tujuan Hukum dalam Keperawatan .................................. 2
2.3Fungsi Hukum dalam Keperawatan ................................... 2
2.4Sumber Hukum ............................................................... 2
2.5Tipe Hukum .................................................................... 3

BAB III PERAN PERAWAT BERDASARKAN HUKUM ................... 5


3.1Perawat sebagai Penyedia Layanan................................... 5
3.2Perawat sebagai Pegawai ................................................. 5
3.3Perawat sebagai Warga Negara ........................................ 5

BAB IV ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN ........... 7


4.1Standar Pelayanan ........................................................... 7
4.2Persetujuan ..................................................................... 7
4.3Informed Consent ............................................................ 7
4.4Malpraktik ....................................................................... 8
4.5Dasar Perlindungan Hukum .............................................. 9

BAB V PENUTUP ........................................................................... 11


5.1Kesimpulan..................................................................... 11
5.2Saran ............................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat sebagai penerima jasa
keperawatan terhadap hukum, maka tata tertib hukum dalam pelayanan keperawatan
memberikan kepastian hukum kepada perawat, pasien dan sarana kesehatan. Kepastian hukum
berlaku untuk pasien serta perawat sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing. Hak dan
kewajiban perawat harus dilaksanakan seimbang. Berdasarkan hal tersebut perawat harus
mengantisipasi keadaan yang diinginkan oleh pasien dengan meningkatkan profesionalisme
sebagai seorang perawat juga memahami hak dan kewajiban serta kewenangannya.

Makalah ini membahas tentang perlindungan hukum dalam praktik keperawatan. Untuk
penerapan praktik keperawatan, perlu ketetapan (legislasi) yang mengatur hak dan kewajiban
perawat yang terkait dengan profesi. Legislasi dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
hukum bagi masyarakat dan perawat. Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan
dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat
agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi
lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang diharapkan masyarakat dari
penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
a. Sebagai bahan diskusi
b. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan
c. Untuk mengetahui lebih jauh tentang perlindungan hukum dalam praktik keperawatan

1.3 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah :
a. Menambah ilmu pengetahuan
b. Menjadi inspirasi
c. Menjadi dasar pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perlindungan Hukum


Hukum adalah seluruh aturan dan undang-undang yang mengatur sekelompok masyarakat
dengan demikian hukum dibuat oleh masyarakat dan untuk mengatur semua anggota
masyarakat.

2.2 Tujuan Hukum Dalam Keperawatan


Tujuan hukum yang mengendalikan cakupan praktek keperawatan, ketentuaan, perizinan bagi
perawat, dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat. Perawat yang
mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik perawat serta standar asuhan akan
memberikan layanan keperawatan yang aman dan kompeten.

2.3 Fungsi hukum dalam keperawatan


a. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan
yang sah dalam asuhan klien.
b. Hokum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga propesional kesehatan lain.
c. Hokum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.

2.4 Sumber hukum


Pedoman legal yang dianut perawat berasal dari hukum perundang-undangan, hukum
peraturan, dan hukum umum.
a. Hukum Perundang-undangan
Hukum yang dikeluarkan oleh badan legislatif. Menggambarkan dan menjelaskan batasan
legal praktek keperawatan. Undang-undang ini melindungi hak-hak penyandang cacat di tempat
kerja, institusi pendidikan, dan dalam masyarakat.

b. Hukum peraturan atau hukum administratif


Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh badan administratif. Salah satu contoh hukum
peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan yang tidak kompeten atau
tidak etis.

5
d. Hukum umum
Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang pengadilan saat kasus hukum individu
diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed consent dan hak klien untuk menolak
pengobatan.

2.5 Tipe Hukum


a. Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam masyarakat dan
memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal. Contohnya antara lain
pembunuhan, pembunuhan tidak direncana, dan pencurian.
b. Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat dan
mendorong perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.

Undang-undang dan strategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi. Good
Samaritan Act adalah salah satu contoh hukum yang dibuat untuk melindungi perawat saat
memberikan bantuan dalam suatu kecelakan. Melakukan praktik yang kompeten dan aman yang
sesuai dengan undang-undang dan standar praktik merupakan landasan hukum utama terkait
keamanan bagi perawat. Dokumentasi yang akurat dan lengkap merupakan komponen
perlindungan hukum yang penting bagi perawat.

Undang-undang dan srategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi


diantaranya:

1. Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk melindungi


penyediaan layanan kesehatan yang memberikan bantuan pada situasi kegawatan
terhadap tuduhan malpraktek kecuali dapat dibuktikan terjadi penyimpangan berat dari
standar asuhan normal atau kesalahan yang disengaja di pihak penyedia layanan
kesehatan.
2. Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan malpraktik terhadap
para propesional kesehatan, perawat dianjurkan mengurus asuransi tanggung wajib
mereka. Kebayakan rumah sakit memiliki asuransi pertanggungan bagi semua pegawai,
termasuk semua perawat. Dokter atau rumah sakit dapat dituntut karena tindak
kelalaian yang dilakukan perawat dan perawat juga dapat dituntut dan dianggap
bertanggung jawab atas kelalaian atau malpraktik. Rumah sakit dapat menuntut balik
perawat saat mereka terbukti lalai dan rumah sakit mengharuskan untuk membayar.
Oleh karena itu perawat dianjurkan mengurus sendiri jaminan asuransi mereka dan
tidak hanya mengandalkan asuransi yang disediakan oleh rumah sakit saja.

6
3. Melaksanakan program dokter para perawat diharap mampu menganalisis prosedur
dan medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat bertanggung jawab mengklarifikasi
program yang tampak rancu atau salah dari dokter yang meminta.
4. Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang kompeten adalah upaya
perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat sebaiknya memberikan asuhan yang
tetap berada dalam batasan hokum praktik mereka dan dalam batasan kebijakan
instansimaupun prosedur yang berlaku.penerapan proses keperawatan merupakan
aspek penting dalam memberikan asuhan klien yang aman dan efektif.
5. Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan dapat
digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.
6. Laporan insiden adalah catatan instantsif mengenai kecelakaan atau kejadian luar
biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan semua fakta yang dibutuhkan
kepada personel instansi.

7
BAB III
Peran Perawat Berdasarkan Hukum

Berdasarkan hukum, perawat memiliki tiga peran berbeda yang saling bergantung,
masing-masing dengan hak dan kewajiban yang terkait, yaitu sebagai penyedia layanan, pegawai
atau penerima kontrak sebagai penyedia layanan, dan warga negara.

3.1 Perawat sebagai Penyedia Layanan


Perawat diharapkan memberikan perawatan yang aman dan kompeten. Tersirat dalam peran
ini adalah beberapa konsep hukum, yakni tanggung wajib, standar asuhan, dan kewajiban
kontrak.

1. Tanggung jawab adalah keadaan atau kondisi untuk bertanggung jawab sesuai hukum
terhadap kewajiban dan tindakan seseorang dan pemberian ganti rugi secara finansial
atas tindak pelanggaran. Perawat, contohnya memiliki kewajiban untuk berpraktik dan
mengarahkan praktik yang dilakukan orang lain di bawah pengawasan perawat tersebut
sehingga bahaya atau cedera pada klien dapat dicegah dan standar asuhan dapat terjaga.
2. Standar asuhan yang dilakukan atau tidak dilakukan perawat secara hukum dibatasi oloeh
undang-undang praktik perawat dan oleh peraturan tindakan yang rasional dan bijaksana,
yaitu tindakan yang dilakukan oleh tenaga profesional yang rasional dan bijaksana,
dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sama pada situasi yang sama.
3. Kewajiban kontrak adalah tugas perawat yang harus dilakukan perawat, yaitu tugas untuk
memberikan asuhan, yang ditetapkan berdasarkan kontrak tersurat dan tersirat.

3.2 Perawat sebagai Pegawai atau Penerima Kontrak Sebagai Penyedia Layanan
Perawat yang diperkerjakan oleh suatu lembaga bekerja sebagai perwakilan lembaga
tersebut dan kontrak perawat dengan klien merupakan bentuk kontrak tersirat. Namun perawat
yang diperkerjakan secara langsung oleh klien, contohnya perawat pribadi, mungkin memiliki
kontrak tertulis dengan klien tersebut berisi persetujuan perawat untuk memberikan layanan
profesional dengan biaya imbalan tertentu. Perawat dapat tidak memenuhi ketentuan dalam
kontrak bila ia sakit atau meninggal dunia. Namun kendala dan masalah pribadi, seperti mobil
perawat mogok, bukan alasan yang diterima untuk melanggar kontrak.

8
3.3 Perawat sebagai Warga Negara
Hak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama dengan setiap individu yang
berada di bawah sistem hukum. Hak-hak kewarganegaran melindungi klien dari bahaya dan
menjamin pemberian hak atas harta pribadi mereka, hak atas privasi, kerahasian, dan hak-hak
lain. Hak ini juga berlaku bagi perawat.

9
BAB IV
Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan

Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal pada berbagai peran
mereka. Contohnya, sebagai advokat klien, perawat memastikan klien mendapatkan haknya
untuk menyetujui atau menolak tindakan setelah diberikan informasi yang benar, serta
mengidentifikasi dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian terhadap pasien yang
rentan. Aspek legal juga mencakup tanggung jawab untuk melaporkan perawat yang diduga
melakukan penyalahgunaan zat kimia.

4.1 Standar Pelayanan


Standar pelayanan ( standard of care ) merupakan pedoman legal bagi praktik keperawatan
dan memberikan batasan minimum pelayanan keperawatan yang dapat diterima. Standar
tersebut mencerminkan nilai-nilai dan prioritas profesi. Dalam sebuah tuntutan malpraktek,
standar pelayanan keperawatan mengukur tindakan keperawatan dan menentukan apakah
perawat melakukan tindakan yang layak dan bijaksana seperti yang dilakukan perawat lainnya
dalam situasi yang sama. Pelanggaran terhadap standar pelayanan keperawatan merupakan salah
satu elemen yang harus dibuktikan dalam kasus kelalaian atau malpraktik keperawatan. Dalam
tuntutan malpraktek atau kelalaian perawat, seorang ahli keperawatan memberikan kesaksian
kepada juri tentang standar pelayanan keperawatan. Juri menggunakan standar pelayanan
sebagai dasar untuk menentukan apakah perawat telah melakukan tindakan yang sesuai.

4.2 Persetujuan
Formulir persetujuan ( consent ) yang telah ditandatangani dibutuhkan untuk semua
pengobatan rutin, prosedur berbahaya seperti operasi, beberapa program pengobatan seperti
kemoterapi dan penelitian yang melibatkan pasien.

4.3 Informed Consent


Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan, seperti
operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang risiko,
manfaat, alternatif, dan akibat penolakan. Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi
penyelengara pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti
oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien
tidak berada dalam pengaruh obat seperti narkotika.

10
4.4 Malpraktek
Malpraktek didefinisikan sebagai“kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama” . Untuk malpraktek hukum dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum
yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice, dan Administrative malpractice.

a. Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala


perbuatan tersebut merupakan kesengajaan,kelalaian, kecerobohan. Criminal malpractice yang
bersifat sengaja misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), melakukan aborsi tanpa
indikasi medis pasal 299 KUHP). Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness)
misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Criminal
malpractice yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggung
jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh
sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

b. Civil malpractice

Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati
(ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:

 Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.


 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula
dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah
sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya
(tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas
kewajibannya.

11
c. Administrative malpractice

Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga


perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. ketentuan di bidang kesehatan,
misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin
Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan
tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar
hukum administrasi.

4.5 Dasar Perlindungan Hukum

1. Pasal 53 (1) UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medis
terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan.
4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien diatur dalam peraturan
pemerintah.

2. Pasal 54
1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksankan tugas profesinya dapat dikenakan tindakan sangsi
2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden.

3. Pasal 24 (1) PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan


Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yg melakukan tugasnya sesuai
dengan standar profesi tenaga kesehatan.

12
4. Pasal 344 KUHP “Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum penjara selama-
lamanya duabelas tahun.”
5. Pasal 299 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan
pengobatan itu kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling lama
empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
2) Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia seorang dokter,
bidan atau juru-obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya,
maka haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan
dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan
dalam melakukan tugasnya.

5.2 Saran
1. Sebagai seorang perawat hendaknya mengetahui dengan jelas hak dan kewajiban
serta kewenangannya.
2. Sebagai seorang perawat hendaknya tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat
hukum sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada penyenggara
pelayanan keperawatan yang profesional.

14
DAFTAR PUSTAKA

www. Nursingworld. 1998.: Collaborations and Independent Practice: Ongoing Issues for Nursing.
Diakses pada tanggal 12 Maret 2007

www. Kompas.com/kompas-cetak/ 2001. Diskusi Era Baru: Perawat Ingin Jadi Mitra Dokter.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2007

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for Optimal Health,
Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA

Dochterman , Joanne McCloskey PhD, RN, FAAN. 2001 Current Issue in Nursing. 6th Editian .
Mosby Inc.USA

Taufik Tatang. “Kemitraan, Koordinasi/Kerjasama, dan Kolaborasi”. artikel.

15

Anda mungkin juga menyukai