PERTANIAN
Disusun Oleh:
Titin Nur Fitriya 151710101037
Yuzy Dwi Astutik 151710101031
Rahmania Intan Putri Pertiwi 151710101058
Baity Nur Jannah 151710101064
Aula Nisaurrohmah 151710101173
THP-A
Keterangan :
Produk 1 = Teh Instan; Produk 2= Permen Teh; Produk 3= Minuman teh dalam Kemasan
Berdasarkan hasil analisis dalam tabel seleksi industri (produk), dihasilkan
produk yang berpotensi untuk dikembangkan dalam industri yaitu minuman teh
dalam kemasan. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa kriteria pemilihan produk
sebagai berikut: nilai guna dari produk, kemungkinan pengembangan, fasilitas
produksi yang diperlukan, teknologi yang digunakan, proyeksi permintaan,
proyeksi penjualan, potensi keuntungan, jalur distribusi perusahaan, posisi
persaingan, modal yang dibutuhkan, dan dukungan kebijakan. Ditinjau dari proses
pembuatannya minuman teh dalam kemasan lebih praktis sehingga memiliki nilai
guna lebih tinggi karena minuman teh ini berkhasiat untuk kesehatan. Selain itu,
minuman teh dalam kemasan sangat mudah untuk dikonsumsi sehingga layak
untuk bersaing dengan produk minuman teh dalam kemasan yang lainnya. Akan
tetapi produk ini membutuhkan fasilitas produksi yang sangat tinggi dibandingkan
dengan produk permen dan teh instan. Fasilitas produk yang sangat tinggi
membutuhkan modal yang sangat tinggi pula.
3. Pengadaan Bahan Baku
1. Kualitas (Quality)
a. Daun Teh Kering
Teh hijau kering yang akan digunakan untuk proses produksi diperoleh
dari PTPN dan supplier yang sebelumnya telah ditetapkan oleh perusahaan
berdasarkan kualitas teh kering yang ditentukan perusahaan. Teh kering yang
datang kemudian diperiksa oleh divisi logistik yang meliputi jumlah bahan
(kuantitas) dan pemeriksaan lanjutan oleh unit pengendalian mutu yang meliputi
pengujian fisik seperti aroma, rasa, dan berat jenis, pengujian mikrobiologis
seperti ada tidaknya jamur, dan pengujian kimia meliputi kadar air dan kadar
tanin. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjaga mutu produk yang dihasilkan.
Penyimpanan teh kering dilakukan dalam ruang tertutup dengan RH sebesar 60%-
80% dan terpisah dari bahan-bahan lainnya. Pemisahan ini bertujuan menjaga
kelembaban ruang penyimpanan tidak terlalu tinggi. Kelembaban yang terlalu
tinggi dapat mengakibatkan kandungan air dalam teh kering meningkat sehingga
menurunkan kualitas teh kering tersebut. Syarat mutu teh hijau dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Standar Mutu Teh Hijau
No Parameter Satuan Syarat Mutu
1 Kadar air (b/b) % Maks 8
2 Kadar ekstrak dalam air (b/b) % Min 32
3 Kadar abu total (b/b) % 4-8
4 Kadar abu larut dalam air (b/b) % Min 45
dari abu total
5 Kadar abu tidak larut dalam % Maks 1
asam (b/b)
6 Alkalinitas abu larut dalam air % 1-3
(b/b)
7 Kadar serat kasar (b/b) % Maks 16,5
8 Polifenol (b/b) % Min 15
9 Cemaran logam
9.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks 2
9.2 Timah (Sn) Mg/kg Maks 40
9.3 Raksa (Hg) Mg/kg Maks 0,03
9.4 Arsen (As) Mg/kg Maks 1
9.5 Kadmium (Cd) Mg/kg Maks 0,2
9.6 Seng (Zn) Mg/kg Maks 40
10 Cemaran mikroba
10.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks 1 x
10.2 Coliform Koloni/g Maks 3 x
10.3 Kapang dan khamir Koloni/g Maks 4 x
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2016), SNI 3945-2016
b. Gula
Gula yang digunakan dalam proses pengolahan adalah gula rafinasi I. Gula
rafinasi berasal dari tebu yang sudah dipisahkan dari zat – zat lainnya seperti
senyawa fenolik, melanoidin, karamel dan produk degradasi gula invert.
Komponen tersebut memberi efek warna coklat pada gula, sehingga harus
dipisahkan agar menghasilkan gula yang putih bersih. Gula rafinasi merupakan
gula sukrosa yang diproduksi melalui tahapan proses afinasi (pencucian kristal
gula kristal murni), remelting (pelarutan kembali), klarifikasi (pembuangan
pengotor non-sugar), dekolorisasi (penghilangan warna), kristalisasi
(pembentukkan kristal), fugalisasi (pemisahan kristal sukrosa), dan pengeringa.
Menurut Sugarlabinta (2012), kelebihan dari gula rafinasi, yaitu :
1. Warna lebih bening, natural putih dan tidak banyak kotoran dibandingkan
gula pasir pada umumnya.
2. Sifat dari gula kristal rafinasi lebih kering dan tidak suka menggumpal
Gula pasir diperoleh dari supplier yang sebelumnya telah ditetapkan oleh
perusahaan berdasarkan kualitas gula pasir yang disyaratkan perusahaan. Gula
pasir yang dikirim supplier harus dilengkapi dengan Certificate of Analysis (CoA)
dan dilakukan pemeriksaan visual, meliputi keadaan kemasan yang baik,
kesesuaian berat dengan label, bebas dari kotoran (kerikil, pasir, serangga, atau
benda lain selain gula pasir), tidak menggumpal, kering, dan berwarna putih. Gula
pasir yang diterima kemudian dilakukan pengecekan oleh unit pengendalian mutu
bagian laboratorium yang meliputi kadar air, ukuran partikel, dan warna gula pasir
untuk mengetahui gula pasir tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Syarat mutu gula kristal rafinasi I dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat Mutu Gula Kristal Rafinasi I
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Fisik
1 Polarisasi ⁰Z Min 99,80
2 Susut pengeringan %, b/b Maks 0,05
3 Warna larutan IU Maks 45
Kimia
4 Gula reduksi % Maks 0,04
5 Abu %,b/b Maks 0,043
6 Sedimen Mg/kg Maks 7,0
7 Belerang dioksida Mg/kg Maks 2,0
8 Timbal (Pb) Mg/kg Maks 2,0
9 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks 2,0
10 Arsen (As) Mg/kg Maks 1,0
Biologis
11 Angka lempeng total (ALT) Koloni/10 g Maks 200
12 Kapang Koloni/10 g Maks 10
13 Khamir Koloni/10 g Maks 10
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2006), SNI No. 01-3140.2-2006
c. Air
Air yang digunakan berasal dari air sumur dengan kedalaman tidak lebih
dari 150 meter. Hal tersebut disebabkan untuk jenis tanah tertentu (misalnya tanah
gambut) pada kedalaman dibawah 150 meter terdapat kandungan mineral yang
tidak dikehendaki. Air yang digunakan dalam proses pengolahan adalah air bersih
dengan kualitas air minum yang telah melalui proses water treatment. Air yang
digunakan dalam pabrik minuman tidak boleh mengandung mikroba pembusuk
yang dapat tumbuh selama penyimpanan sehingga mengakibatkan pengendapan
atau kekeruhan.
Menurut Thorner dan Manning (1976) bahwa air dengan tingkat
kesadahan yang tinggi akan menyebabkan waktu ekstrak teh menjadi lebih
panjang karena mineral dalam air sadah dapat mengikat tanin. Semakin tinggi
kesadahan maka semakin banyak ion logam Fe yang berikatan dengan tanin
sehingga menyebabkan waktu ekstrak menjadi lebih lama dan warna seduhan
menjadi lebih gelap. Mineral juga dapat mengakibatkan perubahan rasa dan bau
yang tidak diinginkan, misalnya kandungan alumunium dan sulfat mengakibatkan
rasa dan bau yang tidak enak. Syarat mutu air untuk industri bahan pangan pada
Tabel 3. Air untuk sanitasi harus memiliki tingkat kesadahan yang rendah untuk
mencegah terbentuknya kerak pada mesin.
Tabel 3. Standar Mutu Air Minum
No Kriteria Uji Persyaratan
1 Keadaan
Bau Tidak berbau
Rasa Normal
Warna Maksimum 5
2 pH 6,0-8,5
3 Kekeruhan Maksimum 1,5 NTU
4 Zat terlarut Maksimum 500 mg/L
5 Zat organik (angka KMnO4) Maksimum 1,0 mg/L
6 Total organik karbon -
7 Nitrat (sebagai NO3) Maksimum 45 mg/L
8 Nitrit (sebagai NO2) Maksimum 0,005 mg/L
9 Amonium (NH4) Maksimum 0,15 mg/L
10 Sulfat (SO4) Maksimum 200 mg/L
11 Klorida (Cl) Maksimum 250 mg/L
12 Fluorida (F) Maksimum 1 mg/L
13 Sianida (CN) Maksimum 0,05 mg/L
14 Besi (Fe) Maksimum 0,1 mg/L
15 Mangan (Mn) Maksimum 0,05 mg/L
16 Klor bebas (Cl2) Maksimum 0,1 mg/L
17 Kromium (Cr) Maksimum 0,05 mg/L
18 Barium (Ba) Maksimum 0,7 mg/L
19 Boron (B) Maksimum 0,3 mg/L
20 Selenium (Se) Maksimum 0,01 mg/L
21 Cemaran logam
Timbal (Pb) Maksimum 0,005 mg/L
Tembaga (Cu) Maksimum 0,5 mg/L
Kadmiun (Cd) Maksimum 0,003 mg/L
Raksa (Hg) Maksimum 0,001 mg/L
Perak (Ag) -
Kobalt (Co) -
Arsen (Ar) Maksimum 0,01 mg/L
22 Cemaran mikroba
Angka lempeng total awal Maksimum 1,0x102 koloni/mL
Angka lempeng total akhir Maksimum 1,0x105 koloni/mL
Bakteri bentuk koli <2 APM/100 mL
Salmonella Negatif/100mL
Pseudomonas aeruginosa Nol
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2006), SNI 01-3553-2006
2. Kuantitas (Quantity)
Quantity sangat berguna untuk menentukan kapasitas persediaan bahan
baku. Quantity juga berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan
ketidakpastian persediaan penggunaan (safety stock) bahan baku. Kapasitas bahan
dari perusahaan “Lima Daun Hijau” dihitung per hari (kg/hr). Bahan baku gula,
teh dan air jumlahnya di Indonesia masih melimpah. Produksi teh menurut
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi Teh Menurut Indonesia tahun 3013-2017
Provinsi Tahun Pertumbuhan
(%
)
2013 2014 2015 2016 2017
Aceh - - - - - -
Sum-Utara 13.159 12.810 7.111 6.968 6.953 -44,49
Sum-Barat 7.713 7.999 8.029 8.011 8.008 0,37
Riau - - - - - -
Kep. Riau - - - - - -
Jambi 5.265 5.265 3.555 5.268 5.272 -32,48
Kep. - - - - - -
Bangka
Belitung
Bengkulu 1.460 1.316 1.319 1.321 1.325 0,23
Lampung - - - - - -
DKI Jakarta - - - - - -
Jawa Barat 102.956 105.279 90.594 102.056 103.923 -13,95
Banten - 42 30 43 44 -
Jawa 9.542 11.505 11.422 9.799 9.743 -0,73
Tengah
DI. 66 112 140 151 152 24,62
Yogyakarta
Jawa Timur 3.771 6.879 6.902 6.879 7.224 0,33
Bali - - - - - -
NTT - - - - - -
NTB - - - - - -
Kal-Barat - - - - - -
Kal-Selatan - - - - - -
Kal-Timur - - - - - -
Kal-Utara - - - - - -
Sul-Utara - - - - - -
Gorontalo - - - - - -
Sul-Tengah - - - - - -
Sul-Selatan 138 138 138 140 142 0,00
Sul-Barat - - - - - -
Sul- - - - - - -
Tenggara
Maluku - - - - - -
Maluku - - - - - -
Utara
Papua - - - - - -
Papua Barat - - - - - -
Indonesia 145.460 154.369 132.615 144.015 146.168 -14,09
2. Pelarut Gula
Masuk Kg
Gula 766,5
Air panas 1.500
Perusahaan kami membutuhkan sekitar 93.500 kg teh hijau kering dalam
sekali produksi. Banyaknya jumlah teh hijau yang dibutuhkan tersebut masih
dapat dipenuhi dengan adanya jumlah teh di Indonesia yang masih melimpah di
berbagai daerah. Maka dari itu, pada perusahaan kami dengan produk minuman
teh hijau dalam kemasan ini masih dapat dipenuhi bahan bakunya serta bahan
baku tersebut mudah untuk di peroleh. Akan tetapi untuk mengatasi kekurangan
penyuplaian bahan baku, maka kami telah bekerja sama dengan beberapa
supplier.
3. Timing
a. Teh hijau kering
Perusahaan “Lima Daun Hijau” dalam satu kali produksi membutuhkan teh
hijau kering sebanyak 93,500 kg. Perusahaan ini menerima teh hijau kering setiap
dua minggu sekali. Sehingga dalam dua minggu membutuhkan teh hijau kering
sebanyak 1.309 kg.
Gambar 1. Forklift
2. Booster Pump
5. Carbon Filter
Gambar 7. Carbon Filter
6. Softener Tank
7. UV System
Gambar 9. UV System
8. Storage Tank
Gambar 10. Storage Tank
Daun teh
Gul
kering
a
Air Air
Pelarutan Ekstraksi
panas panas
Penyaringan
Pencampuran
4. Packaging
Gambar 27. Gudang penyimpanan produk jadi minuman teh hijau dalam
kemasan
Untuk mengindari bahaya kontaminasi yang berasal dari hewan pengerat
seperti tikus, serangga dan lain-lain PT. Lima Daun Hijau menerapkan SSOP dan
GMP. Selain penyimpanan produk, pengiriman produk juga menjadi faktor yang
harus diperhatikan. Dalam pengiriman produk, PT. Lima Daun Hijau
mempertimbangkan beberapa aspek yaitu: 1.) Pengirim dan penerima, 2.) Alat
transportasi, 3.) Pemerintah dan 4.) Mayarakat atau konsumen.
1. Pengirim dan Penerima
Pengirim dan penerima merupakan pihak-pihak yang berperan dalam
penyebaran suatu produk. Pengirim memiliki kepentingan untuk menyelesaikan
transaksi dalam suatu pembelian produk, sedangkan penerima memiliki
kepentingan untuk menyelesaikan administrasi dalam suatu pembelian produk.
Pengirim dan penerima harus memperhatikan tempat pengiriman dan
pengambilan produk, kerusakan suatu produk, dan transaksi yang dilakukan oleh
kedua belah pihak.
2. Alat Transportasi
Transportasi yang digunakan oleh PT. Lima Daun Hijau adalah truk
pengangkut dengan bak tertutup. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan
yang disebabkan oleh cuaca. Penggunaan truk sebagai alat transportasi sangat
efisien karena dengan menggunakan truk dapat mengangkut produk dengan
jumlah yang banyak sekaligus. Truck pengangkut produk minuman teh hijau
dalam kemasan dapat dilihat pada Gambar 22.