Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN SIMULASI KLINIK IKGMP

TOPIK : USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI PUSKESMAS


TUMPANG, KABUPATEN MALANG
BLOK 4.7.13

Kelompok 5
Ketua : Abdur Razaq Komaruzazaman (0810740001)
Sekretaris : Nimas Anissa Puji Diandari (0810740037)
Anggota : Agatha Rufina Putriyanti (0810740003)
Akhmad Hilmi Muttaqin Anwari (0810740006)
Diana Puspitasari (0810740026)
Dipa Elyana (0810740032)
Kartika Emmanuella E (0810740028)
Mutiara Tungga Dewi (0810740034)
Rr Merina Diah eri (0810740040)
Virma Diansyah P. P (0810740054)
Grace Victoria Octavianus (0810743008)
Ike Yulianingtyas Susadi (0810743009)
Irene Griselda Chielwin (0810743011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut rumusan pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) tahun

2015, kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan manusia

secara utuh. Dalam poin pencapaian pendidikan universal, penyakit gigi dan mulut

mengakibatkan ketidakhadiran murid ke sekolah, menurunnya daya konsentrasi

siswa, waktu tidur yang kurang , dan menurunnya prestasi anak di sekolah. (Menkes

RI, 2010).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan

gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab

pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi

sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia

dewasa nanti. (Puskesmas Loji, 2011)

Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, prevalensi

karies di Indonesia sudah menembus angka 90.05 %. Sedangkan di Jawa Timur

sendiri angka prevalensi pengalaman karies (DMF-t) mencapai 6.44. Dari angka

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman karies masyarakat Jawa Timur

tergolong tinggi. (Riskesdas, 2007)

Pada tahun 2008 hanya 58,49 % (148.550 anak) dari jumlah murid SD/MI di

Kabupaten Malang yang mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Sedangkan
pada tahun 2009 justru menurun di kisaran 43,21 5 (110.404 anak). Angka ini lebih

rendah dari target indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu sebesar 100 %. (Dinkes

Kabupaten Malang, 2010)

Program UKGS merupakan bagian integral dari UKS yang melaksanakan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, terutama pada siswa sekolah

tingkat dasar dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan melalui paket

UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal (Pudentiana, 2008).

Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kegiatan

Puskesmas yang bersifat menyeluruh, terpadu dan meliputi upaya peningkatan,

pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan

didalam gedung Puskesmas dan diluar gedung Puskesmas (Depkes RI, 2000). Salah

satu kegiatan yang dilakukan diluar gedung Puskesmas adalah Program Usaha

Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah salah satu usaha pokok

Puskesmas yang termasuk dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Termasuk

didalam program UKGS adalah pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

pada murid-murid sekolah dasar, yaitu meliputi Dental Health Education dan

pemeriksaan gigi dan mulut pada murid-murid sekolah dasar yang terpilih, atau pada

murid-murid yang membutuhkan perawatan darurat seperti abses, gigi persistensi,

dsb (Darwita, RR et al. 2006)

Anak usia Sekolah Dasar (SD) tergolong kedalam kelompok rawan penyakit

gigi dan mulut. Untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, pemerintah melalui

Departemen Kesehatan telah melakukan berbagai upaya pendekatan pelayanan

kesehatan, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan

berkesinambungan (Herijulianti dkk., 2002). Upaya ini diwujudkan dalam program


kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) melalui Puskesmas sebagai salah satu

kegiatan pokok Puskesmas dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan anak

sekolah. Usaha peningkatan kesehatan gigi dan mulut untuk anak sekolah

dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dan

diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) (Dep. Kes. R. I., 1996).

Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit yang paling banyak

dijumpai di rongga mulut sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan

mulut. Karies gigi dan penyakit periodontal dapat dicegah melalui penerapan

kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan mulut pada anak secara dini dan secara

kontinu. Penyakit gigi dan mulut akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan,

proses tumbuh kembang, bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan

gizi, rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak

lainnya, kemampuan belajar mereka akan menurun sehingga jelas akan berpengaruh

pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak (Shopia Ida, 2004).

Masa anak sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan yang kokoh

bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor yang

penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Dalam rangka

meningkatkan kualitas kesehatan siswa disekolah, kesehatan gigi dan mulut

merupakan suatu bagian dari kesehatan umum yang mempunyai peran penting dalam

fungsi kesehatan (Depkes RI, 1996).

Berdasarkan data pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada siswa SD/MI di atas

serta menilik dari pengertian program UKGS itu sendiri, program UKGS di Indonesia

khususnya Kabupaten Malang belum berjalan secara optimal.


1.2 Tujuan Program UKGS

1.2.1 Tujuan umum

Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal. Indikator

derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal berdasarkan Indonesia sehat 2010

adalah 100% murid SD/MI telah mendapat pemeriksaan gigi dan mulut (Dep. Kes. R.

I., 2003).

1.2.2 Tujuan khusus

1. Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.

2. Siswa mempunyai sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan

mulut.

3. Siswa binaan UKS paket standar, paket optimal mendapat pelayanan medik

gigi dasar atas permintaan (care on demand).

4. Siswa sekolah binaan UKS paket optimal pada jenjang kelas terpilih telah

mendapat pelayanan medik gigi dasar yang diperlukan (treatment need)

(Dep. Kes. R. I., 1996).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

2.1.1 Pengertian Program UKGS

UKGS adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah, bagian dari upaya kesehatan

gigi dan mulut, merupakan salah satu upaya pengembangan Kesehatan yang penting

dan wajib dan bersifat sebagai penunjang kesehatan masyarakat dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan gigi (surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor: 128/MENKES/SK/II/2004 Bab IV). Kegiatan ini sudah berdiri sejak

tahun 1951, merupakan kegiatan yang sangat relevan dalam upaya penanggulangan

penyakit gigi dan mulut. Hal ini disebabkan karena kegiatanya diarahkan kepada

penanaman kebiasaan pelihara diri kesehatan gigi sejak dini. (Depkes, 2004)

Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan anak sekolah, telah

dilaksanakan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai salah satu kegiatan

pokok Puskesmas. Pelayanan kesehatan gigi pada anak sekolah dilaksanakan

melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dan diselenggarakan

secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program Usaha Kesehatan

Gigi Sekolah (UKGS). Program UKGS ini merupakan bagian integral dari UKS yang

melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, terutama pada

siswa sekolah tingkat dasar dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan

melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal (Pudentiana,

2008)

2.1.2 Kegiatan UKGS

Kegiatan UKGS meliputi:

1. Kegiatan promotif, melipui:


a. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi.

b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru.

2. Kegiatan preventif, meliputi:

a. Sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai

pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/ bulan.

b. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut.

3. Kegiatan kuratif, meliputi:

a. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

b. Pelayanan medik gigi dasar.

c. Pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.

d. Rujukan bagi yang memerlukan

(Dep. Kes. R. I., 1996).

2.1.3 Organisasi Pelaksana UKGS

UKGS dijalankan oleh tim kesehatan gigi sebagai tenaga inti yang terdiri dari

dokter gigi, perawat gigi, dan tenaga kesehatan non dental (petugas UKS, guru, dan

orang tua siswa). Seluruh pelaksana UKGS tersebut memiliki tugas dan tanggung

jawab masing-masing, diantaranya (Herijulianti, 2001):

1. Dokter gigi

Dokter gigi bertanggung jawab dalam hal perencanaan, mengkoordinasi

pelaksanaan dan pengawasan di semua kegiatan UKGS serta menangani

kasus-kasus yang tidak dapat dikerjakan oleh perawat gigi.

2. Perawat gigi

Perawat gigi harus bergerak secara aktif untuk pengembangan dan perluasan

UKGS.

3. Petugas UKS
Petugas UKS bertugas untuk melakukan penyuluhan kesehatan gigi,

pemeriksaan atau penilaian kebersihan gigi dan mulut, pengawasan kumur

dengan larutan fluor, dan pengawasan kegiatan menyikat gigi secara massal.

4. Guru

Guru merupakan key person untuk mengubah tingkah laku anak. Tugas

seorang guru dalam tim UKGS antara lain: melakukan penyuluhan kesehatan

gigi, memeriksa kebersihan mulut, memimpin kumur larutan flouride, dan

memimpin kegiatan menyikat gigi masal.

5. Orang tua murid

Orang tua atau wali murid bertugas memberikan dorongan dan mengawasi

dalam bidang self care atau perawatan sendiri di rumah.

2.1.4 Sasaran UKGS

Sasaran UKGS menurut Dep. Kes. R.I. (1996) adalah:

1. 100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

sesuai kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi masal.

3. Minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas

permintaan (care on demand).

4. Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas kebutuhan

perawatan (treatment need).

2.1.5 Tahap Pelaksanaan Kegiatan UKGS

Berdasarkan kemampuan sarana atau tenaga kesehatan di puskesmas,

kegiatan UKGS dibagi dalam 3 tahapan sebagai berikut (Depkes RI, 2000):
1. UKGS Tahap I (Paket minimal UKS)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga

dan fasilitas kesehatan gigi. Kegiatannya antara lain berupa: pendidikan atau

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh guru sesuai dengan

kurikulum dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; melakukan

pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI melalui sikat gigi massal

minimal untuk kelas I, II dan III dengan memakai pasta gigi yang mengandung

fluor minimal 1 kali setiap bulan; untuk siswa SMP dan SMA disesuaikan

dengan program UKS daerah masing-masing.

2. UKGS Tahap II (Paket standar UKS)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga

dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai. Paket ini memakai sistem

inkremental dengan pemeriksaan ulang setiap dua tahun gigi tetap.

Kegiatannya antara lain berupa: pelatihan guru dan petugas kesehatan secara

terintegrasi; penyuluhan; sikat gigi massal dengan pasta gigi berflouride

minimal 1 bulan sekali; penjaringan kelas I yang diikuti dengan pencabutan gigi

sulung yang sudah waktunya tanggal; pelayanan medik gigi dasar atas

permintaan pada kelas I-VI (care on demand); pelayanan medik gigi dasar atas

permintaan pada kelas terpilih sesuai kebutuhan (treatment need); untuk siswa

SMP dan SMA disesuaikan program UKS provinsi masing-masing.

2.1.6 Tenaga Pelaksana UKGS

Menurut Dep. Kes. R.I. (1996), tenaga pelaksana UKGS meliputi:

1. Kepala Puskesmas:

a. Sebagai koordinator

b. Sebagai pembimbing dan motivator


c. Bersama dokter gigi melakukan perencanaan kesehatan gigi dan mulut

2. Dokter Gigi

a. Penanggung jawab pelaksanaan operasional.

b. Bersama Kepala Puskesmas dan Perawat gigi menyusun rencana kegiatan,

memonitoring program dan evaluasi.

c. Membina integrasi dengan unit-unit yang terkait di tingkat Kecamatan, Dati II

dan Dati I.

d. Memberi bimbingan dan pengarahan kepada tenaga perawat gigi, UKS, guru

SD dan dokter kecil.

e. Bila tidak ada perawat gigi, dokter gigi dapat sebagai pelaksana UKGS.

3. Perawat Gigi

a. Bersama dokter gigi menyusun rencana UKGS dan pemantauan SD.

b. Membina kerjasama dengan tenaga UKS dan Depdikbud.

c. Melakukan persiapan/ lokakarya mini untuk menyampaikan rencana kepada

pelaksana terkait.

d. Pengumpulan data yang diperlukan dalam UKGS (data sosiodemografis dan

epidemiologis).

e. Melakukan kegiatan analisis teknis dan edukatif.

f. Monitoring pelaksanaan UKGS

g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

h. Evaluasi program

4. Petugas UKS

a. Terlibat secara penuh dalam penentuan SD, pembinaanguru, dokter kecil,

monitoring program dan hubungan dengan Depdikbud.

b. Pemeriksaan murid.
c. Melaksanakan rujukan.

d. Menunjang tugas perawat gigi dalam penyuluhan dan pendidikan kesehatan

gigi.

5. Guru SD

a. Membantu tenaga kesehatan gigi dalam pengumpulan data/ screening.

b. Pendidikan kesehatan gigi pada murid.

c. Pembinaan dokter kecil.

d. Latihan menggosok gigi.

e. Rujukan bila menemukan murid dengan keluhan penyakit gigi.

f. Membina kerjasama dengan petugas kesehatan dalam kesehatan

lingkungan, jajan.

g. Membantu guru dalam sikat gigi bersama.

6. Dokter kecil

a. Membantu guru dalam memberi dorongan agar murid berani untuk diperiksa.

b. Memberi penyuluhan kesehatan gigi (membantu guru).

c. Memberi petunjuk pada murid tempat berobat gigi.

2.1.7 Pelaksanaan UKGS Upaya Promotif

Upaya promotif yang dilaksanakan di UKGS lebih diarahkan pada pendekatan

pendidikan kesehatan gigi. Upaya ini biasanya dilakukan oleh guru setelah guru

sekolah memperoleh pegangan atau pedoman hasil dari penataran, mereka dapat

menjalankan program penerangan pendidikan kesehatan gigi dengan jalan

memasukkan pelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut (Herijulianti, 2001).


Bentuk kegiatan upaya promotif UKGS diantaranya adalah penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut siswa SD kelas I sampai dengan kelas VI serta pelatihan

kader. Pelatihan kader adalah proses alih pengetahuan dan keterampilan tentang

kesehatan gigi dan mulut kepada kader kesehatan (guru, dokter kecil) agar dapat

berperan sebagaimana mestinya dalam ruang lingkup upaya peningkatan kesehatan

gigi dan pencegahan penyakit gigi. (Pudentiana, 2008).

2.2 Pemeriksaan Decay, Missing, Filling-teeth (DMF-t)

Menurut Kidd dan Bechal (1992), dalam mempelajari suatu penyakit, ahli

epidemiologi akan melihat baik prevalensi maupun insidensnya. Prevalensi adalah

bagian dari suatu kelompok masyarakat yang terkena suatu penyakit atau suatu

keadaan pada kurun waktu tertentu. Sedangkan insidens adalah pengukuran tingkat

kemajuan suatu penyakit. Oleh karena itu, untuk mengukur insidens dibutuhkan dua

pemeriksaan: satu pada permulaan dan satu pada akhir kurun waktu tertentu. Dengan

demikian insidens adalah peningkatan atau penurunan jumlah kasus baru yang terjadi

pada suatu kelompok masyarakat pada suatu kurun waktu tertentu.

Sebelum insidens dan prevalensi dapat diukur, diperlukan pengukuran

kuantitatif lebih dahulu yang akan mencerminkan besarnya penyebaran penyakit pada

suatu populasi.

Pada kasus karies, pengukuran meliputi:

a. Jumlah gigi karies yang tidak diobati (D)

b. Jumlah gigi yang telah dicabut dan tidak ada (M)

c. Jumlah gigi yang ditambal (F)

Pengukuran ini dikenal sebagai indeks DMF dan merupakan indeks aritmatika

penyebaran karies yang kumulatif pada suatu kelompok masyarakat.


Index DMF-T telah dimanfaatkan secara luas dalam survey epidemiologi oral

health dan direkomendasikan oleh WHO untuk mengukur dan membandingkan

pengalaman karies gigi dalam suatu populasi (Cypriano et al, 2005). Indeks DMF-T

ini dikembangan oleh Klein et al (Ditmyer et al, 2010). DMF-T digunakan untuk

mengemukakan gigi karies, hilang dan ditambal. Indeks yang sama bagi gigi sulung

adalah def-t, di mana “e” menunjukkan jumlah gigi yang dicabut (bukan hilang karena

tanggal secara alamiah) dan “f” menunjukkan gigi atau permukaan gigi yang ditambal.

Skala DMF-T mengindikasikan prevalensi yang sangat rendah apabila DMF-T

antara 0 – 1.1; prevalensi rendah bila antara 1.2 – 2.6; prevalensi sedang bila antara

2.7 – 4.4; prevalensi tinggi bila antara 4.5 – 6.5; dan prevalensi sangat tinggi ketika

DMF-T lebih dari atau sama dengan 6.6 (Cypriano et al, 2005).

Cara menghitung DMF-T:

∑ gigi DMF

∑ orang yang diperiksa

Cara menghitung def-t:

∑ gigi def

∑ gigi yang diperiksa


BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Prosedur pelaksanaan UKS/UKGS dan Pemeriksaan DMF-t

3.1.1 Pelaksanaan UKS/UKGS dan Pemeriksaan DMF-t Siswa Kelas 1 SD An

Nur, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

No. Perihal Uraian

1. Waktu Kegiatan UKS/UKGS dan pemeriksaan DMF-t

dilaksanakan pada hari Selasa, 6 Desember 2011 mulai

pukul 8.00 sampai dengan pukul 11.30 WIB

2. Pelaksana Kelas 1 A:

- Dokter Muda X

- Drg. Fir Veven Andini

- Agatha Rufina

- Abdur Razaq K.

- Ike Yulianingtyas

Kelas 1 B:

- Dokter Muda Y

- Drg. Yuanita Lely Rachmawati, M.Kes

- Akhmad Hilmi M.A.

- Kartika Emmanuela P.

- Grace Octavianus

- Mutiara Tungga Dewi


3. Jumlah Total 51 Siswa

Siswa

4. Kegiatan UKS Kegiatan : Memeriksa Keadaan Umum Siswa, Mata,

Telinga, Leher, Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah

Pelaksana: Dokter Muda

5. Kegiatan Kegiatan : Penyuluhan tentang pentingnya menjaga

UKGS kesehatan Gigi dan Mulut, Pemeriksaan DMF-t/def-t dan

OHI-s, serta rujukan bila perlu.

Pelaksana : Dokter Gigi dan Mahasiswa

6 Alat dan Bahan - Poster

- HandSchoen

- Masker

- Kaca mulut

- Sonde

- Pinset

- Tray

- Kapas

- Alkohol 70%
3.1.2. Pelaksanaan UKS/UKGS dan Pemeriksaan DMF-t Siswa Kelas 1 SDN

Slamet 1, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

No. Perihal Uraian

1. Waktu Kegiatan UKS/UKGS dan pemeriksaan DMFT

dilaksanakan pada hari Jumat, 9 Desember 2011 mulai

pukul 8.30 sampai dengan pukul 10.00 WIB

2. Pelaksana - Drg. Yuanita Lely Rachmawati, M.Kes

- Dipa Eliana

- Diana Puspitasari

- Nimas Annisa

- Rr Merina Diah E.N

- Virma Diansyah P.P

- Griselda Chielwin

3. Jumlah Total 33 Siswa

Siswa

5. Kegiatan Kegiatan : Penyuluhan tentang pentingnya menjaga

UKGS kesehatan Gigi dan Mulut, Sikat gigi bersama, Pemeriksaan

DMF-t/def-t, serta rujukan bila perlu.

Pelaksana : Dokter Gigi dan Mahasiswa

6 Alat dan Bahan - Poster, model gigi dan sikat gigi

- HandSchoen dan masker

- Kaca mulut, sonde, dan pinset

- Tray

- Kapas
- Alkohol 70%
3.2. Hasil Pemeriksaan DMF-t dan OHI-s

3.2.1 Hasil Pemeriksaan DMF-t dan OHI-s Siswa Kelas 1 SD An-Nur Kecamatan

Tumpang, Kabupaten Malang


3.2.1 Hasil Pemeriksaan DMF-t Siswa Kelas 1 SDN Slamet 1 Kecamatan

Tumpang, Kabupaten Malang

DMF-T
No. Nama Usia Jenis kelamin D M F Jumlah DMF
1 Bagus H.P 8 L 8 0 0 8
2 Fery Firmansyah 8 L 3 0 0 3
3 Ahmad Dwi 7 L 15 0 0 15
4 Ahmad Bahil A 7 L 11 2 0 13
5 Ananda Fradila 6 P 13 0 0 13
6 Ahmad Farid Z 6 L 8 0 0 8
7 Candra Darma Jaya 6 L 8 0 0 8
8 Dwi Wahyu J 6 L 11 0 0 11
9 Fery Andrianto 6 L 1 0 0 1
10 Hendra Setiyawan 6 L 5 0 0 5
11 Kholifatul S.R 6 P 13 0 0 13
12 Laily Nurul 6 P 2 0 0 2
13 M. Khoirul Faqih 7 L 10 1 0 11
14 M. Wayan Labibuzaman 7 L 1 0 0 1
15 M. Saiful 7 L 7 1 0 8
16 M. Rizqiyanto M 7 L 11 1 0 12
17 Ramadani Fadi A 6 L 2 0 0 2
18 Riko Arianto 7 L 13 0 0 13
19 Rosyidatul M 6 P 4 0 0 4
20 Syakirani N 7 P 4 0 0 4
21 Siti Aisyah 8 P 14 4 0 18
22 Wahyu Ahyana 6 L 7 0 0 7
23 Yoga Kurniawan 7 L 4 0 0 4
24 Agus Budiono 9 L 9 2 0 11
25 Mohammad Yusri Andrean 7 L 8 1 0 9
26 Ahmad Bahil Ali 7 L 7 0 0 7
27 Andis Khoiril Anwar 7 L 10 0 0 10
28 Muhamad Makmum Amin 7,5 L 11 0 0 11
29 Putri Yulfa Fitriya 6,5 P 2 0 0 2
30 Reva Natasya Firadausi 6 P 5 0 0 5
31 Tri Wahyuningtyas 7 P 10 0 0 10
32 Yanti Rahmawati 6 P 1 0 0 1
Jumlah 238 12 0 250
Rata-Rata 7,4375 0,375 0 7,8125
BAB IV

ANALISA HASIL PENGAMATAN

4.1 Analisa Prosedur Pelaksanaan UKS/UKGS dan Pemeriksaan DMF-t

4.1.1 Pelaksana

Pelaksana UKS/UKGS idealnya dilakukan dengan melibatkan kolaborasi

antara tenaga dokter, dokter gigi, perawat, guru/ petugas UKS. Tetapi berhubung

pada kegiatan simulasi klinik IKGMP ini hanya dilakukan pada 1 kelas , dokter gigi

dan mahasiswa sudah cukup sebagai pelaksana kegiatan UKGS.

4.1.2 Kegiatan

Pada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut siswa tidak sepenuhnya bisa

fokus, bertengkar , dan menangis karena mengingat usianya yang masih terlalu muda.

Pada saat pelaksanaan banyak siswa yang takut untuk diperiksa karena mengira

bahwa giginya akan dicabut. Hal ini disebabkan karena jas lab yang dikenakan oleh

mahasiswa membuat mereka mengira bahwa mahasiswa adalah dokter gigi yang

akan mencabut gigi mereka. Saat dilaksanakan sikat gigi bersama para siswa terlihat

sangat antusias.

4.2 Analisa Hasil Pemeriksaan DMF-t

Skala DMF-T mengindikasikan prevalensi yang sangat rendah apabila DMF-T

antara 0 – 1.1; prevalensi rendah bila antara 1.2 – 2.6; prevalensi sedang bila antara

2.7 – 4.4; prevalensi tinggi bila antara 4.5 – 6.5; dan prevalensi sangat tinggi ketika

DMF-T lebih dari atau sama dengan 6.6 (Cypriano et al, 2005).

Menurut Skala Hasil DMF-t di atas maka hasil DMF-t dari siswa kelas 1 SD

An Nur tergolong sebagai prevalensi sangat tinggi dengan skor 7,9. Sedangkan hasil

penghitungan DMF-t pada SDN Slamet 1 juga tergolong sebagai prevalensi sangat
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa angka kejadian karies pada siswa kelas 1 di kedua

SD tersebut sangatlah tinggi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Pelaksanaan kegiatan UKGS di SD An Nur dan SDN Slamet 1 dengan sasaran

kelas 1 berjalan cukup optimal meskipun hanya dilakukan selama dua hari

pertemuan. Hal ini dikarenakan kegiatan UKGS yang telah dilaksanakan

sudah mencakup 3 hal, yakni: kegiatan promotif (penyuluhan kesehatan gigi

dan mulut), kegiatan preventif (sikat gigi masal dan pemeriksaan DMF-t), serta

kegiatan kuratif (melakukan rujukan bagi siswa yang memerlukan).

- Alat dan prosedur yang digunakan saat kegiatan UKGS pada SD An Nur dan

SDN Slamet 1 sudah cukup baik dan lengkap. Meliputi alat diagnostik standart

dan poster sebagai sarana penyuluhan

- Kendala pada saat UKGS lebih kepada siswa yang tidak kooperatif terhadap

pemeriksa. Hal ini dikarenakan siswa takut giginya akan dicabut.

- Hasil pemeriksaan DMF-t SD An Nur masuk dalam kategori prevalensi sangat

tinggi. Sedangkan pemeriksaan DMF-t SDN Slamet 1 termasuk kategori

prevalensi sangat tinggi juga

5.2 Saran

- Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan terkait harus lebih meningkatkan

kinerja UKGS di sekolah dasar masing-masing kecamatan melalui rencana

strategis yang sudah ditetapkan dan dievaluasi setiap tahunnya. Misalnya,

skor DMF-t dan OHI-s setiap SD harus terkomputerisasi dan ditampilkan di

website Dinkes sehingga setiap dokter gigi puskesmas atau pun mahasiswa
kedokteran gigi dapat mengetahui dengan mudah SD/MI mana saja yang perlu

perhatian khusus.

- Pemerintah dalam hal ini khususnya Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan

harus dapat menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dan mumpuni

untuk pelaksanaan UKGS, sehingga UKGS dapat berjalan dengan lancar dan

tanpa kendala

- Memperbaiki dan mengevaluasi pola penyuluhan UKGS, yaitu dengan

mengganti tenaga penyuluh yang selama ini dilaksanakan oleh tenaga

kesehatan (dokter gigi, perawat gigi) dengan memberdayakan guru sekolah

serta pelatihan kader dokter kecil sehingga diharapkan dapat mengurangi

angka karies di setiap sekolah.

- Kegiatan UKGS promotif, preventif dan kuratif harus berjalan secara

berkesinambungan mulai dari tahap I,II dan III serta dilakukan secara

paripurna.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Kesehatan Gigi Dukung Percepatan MDGs, (Online),


(http://sehatnews.com/kabar-menkes/4735-Kesehatan-Gigi-Dukung-
Percepatan-MDGs.html, diakses tanggal 9 November 2011)

Puskesmas Loji Karawang, 2010. MENGGOSOK GIGI BERSAMA - Kegiatan UKGS


Puskesmas Loji di SD, (Online),
(http://puskesmaslojikarawang.blogspot.com/2011/07/menggosok-gigi-
bersama-kegiatan-ukgs.html , diakses tanggal 9 November 2011 ).

Dinkes. 2011. Buku Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2010, Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang. Malang

Pudentiana. 2008. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: Trans
Info Media.

Herijulianti, Eliza, dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan., 1993. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah.


Jakarta: Direktoral Jenderal Pelayanan Medik.

Departemen Kesehatan., 1996. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah.


Jakarta: Direktoral Jenderal Pelayanan Medik.

Departemen Kesehatan., 1999. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut,


Indonesia Sehat 2010. Jakarta.

Departemen Kesehatan., 2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi di


Puskesmas. Jakarta

Departemen Kesehatan., 2003. Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi, Kebijakan dan
Strategi Pembangunan Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI., 2005. Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan


Rumah Tangga (SKRT) 2004. Vol. 3. Jakarta : Badan Litbangkes.

Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset


Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007.
http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-
Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-2007. Diakses 30 November 2010.
Cypriano, S., Maria da Luz Rosário de Sousa, Wada, Ronaldo Seichi. 2005.
Evaluation of Simplified DMFT Indices in Epidemiological Surveys of Dental
Caries. Rev Saύde Pύblica 39(2).

Kidd, Edwina A.M dan Sally Joyston – Bechal. 1992. Dasar-Dasar Karies: Penyakit
dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC.

Schwarz, Eli, Ditmyer, Marcia, Dounis, Georgia, Mobley, Connie. 2010. A Case
Control Study of Determinants for High and Low Dental Caries Prevalence in
Nevada Youth. BMC Oral Health 10:24.

Anda mungkin juga menyukai