Kelompok 5
Ketua : Abdur Razaq Komaruzazaman (0810740001)
Sekretaris : Nimas Anissa Puji Diandari (0810740037)
Anggota : Agatha Rufina Putriyanti (0810740003)
Akhmad Hilmi Muttaqin Anwari (0810740006)
Diana Puspitasari (0810740026)
Dipa Elyana (0810740032)
Kartika Emmanuella E (0810740028)
Mutiara Tungga Dewi (0810740034)
Rr Merina Diah eri (0810740040)
Virma Diansyah P. P (0810740054)
Grace Victoria Octavianus (0810743008)
Ike Yulianingtyas Susadi (0810743009)
Irene Griselda Chielwin (0810743011)
BAB I
PENDAHULUAN
2015, kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan manusia
secara utuh. Dalam poin pencapaian pendidikan universal, penyakit gigi dan mulut
siswa, waktu tidur yang kurang , dan menurunnya prestasi anak di sekolah. (Menkes
RI, 2010).
gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab
pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi
sendiri angka prevalensi pengalaman karies (DMF-t) mencapai 6.44. Dari angka
Pada tahun 2008 hanya 58,49 % (148.550 anak) dari jumlah murid SD/MI di
Kabupaten Malang yang mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Sedangkan
pada tahun 2009 justru menurun di kisaran 43,21 5 (110.404 anak). Angka ini lebih
rendah dari target indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu sebesar 100 %. (Dinkes
pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, terutama pada siswa sekolah
tingkat dasar dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan melalui paket
UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal (Pudentiana, 2008).
Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kegiatan
didalam gedung Puskesmas dan diluar gedung Puskesmas (Depkes RI, 2000). Salah
satu kegiatan yang dilakukan diluar gedung Puskesmas adalah Program Usaha
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah salah satu usaha pokok
didalam program UKGS adalah pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
pada murid-murid sekolah dasar, yaitu meliputi Dental Health Education dan
pemeriksaan gigi dan mulut pada murid-murid sekolah dasar yang terpilih, atau pada
Anak usia Sekolah Dasar (SD) tergolong kedalam kelompok rawan penyakit
gigi dan mulut. Untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, pemerintah melalui
kesehatan, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan
sekolah. Usaha peningkatan kesehatan gigi dan mulut untuk anak sekolah
dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dan
diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program
Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit yang paling banyak
dijumpai di rongga mulut sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan
mulut. Karies gigi dan penyakit periodontal dapat dicegah melalui penerapan
kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan mulut pada anak secara dini dan secara
kontinu. Penyakit gigi dan mulut akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan,
proses tumbuh kembang, bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan
gizi, rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak
lainnya, kemampuan belajar mereka akan menurun sehingga jelas akan berpengaruh
pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak (Shopia Ida, 2004).
Masa anak sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan yang kokoh
bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor yang
merupakan suatu bagian dari kesehatan umum yang mempunyai peran penting dalam
Berdasarkan data pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada siswa SD/MI di atas
serta menilik dari pengertian program UKGS itu sendiri, program UKGS di Indonesia
Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal. Indikator
derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal berdasarkan Indonesia sehat 2010
adalah 100% murid SD/MI telah mendapat pemeriksaan gigi dan mulut (Dep. Kes. R.
I., 2003).
mulut.
3. Siswa binaan UKS paket standar, paket optimal mendapat pelayanan medik
4. Siswa sekolah binaan UKS paket optimal pada jenjang kelas terpilih telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
UKGS adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah, bagian dari upaya kesehatan
gigi dan mulut, merupakan salah satu upaya pengembangan Kesehatan yang penting
dan wajib dan bersifat sebagai penunjang kesehatan masyarakat dalam rangka
Indonesia nomor: 128/MENKES/SK/II/2004 Bab IV). Kegiatan ini sudah berdiri sejak
tahun 1951, merupakan kegiatan yang sangat relevan dalam upaya penanggulangan
penyakit gigi dan mulut. Hal ini disebabkan karena kegiatanya diarahkan kepada
penanaman kebiasaan pelihara diri kesehatan gigi sejak dini. (Depkes, 2004)
dilaksanakan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai salah satu kegiatan
melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dan diselenggarakan
secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS). Program UKGS ini merupakan bagian integral dari UKS yang
melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, terutama pada
siswa sekolah tingkat dasar dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan
melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal (Pudentiana,
2008)
a. Sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai
UKGS dijalankan oleh tim kesehatan gigi sebagai tenaga inti yang terdiri dari
dokter gigi, perawat gigi, dan tenaga kesehatan non dental (petugas UKS, guru, dan
orang tua siswa). Seluruh pelaksana UKGS tersebut memiliki tugas dan tanggung
1. Dokter gigi
2. Perawat gigi
Perawat gigi harus bergerak secara aktif untuk pengembangan dan perluasan
UKGS.
3. Petugas UKS
Petugas UKS bertugas untuk melakukan penyuluhan kesehatan gigi,
dengan larutan fluor, dan pengawasan kegiatan menyikat gigi secara massal.
4. Guru
Guru merupakan key person untuk mengubah tingkah laku anak. Tugas
seorang guru dalam tim UKGS antara lain: melakukan penyuluhan kesehatan
Orang tua atau wali murid bertugas memberikan dorongan dan mengawasi
4. Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas kebutuhan
kegiatan UKGS dibagi dalam 3 tahapan sebagai berikut (Depkes RI, 2000):
1. UKGS Tahap I (Paket minimal UKS)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga
dan fasilitas kesehatan gigi. Kegiatannya antara lain berupa: pendidikan atau
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh guru sesuai dengan
pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI melalui sikat gigi massal
minimal untuk kelas I, II dan III dengan memakai pasta gigi yang mengandung
fluor minimal 1 kali setiap bulan; untuk siswa SMP dan SMA disesuaikan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga
dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai. Paket ini memakai sistem
Kegiatannya antara lain berupa: pelatihan guru dan petugas kesehatan secara
minimal 1 bulan sekali; penjaringan kelas I yang diikuti dengan pencabutan gigi
sulung yang sudah waktunya tanggal; pelayanan medik gigi dasar atas
permintaan pada kelas I-VI (care on demand); pelayanan medik gigi dasar atas
permintaan pada kelas terpilih sesuai kebutuhan (treatment need); untuk siswa
1. Kepala Puskesmas:
a. Sebagai koordinator
2. Dokter Gigi
dan Dati I.
d. Memberi bimbingan dan pengarahan kepada tenaga perawat gigi, UKS, guru
e. Bila tidak ada perawat gigi, dokter gigi dapat sebagai pelaksana UKGS.
3. Perawat Gigi
pelaksana terkait.
epidemiologis).
h. Evaluasi program
4. Petugas UKS
b. Pemeriksaan murid.
c. Melaksanakan rujukan.
gigi.
5. Guru SD
lingkungan, jajan.
6. Dokter kecil
a. Membantu guru dalam memberi dorongan agar murid berani untuk diperiksa.
pendidikan kesehatan gigi. Upaya ini biasanya dilakukan oleh guru setelah guru
sekolah memperoleh pegangan atau pedoman hasil dari penataran, mereka dapat
kesehatan gigi dan mulut siswa SD kelas I sampai dengan kelas VI serta pelatihan
kader. Pelatihan kader adalah proses alih pengetahuan dan keterampilan tentang
kesehatan gigi dan mulut kepada kader kesehatan (guru, dokter kecil) agar dapat
Menurut Kidd dan Bechal (1992), dalam mempelajari suatu penyakit, ahli
bagian dari suatu kelompok masyarakat yang terkena suatu penyakit atau suatu
keadaan pada kurun waktu tertentu. Sedangkan insidens adalah pengukuran tingkat
kemajuan suatu penyakit. Oleh karena itu, untuk mengukur insidens dibutuhkan dua
pemeriksaan: satu pada permulaan dan satu pada akhir kurun waktu tertentu. Dengan
demikian insidens adalah peningkatan atau penurunan jumlah kasus baru yang terjadi
kuantitatif lebih dahulu yang akan mencerminkan besarnya penyebaran penyakit pada
suatu populasi.
Pengukuran ini dikenal sebagai indeks DMF dan merupakan indeks aritmatika
pengalaman karies gigi dalam suatu populasi (Cypriano et al, 2005). Indeks DMF-T
ini dikembangan oleh Klein et al (Ditmyer et al, 2010). DMF-T digunakan untuk
mengemukakan gigi karies, hilang dan ditambal. Indeks yang sama bagi gigi sulung
adalah def-t, di mana “e” menunjukkan jumlah gigi yang dicabut (bukan hilang karena
tanggal secara alamiah) dan “f” menunjukkan gigi atau permukaan gigi yang ditambal.
antara 0 – 1.1; prevalensi rendah bila antara 1.2 – 2.6; prevalensi sedang bila antara
2.7 – 4.4; prevalensi tinggi bila antara 4.5 – 6.5; dan prevalensi sangat tinggi ketika
DMF-T lebih dari atau sama dengan 6.6 (Cypriano et al, 2005).
∑ gigi DMF
∑ gigi def
HASIL PENGAMATAN
2. Pelaksana Kelas 1 A:
- Dokter Muda X
- Agatha Rufina
- Abdur Razaq K.
- Ike Yulianingtyas
Kelas 1 B:
- Dokter Muda Y
- Kartika Emmanuela P.
- Grace Octavianus
Siswa
- HandSchoen
- Masker
- Kaca mulut
- Sonde
- Pinset
- Tray
- Kapas
- Alkohol 70%
3.1.2. Pelaksanaan UKS/UKGS dan Pemeriksaan DMF-t Siswa Kelas 1 SDN
- Dipa Eliana
- Diana Puspitasari
- Nimas Annisa
- Griselda Chielwin
Siswa
- Tray
- Kapas
- Alkohol 70%
3.2. Hasil Pemeriksaan DMF-t dan OHI-s
3.2.1 Hasil Pemeriksaan DMF-t dan OHI-s Siswa Kelas 1 SD An-Nur Kecamatan
DMF-T
No. Nama Usia Jenis kelamin D M F Jumlah DMF
1 Bagus H.P 8 L 8 0 0 8
2 Fery Firmansyah 8 L 3 0 0 3
3 Ahmad Dwi 7 L 15 0 0 15
4 Ahmad Bahil A 7 L 11 2 0 13
5 Ananda Fradila 6 P 13 0 0 13
6 Ahmad Farid Z 6 L 8 0 0 8
7 Candra Darma Jaya 6 L 8 0 0 8
8 Dwi Wahyu J 6 L 11 0 0 11
9 Fery Andrianto 6 L 1 0 0 1
10 Hendra Setiyawan 6 L 5 0 0 5
11 Kholifatul S.R 6 P 13 0 0 13
12 Laily Nurul 6 P 2 0 0 2
13 M. Khoirul Faqih 7 L 10 1 0 11
14 M. Wayan Labibuzaman 7 L 1 0 0 1
15 M. Saiful 7 L 7 1 0 8
16 M. Rizqiyanto M 7 L 11 1 0 12
17 Ramadani Fadi A 6 L 2 0 0 2
18 Riko Arianto 7 L 13 0 0 13
19 Rosyidatul M 6 P 4 0 0 4
20 Syakirani N 7 P 4 0 0 4
21 Siti Aisyah 8 P 14 4 0 18
22 Wahyu Ahyana 6 L 7 0 0 7
23 Yoga Kurniawan 7 L 4 0 0 4
24 Agus Budiono 9 L 9 2 0 11
25 Mohammad Yusri Andrean 7 L 8 1 0 9
26 Ahmad Bahil Ali 7 L 7 0 0 7
27 Andis Khoiril Anwar 7 L 10 0 0 10
28 Muhamad Makmum Amin 7,5 L 11 0 0 11
29 Putri Yulfa Fitriya 6,5 P 2 0 0 2
30 Reva Natasya Firadausi 6 P 5 0 0 5
31 Tri Wahyuningtyas 7 P 10 0 0 10
32 Yanti Rahmawati 6 P 1 0 0 1
Jumlah 238 12 0 250
Rata-Rata 7,4375 0,375 0 7,8125
BAB IV
4.1.1 Pelaksana
antara tenaga dokter, dokter gigi, perawat, guru/ petugas UKS. Tetapi berhubung
pada kegiatan simulasi klinik IKGMP ini hanya dilakukan pada 1 kelas , dokter gigi
4.1.2 Kegiatan
Pada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut siswa tidak sepenuhnya bisa
fokus, bertengkar , dan menangis karena mengingat usianya yang masih terlalu muda.
Pada saat pelaksanaan banyak siswa yang takut untuk diperiksa karena mengira
bahwa giginya akan dicabut. Hal ini disebabkan karena jas lab yang dikenakan oleh
mahasiswa membuat mereka mengira bahwa mahasiswa adalah dokter gigi yang
akan mencabut gigi mereka. Saat dilaksanakan sikat gigi bersama para siswa terlihat
sangat antusias.
antara 0 – 1.1; prevalensi rendah bila antara 1.2 – 2.6; prevalensi sedang bila antara
2.7 – 4.4; prevalensi tinggi bila antara 4.5 – 6.5; dan prevalensi sangat tinggi ketika
DMF-T lebih dari atau sama dengan 6.6 (Cypriano et al, 2005).
Menurut Skala Hasil DMF-t di atas maka hasil DMF-t dari siswa kelas 1 SD
An Nur tergolong sebagai prevalensi sangat tinggi dengan skor 7,9. Sedangkan hasil
penghitungan DMF-t pada SDN Slamet 1 juga tergolong sebagai prevalensi sangat
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa angka kejadian karies pada siswa kelas 1 di kedua
5.1 Kesimpulan
kelas 1 berjalan cukup optimal meskipun hanya dilakukan selama dua hari
dan mulut), kegiatan preventif (sikat gigi masal dan pemeriksaan DMF-t), serta
- Alat dan prosedur yang digunakan saat kegiatan UKGS pada SD An Nur dan
SDN Slamet 1 sudah cukup baik dan lengkap. Meliputi alat diagnostik standart
- Kendala pada saat UKGS lebih kepada siswa yang tidak kooperatif terhadap
5.2 Saran
website Dinkes sehingga setiap dokter gigi puskesmas atau pun mahasiswa
kedokteran gigi dapat mengetahui dengan mudah SD/MI mana saja yang perlu
perhatian khusus.
- Pemerintah dalam hal ini khususnya Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan
harus dapat menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dan mumpuni
untuk pelaksanaan UKGS, sehingga UKGS dapat berjalan dengan lancar dan
tanpa kendala
berkesinambungan mulai dari tahap I,II dan III serta dilakukan secara
paripurna.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes. 2011. Buku Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2010, Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang. Malang
Pudentiana. 2008. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: Trans
Info Media.
Departemen Kesehatan., 2003. Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi, Kebijakan dan
Strategi Pembangunan Kesehatan. Jakarta.
Kidd, Edwina A.M dan Sally Joyston – Bechal. 1992. Dasar-Dasar Karies: Penyakit
dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC.
Schwarz, Eli, Ditmyer, Marcia, Dounis, Georgia, Mobley, Connie. 2010. A Case
Control Study of Determinants for High and Low Dental Caries Prevalence in
Nevada Youth. BMC Oral Health 10:24.