PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa
seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Ketoasidosis diabetik
(KAD)adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia,
asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium, dan natrium menyebabkan
hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa darah sangat tinggi, dan
pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering disertai koma.
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan
pengelolaan gawat darurat (Tarwoto,2012).
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester, menunjukkan bahwa insiden
KAD sebesar 8/1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur,
sedangkan untuk kelompok umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien
DM per tahun. Sumber lain menyebutkan insiden KAD sebesar 4,6 – 8/1000
pasien DM per tahun. KAD dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari
100.000 pasien yang dirawat per tahun di Amerika Serikat. Walaupun data
komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden KAD di Indonesia tidak
sebanyak di negara barat, mengingat prevalensi DM tipe 1 yang rendah. Laporan
insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan terutama
pada pasien DM tipe 2 (Tarwoto,2012).
Salah satu komplikasi dari DM adalah Ketoasidosis Diabetik (KAD). KAD
merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah yang tinggi (300-600 mg/dL) disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis
dan plasma keton (+) kuat. KAD sering muncul pada penderita DM tipe 1, namun
dapat juga terjadi pada penderita DM tipe 2 pada keadaan-keadaan tertentu. KAD
1
2
didiganosis melalui tes darah dan urin. Jika tes urin positif maka akan dijumpai badan
keton pada urin atau disebut juga denga ketonuria (PERKENI, 2011).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nadlifah menyatakan bahwa dari
30 orang penderita DM tidak terkontrol didapatkan ketonuria sebanyak 2 orang.
Sedangkan dari 30 orang penderita DM terkontrol tidak didapatkan ketonuria
positif (Nadlifah, 2012). Oleh karena itu, penulis memilih ketoacidosis deabetikum
sebagai kasus diskusi kelompok untuk dibahas dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran mengenai teori penyakit Ketoasidosis Diabetes
C. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Di harapkan laporan ini akan memberikan pengetahuan dalam hal memahami
asuhan keperawatan Ketoasidosis Diabetes Mellitus
b. Bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak institusi pendidikan
khususnya Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang mengenai asuhan keperawatan
Ketoasidosis Diabetes Mellitus.
c. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis mengenai penyakit Ketoasidosis Diabetes
Mellitus, sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh dengan
praktek yang sebenarnya.